Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MANDIRI SKENARIO 2

EDEMA
HOMEOSTASIS & CAIRAN

Kelompok : B1
Nama : Mochamad Bunyamin Wijaksana
NPM : (1102021131)
Dosen Pembimbing : dr. Linda Weni, S. Si., M. Si.

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
TAHUN 2021
Sasaran Belajar:
1. Memahami dan menjelaskan edema
1.1. Definisi
Edema adalah suatu keadaan dimana terjadi akumulasi air di jaringan
interstisium secara berlebiha akibat penambahan volume yang melebihi
kapasitas penyerapan pembuluh limfe. Keadaan ini memberi gejala klinis
pembengkakan (edema). Edema juga merupakan refleksi dari kelebihan
natrium dan hipervolemia.
1.2. Penyebab dan akibat
 Penyebab edema
Berkurangnya konsentrasi protein plasma menurunkan
tekanan koloid. Penurunan tekanan masuk utama ini menyebabkan
kelebihan cairan yang keluar sementara cairan yang direabsorpsi lebih
sedikit daripada normal; karena itu, kelebihan cairan tersebut tetap
berada di ruang interstisium. Edema dapat disebabkan oleh penurunan
konsentrasi protein plasma melalui beberapa cara berbeda: pengeluaran
berlebihan protein plasma melalui urine, akibat penyakit ginjal;
penurunan sintesis protein plasma, akibat penyakit hati (hati
membentuk hampir semua protein plasma); makanan yang kurang
mengandung protein; atau pengeluaran
bermakna protein plasma akibat luka bakar yang luas.
Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler memungkinkan
lebih banyak protein plasma yang keluar dari plasma ke dalam cairan
interstitium sekitar, sebagai contoh, melalui pelebaran pori kapiler yang
dipicu oleh histamin sewaktu cedera jaringan atau reaksi alergik.
Penurunan tekanan osmotik koloid plasma yang terjadi menurunkan
tekanan masuk efektif, sementara peningkatan tekanan osmotik koloid
cairan interstisium yang terjadi akibat peningkatan protein di cairan
interstisium meningkatkan tekanan keluar efektif. Ketidak seimbangan
ini ikut berperan menyebabkan edema lokal yang berkaitan dengan
cedera (misalnya, lepuh) dan reaksi alergik (misalnya biduran).
Meningkatnya tekanan vena, seperti ketika darah terbendung
di vena, menyebabkan peningkatan tekanan darah kapiler. Karena
kapiler mengalirkan isinya ke dalam vena, pembendungan darah di vena
mengarah pada "back log" darah di dalam kapiler karena lebih sedikit
darah yang keluar dari kapiler menuju vena yang kelebihan muatan
daripada yang masuk ke arteriol. Peningkatan tekanan hidrostatik keluar
melewati dinding kapiler ini berperan besar menyebabkan edema pada
gagal jantung kongestif. Edema regional juga dapat terjadi akibat
restriksi lokal aliran balik vena. Contohnya adalah pembengkakan yang
sering terjadi di tungkai dan kaki selama kehamilan. Uterus yang
membesar menekan vena besar yang menyalurkan darah dari
ekstremitas bawah sewaktu pembuluh-pembuluh tersebut masuk ke
rongga abdomen. Bendungan darah di vena ini meningkatkan tekanan
darah di kapiler tungkai dan kaki, mendorong edema regional
ekstremitas bawah.
Seumbatan pembuluh limfe menyebabkan edema karena
kelebihan cairan filtrasi tertahan di cairan interstisium dan tidak dapat
dikembalikan ke darah melalui pembuluh limfe. Akumulasi protein di
cairan interstisium memperparah masalah melalui efek osmotiknya.
Sumbatan pembuluh limfe Iokal dapat terjadi, sebagai contoh, di lengan
wanita yang saluran-saluran drainase limfenya dari lengan telah
tersumbat akibat pengangkatan kelenjar limfe selama pembedahan
untuk kanker payudara.
