Anda di halaman 1dari 9

RESUME

WEBINAR MANAJEMEN KEPERAWATAN


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Manajemen Keperawatan

Nama : Mega Alisia Panca Wardani


NIM : AK.118.101
Kelas : 4C S1 Keperawatan

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA
BANDUNG
2022
IMPLEMENTASI STANDAR KESELAMATAN PASIEN

Keselamatan pasien di rumah sakit adalah suatu system dimana rumah sakit membuat asuhan
pasien lebih aman. (KKP-RS, 2008). Tidak adanya kesalahan atau bebas dari cidera karena
kecelakaan (Kohn, Corrigan&Donaldson, 2000)
Insiden keselamaan pasien
1. Sentinel adalah insiden yang menyebabkan kematian atau cidera serius
2. KTD (Kejadian Tidak Diharapkan) adalah insiden yang mengakibatkan pasien cidera
3. KTC (Kejadian Tidak Cedera) adalah insiden tersebut sudah terpapar ke pasien, tetapi
pasien tidak menimbulkan cidera
4. KNC (Kejadian nyaris cidera) adalah insiden yang belum terpapar ke pasien (Pasien
tidak cidera)
5. KPC ( kondisi potensial cidera) adalah kondisi atau situasi yang sangat berpotensi
menimbulkan cidera tetapi belum terjadi insiden. Contoh alat defibrillator yang
standby di IGD rusak, under staff.
Contoh kejadian sentinel
1. Kematian yang tidak diantisipasi sebelumnya. Contoh bunuh diri, kematian bayi
aterm dan emboli paru
2. Hilangnya fungsi tubuh yang tidak berhubungan dengan penyakitnya
3. Terjadinya salah sisi, salah prosedur dan salah pasien operasi
4. Terjadinya penularan penyakit kronis akibat pemberian tranfusi darah dan produk
darah
5. Penculikan bayi atau pemulangan bayi kepada orang tua yang salah
6. Pemerkosaan, kekerasan dilingkungan kerja.
Tujuan umum pelaporan IKP di RS
Umum : menurun nya IKP dan meningkat nya mutu pelayanan dan keselamatan pasien
Khusus : terlaksana nya system pelaporan dan pencatatan IKP di RS, diketahui penyebab IKP
sampai pada akar masalah, didapatkan nya pembelajaran untuk perbaikan asuhan pasien,
mencegah kejadian yang sama terulang kembali
Apa Yang Harus Dilaporkan?

1. Kejadian yang sudah terjadi


2. Kondisi nyaris cidera
3. Kondisi potensian cidera
Penilaian dampak klinis/severity
1. Tidak significant  tidak ada cidera
2. Minor  cedera ringan missal luka lecet
3. Moderat  cedera sedang missal luka robek
4. Mayor  cedera luas/berat, missal cacat, lumpuh
5. Katasropik  kematian yang tidak berhubungan dengan perjalanan penyakit
Masalah Yang Dihadapi Dalam Laporan Insiden

1. Laporan dipersepsikan sebagai “pekerjaan perawat”


2. Laporan sering disembunyikan/underrreport
3. Laporan sering terlambat
4. Bentuk laporan miskin data budaya blame culture

Matrix Grading Risiko

1. Sangat jarang/rare (5 tahun sekali)BIRU


2. Jarang /unikey (2-5 tahun sekali)HIJAU
3. Mungkin/posible (1-2tahun sekali)KUNING
4. Sering/likely (beberapa kali pertahun)ORANGE
5. Sangat sering (tiap Minggu/bulan)MERAH

Tindakan sesuai tingkat & band risiko


1. Ekstrem (sangat tinggi) yaitu resiko ekstrem, dilakukan RCA paling lama selama 45
hari,, membutuhkan tindakan segera, perhatian samaai ke direktur RS.
2. High (Tinggi) yaitu resiko tinggi, dilakukan RCA paling lama 45 hari, kaji dengan
detail dan perlu tindakan segera, serta membutuhkan tindakan top manajemen
3. Moderate(sedang) yaitu risiko sedang dilakukan investigasi sederhana paling lama 2
minggu. Manajer/pimpinan klinis sebaiknya menilai dampak terhadap bahaya dan
kelola risiko
4. Low (rendah) yaitu resiko rendah dilakukan investigasi sederhana paling lama 1
minggu diselesaikan dengan prosedur rutin.
6 Sasaran Keselamatan Pasien

