Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PSIKOLOGI PENDIDIKAN
PERBEDAAN INDIVIDU DALAM BELAJAR
(BAGIAN 2)

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
DIMAS FEBRIAN PUTRA (19129105)
ANGELLA FATIKA (19129003)
ANNISA AL MARDIYAH (19129006)
COMALA MAIVI (19129100)
SURVIA ASTRI (19129172)

19 BKT 07

DOSEN PENGAMPU :
Dra. Tin Indrawati, M. Pd.

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah memberikan kesempatan
pada tim penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah tim
penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dosen pada mata kuliah “Psikolgi
Pendidikan” di Universitas Negeri Padang (UNP). Selain itu, penulis juga berharap agar
makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang “Perbedaan Individu dalam
Belajar (bagian 2)”.
Tim penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Dra. Tin Indrawati,
M. Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah ini. Tugas yang telah diberikan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni tim penulis. Tim penulis
juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan
makalah ini.
Tim penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Bukittinggi, 26 Mei 2021

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1


A. Latar belakang ......................................................................................................... 1
B. Rumusan masalah ................................................................................................... 1
C. Tujuan ..................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 2


A. Siswa beresiko ........................................................................................................ 2
B. Siswa berkebutuhan khusus .................................................................................... 2
C. Pendekatan pembelajaran sesuai dengan keberagaman peserta didik .................... 5

BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 8


A. Kesimpulan ............................................................................................................. 8
B. Saran ....................................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah


Pendidikan merupakan saalah satu hal penting dalam kehidupan karena
pendidikan dapat mempengaruhi majunya suatu individu. Melalui pendidikan setiap
individu bertambah pengetahuan serta keteramplian guna bertahan hidup dan hidup di
masyarakat. Guru lah yang akan membimbing siswa untuk belajar di dalam kelas.
Untuk itu seorang guru harus menegrti dan memahami bagaiman pembelajaran yang
menarik. Selain pembelajaran yang menarik setiap guru harus mengetahui
bahwasanya setiap murid itu unik dan berbeda beda. Dalam satu kelas setiap siswanya
berasal dari lingkungan serta gen yang berbeda oleh karena itu setiap anak akan
memiliki karakteristik yang berbeda-beda.
Untuk itu setiap guru hendaklah memahami karakteristik siswanya yang berbeda
beda. Ada banyak faktor yang berperan dalam menentukan keberhasilan proses
belajar . hanya saja selama ini kita kuarang menyadari hal ini. seorang guru selalu
menuntut siswa harus belajar dengan baik dan mendapatkan nilai yang baik. Bila
hasilnya kurang maksimal maka yang akan disalahkan adalah siswanya. Mereka
dianggap kurang serius dan tekun belajar . faktor dominan yang menetukan
keberhasian proses belajar adalah dengan mengenal dan memahami bahwa setiap
individu adalah unik denga gaya belajar yang berbeda satu dengan yang lain.

B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang kami sajikan, berikut ini beberapa rumusan
masalah, yaitu :
1) Apa yang dimaksud dengan siswa beresiko ?
2) Apa yang dimaksud dengan siswa berkebutuhan khusus ?
3) Bagaimana pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan keberagaman
peserta didik ?

C. Tujuan
Dari rumusan masalah yang kami sajikan, berikut ini tujuan kami menyusun
makalah, yaitu :
1) Pembaca dapat memahami konsep siswa beresiko.
2) Pembaca dapat memahami konsep siswa berkebutuhan khusus.
3) Pembaca dapat memahami pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan
keberagaman peserta didik.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Siswa beresiko
Anak beresiko adalah anak-anak yang teridentifikasi memiliki potensi untuk
mengalami kegagalan dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolah. Siswa berisiko
(student at risk) adalah siswa yang memiliki probabilitas tinggi untuk gagal
menguasai keterampilan akademis minimum yang penting bagi keberhasilan mereka
di masa dewasa. Siswa berisiko umumnya memiliki sebagian atau seluruh karateristik
seperti riwayat kegagalan akademis, usia yang lebih tua dibanding teman sekelasnya,
masalah emosional dan perilaku, kerap berinteraksi dengan teman sebaya yang
berprestasi rendah, kurangnya kelekatan psikologis dengan sekolah, dan keengganan
untuk terlibat dengan sekolah (Ormrod, 2008).
Hamdani (2015) mengatakan ada tiga alasan untuk meyatakan bahwa anak
memiliki potensi untuk gagal di sekolah atau berksulitan belajar :
1) Hasil pemeriksaan medis
Melalui pemeriksaan medis pada masa bayi dan masa kanak-kanak dapat
diprediksikan bahwa adanya kemungkinan kelak menjadi anak berkesulitan
belajar, meskipun prediksi ilmiah tidak selamanya tepat tetapi dapat digunakan
untuk usaha intensif dalam mencegah terjadinya penyimpangan pada anak di
masa datang.

