Anda di halaman 1dari 12

Ilmu Ushuluddin, Januari 2009, hlm. 37-48 Vol.8, No.

1
ISSN 1412-5188

PEMIKIRAN FILSAFAT MORAL IMMANUEL KANT


(Deontologi, Imperatif Kategoris dan Postulat Rasio Praktis)

Moh Dahlan

Dosen Universitas Darul ‘Ulum Jombang; Dosen Tamu Magister Hukum


Universitas Muhammadiyah Malang.

Diterima tanggal 8 Juni 2009/Disetujui tanggal 12 Juli 2009

Abstrak: Immanuel Kant is a philosopher who successfully defines ethics


in terms of moral imperatives, not in terms of efforts to attain happiness.
He also proposes a rational metaphysics as opposed to the speculative
metaphysics. In the context of rational metaphysics, Kant leads his moral
philosophy to religion, even though the latter is not directly put as the
foundation of the former.

Kata kunci: etika kebahagiaan, etiak kewajiban, metafisika spekulatif, dan metafisika
rasional.
_________________________________________

PENDAHULUAN (etika)-nya yang hanya


menekankan kepada kewajiban.
Sejarah perkembangan Pada saat itu, Kant tidak
moral yang menekankan pada mempertanyakan bagaimana
pencarian kebahagiaan mencapai manusia seharusnya hidup
titik balik ketika Immanuel Kant1 bahagia? Tetapi yang
mengemukakan konsep moral dipertanyakan adalah, bagaimana
manusia seharusnya melakukan
1 Sebelum Kant, asal-usul kewajiban?
moralitas dicari dalam tatanan alam (Stoa Dasar pemikiran tersebut
dan Spinoza) atau dalam hukum kodrat dibangun dalam filsafat kritisnya
(Thomas Aquinas), dalam hasrat yang muncul dari hasil kritik atas
mencapai nikmat (seluruh filsafat pra-
Kant), dalam pengalaman nikmat rasionalismenya Lebniz dan Wolff,
(Epikorus), dalam perasaan moral (David dan empirisismenya David Hume
Hume), atau dalam kehendak Allah yang dianggapnya sebagai paham
(Augustinus, Thomas Aquinas). Frans ekstrim. Meskipun pada akhirnya
Magnis Suseno, 13 Tokoh Etika, Kant menegaskan sendiri bahwa
(Yogyakarta: Kanisius, 1997), hlm. 51
38 Ilmu Ushuluddin Vol. 8, No.1

yang membangunkan dari tidurnya Selanjutnya, penulis


dalam dogmatisme adalah David sebelum membahas pemikiran
Hume.2 Paham kritis (kritisisme) moral Kant, dirasa perlu mengurai
itu diletakkan sebagai lawan bagi sejarah hidup, pendidikan dan
paham dogmatis (dogmatisme). Karya Kant. Asumsinya adalah
Sedang maksud kritisismenya bahwa setiap pemikiran tidak bisa
adalah filsafat yang memulai dilepaskan dari situasi yang
perjalanannya dengan terlebih dulu melingkupinya. Senada dengan
menyelidiki kemampuan batas- asumsi ini, M. Amin Abdullah
batas rasio. Pemikiran ini berbeda yang melansir pemikiran Macintyre
dengan filsuf sebelumnya yang berpendapat bahwa studi tentang
tergolong dogmatis; model ide-ide fundamental tidak bisa
berpikir yang percaya mentah- dilepaskan dari pengaruh
mentah pada kemampuan rasio sosiologis ataupun
tanpa penyeledikan lebih dulu.3 antropologisnya.5
Dari kritisisme itu, Kant juga ingin
menolak metafisika spekulatif, dan PEMBAHASAN
sebagai gantinya adalah metafisika
rasional yang mengantarkan pada Sejarah Hidup dan Karya-kaya
pembalikan wacana dunia yang Immanuel Kant
mempersepsi bahwa „yang rasional Immanuel Kant (1724-
pasti ateis‟. Dalam hal ini, Kant 1804) lahir di Konisberg, sebuah
menolak persepsi itu dengan kota kecil di Prussia Timur. Ia
menggiring konsep moralnya pada berasal dari keluarga Protestan
agama, walaupun tidak yang saleh. Yang kesalehannya
mendasarkannya secara langsung kelak telah mepengaruhi dalam
pada agama.4 pemikiran moralnya. Sejak tahun
1740, Kant mengkaji filsafat,
matematika, dan teologi di
2 Harun Hadiwijoyo, Seri Sejarah Konisberg. Karena faktor
Filsafat Barat 2, (Yogyakarta: Kanisius,
1980), hlm. 64. lihat juga, Immanuel
ekonomis sejak tahun 1747-1755,
Kant, “Critique Of Pure Reason”, Jhon Kant mulai terdorong menjadi
Cottingham (ed), dalam “Western guru pribadi. Setelah itu, Kant
Philosophy; An Anthology” (Cambredge: diangkat menjadi dosen di
Blacwell Publishers, 1996), hlm. 41-2 Universitas dan pada tahun 1770
3 K. Bertens, Ringkasan Sejarah

