Anda di halaman 1dari 2

Yayasan di masa lalu, maksudnya keberadaan yayasan sebelum negara kita memiliki Undang-Undang

Yayasan tahun 2001, landasan hukumnya tidak begitu jelas, karena belum ada aturannya secara
tertulis. Yayasan yang didirikan pada waktu itu menggunakan hukum kebiasaan yang ada dalam
praktik. Demikian pula dalam menjalankan kegiatannya mendasarkan pada hukum kebiasaan.
Meskipun demikian selama itu Yayasan dikehendaki berstatus badan hukum.

Jadi, sebelum berlakunya UU 16/2001, Yayasan sudah berstatus sebagai badan hukum. Setelah
berlakunya UU 16/2001 pun:[1]

Yayasan yang telah didaftarkan di Pengadilan Negeri dan diumumkan dalam Tambahan Berita
Negara Republik Indonesia atau
Yayasan yang telah didaftarkan di Pengadilan Negeri dan mempunyai izin melakukan kegiatan dari
instansi terkait,

tetap diakui sebagai badan hukum, dengan ketentuan paling lambat lima tahun sejak mulai
berlakunya Undang-Undang ini Yayasan tersebut wajib menyesuaikan Anggaran Dasarnya dengan
UU 16/2001.
Pada dasarnya harta kekayaan Yayasan terpisah dari pemiliknya sebagaimana diatur dalam Pasal 9
ayat (1) UU 16/2001, yakni: Yayasan didirikan oleh satu orang atau lebih dengan memisahkan
sebagian harta kekayaan pendirinya, sebagai kekayaan awal.

Kemudian terdapat perubahan mengenai jangka waktu untuk menyesuaikan Anggaran Dasar yang
semula pada UU 16/2001 adalah paling lambat lima tahun, menjadi paling lambat tiga tahun
berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan (“UU 28/2004”).[2] Baca juga artikel yang berjudul Yayasan,
Badan Hukum, dan Kerugian Negara (2).

sebelum UU 16/2001 tentang Yayasan disahkan, Yayasan sudah merupakan badan hukum
didasarkan pada Putusan Mahkamah Agung tanggal 27 Juni 1973 Nomor 124K/Sip/1973 dan juga
pendapat dari Soebekti dan Gatot Supramono. Kemudian, karena Yayasan sebelum keberlakuan UU
16/2001 sudah berstatus badan hukum, berarti Yayasan mempunyai kekayaan sendiri yang terpisah
dari pendiri atau pengurus dan dapat melakukan perbuatan hukum dan hubungan-hubungan
hukum. Oleh karena itu, Yayasan dapat menjadi pemegang saham dalam Perseroan Terbatas. Hal
tersebut diatur dalam Penjelasan Pasal 7 UU PT, bahwa yang dimaksud dengan “orang” yang
merupakan pemegang saham adalah perseorangan, baik warga Negara Indonesia maupun asing atau
badan hukum Indonesia atau asing.

Sebelum adanya Undang-Undang Yayasan, pada umumnya pendirian yayasan dilakukan dengan
menggunakan akta notaris. Namun tidak ada keharusan bagi Pengurus yayasan untuk mendaftarkan
akta pendirian yayasan tersebut ke Pengadilan dan kemudian mengumumkannya di Tambahan
Berita Negara. Namun setelah berlakunya Undang-Undang Yayasan mewajibkan yayasan untuk
mendaftarkan akta pendirian yayasannya tersebut ke Pengadilan dan kemudian mengumumkannya
di Tambahan Berita Negara. Dengan adanya Undang-Undang Yayasan, berarti bahwa tentang tata
cara pendirian Yayasan tidak lagi didasarkan pada kebiasaan dan yurisprudensi seperti yang
dilakukan pada saat belum adaUndang-Undang Yayasan. Pendirian Yayasan saat ini haruslah sesuai
dengan yang telah diatur dalam Undang-Undang Yayasan.

Ketentuan yang ada didalam Undang-Undang Yayasan mewajibkan yayasan yang lahir sebelum
Undang-Undang Yayasan untuk melakukan penyesuaian anggaran dasar yayasannya dengan undang-
undang yayasan dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Dengan demikian, yayasan yang lahir
baik sebelum maupun setelah berlakunya Undang-Undang Yayasan telah diakui sebagai badan
hukum setelah melakukan penyesuaian anggaran dasar yayasannya. Dengan konsekuensi bahwa
yayasan yang lahir sebelum berlakunya Undang-Undang Yayasan harus mematuhi ketentuan
peralihan yang ada didalam Undang-Undang Yayasan. Sehingga dapat ditegaskan bahwa yayasan
yang telah ada tetap diakui sebagai badan hukum apabila telah memenuhi syarat-syarat
sebagaimana disebutkan dalam pasal 71 ayat 1 dan ayat 3 Undang-Undang Nomor 28 tahun 2004
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 16 tahun 2001 tentang Yayasan.

Lahirnya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2013 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 63 tahun 2008 tentang Pelaksana Undang-Undang tentang Yayasan
mengatur lebih lanjut bagi yayasan yang belum melakukan penyesuaian anggaran dasar yayasan
dengan ketentuan Undang-Undang, tetap dapat melakukan penyesuaian anggaran dasar meskipun
jangka waktu bagi yayasan tersebut untuk melakukan penyesuaian sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang Yayasan telah berakhir. Atas dasar itulah Direktorat Jenderal Administrasi Hukum
Umum Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia tidak menolak apabila ada
yayasan yang mendaftarkan untuk melakukan penyesuaian anggaran dasar dan untuk mendapatkan
pengesahan badan hukum yayasannya meskipun jangka waktu yang diberikan oleh Undang-Undang
Yayasan telah berakhir.8Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2013 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 63 tahun 2008 tentang Pelaksana Undang-Undang
tentang Yayasan membedakan penyesuaian anggaran dasar terhadap yayasan yang belum diakui
sebagai badan hukum setelah berlakunya Undang-Undang Yayasan dengan yayasan yang diakui
sebagai badan hukum setelah berlakunya Undang-Undang Yayasan

Anda mungkin juga menyukai