2) Resiko biologis
Resiko biologis menunjuk pada suatu kemungkinan yang didasarkan atas
riwayat medis dan kesehatan yang data menimbullkan kesulitan belajar disekolah.
Contoh resiko biologis adalah prematuritas dan orang tua yang berkesuitan
belajar,meskipun tidak pasti tetapi banyak kasus disekolah bahwa anak
berkesulitan belajar adalah anak-anak yang memiliki latar belakang prematuritas.
Sehingga dapat diwaspadai akan pertumbuhan dan perkembangannya.

3) Resiko lingkungan.
Terkait dengan adanya kekurangan stimulasi lingkukngan sosial yang
menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan anak tidak optimal. Stimulasi
tersebut mencakup fisik,emosi, kognitif,dan intuisi. Dari penyebab lingkugan
tersebut dapat diketahui, di prediksikan dan diinterfensi penyebab anak dalam
berkesulitan belajar.

B. Siswa berkebutuhan khusus


Menurut Heward, anak berkebutuhan khusus adalah Individu atau anak dengan
karakteristik khusus yang berbeda dengan idividu / anak pada umumnya, tanpa selalu
menunjukan pada ketidak mampuan mental,emosi atau fisik. Anak dengan kebutuhan
khusus adalah anak yang secara signifikan mengalami kelainan / penyimpangan (fisik,
mental-intelektual, sosial dan emosional) dalam proses pertumbuhkembanganya di

2
bandingkan dengan anak-anak lain seusianya, sehingga mereka memerlukan
pelayanan dan pendidikan khusus.
Sesuai dengan UU No. 20/2003 tentang Sisdiknas, anak berkebutuhan khusus
dapat dimaknai sebagai anak yang karena kondisi fisik, emosional, mental, sosial,
dan/atau memiliki kecerdasan atau bakat istimewa memerlukan bantuan khusus dalam
pembelajaran.
Sebelum terbitnya Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU No.20/2003 tentang Sisdiknas), istilah yang
digunakan untuk anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa, dan pendidikan
bagi anak-anak ini disebut sebagai pendidikan luar biasa (PLB), yaitu pendidikan bagi
anak yang memiliki keluarbiasaan.
Anak Luar Biasa (ALB) adalah anak yang mempunyai sesuatu yang luar biasa
yang secara signifikan membedakannya dengan anakanak seusia pada umumnya.
Keluarbiasaan yang dimiliki anak tersebut dapat merupakan sesuatu yang positif,
dapat pula yang negatif. Dengan demikian, keluarbiasaan itu dapat berada di atas rata-
rata anak normal, dapat pula berada di bawah rata-rata anak normal. Oleh karena itu,
jika kita berbicara tentang anak luar biasa maka yang kita maksud bukan hanya anak-
anak yang mempunyai kekurangan, tetapi juga anak-anak yang mempunyai kelebihan.
Berdasarkan waktu terjadinya, penyebab kelainan dapat dibagi menjadi tiga
kategori seperti berikut.
1) Penyebab Prenatal, yaitu penyebab yang beraksi sebelum kelahiran. Artinya,
pada waktu janin masih berada dalam kandungan, mungkin sang ibu terserang
virus, misalnya virus rubela, mengalami trauma atau salah minum obat, yang
semuanya ini berakibat bagi munculnya kelainan pada bayi.

2) Penyebab Perinatal, yaitu penyebab yang muncul pada saat atau waktu proses
kelahiran, seperti terjadinya benturan atau infeksi ketika melahirkan, proses
kelahiran dengan penyedotan (di-vacuum), pemberian oksigen yang terlampau
lama bagi anak yang lahir premature.

