Anda di halaman 1dari 31

CRITICAL BOOK REVIEW

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


FISIKA UMUM
Dosen Pengampu : Yeni Megalina,S.Pd,M.Si

Oleh :

Steven Christoper G Sihombing


NIM : 4213111041
KELAS : PSPM 21-C

Pendidikan Matematika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Medan
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
kasih-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Critical Book Review tepat pada
waktunya.
Apabila terdapat penulisan di makalah saya berbagai kesalahan dan
kekurangan dalam penulisannya, maka kepada para pembaca, penulis memohon
maaf sebesar-besarnya atas kesalahan yang telah saya lakukan. Hal tersebut
semata-mata agar menjadi suatu evaluasi dalam pembuatan tugas ini dan menjadi
pelajaran untuk saya dalam pembuatan tugas lainnya.
Saya berharap dengan adanya pembuatan tugas ini dapat memberikan
manfaat berupa ilmu pengetahuan yang baik bagi penulis maupun bagi para
pembaca.

Sidikalang, 15 September 2021

Steven Christoper G Sihombing


i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................ i
DAFTAR ISI ........................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN ..................................................................... 1
A.Latar Belakang Masalah......................................................... 1
B.Rumusan Masalah .................................................................. 1
C.Tujuan Critical Book .............................................................. 1
BAB II : INTISARI BUKU .................................................................... 3
A.Identitas Buku .......................................................................... 3
B.Ringkasan Isi Buku .................................................................. 5
BAB III : PEMBAHASAN ..................................................................... 25
A.Kelebihan Buku ........................................................................ 25
B.Kekurangan Buku ..................................................................... 25
BAB IV : PENUTUP .............................................................................. 27
A.Kesimpulan .............................................................................. 27
B.Saran ......................................................................................... 27
Daftar Pustaka ......................................................................................... 28

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Critical book merupakan tugas untuk melakukan perbandingan tentang


suatu topik materi yang umumnya ada pada perkuliahan, terhadap buku yang
berbeda. Critical book tidak hanya bertujuan untuk mengetahui isi buku, tetapi
lebih menitikberatkan pada evaluasi (penjelasan, interpretasi, dan analisis)
mengenai keunggulan dan kelemahan buku, agar memberikan mahasiswa waktu
untuk membaca dan menganalisis buku tersebut.

Setiap buku yang ditulis oleh penulis tertentu pasti memiliki kelebihan
dan kekurangan masing-masing. Suatu buku dengan kelebihan yang lebih dominan
dibandingkan dengan buku lainnya menandakan buku tersebut sudah layak untuk
dipakai dan dijadikan sumber referensi oleh khalayak ramai.

Diharapkan dengan adanya laporan critical book ini dapat menambah


pemahaman tentang materi gerak, kecepatan, percepatan dan alt ukur dan mampu
berpikir lebih kritis dan sistematis, sehingga mahasiswa sebagai calon guru dapat
mengaplikasikan materi ini.

1
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan dari latar belakang, penulis membahas materi yang


dikritik, antara lain:

1. Bagaimana isi di setiap struktur buku ?

2. Bagaimana inti atau ringkasan dari setiap bab buku ?

3. Apa saja kelebihan dan kekurangan buku ?

C. Tujuan Critical Book Review

1. Menjelaskan pengertian relay, baterai, charger, rangkaian listrik, getaran dan


gelombang.

2. Pembaca dapat memahami pengertian dari relay, baterai, charger, rangkaian


listrik, getaran dan gelombang.

3. Menambah wawasan tentang relay, baterai, charger, rangkaian listrik,


getaran dan gelombang.

4. Mengkritik sebuah buku tentang relay, baterai, charger, rangkaian listrik,


getaran dan gelombang.

2
BAB II

INTISARI BUKU

A. Identitas Buku

 Buku 1

Judul buku : FISIKA Untuk SMA/MA Kelas X

Penulis : Joko Sumarsono

Penerbit : Teguh Karya

Kota Terbit : Jakarta

Tahun Terbit : 2008

ISBN : 978-979-068-166-8 (no.jld.lengkap)

978-979-068-169-9

Editor : Diyah Nuraini

Halaman : 218

Design Cover : Desteka

(Sampul depan Buku)

3
 Buku 2

Judul Buku : FISIKA untuk SMA dan MA Kelas X

Penulis : Karyono

Dwi Satya Palupi

Suharyanto

Penerbit : Sahabat

Kota Terbit : Jakarta

Tahun Terbit : 2009

ISBN : 978-979-068-802-5 (nomor jilid lengkap)

