Anda di halaman 1dari 2

Nama : DitaOktaviani_20190803012_Tugas12PemodelanS

Seluruh dunia memeringati World Population Day atau Hari Kependudukan Sedunia. Peringatan
ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran mengenai kondisi dan dampak kependudukan.
Hari Kependudukan Dunia ditetapkan oleh PBB sebagai bentuk perhatian besar masyarakat pada
peringatan “Hari Lima Miliar” penduduk dunia yang terjadi pada 1987 silam. Sejak saat itu,
populasi dunia terus bertambah dan berdampak pada meningkatnya permasalahan
kependudukan.
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, Hasto Wardoyo
mengamini, permasalahan kependudukan kian hari ke hari sudah sedemikian kompleks semua
masalah itu harus dicarikan solusinya. Lantas, apa saja masalah kependudukan yang dihadapi
Indonesia saat ini? Berikut ini informasinya diambil dari pernyataan-pernyataan Kepala BKKBN
dalam beberapa kesempatan. 1. Kualitas SDM Sekitar 30% sumber daya manusia (SDM) yang
ada di Indonesia memiliki kualitas yang sedikit di bawah standar. Ketidaktahuan dan
ketidaksiapan pasangan saat menikah menimbulkan banyak risiko kesehatan terhadap ibu dan
bayi yang dilahirkan. Ketidaktahuan itu juga menurunkan kemampuan pasangan muda untuk
menghasilkan generasi baru yang unggul dan berkualitas. Program keluarga berencana (KB)
bukan semata-mata untuk Memberi jarak kelahiran antaranak di keluarga, tapi juga untuk
membangun keluarga yang berkualitas yang mendukung tumbuh kembang generasi emas
Indonesia. 2. Menikah muda Di Indonesia, satu dari sembilan anak perempuan berusia 20-24
tahun sudah menikah sebelum mencapai usia 18 tahun. Saat ini, ada 1,2 juta kasus perkawinan
anak yang menempatkan Indonesia di urutan ke-8 di dunia dari segi angka perkawinan anak
secara global. Banyak di antara mereka tidak paham tentang masalah bagaimana mengatur jarak
aman kelahiran agar anak bisa lahir dengan sehat dan tidak stunting (gagal tumbuh). Undang-
Undang No 16 Tahun 2019 tentang Perkawinan memang telah mengubah batas usia minimal
menikah bagi laki-laki dan perempuan yaitu usia 19 tahun. Namun pada kenyataannya seseorang
tetap bisa menikah meski di bawah usia yang ditentukan jika mengantongi dispensasi kawin
yang dikeluarkan pengadilan agama setempat.

Anak yang menikah di bawah 18 tahun karena kondisi tertentu memiliki kerentanan lebih besar
dalam mengakses pendidikan, kesehatan, sehingga berpotensi melanggengkan kemiskinan
antargenerasi, serta memiliki potensi besar mengalami kekerasan. 3. Melahirkan muda Perlu
diketahui, alasan mengapa perempuan sebaiknya jangan menikah di bawah usia 21 tahun adalah
karena organ reproduksi belum siap, bisa menyebabkan hamil tak sehat, mengalami pendarahan,
serta kanker mulut rahim setelah berhubungan. Banyak sekali bayi yang setiap tahun dilahirkan
dari orang-orang yang masih berusia sekitar 15 hingga 19 tahun. Jumlahnya mencapai setengah
juta orang. Bayi-bayi yang lahir dari ibu yang masih sangat muda itu berpotensi lahir dengan
ukuran di bawah standar sekitar 10% dan prematur (sebelum waktunya) mencapai 20%.
Kelahiran Populasi Kematian

Efek samping
Angka kelahiran

Anda mungkin juga menyukai