Filsafat, (Yogyakarta: Kanisius, 1975),


hlm. 59. Selanjutnya disebut Bertens, Kant (Turki: Diyanet Vakfi, 1992), hlm.
Ringkasan ... 149-50
4 M. Amin Abdullah, The Idea of 5 Abdullah, The Idea of
Universality of Ethical Norms in Ghazali and Universality.., hlm. 27
MOH. DAHLAN Pemikiran Filsafat Moral 39

diangkat menjadi guru besar logika (1793), dan yang terakhir Metaphysic
dan metafisika di Konisberg. of Morals (1997).8
Sedang Kant meninggal pada Kritik atas Rasio Murni
tahun 1804, tapi sebelum
meninggal dunia, Kant sudah agak Dalam uraian The Critique
lama berhenti menjadi dosen of Pure Reason, Kant bermaksud
karena usianya yang sudah lanjut.6 untuk membela sains. Kant
Selanjutnya, kehidupan menolak keraguan yang terjadi
Kant sebagai filsuf dibagi menjadi sebelumnya, yaitu keraguan pada
dua periode: pertama, zaman pra- sains (baca: skeptisisme Hume9)
kritis yang dilalui dengan dengan mengatakan bahwa teori
menganut pendirian rasionalistis ilmu pengetahuan (sains) dapat
yang dilancarkan Wolff. Kedua, dibenarkan apabila mempunyai
zaman kritis adalah keadaan di dasar a priori, dan cara
mana Kant berangsur-angsur memperolehnya melalui rasio
meninggalkan rasionalisme karena murni (pure reason). Rasio disini
dipengaruhi oleh David Hume. berperan aktif dalam mengelola
Kant pada zaman kedua ini sensasi masuk ke persepsi lalu
memulai menguba wajah filsafat menjadi konsepsi (baca: sturktur
secara radikal. Kant sendiri mental inheren).10 Kritik yang
menamakan filsafatnya dengan
kritisisme sebagai lawan
dogmatisme. 7 8 Abdullah, The Idea of
Universality.., hlm. 18-19
Sedang karya-karya Kant 9 Menurut Hume, ilmu
adalah Critique of Pure Reason 1781, pengetahuan manusia tidak akan mampu
yang banyak membicarakan mencapai derajat yang pasti. Oleh
tentang akal manusia dan karenanya, Hume berkata bahwa
batasannya. Kemudian dilanjutkan kebenaran mutlak tidak ada. Semua
kebenaran bersifat factual, dalam arti
dengan karya lainya; Prolegomena of berdasarkan adanya kesan indrawi atau
the Metaphysik of Moral, Goundwork data pengalaman kebetulan. Yang dapat
of the Metaphysik of Morals (1783), diketahui semata-mata kesan-kesan
Critique of Practical Reason (1788), indrawi satu-satu. Suseno, 13 Tokoh…,
Critique of Jugdment (1790), Religion hlm. 124. lihat juga, Bertens,
Ringkasan..hlm. 60.
within the Limits of Reason Alone 10
Kant melihat bahwa keteraturan
yang berlaku dalam hukum alam dapat
dipelajari oleh akal (murni) manusia, dan
hukum alam ini dalam diri manusia
6 Abdullah, The Idea of adalah hukum moral yang membuat
Universality.., hlm. 16-17 keteraturan dalam hubungan manusia.
7 Bertens, Ringkasan.. Loc. Cit Untuk itu, Kant menyodorkan maxim
40 Ilmu Ushuluddin Vol. 8, No.1