978-979-068-805-6

Desain Sampul : Uzi Sulistyo Adhi

Lay out : Rini Pudyastuti

Halaman : 123

(Sampul depan buku)

4
B. Ringkasan isi buku

 Ringkasan Buku 1

BAB 5 ALAT-ALAT OPTIK

A. Mata Manusia

Mata merupakan indra peng- lihatan dan merupakan organ yang dapat menangkap
perubahan dan perbedaan cahaya. Organ ini bekerja dengan cara menerima,
memfokuskan, dan mentransmisikan cahaya melalui lensa untuk menghasilkan
bayangan objek yang dilihatnya. Struktur dasar

mata manusia tampak seperti pada Gambar 5.1.

Rekonstruksi bayangan dari semua reseptor kecil ini terutama dilakukan di otak,
walaupun beberapa analisis ternyata dilakukan pada jaringan hubungan saraf yang
rumit pada retina itu sendiri. Di pusat retina ada daerah kecil yang disebut fovea,
berdiameter sekitar 0,25 mm, di mana kerucut-kerucut tersusun rapat, bayangan
paling tajam dan pemisahan warna paling baik ditemukan. Sistem saraf pada mata
menganalisis sinyal untuk membentuk bayangan dengan kecepatan sekitar 30 per
detik.
5
Lensa mata hanya sedikit membelokkan berkas cahaya. Umumnya pembiasan
dilakukan di permukaan depan kornea (indeks bias = 1,376), yang juga berfungsi
sebagai pelindung. Lensa mata berfungsi sebagai penyetel untuk pemfokusan pada
jarak yang berbeda. Hal ini dilakukan oleh otot siliari yang mengubah
kelengkungan lensa sehingga panjang fokusnya berubah, yang diilustrasikan
seperti pada Gambar 5.1.

Untuk pemfokusan pada benda jauh, otot akan rileks dan lensa memipih, sehingga
berkas- berkas paralel terfokus pada titik fokus (retina), tampak seperti pada
Gambar 5.2(a).

Untuk pemfokusan pada benda dekat, otot berkontraksi, menyebabkan lensa mata
mencembung sehingga jarak fokus menjadi lebih pendek, jadi bayangan benda
yang dekat dapat difokuskan pada retina, di belakang titik fokus, tampak seperti
pada Gambar 5.2(b). Kemampuan mata untuk mencembung atau memipihkan
lensa mata ini disebut daya akomodasi.

6
B. Lup (Kaca Pembesar)

Lup atau kaca pembesar sebenarnya merupakan lensa, tampak seperti pada Gambar
5.6. Seberapa besar benda akan tampak, dan seberapa banyak detail yang bisa kita
lihat padanya, bergantung pada ukuran bayangan yang dibuatnya pada retina. Hal
ini, sebaliknya bergantung pada sudut yang dibentuk oleh benda pada mata.
Contohnya, sebatang lidi dipegang secara vertikal pada jarak 30 cm dari mata,
tampak dua kali lebih tinggi dibandingkan jika dipegang pada jarak 60 cm.

(gambar 5.6)

karena sudut yang dibuatnya dua kali lebih besar, tampak seperti pada Gambar 5.7.
Ketika kita ingin meneliti detail sebuah benda, kita mendekatkannya ke mata
sehingga benda tersebut membentuk sudut yang lebih besar. Bagaimanapun, mata
kita hanya bisa mengakomodasi sampai suatu titik tertentu saja (titik dekat), dan
kita akan menganggap jarak standar 25 cm sebagai titik dekat mata.

Sebuah kaca pembesar (lup) memungkinkan kita untuk meletakkan benda lebih
dekat ke mata kita sehingga membentuk sudut yang lebih besar. Pada Gambar 5.8,
memperlihatkan sebuah benda diletakkan pada titik fokus atau di sebelah
dalamnya.

7
Kemudian lensa konvergen membentuk bayangan maya, minimal berada 25 cm
dari mata, agar mata terfokus padanya. Jika mata rileks, bayangan akan berada
pada tak berhingga, dan dalam hal ini benda tepat berada pada titik fokus.