 Akibat edema
Gagal jantung kongestive, tubuh tidak mampu memompa darah ke
seluruh tubuh, sehingga cairan yang mungkin terhambat di kaki, tangan
dan kadang di paru-paru yang menyebabkan pembengkakan paru.
Sirosis, kerusakan hati yang menyebabkan cairan menumpuk di
rongga perut.
Penyakit ginjal, terdapat cairan dan Natrium ekstra yang menumpuk
dan menyebabkan pembengkakan terkait dengan penyakit ginjal.
1.3. Macam-macam edema
Edema dapat bermanifestasi dengan berbagai cara. Edema kutan atau yang
biasa disebut pitting edema dapat diidentifikasi setelah area cedera diberi
tekanan; setelah tekanan dilepas, lekukan pada area tidak hilang. Pitting
edema perifer merupakan edema yang biasa terjadi sebagai akibat dari retensi
air (Cho dan Atwood, 2002). Pitting edema dapat diakibatkan oleh kelainan
sistemik, kehamilan, akibat dari gagal jantung, kondisi local seperti varicose
veins, thrombo-phlebitis, gigitan serangga, dan dermatitis (Coen et al., 2003).
Non-pitting edema diamati jika indensasi/ lekukan segera hilang sesaat
tekanan dilepaskan. Pada umumnya terjadi pada pasien yang mengalami
lymphedema, lipedema, dan myxedema.
1.4. Mekanisme
Pembengkakan jaringan akibat kelebihan cairan interstisium dikenal
sebagai edema. Penyebab edema berkaitan dengan mekanisme pembentukan
edema itu sendiri yang dapat dikelompokan menjadi empat kategori umum
yaitu sebagai berikut:
Berkurangnya konsentrasi protein plasma menurunkan tekanan koloid.
Penurunan tekanan masuk utama ini menyebabkan kelebihan cairan yang
keluar sementara cairan yang direabsorpsi lebih sedikit daripada normal;
karena itu, kelebihan cairan tersebut tetap berada di ruang interstisium.
Edema dapat disebabkan oleh penurunan konsentrasi protein plasma melalui
beberapa cara berbeda: pengeluaran berlebihan protein plasma melalui urine,
akibat penyakit ginjal; penurunan sintesis protein plasma, akibat penyakit hati
(hati membentuk hampir semua protein plasma); makanan yang kurang
mengandung protein; atau pengeluaran
bermakna protein plasma akibat luka bakar yang luas.
Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler memungkinkan lebih banyak
protein plasma yang keluar dari plasma ke dalam cairan interstitium sekitar,
sebagai contoh, melalui pelebaran pori kapiler yang dipicu oleh histamin
sewaktu cedera jaringan atau reaksi alergik. Penurunan tekanan osmotik
koloid plasma yang terjadi menurunkan tekanan masuk efektif, sementara
peningkatan tekanan osmotik koloid cairan interstisium yang terjadi akibat
peningkatan protein di cairan interstisium meningkatkan tekanan keluar
efektif. Ketidak seimbangan ini ikut berperan menyebabkan edema lokal yang
berkaitan dengan cedera (misalnya, lepuh) dan reaksi alergik (misalnya
biduran).
Meningkatnya tekanan vena, seperti ketika darah terbendung di vena,
menyebabkan peningkatan tekanan darah kapiler. Karena kapiler mengalirkan
isinya ke dalam vena, pembendungan darah di vena mengarah pada "back
log" darah di dalam kapiler karena lebih sedikit darah yang keluar dari kapiler
menuju vena yang kelebihan muatan daripada yang masuk ke arteriol.
Peningkatan tekanan hidrostatik keluar melewati dinding kapiler ini berperan
besar menyebabkan edema pada gagal jantung kongestif. Edema regional
juga dapat terjadi akibat restriksi lokal aliran balik vena. Contohnya adalah
pembengkakan yang sering terjadi di tungkai dan kaki selama kehamilan.