1. Melakukan identifikasi pasien secara benar


2. Meningkatkan komunikasi efektif
3. Meningkatkan keamanan penggunaan obat yang membutuhkan kewaspadaan tinggi
(high alert)
4. Memastikan operasi benar sisi, benar prosedur, dan benar pasien
5. Mengurangi risiko infeksi akibat pelayanan di RS
6. Mengurangi risiko cidera akibat pasien jatuh

1. Ketepatan Identifikasi Pasien


Dengan 2 cara simultan (berbarengan), yaitu verbal dan fisual
1) Verbal : sedikitnya dengan menanyakan 2 dari 4 identifikasi pasien (nama
lengkap, tanggal lahir pasien, nomor RM dan NIK)
2) Visual : dengan cara mencocokkan jawaban dengan informasi yang tertera di
gelang pasien

Five moment identifikasi pasien


1. Sebelum pemberian obat
2. Sebelum pemberian pengobatan termasuk nutrisi
3. Sebelum pemberian darah dan produk darah
4. Sebelum pengambilan specimen
5. Sebelum melakukan tindakan diagnostic/terapeutik
Gelang Pasien
1. Warna Biru : Identitas pasien laki-laki
2. Pink : Identitas pasien perempuan
3. Merah : Pasien Riwavat Alergi
4. Kuning : Pasien Risiko Jatuh
5. Ungu : Pasien dengan Perintah Do Not Rescusitation (DNR)

Peningkatan komunikasi efektif


Lima pilar komunikasi efektif antar pemberi asuhan
a) Tulis Baca Konfirmasi (TBK)
b) Format Komunikasi SBAR
c) Ejaan NATO
d) Hand Over Efektif
e) Pelaporan Hasil Kritis

- Tulis
Penerima informasi menuliskan isi informasi lisan yang didapat kedalam media tulis,
disarankan ada buku bantu komunikasi
- Baca Ulang
Penerima informasi membaca ulang tulisan yang ditulis kepada pemberi pesan
- Konfirmasi Pemberi pesan mengkonfirmasi apakah isi pesan yang diterima sudah
benar
Format SBAR
a. Situation (Identitas pelapor, pasien dan alasan mengapa kita lapor)
Saya Xx, perawat RSIK, melaporkan pasien Tn. Y di ruang xx, saat ini kondisi
memburuk, TD turun secara signifikan
b. Background (Latar belakang masalah pada pasien dan temuan klinis) Pasien Xx,
masuk 3 hari yll dengan diagnose DHF, temuan Lab nya xx, diberikan terapi xx, vital
sign xx
c. Assessment klinis terkini) (Kesimpulan permasalahan/ data saat ini pasien kterdapat
tanda-tanda syok
d. Recommendation (Hal diinginkan yang oleh pelapor)
- Adakah terapi tambahan?
- Dapatkah Dokter visite ke pasien saat ini?

Pelaporan Hasil Kritis Pemeriksaan


- Hasil Kritis Pemeriksaan adalah hasil pemeriksaan yang secara signifikan berada di
luar rentang/nilai normal, sehingga jika tidak segera ditindaklanjuti akan
membahayakan nyawa pasien.
- Hasil kritis bisa didapatkan dari pemeriksaan laboratorium, radiologi, maupun
pemeriksaan penunjang lain seperti EKG
- Setiap unit wajib terdapat tabel hasil kritis Batas GDS normal 200gr/d 250mg tidak
normal namun bukan hasil kritis 700mg dihasil kritis

Peningkatan Keamanan Obat High Alert


Obat High Alert (HA) adalah obat yang jika penggunannya salah, memiliki potensi
yang serius memberikan cidera pada pasien atau dampak berat pada pasien dan dapat
berakibat kematian.

Obat High Alert di klasifikasikan menjadi 4 yaitu :

1. Elektrolit Konsentrat
 KCl pekat, NaCl Pekat, MgSO4 Pekat
2. LASA / NORUM
 Look Alike (dilihat mrip)
 Sund Alike (diucapkan mirip)
3. Sitostatika / Kemoterapi
4. Obat Risiko Tinggi Lain
Insulin, Epinefrin, Aminodaron, Heparin, Warfarin, dll

PENINGKATAN KEAMANAN OBAT – LOOK ALIKE – DILIHAT MIRIP


1. Obat look alike adalah obat yang sekilas terlihat mirip. Menimbulkan risiko salah
ambil
2. RS harus selalu mengupdate daftar obat yang look alike, khususnya jika ada sediaan
baru
3. Daftar obat look alike harus disebarkan ke seluruh unit dan jika perlu kepada semua
PPA
4. Strategi peningkatan keamanan obat look alike

