Anda di halaman 1dari 3

Sekolah Pilihan Kiki.

Perkenalkan, namaku Rizky Widya Nugraha, panggil saja aku Kiki. Kini, aku
berumur 14 tahun dan duduk pada bangku kelas 9 di SMPN 7 Kota Jambi. Hari
ini hari kelulusanku, aku masih bingung dengan pilihan sekolahku selanjutnya.
Sebenarnya , aku sangat ingin melanjutkan pendidikan ku di Pondok Pesantren
Langitan yang berada di Tuban, Jawa Timur. Tetapi orangtuaku berkeinginan lain,
kedua orang tuaku justru ingin memasukkan aku ke SMA Negeri 1 Kota Jambi,
aku sendiri tak mengerti mengapa orangtuaku ingin memasukkan aku ke sana.
Semua teman-temanku sudah mempunyai tujuan sekolah selanjutnya, sedangkan
aku belum, dan masih kebingungan. Aku berharap bisa masuk pesantren impianku
itu, karna itu cita-citaku sejak kelas 1 SMP.

Beberapa hari yang lalu, aku bertemu dengan dua orang temanku bernama Irwan
dan Zikri. Mereka sempat beberapa kali bertanya tentang kemana aku akan
melanjutkan sekolahku setelah ini.

Kiki : “Eh, Irwan, Zikri, kalian darimana?”

Irwan : “Kami baru saja pulang dari SMP, Ki. Kami ingin menyiapkan beberapa
berkas pendaftaran untuk mendaftar besok ke SMAN 1”

Zikri : “Iya, Ki. Bukannya kamu juga mau mendaftar kesana?”

Kiki : “Entahlah, Zik. Aku masih bingung. Orang tuaku memang menyuruhku
untuk melanjutkan SMA disana, tapi sebenarnya aku tidak mau. Aku ingin
bersekolah di pesantren yang sudah aku ceritakan saat itu ke kalian, tetapi
orangtuaku belum memberikan izin”

Irwan : “Kenapa, Ki? Memangnya kamu sudah mencoba membujuk


orangtuamu?”

Zikri : “Iya, Ki. Coba bujuk orangtuamu terlebih dahulu, aku yakin mereka pasti
setuju dan mau mengizinkan mu untuk bersekolah di pesantren itu”
Kiki : “Sebenarnya, aku telah beberapa kali berdebat dengan ayah dan ibuku
agar aku bisa bersekolah di sekolah pilihanku itu, tetapi usahaku selalu gagal.
Tetapi, malam ini aku akan mencoba membujuk orangtuaku agar mereka
mengizinkan aku untuk bersekolah disana. Pendaftaran di Pesantren tujuanku itu
juga telah dibuka kemarin. Terimakasih sarannya ya, Zik, Wan.”

Malam ini, aku mendatangi ayah dan ibuku dan berusaha membujuk serts
meyakinkan kedua orang tuaku agar aku bisa mendaftar secara online dan
bersekolah di pesantren impianku itu.

Kiki : “Pak, Bu, aku ingin sekali bersekolah di Pesantren itu. Bolehkan Pak,
Bu?”. Ucapku pada Ayah dam Ibu sambil berharap.

Ayah : “Ayah dan Ibumu bukan tidak membolehkan kamu bersekolah di


Pesantren itu, Nak. Akan tetapi sekolah disana itu pasti lebih banyak pengeluaran
keuangannya. Bahkan hanya untuk biaya transportasi saja kita sulit, Nak. Kiki kan
tau keadaan ekonomi keluarga kita sekarang”.

Kiki : “Tapi Yah… Kiki ingin sekali masuk ke pesantren itu. Kiki ingin
menghafal Qur’an dan mempelajari ilmu agama disana, izinkan Kiki sekolah
disana Yah..”.

Ayah : “Baiklah, Nak. Ayah izinkan kamu bersekolah di pesantren itu. Ayah
akan mengusahakannya semampu yang ayah bisa. Kamu janji harus lebih rajin
dan tekun belajar ya, Nak. Tuntutlah ilmu sebanyak-banyak nya disana, jangan
kecewakan ayah.”.

“Kiki janji Yah.., Kiki akan lebih rajin dan tekun belajar disana, terimakasih
Ayah”.

Kiki akhirnya mendaftar dan melakukan tes secara online, dikarenakan pandemi
yang masih melanda saat ini. Tak lama setelah tes, kelulusan pun telah
diumumkan pada website resmi pesantren itu. Aku kaget sekaligus senang, nama
ku tertulis pada urutan ke 80 dari 200 orang yang namanya tertera pada
pengumuman kelulusan itu. Aku langsung bergegas memberi tahu ayah dan ibuku
tentang kelulusan itu, mereka pun senang dan gembira mendengar berita dariku
itu. Keesokannya, mereka sangat bersemangat mempersiapkan barang-barang dan
perlengkapan yang akan aku bawa minggu depan untuk pergi ke Pesantren itu,
seperti pakaian, perlengkapan mandi, dan juga peralatan makan. Hari
keberangkatan itu pun tiba, Aku pergi dulu ya Yah, Bu.. aku janji tak akan
mengecewakan kalian, do’akan aku ya.

Anda mungkin juga menyukai