Uterus yang membesar menekan vena besar yang menyalurkan darah dari
ekstremitas bawah sewaktu pembuluh-pembuluh tersebut masuk ke rongga
abdomen. Bendungan darah di vena ini meningkatkan tekanan darah di
kapiler tungkai dan kaki, mendorong edema regional ekstremitas bawah.
Seumbatan pembuluh limfe menyebabkan edema karena kelebihan cairan
filtrasi tertahan di cairan interstisium dan tidak dapat dikembalikan ke darah
melalui pembuluh limfe. Akumulasi protein di cairan interstisium
memperparah masalah melalui efek osmotiknya. Sumbatan pembuluh limfe
Iokal dapat terjadi, sebagai contoh, di lengan wanita yang saluran-saluran
drainase limfenya dari lengan telah tersumbat akibat pengangkatan kelenjar
limfe selama pembedahan untuk kanker payudara.
1.5. Gejala
Edema memiliki gejala yang bermacam-macam, pada kasus edema akut,
edema timbul dengan cepat dan cukup besar pada area yang terkena cedera
(Palmer dan Alpen, 1997). Adanya produksi panas yang timbul pada area
cedera, area cedera sakit saat disentuh (palpasi) ataupun saat digerakkan.
Pada edema kronis, area akan terasa keras dan bengkak dan diikuti dengan
rontoknya rambut pada area tersebut, lipatan kulit menghilang dan hilangnya
elastisitas jaringan. Edema juga dapat memengaruhi sistem vena, pada hal ini
terjadi dalam jangka yang relative lambat, tetapi progresif. Akan terasa
hangat pada area cedera dan terlihat kehitam-hitaman serta akan semakin
sakit apabila tidak ditangani.
1.6. Pemeriksaan
 Rontgen dada
 Tes darah
Tes darah dilakukan untuk memeriksa jumlah kandungan oksigen dan
karbon dioksida (konsentrasi gas darah arteri) dan jumlah darah.
 Tes urin
Tes urin dilakukan untuk mengidentifikasi apakah ada kehilangan
protein dari ginjal.
 Tes fungsi hati
Penurunan kadar albumin pada penyakit hati kronis menyebabkan
pembekuan darah. Oleh karena itu kadar albumin harus ditentukan
untuk mengidentifikasi adanya edema.
Biopsi hati dilakukan untuk mengumpulkan sampel jaringan dengan
jarum kecil yang dimasukkan ke dalam hati yang akan dianalisis untuk
mendiagnosis penyakit hati.
 Tes fungsi jantung
Electrocardiogram (EKG), dilakukan untuk menentukan berapa
lama gelombang listrik yang dibutuhkan untuk melewati jantung yang
dengannya kita dapat mengevaluasi tekanan arteri pulmonal.
Oksimetri nadi, Digunakan untuk menentukan oksigen dalam darah
dengan sensor yang dipasang di telinga atau jari yang menggunakan
cahaya.
Kateterisasi Jantung dan Angiogram, Jika penyebab spesifik dari
edema paru Anda tidak ditentukan dalam Elektrokardiogram atau
Ekokardiogram, maka dilakukan kateterisasi jantung dan angiogram
koroner. Dalam metode ini kateter dikirim ke ruang jantung untuk
mengukur tekanan di jantung.
Magnetic Resonance Imaging (MRI), Ketika konfirmasi trombosis
tidak diperoleh dengan ultrasonografi dupleks, pencitraan tambahan ini
diperlukan untuk mendiagnosis penyebab edema. Resonansi magnetik
membantu dalam diagnosis etiologi muskuloskeletal dan juga secara
langsung memvisualisasikan saluran limfatik.
Computerized Tomography of the Heart (CT), Ini menciptakan
gambar jantung dan arteri yang mendetail yang mengevaluasi apakah
ada penyempitan atau penyumbatan di arteri. Ini membantu untuk
mendeteksi berbagai penyakit jantung.