dianggap usaha raksasa dari Kant Selanjutnya, penulis perlu


adalah upaya mendamaikan mengurai pengenalan manusia
„rasionalisme‟ (yang beranggapan dalam rangka proses mencapai
bahwa pengetahuan (pengenalan) ilmu pengetahuan yang dibagi
dicapai secara apriori, lepas dari menjadi tiga bagian;12
pengalaman) dan empirisisme a. Pengenalan taraf
(yang menekankan pada aposteriori). indrawi.
Kant berupaya menjelaskan bahwa Kant mengatakan bahwa
pengetahuan manusia merupakan pengenalan adalah sintesis antara
paduan atau sintesa antara unsu- unsur apriori dengan unsur
unsur apriori dengan unsur-unsur aposteriori. Unsur apriori memaikan
aposteriori. Sedangkan letak peranan bentuk dan unsur
radikalitas Kant dalam filsafatnya aposteriori memainkan peranan
adalah pembalikan pengertian materi. Menurut Kant, unsur
tentang pengetahuan yang dulu apriori sudah ada pada taraf
dianggap bahwa pengetahuan indrawi. Oleh karena itu,
dengan mengandaikan bahwa si pengenalan selalu ada dua bentuk
subyek mengarahkan diri pada pengenalan apriori, yaitu ruang dan
obyek, sedangkan yang betul waktu. Jadi, ruang tidak
menurut Kant adalah obyek yang merupakan ruang kosong, di mana
mengarahkan diri pada si subyek.11 benada-benda diletakkan; ruang
Dalam hal ini, manusia pada dirinya sendiri. Dan waktu
mempunyai peran signifikan untuk tidak merupakan arus tetap, di
menangkap dan memahami realitas mana pengindraan-pengindraan
(obyek pengetahuan) itu sendiri. bisa ditempatkan. Kedua-duanya
Karena itu, dapat dikatakan bahwa merupakan bentuk apriori dari
realitas itu adalah yang sudah pengenalan indrawi. Karena itu,
dipermak dan dikayasa oleh kedua-duanya berakar pada
pengertian kita. struktur subyek sendiri.
b. Pengenalan pada taraf
sebagai dasar arah tindakan yang diyakini
akal budi
mempunyai kesamaan di dalam diri Pengenalan pada taraf akal
seluruh manusia (fitroh). Immanuel Kant, budi (verstand) yang dibedakan
“Prolegomena, zu einer jeden kuenftigen dengan rasio (vernunft). Tugas akal
Metaphysik die alls Wissenschaft wird budi adalah menciptakan orde
Auftreten koennen, Herausgegeben on
Karl Vorlaender” dalam Endang Daruni
antara data-data indrawi. Dengan
Asdi, Imperatif Kategoris dalam Filsafat Moral kata lain, akal budi adalah yang
Immanuel Kant, (Jurnal Filsafat, no. 23
Nopember 1995),hlm.11 12 Bertens, Ringkasan… hlm. 60-1.
11 Bertens, Ringkasan… hlm. 60 2
MOH. DAHLAN Pemikiran Filsafat Moral 41

