Anda di halaman 1dari 5

Mufaqqih Syairul Mawakib

11000119120019

Kamis, 16 Desember 2021

Hukum Acara Pidana (E)

Ujian Akhir Semester

1. Pembuktian dianggap sebagai usaha untuk memperoleh kepastian dengan jalan memeriksa
dan penalaran dari Hakim.
Sebut dan jelaskan mengenai alat bukti keterangan saksi !
Jawaban dikaitkan pula dengan kekuatan pembuktian dari keterangan saksi !

Jawaban
Keterangan saksi dalam pasal 1 angka 27 KUHAP adalah suatu alat bukti dalam perkara
pidana yang berupa keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar
sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri dengan menyebut alasan dari pengetahuannya.
Keterangan saksi tidak termasuk keterangan yang diperoleh dari orang lain atau
Testimonium de auditu, maksudnya agar hakim lebih cermat dan memperhatikan
keterangan yang diberikan saksi harus benar-benar diberikan secara bebas, jujur, dan
objektif. Penerangan ini memperhatikan keterangan yang diberikan saksi harus benar-
benar diberikan secara bebas, jujur, dan objektif.
Keterangan saksi mempunyai kekuatan pembuktian, pada prinsipnya harus memenuhi
syarat saksi hadir dalam persidangan, saksi harus bersumpah, saksi tersebut menerangkan
apa yang ia lihat, apa yang ia dengar dan apa yang ia alami dengan menyebutkan dasar
pengetahuannya.
2. Kasus :

Kuasa hukum Rizieq Shihab bakal mengambil langkah lanjutan setelah Mahkamah Agung atau
MA memutuskan untuk mengurangi hukuman klienya menjadi 2 tahun penjara. "Insyaallah
kita akan ajukan Peninjauan Kembali, karena kasus HRS di Rumah Sakit UMMI tidak layak
dipenjara walau sehari, sebab hanya kasus prokes dan itu pun hanya ucapan 'baik-baik Saja',"
kata kuasa hukum Rizieq, Aziz Yanuar kepada Tempo, Senin, 15 November 2021. Putusan
Mahkamah Agung terbaru memangkas setengah hukuman Rizieq Shihab yang dijatuhkan oleh
Pengadilan Negeri Jakarta Timur, yakni 4 tahun penjara. Putusan penjara selama 4 tahun ini
sebelumnya juga telah dikuatkan dalam vonis tingkat banding di Pengadilan Tinggi DKI
Jakarta

(Sumber : Tempo, 15 November 2021)

a. Bagaimana tanggapan saudara atas kasus tersebut?