1.7. Penanganan edema
 Memperbaiki penyakit dasar
 Restriksi asupan natrium untuk meminimalisir retensi air
 Pemberian diuretic, Hal– hal yang harus diperhatikan dalam pemberian
diuretik untuk penanggulangan edema adalah: (1) saat yang tepat, (2)
risiko yang akan dihadapi bila edema dikurangi, dan (3) waktu yang
dibutuhkan untuk menanggulangi edema
1.8. Obat-obat diuretic
Diuretik adalah obat yang digunakan untuk membuang kelebihan garam
dan air dari dalam tubuh melalui urine. Obat ini memiliki beberapa jenis,
yaitu loop diuretic, diuretik hemat kalium, dan thiazide. Diuretik atau diuretic
tersedia dalam bentuk obat minum atau suntik.
Diuretik bekerja dengan mencegah penyerapan garam, termasuk natrium
dan klorida, di ginjal. Kadar garam juga mempengaruhi kadar air yang
diserap atau dikeluarkan oleh ginjal. Dengan cara kerja ini, garam dan air
akan dibuang dari tubuh melalui pengeluaran urine. Berdasarkan mekanisme
kerjanya, obat diuretik bisa dibagi ke dalam beberapa jenis, yaitu:
 Thiazide
Thiazide bekerja dengan mengurangi penyerapan natrium atau
klorida pada distal tubulus ginjal, sehingga meningkatkan produksi urine.
Selain itu, thiazide dapat merelaksasi pembuluh darah, sehingga efektif
dalam menurunkan tekanan darah.
 Diuretik loop
Diuretik loop bekerja dengan menurunkan penyerapan kalium,
klorida, dan natrium pada loop (lengkung) Henle di dalam ginjal. Hal ini
akan meningkatkan jumlah air dan garam yang dikeluarkan melalui
urine.
 Diuretik hemat kalium
Diuretik hemat kalium bekerja dengan meningkatkan volume
cairan dan natrium di dalam urine dengan tetap mempertahankan kadar
kalium di dalam tubuh.
 Penghambat karbonat anhydrase
Diuretik jenis penghambat karbonat anhidrase bekerja dengan
meningkatkan pengeluaran asam bikarbonat, natrium, kalium, dan air
pada bagian tubulus renalis ginjal.
 Diuretik osmotic
Diuretik osmotik meningkatkan jumlah cairan tubuh yang disaring
keluar oleh ginjal, sekaligus menghambat penyerapan cairan kembali
oleh ginjal.
2. Memahami dan menjelaskna fisiologi kelebihan cairan tubuh
2.1. Tekanan hidrostatik
Tekanan hidrostatik (tekanan cairan) adalah tekanan yang dihasilkan oleh
cairan terfiksasi, atau diahm, pada sebuah objek pada kasus ini, membran
(hydro berarti cairan, static berarti "diam").
2.2. Tekana osmotic koloid
Tekanan osmotic koloid atau tekanan onkotik adalah tekanan osmotik
yang dihasilkan oleh molekul yang tidak dapat berdifusi, dalam hal ini koloid.
Tekanan osmotik koloid (tekanan onkotik) menarik air ke dalam kapiler dan
melawan tekanan filtrasi. Tekanan osmotik koloid ini ditimbulkan oleh zat–
zat yang bersifat koloid, misalnya protein.
Protein dalam plasma (albumin) tidak mudah berpindah dari intravaskular
ke rongga interstisium, sehingga albumin merupakan koloid utama yang
memengaruhi tekanan osmotik koloid di ruang intravaskular.
Perpindahan cairan dari ruang intravaskular ke interstisium atau
sebaliknya sangat dipengaruhi oleh kadar albumin dalam plasma. Pada
keadaan normal, albumin tidak dapat keluar dari pembuluh darah. Albumin
adalah protein utama didalam plasma (80% protein plasma). 85% tekanan
onkotik plasma berasal dari albumin. Protein plasma menghasilkan tekanan
onkotik sekitar 25 mmHg. Efek osmotik packed red blood cells adalah nol
karena sel darah berada dalam suspensi bukan di dalam solution, sehingga
tidak bereaksi dengan air.