mengucapkan putusan-putusan. bahwa obyek yang kita lihat itu


Pengenalan akal budi merupakan adalah hitam. Jadi, hitamnya obyek
sintesis antara bentuk (form) dan yang kita lihat itu hanyalah bentuk
materi. Materi adalah data-data keniscayaan bagi kita sendiri
indrawi dan betuk adalah apriori karena kita melihatnya memakai
yang terdapat pada akal budi. kaca mata hitam. Karena itu, Kant
Bentuk apriori ini oleh Kant meskipun menegaskan kepastian
disebut „kategori‟ yang terbagi dan keabsolutan sains, ia tetap
menjadi 12 sebagai berikut:13 menilai bahwa sains masih
Pertama, Kuantitas yang terbagi lagi mempunyai keterbatasan dan
menjadi tiga; kesadaran kesatuan, kerelativan. Terbatas pada objek
kesadaran pluralitas, kesadaran empiris, relatif sesuai dengan cara
totalitas. Kedua, Kualitas dibagi lagi kita melihat dan memahaminya.
menjadi tiga bagian; realitas, negasi c. Pengenalan taraf rasio
dan pembatasan. Ketiga, Relasi Sedang tugas rasio adalah
dibagi menjadi tiga; substansi- menarik kesimpulan dari putusan-
aksidensi, sebab-akibat dan putusan. Dengan kata lain, rasio
komunitas. Keempat, Modalitas mengadakan argumentasi-
yang dibaginya menjadi tiga; argumentasi. Seperti akal budi
kemungkinan dan kemustahilan, menggabungkan data-data
eksistensi dan non-eksistensi, inderawi dengan mengadakan
keniscayaan dan kontigensi. putusan-putusan, demikian pun
Salah satu contoh antara rasio menggabungkan putusan-
substansi dan kausalitas sebagai putusan. Kant memperlihatkan
berikut; kita membentuk putusan bahwa rasio membentuk
bahwa A menyebabkan B, maka argumentasi-argumentasi dengan
sahnya putusan itu tidak mesti dipimpin oleh tiga ide, yaitu jiwa,
langsung dari realitas, melainkan dunia dan Allah. Dengan ide inilah
kita harus memikirkan hubungan Kant ingin mencapai kesatuan
kausalitas antara A dan B. Dengan terakhir dalam bidang jiwa, dunia
penjelasan bahwa ketika kita dan Allah. Ketiga ide itu mengatur
misalnya melihat sesuatu dengan pengenalan kita, tapi tidak temasuk
memakai kaca mata hitam, maka pengalaman. Karena kategori
kita akan melihat semua obyek hanya sampai pada apa yang dapat
yang kita lihat hitam, tapi hitamnya dialami.14
obyek yang kita lihat, tidak berarti
14 Menurut Kant, yang dapat

diketahui hanyalah tampakan, fenomena,


13 Lorens Bagus, Kamus Filsafat, bagaimana sesungguhnya kita tidak tahu.
(Jakarta: Gramedia,2000), hlm. 397 Kita tahu (tampakan) perbuatan manusia
42 Ilmu Ushuluddin Vol. 8, No.1

Dengan pembedaan antara dahulu menjelaskan apa arti


rasio murni dengan rasio praktis moralitas menurut Kant. Kant
(yang akan dijelaskan dibawah ini), mengatakan bahwa moralitas
maka Kant pada dasarnya ingin adalah hal yang menyangkut baik
mengatakan bahwa yang mampu dan buruk, tetapi bukan
menembus pengetahuan noumena - sembarang yang baik dan buruk,
seperti obyek keyakinan- adalah melainkan, dalam bahasa Kant,
rasio praktis (practical reason) yang apa yang baik pada dirinya sendiri
termuat dalam buku keduanya, tanpa pembatasan. Sedang
yaitu The Critique of Practical Reason. kebaikan yang tanpa pembatasan
Sampai disini, dapat dipahami adalah kehendak baik. Berbeda
bahwa Kant adalah termasuk aliran dengan hal itu, adalah bakat
filsafat dualisme, karena telah rohani, ciri perangai dan sifat-sifat
membedakan antara dunia watak seseorang hanya akan
fenomena dan dunia hakiki mempunyai nilai moral apabila
(noumena), meskipun Kant diabdikan pada kehendak baik itu;
meletakkan fenomena sebagai kehendak yang menentukan
bagian dari noumena.15 apakah watak orang dipakai
dengan baik atau buruk. Syarat
Kritik atas Rasio Praktis kebaikan pelbagai sifat manusia
adalah kehendaknya yang baik.16
Sebelum kita membahas Namun demikian,
imperatif kategoris kita perlu lebih bagaimana kehendak baik
menyatakan diri? Kant
menjawabnya dengan mengatakan
itu baik, tapi kita tidak akan tahu yang
hakiki (noumena), apakah perbuatan baik
bahwa kehendak yang mau
itu adalah didasari motif yang baik, atau melakukan kewajiban. Sedang
hanya sekedar kebetulan dan mengikuti dorongan untuk melakukan
aturan lingkungannya?. Dengan demikian, kewajiban terdiri tiga
yang dapat kita ketahui adalah hanya kemungkinan; pertama, ia dapat
sebatas fenomena. Ahmad Tafsir, Filsafat
Umum, (Bandung: Rosdakarya, 2001),
memenuhi karena
hlm. 169 menguntungkan. Misalnya, ia
15 Berbeda dengan Kant, mendapat predikat baik. Kedua, ia
pandangan Husserl yang mengatakan melakukan karena dorongan
bahwa fenomena adalah realitas itu langsung dari hati nuraninya.
sendiri. Haryatmoko, Penjelasan Seputar
Filsafat Moral Immanuel Kant, di Kelas
Misalnya, ia merasa kasihan dan
Filsafat Islam Semester III Pascasarjana tidak tega. Ketiga, ia memenuhi
IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Periode
2002-2003. Lihat juga Hadiwijoyo, Sari
Filsafat... 16 Suseno, 13 Tokoh…, hlm. 143-4
MOH. DAHLAN Pemikiran Filsafat Moral 43