1. Pemakaian Lup dengan Mata tak berakomodasi

Sebuah perbandingan bagian (a) dari Gambar 5.8 dengan bagian (b), di mana
benda yang sama dilihat pada titik dekat dengan mata tanpa bantuan, menunjukkan
bahwa sudut yang dibuat benda pada mata jauh lebih besar ketika menggunakan
kaca pembesar (lup).

Perbesaran anguler atau daya perbesaran, M, dari lensa didefinisikan sebagai


perbandingan sudut yang dibentuk oleh benda ketika menggunakan lensa, dengan
sudut yang dibentuk ketika mata tanpa bantuan lensa, dengan benda pada titik
dekat PP dari mata (PP = 25 cm untuk mata normal) dirumuskan:

m=

8
Di mana dan 0' ditunjukkan pada Gambar 5.8. Kita juga dapat menuliskan
perbesaran anguler, M, dalam panjang fokus dengan melihat bahwa:

anggap sudut-sudut kecil sehingga dan ' sama dengan sinus dan tangennya.

Jika mata rileks (untuk ketegangan mata paling kecil), bayangan akan berada pada
tak berhingga dan benda akan tepat pada titik fokus,

perhatikan Gambar 5.9,

Kemudian s = f dan

Dengan demikian didapatkan:

M= =

M=

9
C. Mikroskop

Mikroskop memiliki lensa objektif dan okuler. Lensa objektif adalah lensa yang
berhadapan dengan objek yang diamati, sedangkan lensa okuler adalah lensa yang
langsung berhadapan dengan mata pengamat. Mikroskop digunakan untuk melihat
benda yang sangat dekat, sehingga jarak benda sangat kecil. Benda yang akan
diamati diletakkan persis di luar titik fokus objektif, tampak seperti pada Gambar
5.10.

10
Bayangan I1 yang dibentuk oleh lensa objektif bersifat nyata, cukup jauh dari
lensa, dan diperbesar. Bayangan ini diperbesar oleh okuler menjadi bayangan
maya yang sangat besar, I2 yang terlihat oleh mata dan dibalik. Perbesaran total
mikroskop merupakan hasil kali perbesaran yang dihasilkan oleh kedua lensa.
Bayangan I1 yang dibentuk oleh objektif adalah sebesar faktor Mob lebih besar
dari benda itu sendiri.

BAB 7 LISTRIK

A. Arus Listrik

Arus listrik didefinisikan sebagai aliran muatan listrik melalui sebuah konduktor.
Arus ini bergerak dari potensial tinggi ke potensial rendah, dari kutub positif ke
kutub negatif, dari anoda ke katoda. Arah arus listrik ini ber- lawanan arah dengan
arus elektron. Muatan listrik dapat berpindah apabila terjadi beda potensial. Beda
potensial dihasilkan oleh sumber listrik, misalnya baterai atau akumulator. Setiap
sumber listrik selalu mempunyai dua kutub, yaitu kutub positif (+) dan kutub
negatif (–).

Apabila kutub-kutub baterai dihubungkan dengan jalur penghantar yang kontinu,


kita dapatkan rangkaian listrik tampak seperti pada Gambar 7.1(a), diagram
rangkaiannya tampak seperti pada Gambar 7.1(b). Dalam hal ini, baterai (sumber
beda potensial) digambarkan dengan simbol:

11
Garis yang lebih panjang menyatakan kutub positif, sedangkan yang pendek
menyatakan kutub negatif. Alat yang diberi daya oleh baterai dapat berupa bola
lampu, pemanas, radio, dan sebagainya. Ketika rangkaian terbentuk, muatan dapat
mengalir melalui kawat pada rangkaian, dari satu kutub baterai ke kutub yang
lainnya. Aliran muatan seperti ini disebut arus listrik.

Arus listrik diukur dalam coulomb per sekon dan diberi nama khusus yaitu ampere
yang diambil dari nama fisikawan Prancis bernama Andre Marie Ampere (1775 -
1836). Satu ampere didefinisikan sebagai satu coulomb per sekon (1 A = 1 C/s).
Satuan-satuan terkecil yang sering digunakan adalah miliampere (1 mA = 10-3 A)
atau mikroampere (1 A = 10-6 A). Alat untuk mengukur kuat arus listrik
dinamakan amperemeter (disingkat ammeter).