2.3. Hukum sterling
Hukum tersebut menyatakan bahwa jantung dalam keadaan normal
memompa semua darah yang dikembalikan kepadanya; peningkatan aliran
balik vena menyebabkan peningkatan volum sekuncup. (Sherwood)
2.4. Gangguan kelebihan cairan
Secara normal, tubuh bisa mempertahankan diri dari ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit. Namun adakala nya tubuh tidak bisa mengatasinya.
Cairan dan elektrolit didalam tubuh merupakan suatu kesatuan yang tidak
terpisahkan. Kelebihan cairan disebut overhidrasi, dan kekurangan disebut
dehidrasi.
Hipervolemia adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan volume
cairan ekstrasel khususnya intravaskular (volume overload) melebihi
kemampuan tubuh mengeluarkan air melalui ginjal, saluran cerna, dan kulit.
Edema adalah suatu keadaan dimana terjadi akumulasi air di jaringan
interstisium secara berlebihan akibat penambahan volume yang melebihi
kapasitas penyerapan pembuluh limfe. Keadaan ini memberi gejala klinis
pembengkakan (edema). Edema juga merupakan refleksi dari kelebihan
natrium dan hipervolemia.
3. Memahami dan menjelaskan aspek biokimia dari kelebihan cairan tubuh
3.1. Metabolisme air dan factor yang mempengaruhinya
Air sangat berperan penting dalam kehidupan ini tanpa air manusia, hewan
dan tumbuh-tumbuhan akan mati. Peran air dalam fisiologis dan biokimia
yaitu sebagai pelarut dan transport utama untuk mendukung fungsi fital
kehidupan. 60-70% berat tubuh orang dewasa adalah air. Di dalam tubuh
mahluk hidup, bahan organik dan inorganik polar bereaksi di dalam cairan,
yang sebagian besar adalah air (H2O). Air adalah suatu molekul yang
essensial untuk kehidupan, dapat melarutkan dan mengubah sifat-sifat
biomolekuler seperti asam nukleat, protein dan karbohidrat dengan
membentuk ikatan hidrogen dengan bagian yang polar dari biomolekuler
tersebut.
Homeostasis adalah suatu mekanisme pengaturan yang dapat
mempertahankan komposisi suatu mahluk hidup yang esensial untuk
kelangsungan hidupnya , misalnya distribusi air , pH dan konsentrasi
mineral. Pengaturan keseimbangan air, tergantung pada pusat haus di
hipotalanus, ADH (anti diuretik hormon) dan ekskresi dan retensi air oleh
ginjal. Kekurangan air atau kelebihan air biasanya diikuti oleh mineral
sodium. Kekurangan air misalnya bisa terjadi karena muntah berak dan
diabetes mellitus yang tidak terkontrol. Kelebihan air dipihak lain misalnya
dapat terjadi karena kelebihan pemberian infus cairan dan kelainan ginjal
khronik.
Apabila tekanan osmotik meningkat kira-kira 2% dapat meransang pusat
haus di hipotalamus untuk melepas ADH. Rangsangan pelepasan ADH dapat
terjadi juga apabila volume air berkurang 10%. Di dalam sel hidup air
merupakan bagian yang paling besar yaitu antara 45 – 70% berat badan.
Jumlah air dalam tubuh dapat berkurang dengan bertambahnya umur dan
pada orang yang gemuk, dimana lipidanya bertambah.
Faktor yang mempengaruhi: (1) Umur, Kebutuhan intake cairan bervariasi
tergantung dari usia, karena usia akan berpengaruh pada luas permukaan
tubuh, metabolism, dan berat badan. Anak anak lebih mudah mengalami
gangguan keseimbangan cairan dibanding usia dewasa, pada usia lanjut
sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi
ginjal atau jantung, (2) Iklim, Orang yang tinggal di daerah yang panas dan
kelembaban udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh
dan elektrolit melalui keringat. Sedangkan seseorang yang beraktifitas di
lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai dengan 5L per hari,
(3) Stress, Stress dapat meningkatkan metabolism sel, glukosa darah, dan
pemecahan glikogen otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan
retensi air sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah,
(4) Diet, Diet seseorang berpengaruh pada intake cairan dan elektrolit. Ketika
intake nutrisi tidak kuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak
sehingga akan serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal
keduanya sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal
ini akan menyebabkan edema.