3) Penyebab Postnatal, yaitu penyebab yang muncul setelah kelahiran, misalnya


kecelakaan, jatuh, atau kena penyakit tertentu. Penyebab ini tentu dapat
dihindari dengan cara berhati-hati, selalu menjaga kesehatan, serta menyiapkan
lingkungan yang kondusif bagi keluarga.

Dilihat dari arah penyimpangan, jenis kebutuhan khusus dapat dibagi menjadi dua
kategori, yaitu kebutuhan khusus yang terkait dengan kondisi di atas normal, dan
kebutuhan khusus yang terkait dengan kondisi di bawah normal.
Kebutuhan khusus yang terkait dengan kelainan di atas normal merupakan
kondisi seseorang yang melebihi batas normal dalam bidang kemampuan. Anak atau
orang yang mempunyai kelebihan seperti ini, disebut sebagai anak berbakat atau
dalam bahasa asing disebut sebagai gifted and talented person. Di Indonesia, ternyata
keluarbiasaan atau kelainan seperti ini, merupakan satu kebanggaan sehingga anak-

3
anak yang dianggap luar biasa tersebut dikumpulkan dalam satu sekolah, yang disebut
sebagai sekolah unggul atau kelas unggul.
Kelainan di bawah normal dikenal dengan berbagai istilah karena memang
kondisi kelainan di bawah normal sangat beragam. Jenis-jenis kelainan di bawah
normal adalah :
1) Tunanetra
Tunanetra berarti kurang penglihatan. Sejalan dengan makna tersebut,
istilah ini dipakai untuk mereka yang mengalami gangguan penglihatan yang
mengakibatkan fungsi penglihatan tidak dapat dilakukan. Oleh karena gangguan
tersebut, penyandang tunanetra menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan
mereka yang penglihatannya berfungsi secara normal.

2) Tunarungu
Istilah tunarungu dikenakan bagi mereka yang mengalami gangguan
pendengaran, mulai dari yang ringan sampai dengan yang berat. Gangguan ini
dapat terjadi sejak lahir (merupakan bawaan), dapat juga terjadi setelah
kelahiran. Istilah lain yang sering digunakan untuk menggambarkan anak yang
mengalami gangguan pendengaran adalah anak tuli. Namun, sebenarnya istilah
anak tuli ini hanya merupakan salah satu klasifikasi dari gangguan pendengaran.

3) Gangguan komunikasi
Gangguan komunikasi atau dalam bahasa Inggris disebut communication
disorder, merupakan gangguan yang cukup signifikan karena kemampuan
berkomunikasi memungkinkan seseorang untuk berinteraksi dengan orang lain.
Jika kemampuan ini terganggu maka proses interaksi pun akan terganggu pula.
Secara garis besar, gangguan komunikasi dapat dibagi menjadi dua kategori,
yaitu gangguan bicara (karena kerusakan organ bicara) dan gangguan bahasa
(speech disorder dan language disorder). Gangguan bicara yang sering disebut
sebagai tunawicara dapat disebabkan oleh gangguan pendengaran yang terjadi
sejak lahir atau kerusakan organ bicara. Sedangkan gangguan komunikasi
terjadi karena gangguan bahasa, yang ditandai oleh munculnya kesulitan bagi
anak dalam memahami dan menggunakan bahasa, baik dalam bentuk lisan
maupun tertulis. Gangguan bahasa akan terjadi jika seseorang tidak menguasai
satu atau lebih aspek tersebut.

4) Tunagrahita
Tunagrahita atau sering dikenal dengan cacat mental adalah kemampuan
mental yang berada di bawah normal. Tolok ukur yang sering dikenakan untuk
ini adalah tingkat kecerdasan atau IQ. Anak yang secara signifikan mempunyai
IQ di bawah normal dikelompokkan sebagai anak tunagrahita. Meskipun yang
menonjol dalam hal ini adalah kemampuan mental yang di bawah normal,
namun kondisi ini berpengaruh pada kemampuan lainnya, seperti kemampuan
untuk bersosialisasi dan menolong diri sendiri.