- Labelisasi “look alike” warna kuning/merah dengan tulisan look alike


- Ditempatkan berjauhan dengan obat yang mirip
- Pemberian sticker penanda sediaan lemah (hijau) – sedang (kuning) – kuat
(merah)
- Double check pada saat penyiapan dan pemberian

Peningkatan keamanan obat – sound alike – diucapkan mirip


Sound alike

- Farsix dan lasix


- Asam mefenomat dan asam tranexarnat
- Cetirizine dan ketrizin
- Interzinc dan interzine

1. obat yang sound alike ketika diucapkan rentan terjadi salah dengar karena
ucapannya mirip
2. strategi peningkatan keamannya adalah dengan cara mengeja dengan ejaan NATO
ketika mengkomunikasikan obat-obat tersebut
3. RS harus menyediakan daftar obat sound alike diseluruh unit yang terlibat
penggunaan obat, dan wajib diupdate secara berkala. Khususnya jika ada
obat/sediaan baru
4. Strategi berikutnya adalah dengan menggunakan cara penulisan Tali Man Latter

Tepat Lokasi, Tepat Prosedur Dan Tepat Pasien Operasi


Sesuai dengan strategi diantaranya :

1. Edukasi Rencana Tindakan Operasi oleh DPJP


2. Informed Consent
3. Site Marking
4. Surgical Safety Checklist
 Sign In
 Time Out
 Sign Out

Panduan Sign In

Sebelum dilakukan tindakan induksi anesthesi

1. Identifikasi pasien,prosedur, informed consent di cek


2. Sisi operasi sudah diberi tanda?
3. Mesin anesthesi dan obat-obatan lengkap
4. Pulse oxymetri terpasang dan berfungsi
5. Adakah riwayat alergi?
6. Kemungkinan kesulitan jalan nafas atau aspirasi
7. Risiko kehilangan darah >500 ml
Panduan Time Out

Sebelum dilakukan tindakan incisi

1. Konfirmasi anggota tm (nama dan peran)


2. Konfirmasi nama pasien, prosedur dan lokasi incis
3. Antibiotik profilaksis sudah diberikan dalam 60 menit sebelumnya
4. Antisipasi kejadian kritis:
- Dr.bedah : apa langkah, berapa lama, kemungkinan blood lost
- dr.anesthesi : apakah ada perhatian khusus pasien
- perawat : sterilitas, isntrumen
5. imaging yang diperlukan sudah dipasang

1. tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien operasi

Panduan Sign Out

Simultan dengan penutupan incisi


1. perawat melakukan konfirmasi secara verbal, bersama dokter bedah dan anesthsi
- nama prosedur
- instrumen, gass verband, jarum, bisturi dst dihitung : harus lengkap
- apecimen telah diberi label identitas
2. dokter kepada perawat dan anesthesi, apa yang harus diperhatikan dalam recovery dan
manajemen pasien
Mengurangi Resiko Infeksi Terkait Pelayanan
5 momen untuk cuci tangan/hand hygiene
1. sebelum kontak pasien
2. sebelum tindakan aseptik
3. sesudah kontak cairan tubuh pasien
4. sesudah kontak pasien
5. sesudah kontak lingkungan pasien

Pencegahan Resiko Cidera Akibat Pasien Jatuh


Pasien Jatuh dibagi menjadi beberapa Fator :

1. Faktor Pasien
 Pasien bingung atau disorientasi gagal untuk memanggil bantuan
dikarenakan sulit meraih bel
2. Factor Staf
 Asesmen tidak adequate sehingga assessment yang dilakukan asal-asalan
 Kegagalan respon staff terhadap panggilan pasien, tidak dengar, sedang
mengerjakan pasien lain.
3. Faktor RS & Lingkaran
 Fasilitas tidak memadai. Contohnya : Bed rusak, bel rusak, side railing
tidak ada.

Asesmen dan Langkah Pengurangan Risiko Jatuh

 Langkah pengurangan resiko jatuh pengurangan resiko


 Re- Asesmen
 < 14 th : Humply – Dumpty
 14-65 th : Morse Fall Scale
 > 65 th : Sydney Scoring
Pasien yang pada saat masuk tidak memiliki risiko jatuh, bisa saja di
kemudian hari berubah menjadi memiliki risiko jatuh tinggi.

Contohnya pasien hipertensi masuk sadar, lalu memburuk karena


muncul cerebrovascular accident atau stroke dan masuk ICU. Pada
pasien tersebut harus dilakukan asesmen ulang risikp jatuh.

Asesmen ulang juga dilakukan pasca penerapan langkah pengurangan


risiko jatuh

Anda mungkin juga menyukai