4. Memahami dan menjelaskan kapiler darah
4.1. Struktur kapiler darah
Kapiler, tempat pertukaran bahan antara darah dan sel jaringan dan
bercabang-cabang secara ekstensif untuk membawa darah agar dapat
dijangkau oleh setiap sel. Ujung arteri dan vena bercabang-cabang menjadi
pembuluh-pembuluh kecil yang disebut pembuluh kapiler. Kapiler dapat
dikelompokkan dalam 3 jenis menurut struktur dinding sel endotel, yaitu:
 Kapiler perforata ditandai oleh adanya pori-pori diantara sel endotel.
Kapiler perforata biasanya ditemukan dalam jaringan-jaringan dimana
terjadi pertukaran-pertukaran zat dengan cepat antara jaringan dan darah,
seperti yang terdapat pada ginjal, usus, dan kelenjar endokrin.
 Kapiler sinusoid, berkelok-kelok dan garis tengahnya sangat besar (30-
40 μm), sirkulasi darah lambat, tidak memiliki dinding yang dibatasi
kontinu oleh sel– sel endotel, tetapi terbuka pada ruang–ruang antara sel,
dan adanya sel dengan dinding bulat selain sel endotel yang biasa dengan
aktivitas fogositosis. Kapiler sinusoid terutama ditemukan pada hati dan
organ-organ hemopoetik seperti sumsum tulang dan limpa. Struktur ini
diduga bahwa pada kapiler sinusoid pertukaran antar darah dan jaringan
sangat dipermudah, sehingga cairan darah dan makromolekul dapat
berjalan dengan mudah bolak-balik antara kedua ruangan tersebut.
 Kapiler kontinu, yaitu susunan sel endotel rapat.
Struktur pembuluh kapiler darah:
 Tunica intima, lapisan yang bersentuhan langsung dengan darah, dan
dibentuk oleh sel endotel.
 Tunica media, lapisan yang berada diantara tunica intima dan tunica
adventitia, dibentuk oleh sel otot.
 Tunica adventitia, lapisan yang paling luar, tersusuan oleh jaringan ikat.
4.2. Fungsi kapiler darah
 Sebagai tempat terjadinya pertukaran zat-zat antara darah dan cairan
 Hubungkan ujung pembuluh nadi yang terkecil dan berhubungan
langsung dengan sel sel tubuh.
 Absorbsi Sekret kelenjar.
 Menyerap hasil makanan yang terdapat di usus.
 Mengambil hasil hasil dari kelenjar.
 Alat penghubung antara pembuluh darah arteri dan Vena.
 Mendistribusikan darah yang kaya ksigen ke jaringan tubuh.
4.3. Factor yang mempengaruhi tekanan kapiler
Tekanan darah bisa tidak normal terjadi karena ada faktor yang
mempengaruhi tekanan darah yaitu elastisitas dinding arteri, volume darah,
kekuatan gerak jantung, viskositas darah, curah jantung, kapasitas pembuluh
darah.