4
5) Tunadaksa
Tunadaksa secara harfiah berarti cacat fisik. Oleh karena kecacatan ini,
anak tersebut tidak dapat menjalankan fungsi fisik secara normal. Anak yang
kakinya tidak normal karena kena polio atau yang anggota tubuhnya diamputasi
karena satu penyakit dapat dikelompokkan pada anak tunadaksa. Istilah ini juga
mencakup gangguan fisik dan kesehatan yang dialami oleh anak sehingga fungsi
yang harus dijalani sebagai anak normal, seperti koordinasi, mobilitas,
komunikasi, belajar, dan penyesuaian pribadi, secara signifikan terganggu. Oleh
karena itu, ke dalam kelompok ini juga dapat dimasukkan anak-anak yang
menderita penyakit epilepsy (ayan), cerebral palsy, kelainan tulang belakang,
gangguan pada tulang dan otot, serta yang mengalami amputasi.

6) Tunalaras
Kelompok tunalaras sering juga dikelompokkan dengan anak yang
mengalami gangguan emosi (emotionally disturbance). Gangguan yang muncul
pada anak-anak ini berupa gangguan perilaku, seperti suka menyakiti diri
sendiri (misalnya mencabik-cabik pakaian atau memukul-mukul kepala), suka
menyerang teman (agresif) atau bentuk penyimpangan perilaku yang lain.
Termasuk juga dalam kelompok ini adalah anak-anak penderita autistik, yaitu
anak-anak yang menunjukkan perilaku menyimpang yang membahayakan, baik
bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain.

7) Berkesulitan belajar
Anak berkesulitan belajar merupakan anak-anak yang mendapat kesulitan
belajar bukan karena kelainan yang dideritanya. Anak-anak ini pada umumnya
mempunyai tingkat kecerdasan yang normal, namun tidak mampu mencapai
prestasi yang seharusnya karena mendapat kesulitan belajar.

8) Tunaganda
Sesuai dengan makna istilah tunaganda, kelompok penyandang kelainan
jenis ini adalah mereka yang menyandang lebih dari satu jenis kelainan. Tentu
dapat dibayangkan betapa besarnya kelainan yang disandang, yang tentu saja
berdampak pada kompleksnya layanan pendidikan yang seyogianya disiapkan.

C. Pendekatan pembelajaran sesuai dengan keberagaman peserta didik


Anak-anak yang memiliki usia yang sama dan datang ke sekolah bersama-sama,
belum tentu memiliki kesamaan ukuran badan, hobi, kepribadian, kesukaan atau
ketidaksukaan yang sama. Kemampuan merekapun juga beragam, mungkin ada yang
sudah paham banyak hal tetapi ada juga yang belum memahami apapun. Mereka
memiliki suatu hal yang berbeda, karena anak-anak ini adalah manusia yang
mempunyai banyak hal yang berbeda dalam dirinya.
Pendidikan inklusif merupakan suatu pandangan yang menuntut adanya
perubahan layanan pendidikan yang tidak diskriminatif, menghargai perbedaan, dan
pemenuhan kebutuhan setiap individu berdasarkan kemampuannya. Stainback dan
5
Stainback (1990) dalam Sunardi (2002) menyebutkan bahwa sekolah inklusi
merupakan sekolah yang menampung semua siswa di kelas yang sama dengan
layanan pendidikan yang disesuaikan kemampuan dan kebutuhan siswa. Dengan
demikian, maka sekolah juga harus merupakan tempat setiap anak diterima menjadi
bagian dari kelas serta saling membantu dengan guru dan teman sebayanya agar
kebutuhan individualnya terpenuhi.
Sebagai sebuah pendekatan yang berhubungan dengan pengembangan yang
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan belajar seluruh peserta didik, pendidikan
inklusif mengakomodasi semua peserta didik tanpa memandang kondisi fisik,
intelektual, sosial, emosi, bahasa atau kondisi lainnya. Pendidikan inklusif didasarkan
pada persamaan hak untuk mendapat pendidikan tanpa diskriminasi. Pendidikan
inklusif dengan pandangannya telah memberi peluang bagi peserta didik
berkebutuhan khusus untuk mendapatkan apa yang menjadi hak mereka.
Dengan demikian pendidikan inklusif memberi keuntungan bagi peserta didik
berkebutuhan khusus untuk mendapat pengetahuan dan kesempatan untuk hidup
secara alami dalam masyarakat, hidup dalam kepatutan dan menghargai hidup,
menerima mereka sebagai bagian seutuhnya dalam anggota masyarakat dan memberi
sumbangan secara aktif dalam pembangunan.
Implikasi terhadap layanan pendidikan peserta didik berkebutuhan khusus, yakni :
1) Tidak diskriminatif ; pengakuan terhadap keberagaman, bahwa sekolah untuk
semua. Semua orang berhak untuk memperoleh pendidikan. Pengakuan dan
penghargaan ini hanya terjadi pada sekolah yang ramah. Sekolah yang ramah
adalah sekolah yang terbuka untuk menerima semua peserta didik tanpa kecuali
termasuk yang berkebutuhan khusus.
2) Memperhatikan kebutuhan peserta didik; masalah bukan pada anak tetapi pada
lingkungan. Sistem sekolah menyesuaikan dengan kebutuhan anak, proses belajar
yang fleksibel, penyesuaian kurikulum dengan kebutuhan anak, pembelajaran
yang koopertif, aktif dan kreatif, setiap anak dapat belajar sesuai kecepatannya
(multi level curriculum).
3) Lingkungan dan fasilitas yang aksesibel; lingkungan yang aman dan sehat bagi
keselamatan peserta didik. Fasilitas belajar memungkinkan semua peserta didik
dapat belajar secara nyaman.
4) Kerjasama tim; masalah yang dihadapi akan lebih mudah diatasi secara tim,
sehubungan dengan hambatan dan kebutuhan belajar yang beragam. Kegiatan
yang biasa dilakukan diantaranya melalui studi kasus atau perencanaan program.
Kerjasama tim memerlukan komitmen, kesamaan pemahaman dalam
memecahkan persoalan, toleransi dan saling terikat satu sama lain.
5) Peran serta orang tua; orang tua memiliki peran penting untuk suksesnya
pendidikan yang diselenggarakan, mereka bisa diposisikan sebagai kelompok
dukungan (parent support groups).
6) . Sistem pendukung (support system); sekolah yang menyelenggarakan
pendidikan inklusif membutuhkan sistem dukungan. Sistem dukungan tersebut
dapat diperoleh dari sekolah khusus atau sekolah luar biasa yang peran dan