B. Hambatan Listrik dan Beda Potensial

Dalam arus listrik terdapat hambatan listrik yang menentukan besar kecilnya
arus listrik. Semakin besar hambatan listrik, semakin kecil kuat arusnya, dan
sebaliknya. George Simon Ohm (1787-1854), melalui eksperimennya menyimpulkan
bahwa arus I pada kawat penghantar sebanding dengan beda potensial V yang diberikan
ke ujung-ujung kawat penghantar tersebut: I  V.
Pernyataan ini dikenal dengan Hukum Ohm, dan dinyatakan dengan persamaan:

12
C. Hambatan Jenis

Kita mungkin menduga bahwa hambatan yang dimiliki kawat yang tebal lebih
kecil daripada kawat yang tipis, karena kawat yang lebih tebal memiliki area yang
lebih luas untuk aliran elektron. Kita tentunya juga mem- perkirakan bahwa
semakin panjang suatu penghantar, maka hambatannya juga semakin besar, karena
akan ada lebih banyak penghalang untuk aliran elektron.

Berdasarkan eksperimen, Ohm juga merumuskan bahwa hambatan R kawat logam


berbanding lurus dengan panjang l, berbanding terbalik dengan luas penampang
lintang kawat A, dan bergantung kepada jenis bahan tersebut. Secara matematis
dituliskan:

dengan:

R = hambatan kawat penghantar ( Ω )


l = panjang kawat penghantar (m)
A = luas penampang lintang penghantar (m2)
q = hambatan jenis kawat penghantar ( Ω .m)
Konstanta pembanding q disebut hambatan jenis (resistivitas). Hambatan jenis
kawat berbeda-beda tergantung bahannya.
D. Daya dan Energi Listrik

Energi listrik berguna untuk kita karena dapat diubah menjadi bentuk energi lain.
Pada alat-alat listrik seperti pemanas listrik, kompor listrik, dan pengering rambut,
energi listrik diubah menjadi energi panas pada hambatan kawat yang dikenal
dengan nama “elemen pemanas”.

13
Kemudian, pada banyak lampu (Gambar 7.4), filamen kawat yang kecil menjadi
sedemikian panas sehingga bersinar. Hanya beberapa persen energi listrik yang
diubah menjadi cahaya tampak, dan sisanya lebih dari 90% menjadi energi panas.
Energi listrik dapat diubah menjadi energi panas atau cahaya pada alat-alat listrik
tersebut, karena arus biasanya agak besar, dan terjadi banyak tumbukan antara
elektron dan atom pada kawat. Pada setiap tumbukan, terjadi transfer energi dari
elektron ke atom yang ditumbuknya, sehingga energi kinetik atom bertambah dan
menyebabkan suhu elemen kawat semakin tinggi. Daya yang diubah oleh peralatan
listrik merupakan energi yang diubah bila muatan Q bergerak melintasi beda
potensial sebesar V. Daya listrik merupakan kecepatan perubahan energi tiap
satuan waktu, dirumuskan:

Persamaan (7.5) menunjukkan bahwa daya yang dihasilkan dapat diubah oleh
suatu perangkat untuk nilai arus I yang melewatinya dan beda potensial V di antara
ujung-ujung penghantar. Satuan daya listrik dalam SI adalah watt (1 W = 1 J/s).

14
Daya atau laju perubahan energi pada hambatan R dapat dituliskan berdasarkan
Hukum Ohm sebagai berikut:

Dengan,

P = daya listrik (watt)

I = kuat arus listrik (A)

R = hambatan kawat penghantar ( )

V= beda potensial listrik (V)

E. Amperemeter dan Voltmeter

Amperemeter adalah alat untuk mengukur kuat arus listrik, dan voltmeter untuk
mengukur beda potensial atau tegangan. Bagian terpenting amperemeter atau
voltmeter adalah galvanometer, yang berupa jarum penunjuk pada suatu skala
tertentu. Galvanometer dapat digunakan secara langsung untuk mengukur arus DC
yang kecil. Contohnya, galvanometer dengan sensitivitas Im 50 mA dapat
mengukur arus dari 1 mA sampai dengan 50 mA. Untuk mengukur arus yang lebih
besar, sebuah resistor dipasang paralel dengan galvanometer. Amperemeter yang
terdiri dari galvanometer yang dipasang paralel dengan resistor disebut resistor
shunt (“shunt” adalah persamaan kata “paralel dengan”). Hambatan shunt adalah
R, dan hambatan kumparan gal- vanometer (yang membawa arus) adalah r. Nilai R
dipilih menurut penyimpangan skala penuh yang diinginkan dan biasanya sangat
kecil, mengakibatkan hambatan dalam amperemeter sangat kecil pula.
15
 Ringkasan Buku 2