kewajiban demi kewajiban itu minum obat. Sedang keputusan


sendiri. yang diambil adalah keputusan
Menurut Kant, hanya analitis; keputusan yang menuntut
kehendak yang ketiga inilah semua orang pada pilihan sarana
kehendak yang betul-betul moral. tertentu untuk mencapai tujuan.
Untuk itu, Kant mengukur Perbedaannya, imperatif hipotetis
tindakan moral seseorang bukan praktis adalah tujuannya pasti
pada hasil dan hasil yang dinginkan semua orang dan
dimaksud, tetapi pada si pelaku, tindakannya disebut „tindakan
apakah kehendaknya ditentukan kebijaksanaan‟, sedang imperatif
semata-mata oleh kenyataan hipotetis problematis adalah tujuannya
bahwa perbuatan itu merupakan hanya apa yang mungkin
kewajibannya. diinginkan setiap orang, dan
Selanjutnya, apabila tindakannya disebut „tindakan
kewajiban merupakan paham kecakapan‟.17 Dua imperatif itu
apriori akal budi murni-artinya, disebut imperatif hipotetis, yaitu
kewajiban itu tidak ditentukan oleh imperatif atau keharusan bersyarat.
realitas empiris seperti kebutuhan, Sedangkan bentuk
tujuan dan nilai- lalu bagaimana imperatif kategoris adalah
mengetahui tindakan moral itu? “perintah bertindak secara moral!”
Kant menjawab bahwa kriteria itu Itulah perintah atau kewajiban
adalah Imperatif Kategoris. mutlak satu-satunya. Kita dapat
Imperatif kategoris adalah mehami bahwa (filsafat) moral
suatu perintah mutlak dan tanpa Kant tidak bergantung pada
syarat. Pertama, dia berupa maksud baik, tujuan dan kondisi
perintah, kedua bahwa perintah itu apapun, tapi berlaku di mana saja,
kategoris. Suatu perintah yang tanpa pembatasan apapun.
mengungkapkan suatu keharusan Namun demikian,
(sollen). Dalam hal ini ada tiga bagaimana kita bertindak secara
perintah: pertama, imperatif hipotetis moral? Kant merumuskan
praktis; suatu perintah dari luar imperatif kategoris sebagai berikut:
yang mempunyai kepastian didapat “bertindaklah semata-mata
apa yang diharapkan, misalnya jika menurut prinsip atau maksim yang
ingin lulus ujian, kamu harus dapat sekaligus kau kehendaki
belajar rajin. Imperatif hipotetis menjadi hukum universal”.
problematis adalah tindakan moral
yang mengandung kemungkinan 17 S.P. Lili Tjahjadi, Hukum Moral;

untuk mendapatkannya, seperti Ajaran Immanuel Kant tentang Etika dan


perintah dokter pada pasien untuk Imperatif Kategoris, (Yogyakarta: Kanisius,
1991), hlm. 81
44 Ilmu Ushuluddin Vol. 8, No.1