6
fungsinya diperluas atau dari institusi yang dibangun secara khusus untuk
kepentingan tersebut.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Anak beresiko adalah anak-anak yang teridentifikasi memiliki potensi untuk
mengalami kegagalan dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolah. Siswa berisiko
(student at risk) adalah siswa yang memiliki probabilitas tinggi untuk gagal
menguasai keterampilan akademis minimum yang penting bagi keberhasilan mereka
di masa dewasa.
Anak berkebutuhan khusus adalah Individu atau anak dengan karakteristik khusus
yang berbeda dengan idividu / anak pada umumnya, tanpa selalu menunjukan pada
ketidak mampuan mental,emosi atau fisik.
Sebagai sebuah pendekatan yang berhubungan dengan pengembangan yang
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan belajar seluruh peserta didik, pendidikan
inklusif mengakomodasi semua peserta didik tanpa memandang kondisi fisik,
intelektual, sosial, emosi, bahasa atau kondisi lainnya. Pendidikan inklusif didasarkan
pada persamaan hak untuk mendapat pendidikan tanpa diskriminasi. Pendidikan
inklusif dengan pandangannya telah memberi peluang bagi peserta didik
berkebutuhan khusus untuk mendapatkan apa yang menjadi hak mereka.

B. Saran
Setelah membaca makalah ini, kami memberi saran kepada pembaca agar
senantiasa bersyukur terhadap normalnya kondisi fisik kita. Selain itu juga, kita saling
menghargai dan bekerja sama kepada orang sekitar kita yang berkebutuhan khusus
agar mereka selalu tersenyum dan kita pun juga bisa merasakan kebahagiaan mereka.

8
DAFTAR PUSTAKA

Prawesti, Anisa Julia, dkk. 2020. Strategi Pembelajaran Untuk Anak Berkebutuhan Khusus.
Proceeding of The ICECRS, vol. 8, hal. 2.

Sugiarmin, Mohamad..... Peserta Didik Berkebutuhan Khusus Dalam Perspektif Pendidikan


Inklusif. Dari
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195405271987031-
MOHAMAD_SUGIARMIN/artikel_untuk_dies_natalis.pdf , diakses pada 26 Mei 2021.

Wardani....Modul 1 : Hakikat Pendidikan Khusus. Dari


http://repository.ut.ac.id/4140/2/PDGK4407-M1.pdf, diakses pada 26 Mei 2021.

Anda mungkin juga menyukai