BAB III PRINSIP-PRINSIP ALAT OPTIK

A. Analisis Alat-Alat Optik Secara Kualitatif dan Kuantitatif

Mata

Gambar 3.1

Sistem optik yang paling penting bagi manusia adalah mata. Bagian-bagian dari
mata ditunjukkan pada Gambar 3.1. Di depan lensa mata terdapat selaput yang
membentuk suatu celah lingkaran. Selaput inilah yang disebut iris dan berfungsi
memberi warna pada mata. Celah lingkaran disebut pupil. Lebar pupil
dikendalikan oleh iris sesuai dengan intensitas cahaya yang mengenainya. Jumlah
cahaya yang memasuki mata dikendalikan oleh iris. Iris mengatur ukuran biji mata,
sedang tebal lensa dikendalikan oleh otot siliari. Kornea mata adalah bagian depan
mata memiliki lengkung yang lebih tajam yang dilapisi oleh selaput bening. Di
belakang kornea terdapat cairan (aqueous humor). Cairan ini berfungsi untuk
membiaskan cahaya yang masuk ke dalam mata. Di bagian yang lebih dalam lagi
terdapat lensa yang dibuat dari bahan bening, berserat dan kenyal. Lensa inilah
yang disebut lensa mata atau lensa kristalin.

Cahaya memasuki mata melalui iris menembus biji mata, dan oleh lensa
difokuskan sehingga jatuh ke retina atau selaput jala.

16
Retina adalah lapisan serat saraf yang menutupi bagian belakang. Retina
mengandung struktur indra- cahaya yang sangat halus disebut batang dan kerucut
dan memancarkan informasi yang diterima saraf optik dan dikirim ke otak. Bila
letak benda didekatkan maka otot siliari akan meningkatkan kelengkungan lensa
sehingga mengurangi panjang fokusnya dan bayangan akan difokuskan ke retina.
Proses perubahan kelengkungan lensa inilah yang disebut akomodasi. Jarak
terdekat (posisi benda di depan mata) dimana lensa memfokuskan cahaya yang
masuk tetap jatuh di retina disebut titik dekat. Jika benda lebih didekatkan ke mata
maka lensa tidak dapat memfokuskan cahaya. Cahaya yang masuk tidak jatuh di
retina maka bayangan menjadi kabur. Posisi titik dekat ini beragam dari satu orang
ke orang yang lain dan berubah dengan meningkatnya usia. Sebagai contoh,
seseorang yang usianya 10 tahun maka titik dekatnya dapat sekitar 7 cm di depan
mata, sedang seseorang yang usianya 60 tahun maka titik dekatnya dapat sekitar
200 cm.

Bagaimana proses pembentukan bayangan di retina jika mata kita melihat suatu
benda? Proses pembentukan bayangan di retina ditunjukkan pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2

Benda yang tingginya y terletak pada jarak S1 maka tampak kecil karena bayangan
yang terbentuk di retina kecil dengan tinggi bayangan y’. Bayangan yang
ditangkap di retina adalah nyata, terbalik, dan diperkecil. Otak kitalah yang
menerjemahkan sehingga kalau kita melihat suatu benda maka kita dapat melihat
seolah-olah bayangan tegak dan tidak terbalik.

17
Jika kemampuan otot siliari untuk mengatur keleng- kungan lensa mata kurang
maka dapat berakibat lensa mata kurang cembung. Hal ini mengakibatkan cahaya
pembentuk bayangan yang terbentuk akan jatuh di belakang retina seperti
ditunjukkan pada Gambar.

Orang yang mempunyai kelainan seperti ini disebut rabun jauh. Kelainan semacam
ini dapat diatasi dengan memasang lensa positif atau kaca mata berlensa cembung
(positif).

Kacamata berlensa cembung membantu cahaya pembentuk bayangan tetap jatuh di


retina. Proses pembentukan bayangan di retina pada orang yang menderita rabun
jauh ditunjukkan pada Gambar.

Di lain pihak, jika kemampuan otot siliari terlalu kuat dan berakibat lensa mata
terlalu cembung maka bayangan yang terbentuk akan jatuh di depan retina, seperti
di- tunjukkan pada gambar.