Jawaban

Menurut saya kasus tersebut wajar terjadi dalam ranah hukum. RS bersalah melanggar Pasal
14 ayat (1) UU RI No.1 Tahun 1946 jo. Pasal 55 ayat (1) Ke-1 KUHP. Sebelumnya Kuasa
hukum Rizieq Shihab telah mengajukan banding ke PT DKI Jakarta, namun PT DKI Jakarta
menolak banding yang telah diajukan oleh terdakwa. Putusan tersebut secara langsung
menguatkan putusan pengadilan tingkat pertama yakni PN Jakarta Timur yang telah
menjatuhkan vonis empat tahun penjara kepada terdakwa Rizieq Shihab. Karena bandingnya
ditolak wajar saja kuasa hukum RS mengajukan banding ke Mahkamah Agung dan akhirnya
memangkas vonis RS menjadi dua tahun. Pengurangan hukuman ini berdasarkan bahwa karena
keonaran yang didakwakan jaksa hanya terjadi di media massan dan tidak menimbulkan
korban fisik, harga benda, atau korban jiwa. Menurut saya pengurangan hukuman dalam kasus
tersebut sudah sesuai dengan prosedur.
b. Jelaskan proses pemeriksaan Peninjauan Kembali !
Jawaban diawali dengan penjelasan alasan pengajuan Peninjuan Kembali !
Jawaban
Permohonan peninjauan kembali dapat dilakukan apabila dalam putusan mengena perkara
yang bersangkutan ditemukan hal-hal sebagai berikut:
1. Adanya suatu kebohongan, tipu muslihat, atau bukti-bukti palsu, yang untuk itu semua
telah dinyatakan pula oleh hakim pidana. Peninjauan kembali dapat diajukan dengan masa
tenggang waktu 180 hari sejak diketahuinya kebohongan, tipu muslihat, atau bukti-bukti
palsu berdasarkan putusan hakim pidana.
2. Adanya surat-surat bukti yang bersifat menentukan, jika surat-surat bukti dimaksud
dikemukakan ketika proses persidangan berlangsung. Bukti semacam itu disebut pula
dengan istilah novum. Peninjauan kembali dapat diajukan dengan masa tenggang waktu
180 hari sejak diketahui atau ditemukannya bukti baru (novum).
3. Adanya kenyataan bahwa putusan hakim mengabulkan suatu hal yang tidak dituntut atau
lebih dari yang dituntut. Peninjauan kembali dapat diajukan dalam tenggang waktu 180
hari sejak putusan memiliki kekuatan hukum tetap dan telah diberitahukan kepada pihak-
pihak yang berperkara.
4. Adanya bagian mengenai suatu tuntutan dalam gugatan yang belum diputus tanpa ada
pertimbangan sebab-sebabnya. Peninjauan kembali diajukan dengan masa tenggang waktu
180 hari sejak putusan mempunyai kekuatan hukum tetap dan telah diberitahukan kepada
pihak-pihak yang berperkara.
5. Adanya putusan yang saling bertentangan, meskipun para pihaknya sama, mengenai dasar
atau soal yang sama, atau sama tingkatannya. Peninjauan kembali ditujukan dengan masa
tenggang waktu 180 hari sejak putusan mempunyai kekuatan hukum yang tetap dan telah
diberitahukan kepada pihak-pihak yang berperkara.
6. Adanya kenyataan bahwa putusan itu mengandung suatu kekhilafan atau kekeliruan yang
nyata sehingga merugikan pihak yang bersangkutan. Peninjauan kembali dapat diajukan
dengan masa tenggang waktu 180 hari sejak putusan mempunyai kekuatan hukum yang
tetap dan telah diberitahukan kepada pihak-pihak yang berperkara.
Sedangkan prosedur Peninjauan Kembali adalah sebagai berikut :
1. Terhadap putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap yang
merupakan putusan pemidanaan, terpidana. atau ahli warisnya dapat mengajukan
permohonan Peninjauan Kembali, dan dapat dikuasakan kepada Penasihat Hukumnya.
2. Permohonan Peninjauan Kembali diajukan kepada Panitera Pengadilan yang telah
memutus perkaranya dalam tingkat pertama dengan menyebutkan secara jelas alasannya.
3. Permohonan Peninjauan Kembali tidak dibatasi jangka waktu.
4. Petugas menerima berkas perkara pidana permohonan Peninjauan Kembali, lengkap
dengan surat-surat yang berhubungan dengan perkara tersebut, dan memberikan tanda
terima.
5. Permohonan Peninjauan Kembali dari terpidana atau ahli warisnya atau Penasihat
Hukumnya beserta alasan-alasannya, diterima oleh Panitera dan ditulis dalam suatu surat
keterangan yang ditandatangani oleh Panitera dan pemohon.
7. Dalam hal terpidana selaku pemohon Peninjauan Kembali kurang memahami hukum,
Panitera wajib menanyakan dan mencatat alasan-alasan secara jelas dengan membuatkan
Surat Permohonan Peninjauan Kembali.
8. Dalam hal Pengadilan Negeri menerima permohonan Peninjauan Kembali, wajib
memberitahukan permintaan permohonan Peninjauan Kembali tersebut kepada Penuntut
Umum.
9. Dalam tenggang waktu 14 (empat belas) hari setelah permohonan Peninjauan Kembali
diterima Pengadilan Negeri, Ketua Pengadilan menunjuk Majelis Hakim yang tidak
memeriksa perkara semula, untuk memeriksa dan memberikan pendapat apakah alasan
permohonan Peninjauan Kembali telah sesuai dengan ketentuan Undang-undang.
10. Dalam pemeriksaan tersebut, terpidana atau ahli warisnya dapat didampingi oleh Penasehat
Hukum dan Jaksa yang dalam hal ini bukan dalam kapasitasnya sebagai Penuntut Umum
ikut hadir dan dapat menyampaikan pendapatnya.
11. Dalam hal permohonan Peninjauan Kembali diajukan oleh terpidana yang sedang
menjalani pidananya, Hakim menerbitkan penetapan yang memerintahkan kepada Kepala
Lembaga Pemasyarakatan dimana terpidana menjalani pidana untuk menghadirkan
terpidana ke persidangan Pengadilan Negeri.
12. Panitera wajib membuat Berita Acara Pemeriksaan Peninjauan Kembali yang
ditandatangani oleh Hakim, Jaksa, pemohon dan Panitera. Berdasarkan berita acara
pemeriksaan tersebut dibuat berita acara pendapat yang ditandatangani oleh Majelis Hakim
dan Panitera.
13. Permohonan Peninjauan Kembali tidak menangguhkan maupun menghentikan
pelaksanaan putusan.
14. Permohonan Peninjauan Kembali yang terpidananya berada di luar wilayah Pengadilan
yang telah memutus dalam tingkat pertama:
a. Diajukan kepada Pengadilan yang memutus dalam tingkat pertama;
b. Hakim dari Pengadilan yang memutus dalam tingkat pertama dengan
penetapan dapat meminta bantuan pemeriksaan, kepada Pengadilan Negeri
tempat pemohon Peninjauan Kembali berada;
c. Berita Acara pemeriksaan dikirim ke Pengadilan yang meminta bantuan
pemeriksaan;
d. Berita Acara Pendapat dibuat oleh Pengadilan yang telah memutus pada
tingkat pertama;
15. Dalam pemeriksaan persidangan dapat diajukan surat¬-surat dan saksi-saksi yang
sebelumnya tidak pernah diajukan pada persidangan Pengadilan di tingkat pertama.
16. Dalam waktu 30 (tiga puluh) hari, setelah pemeriksaan persidangan selesai, Panitera harus
segera mengirimkan berkas perkara tersebut ke Mahkamah Agung. Tembusan surat
pengantarnya disampaikan kepada pemohon dan Jaksa.
17. Dalam hal suatu perkara yang dimintakan Peninjauan Kembali adalah putusan Pengadilan
Banding, maka tembusan surat pengantar tersebut harus dilampiri tembusan Berita Acara
Pemeriksaan serta Berita Acara pendapat dan disampaikan kepada Pengadilan Banding
yang bersangkutan.
18. Fotocopy relaas pemberitahuan putusan Mahkamah Agung yang telah disahkan oleh
Panitera dikirimkan ke Mahkamah Agung.
19. Permohonan Peninjauan Kembali hanya dapat dilakukan 1 (satu) kali saja (pasal 268 ayat
3 KUHAP).

Anda mungkin juga menyukai