Tekanan darah adalah gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap dinding
pembuluh, bergantung pada volume darah yang terkandung di dalam
pembuluh dan daya regang atau distensibilitas dinding pembuluh (seberapa
mudah pembuluh tersebut regang) (Sherwood, 2014). Klasifikasi tekanan
darah menurut American Heart Association (2017) dibagi menjadi 6 kategori,
kategori tekanan darah yang dikatakan normal ialah tekanan darah sistolik
<120 mmHg dan tekanan darah diastolik <80 mmHg, dikatakan tekanan
darah tinggi ialah tekanan darah sistolik
120-129 mmHg dan tekanan darah diastolik <80 mmHg, dikatakan
hipertensi tahap 1 ialah tekanan darah sistolik 130remaja dan dewasa rentang
tekanan darah masih dalam rentang normal yaitu tekanan darah sistolik <120
mmHg dan tekanan diastolik <80 mmHg. Sherwood (2014) dan Berman et al
(2016), mengatakan tekanan darah bisa tidak normal terjadi karena ada faktor
yang mempengaruhi tekanan darah yaitu elastisitas dinding arteri, volume
darah, kekuatan gerak jantung, viskositas darah, curah jantung, kapasitas
pembuluh darah. Menurut Berman et al (2016) dan Ardiansyah (2012),
faktor lain yang bisa mempengaruhi tekanan darah adalah usia, olahraga,
stres, ras, obat-obatan, obesitas, variasi diurnal, kondisi medis, suhu, genetik
dan gaya hidup.
4.4. Sirkulasi darah
Sistem sirkulasi adalah sistem transport yang menghantarkan oksigen dan
berbagai zat yang di absorpsi dan traktus gastrointestinal menuju kejaringan
serta melibatkan karbondioksida keparu dan hasil metabolisme lain menuju
ginajl. Sistem sirkulasi berperan dalam pengaturan suhu tubuh dan
mendistribusi hormon serta berbagai zat lain yang mengatur fungsi sel. Setiap
pembuluh halus yang menghubungkan anteriol dan venol membentuk suatu
jaringan pada hampir seluruh bagian tubuh. Dindingnya bekerja sebagai
membran semipermiabel untuk pertukaran berbagai substansi. Sirkulasi
kapiler adalah penghubung antar lingkungan eksternal dan lingkungan cairan
internal tubuh. Pertukaran material dalam pembuluh darah kapiler ke sel
terjadi melalui mekanisme difusi dan transport aktif
Difusi: peristiwa mengalirnya suatu zat dalam pelarut dari konsentrasi
tinggi ke rendah.
Transport aktif: pergerakan atau pemindahan yang menggunakan energy
untuk mengeluarkan dan memasukkan ion-ion dan molekul melalui membran
sel yang bersifat permeable.
(1) O2 dalam alveolus (2) berdifusi melalui membrane kapiler pulmonalis
(3) diikat Hb dalam sel darah merah (4) dikapiler darah jaringan O2 dilepas
Hb (5) O2 menuju sel jaringan.
Darah mengalir dari jantung ke arteri, yang bercabang dan
menyempit ke arteriola, dan kemudian masih bercabang lagi menjadi
kapiler. Setelah terjadinya perfusi jaringan, kapiler bergabung dan melebar
menjadi vena, yang mengembalikan darah ke jantung.
Kapiler bercabang langsung dari arteriol atau dari mertarteiol,
suatu saluran utama antara arteriol dan venula. Kapiler-kapiler menyatu
kembali di venula atau metarteriol. Mertaarteriol dikelilingi oleh otot-otot
polos yang membentuk sfingter prakapiler yang mengelilingi kapiler
sewaktu pembuluh ini muncul dari mertarteriol Sfingter prakapiler bekerja
sebagai keran untuk mengatur aliran darah melalui kapiler tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Igile, Godwin Oju. (2014). Edema: Causes, Symptoms and Treatment Options.
76. 151-160.
Guyton & Hall.1997.Fisologi Kedokteran Ed 9.Jakarta : penerbit EGC
Armstrong LE, Johnson EC. Water Intake, Water Balance, and the Elusive Daily
Water Requirement. Nutrients. 2018 Dec;10(12):1928.
Sherwood .L. 2012. Fisiologi manusia : from cells to systems. 6 th ed., penerbit
buku kedokteran. EGC .
Sherwood.L., (2016). Human Physiology : From Cell to System. 9th ed., Cengage
Learning, Boston
Rukmono, 1973. PATOLOGI, UI.1973. Jakarta.EGC.

Anda mungkin juga menyukai