Orang yang mempunyai kelainan seperti ini disebut rabun dekat. Kelainan
semacam ini dapat diatasi dengan memasang lensa negatif atau memakai kaca mata
berlensa cekung (negatif).
18
Kacamata berlensa cekung membantu cahaya pembentuk bayangan benda tetap
terbentuk di retina. Proses pembentukan bayangan di retina pada orang yang
menderita rabun dekat ditunjukkan pada Gambar.

Hubungan posisi benda, bayangan yang terbentuk dan panjang fokus suatu lensa
tipis dapat ditulis dalam rumus matematik:

dengan:
s = jarak benda ke mata,
s’ = jarak bayangan ke mata, dan
f = panjang fokus lensa.

Kemampuan suatu lensa positif untuk mengumpulkan cahaya atau


kemampuan lensa negatif untuk menyebarkan cahaya dinyatakan
dengan istilah kekuatan lensa (P) yaitu:

dengan

P = kekuatan lensa (D = dioptri);

f = panjang fokus lensa (m).

19
Untuk panjang fokus suatu lensa 1 m maka kekuatan lensa tersebut 1 D. Mata
adalah suatu alat optik yang terdiri atas 1(satu) lensa positif. Alat optik yang juga
terdiri atas 1 (satu) lensa adalah lup atau kaca pembesar.

B. Lup atau Kaca Pembesar

Lup adalah alat optik yang hanya mempunyai satu lensa. Lup digunakan untuk
melihat benda yang kecil agar tampak lebih besar. Lup ini sering digunakan oleh
tukang servis arloji, tukang servis barang elektronik, dan sebagainya. Prinsip kerja
lup dapat dijelaskan pada Gambar.

bayangan maya,
tegak,

20
Jika suatu benda yang tingginya y berada pada titik fokus suatu lensa
maka bayangan terbentuk di retina, seperti ditunjukkan pada gambar.

Suatu lensa cembung dengan panjang fokusnya f (f < Xnp),


diletakkan di depan mata dan digunakan untuk melihat benda yang
diletakkan di titik fokus lensa tersebut, seperti ditunjukkan pada
Gambar.

Pembesaran sudut atau kekuatan perbesaran M lup adalah:

dengan:
M = perbesaran lup,
Xnp = adalah jarak titik dekat, dan
F = jarak fokus lensa.

21
BAB V KELISTRIKAN

A. Formasi Besaran-Besaran Listrik Rangkaian Sederhana (satu loop)

Arus Listrik

Jika dalam suatu penghantar (konduktor) terdapat gerakan muatan listrik baik
muatan positif maupun negatif maka dikatakan dalam penghantar tersebut terjadi
aliran listrik. Konduktor dapat berupa padatan (misal: logam), cairan dan gas. Pada
logam pembawa muatannya adalah elektron, sedang pembawa muatan pada
konduktor yang berupa gas dan cairan adalah ion positif dan ion negatif.

Syarat-syarat arus listrik dapat mengalir dalam konduktor yaitu:

 Rangkaian harus tertutup.


 Harus ada beda potensial antara dua titik dalam rangkaian listrik.

Arus listrik seperti aliran air dalam pipa. Air dapat mengalir karena ada tekanan
atau energi terhadap air. Tekanan atau energi terhadap air diberikan pompa air.
Arus listrik dapat dianalogkan dengan aliran air dalam pipa, muatan listrik dapat
mengalir jika ada sumber energi sebagai pompa muatan. yang dapat disebut gaya
gerak listrik (g.g.l). Gaya gerak listrik ini dapat diperoleh dari baterai, aki, sel
volta. Analogi antara aliran air dan listrik ditunjukkan pada Gambar.

22
B. Hukum Ohm dan Hambatan Listrik

Jika suatu penghantar dengan luas penampang A, panjang penghantar L dan beda
potensial antara kedua ujung kawat penghantar adalah V maka arus I listrik yang
mengalir dalam penghantar tersebut akan sebanding dengan beda potensial antara
kedua ujung penghantar tersebut.

Gambar diatas menunjukkan tentang grafik kuat arus I sebagai fungsi beda
potensial V. Pada Gambar diatas jika suatu bahan penghantar menghasilkan grafik
kuat arus I sebagai fungsi, beda potensial V nya tidak membentuk garis lurus,
penghantarnya disebut komponen non-ohmik. Untuk bahan penghantar yang
menghasilkan grafik kuat arus I sebagai fungsi, beda potensial V-nya membentuk
garis lurus, penghantarnya disebut komponen ohmik.