Misalnya, janganlah kamu berbuat kenyataan yang tidak dapat


bohong. Perintah ini berlaku bagi disangkal karena terimplikasi
semua orang tanpa pembatasan langsung dalam kesadaran moral.19
apapun. Sedangkan keputusan Kenyataan semacam itu oleh Kant
imperatif kategoris adalah disebut postulat. Postulat itu
keputusan sintetis. sesuatu yang tidak dapat
Selanjutnya, Kant dibuktikan secara empiris, tetapi
mengatakan bahwa penilaian kenyataannya tidak dapat disangkal
terhadap suatu tindakan moral itu karena suatu realitas tidak mungkin
harus didasarkan pada ukuran kalau postulat itu tidak nyata-nyata
otonomi individu yang ada. Kenyataan kesadaran moral
melaksanakan (maksim), tanpa mengimplikasikan bahwa kita
mempertimbangkan konteks betul-betul berkehendak bebas.
tindakan dan tujuannya. Oleh Artinya, kita dapat mengambil
karena itu, konsep moral Kant sikap dan tindakan lepas dari
disebut “deontologi”; suatu teori segala macam dorongan,
tentang kewajiban melakukan rangsangan, emosi, dan sebagainya.
sesuatu secara niscaya, tanpa harus Selain kebebasan itu, Kant
melihat konsekwensi-konsekwensi juga menambahkan dua postulat
yang akan diperolehnya.18 Karena lagi yaitu, Pertama adalah
itu, tindakan yang tidak otonom imortalitas jiwa. Menurut Kant,
(heteronom) adalah tindakan yang Jiwa haruslah imortal agar supaya
bukan moral karena tidak bebas. kita dapat mencapai Kebaikan Yang
Menurut Kant, otonomi Tertinggi yang tak dapat dicapai di
akan mengantarkan manusia pada dunia fana ini. Kedua adalah Tuhan.
kebebasan. Sedang kebebasan Menurut Kant, Tuhan adalah
adalah suatu kenyataan dalam kebaikan tertinggi, karena itu
kesadaran manusia yang adanya mempercayainya adalah hal yang
tidak dapat disangkal. Untuk itu,
pembuktian moralitas Kant 19 Kant mengatakan bahwa
haruslah melalui kesadaran hati kebebasan hal yang fundamental, tidak
nurani (atau rasio praktis). hanya pada persoalan material (tujuan
final dan keadaan setelah itu yang
Postulat Rasio Praktis mengikutinya), tapi juga menentukan
kebenaran suatu tindakan itu sendiri
secara hakiki. Immanuel Kant, Kritik der
Dengan demikian, Urttheilskrft (Critique of Judgement),
kebebasan (kehendak) merupakan terjemahan, J.H. Bernhard (New York:
Hefner Press, 1951), hlm. 326-27

18 Bagus, Kamus...hlm. 157-8


MOH. DAHLAN Pemikiran Filsafat Moral 45

mutlak, sebab Dia-lah sebagai Selain itu, Kant telah


hakim yang akan menentukan dan menyelesaikan problem moral
menilai semua amal perbuatan baik yang kontradiktif antara tuntutan
dan buruk kita. individu (kesadaran
Kant menyebut fakta eksistensial/motif kewajiban) dan
bahwa Ide Kebaikan Tertinggi adalah kesadaran sosial (motif
obyek dan tujuan final rasio kecenderungan). Dengan
praktis. Karena itu, hukum moral mempercayakan diri pada moral
Kat secara tidak langsung telah dasar, sebab jika semua individu
mengacu pada agama, yaitu kepada dalam suatu komunitas semua
pengakuan seluruh kewajiban sudah baik, maka menjadi baik
perintah Tuhan. Sedang letak semua, dan pasti kerajaan Tuhan
pentingnya postulat ini adalah, (Yesus) bisa terwujud dengan
ketika kita dihadapkan nyata.
„keputusasaan moral‟. Misalnya, Kant juga telah membuat
kita sering melihat orang yang manusia menjadi kreatif, kritis dan
jahat mendapatkan kebahagiaan, dinamis dengan memposisikan
sementara kita sendiri yang penghargaan yang begitu besar
melakukan kebaikan tidak pada rasio manusia dalam
mendapatkan kebahagiaan. Untuk menjalankan aktivitas di dunia ini.
itu, tindakan moral kita akan Dan sebaliknya, Kant tidak
bermakna, kalau ada kebebasan, menggantungkan diri pada realitas
imortalitas jiwa dan Tuhan. alam yang mempengaruhi dirinya.
Oleh karenanya, Kant menolak
Kontribusi Immanuel Kant bagi moralitas heteronom; moralitas
Pengetahuan Moral dan Filsafat yang tidak berpijak pada ukuran
diri pengambil kebijakan (maksim),
Filsafat Moral Kant dapat melainkan pada pertimbangan-
dibilang telah mampu pertimbangan lain seperti
menempatkan posisi rasio dan kebahagiaan dan kegunaan.
suara hati/rasio praktis pada Sedang pengaruh
tempatnya, yang masing-masing signifikan Kant dalam kehidupan
keduanya mempunyai tempat kontemporer di Barat adalah salah
penting dalam kehidupan manusia. satunya prinsip universalitas, yang
Dari sini, dapat diketahui bahwa tertuang dalam hak-hak asasi
Kant telah berhasil membagun manusia (HAM).
filsafat kritisnya dan sekaligus
sintesis rasionalisme dan Kritik terhadap Kant
empirisismenya.
46 Ilmu Ushuluddin Vol. 8, No.1