Secara matematis, hubungan antara kuat arus I sebagai fungsi beda potensial V
adalah:

23
dengan:

V = beda potensial atau tegangan (volt, V),

R = hambatan listrik penghantar (ohm, Ω),

I = kuat arus listrik (ampere, A).

Dalam satuan SI, hambatan listrik R adalah ohm, sehingga:

Jadi, satu ohm adalah hambatan bagi suatu konduktor di mana ketika beda
potensialnya satu volt diberikan pada ujung-ujung konduktor maka kuat arus satu
ampere mengalir melalui konduktor tersebut.

24
BAB III

PEMBAHASAN

A. Buku 1

 Kelebihan buku

1. Buku 1 memberikan penjelasan pada setiap bab dan subbab dengan sangat
jelas.

2. Memiliki kata kunci pada setiap bab.

3. Buku 1 juga memberikan ‘Komet’ atau Kolom Pengingat untuk


memudahkan pembaca dalam membaca buku.

4. Buku 1 dilengkapi dengan banyak tabel dan setiap tabel mencakup materi
yang lengkap.

5. Disetiap subbab materi, buku 1 juga dilengkapi contoh soal yang cenderung
mudah untuk dipahami.

6. Buku 1 juga memiliki rangkuman kecil pada setiap bab.

 Kekurangan buku

1. Gambar yang dimuat dibuku 1 tidak menarik karena cenderung hitam putih.

2. Buku 1 memiliki kesalahan penulisan simbol, misalnya dalam penulisan


simbol ‘ ’salah melainkan ‘0’.

3. Buku 1 tidak menampilkan materi optic mengenai kacamata.

4. Buku 1 tidak menampilkan materi menganai getaran dan gelombang.

25
B. Buku 2

 Kelebihan buku 2

1. Menjelaskan dengan sangat jelas pada sub-sub bahasan pada setiap bab.

2. Memiliki kata-kata kunci di awal bab.

3. Disetiap subbab materi, buku 2 juga dilengkapi contoh soal yang cenderung
mudah untuk dipahami.

4. Memiliki Peta konsep sehingga lebih mudah dipahami.

5. Ada rangkuman hal-hal penting di setiap bab.

6. Memberikan materi yang lengkap pada materi optik.

7. Memberikan contoh yang mudah untuk dipahami.

 Kekurangan Buku 2

1. Buku 2 tidak memberikan materi mengenai getaran dan gelombang tidak


seperti yang ada pada buku 1.

2. Sama hal nya dengan buku 1, buku 2 juga menampilkan kualitas gambar
yang cenderung hitam putih sehingga kurang menarik untuk di baca.

26
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari critical book review yang saya kerjakan saya dapat menarik
kesimpulan bahwa setiap buku pasti akan berbeda secara signifikan meskipun
memberikan materi yang sama.

Buku Fisika-Fisika tersebut sudah layak untuk dibaca karena termasuk


kedalam buku yang bagus. Meskipun demikian buku tersebut juga memiliki
beberapa kelemahan yang membuat buku ini menjadi kurang sempurna.

Bisa dikatakan bahwa, buku tersebut terlihat menarik dan materi di


dalamnya tersusun rapi. Bahasa yang digunakan oleh tersebut juga mudah
dipahami, meskipun ada beberapa pemakaian simbol yang kurang tepat, namun
saya tetap dapat memahami materi dengan jelas.

B. Saran

Saya menyarankan untuk penulis buku agar lebih memberikan materi yang
lengkap dan memberikan banyak contoh soal. Selain itu, saya juga memberikan
masukan untuk penulis agar lebih menuliskan materi yang lebih penting saja.

27
DAFTAR PUSTAKA

Issac A. 1985. Dictionary of Physics. Sphere Books Ltd: London.

Jardine J. 1989. Physics Through Applications. Oxford: Oxford University Press.

Lafferty, P. 2001. Jendela Iptek, ”Gaya dan Gerak (Terjemahan). Jakarta: Balai
Pustaka. Nordling C. dan Osterman. 1987. Physics Handbook, Student Edition,
Chartwell-Bratt

Ltd. Lud: Sweden.

Sumartono P.S. 1994. Fisika, FMIPA-UGM. Yogyakarta: UGM Press.

Tippler P.A. 1991. Fisika Untuk Sains dan Teknik, Jilid 1. Alih Bahasa Prasetio L dan
Rahmad W.A. Edisi ketiga. Jakarta: Erlangga.

28

Anda mungkin juga menyukai