Dari uraian di atas, penulis


dapat memahami bahwa konsep
moral Kant sistemis dan telah DAFTAR PUSTAKA
memulai babak baru kehidupan
moral manusia, namun demikian Frans Magnis Suseno, 13 Tokoh
Kant juga tidak terlepas dari Etika, (Yogyakarta: Kanisius,
kekurangan. Untuk itu, penulis 1997)
mencoba berbagi pikiran dengan Harun Hadiwijoyo, Seri Sejarah
Haryatmoko dalam rangka Filsafat Barat 2, (Yogyakarta:
mengkritik pemikiran moral Kant: Kanisius, 1980)
Pertama, unsur formalisme dalam
moral Kant sangat kental sekali, Immanuel Kant, “Critique Of Pure
sehingga isi tindakan moral tidak Reason”, Jhon Cottingham (ed),
menjadi pertimbangan yang dalam “Western Philosophy; An
signifikan. Karenanya, moral Kant Anthology” (Cambridge:
hanya tertuju pada suatu keharusan Blacwell Publishers, 1996).
untuk melakukan tindakan saja.
Kedua, Kant justru tidak memberi K. Bertens, Ringkasan Sejarah
kewajiban itu sendiri. Ketiga, titik Filsafat, (Yogyakarta: Kanisius,
tekan yang sangat kuat pada 1975)
individu telah menyebakan
manusia asing bagi lingkungannya M. Amin Abdullah, The Idea of
masyarakat sendiri, padahal Universality of Ethical Norms in
manusia (individu) adalah bagian Ghazali and Kant (Turki: Diyanet
dari masyarakat tertentu. Keempat, Vakfi, 1992)
usaha pembenaran rasionalitas
telah gagal, karena unsur tujuan Immanuel Kant, “Prolegomena, zu
yang menentukan sarana tidak einer jeden kuenftigen Metaphysik
terpenuhi. die alls Wissenschaft wird
Auftreten koennen,
PENUTUP Herausgegeben on Karl
Semua pemikiran yang Vorlaender” dalam Endang
memberikan penghargaan yang Daruni Asdi, Imperatif Kategoris
tinggi pada manusia akan selalu dalam Filsafat Moral Immanuel Kant,
mendapat reapon positif dan luas, (Jurnal Filsafat, no. 23 Nopember
termasuk masalah moral. Sebab, 1995)
manusia akan selalu menghargai
dan membangun sesuatu yang Lorens Bagus, Kamus Filsafat,
bermakna bagi dirinya. (Jakarta: Gramedia,2000).
MOH. DAHLAN Pemikiran Filsafat Moral 47

Ahmad Tafsir, Filsafat Umum,


(Bandung: Rosdakarya, 2001).

Haryatmoko, Penjelasan Seputar


Filsafat Moral Immanuel Kant, di
Kelas Filsafat Islam Semester III
Pascasarjana IAIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta Periode
2002-2003.

S.P. Lili Tjahjadi, Hukum Moral;


Ajaran Immanuel Kant tentang
Etika dan Imperatif Kategoris,
(Yogyakarta: Kanisius, 1991).

Immanuel Kant, Kritik der


Urttheilskrft (Critique of Judgement),
terjemahan, J.H. Bernhard (New
York: Hefner Press, 1951).
48 Ilmu Ushuluddin Vol. 8, No.1

Anda mungkin juga menyukai