Anda di halaman 1dari 15

D

NAMA : IMAM HAROVI

KELAS : X IPS 3

NO.ABSEN : 12

B.STUDY : PRAKARYA DAN KEWIRAUSAHAAN


KERAJINAN BUDAYA LOKAL NON BENDA

A. Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan Non Benda


Proklamasi Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi Manusia (bahasa
Inggris: Proclamation Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) dilakukan Direktur
Jenderal UNESCO sejak tahun 2001 untuk meningkatkan kesadaran tentang warisan budaya
takbenda, dan mendorong masyarakat setempat agar ikut melestarikan warisan budaya beserta tokoh-
tokoh lokal yang memelihara bentuk-bentuk ekspresi budaya tersebut. Beberapa perwujudan warisan
budaya takbenda dari seluruh dunia layak disebut Karya Agung untuk menunjukkan nilai unsur-unsur
takbenda dari budaya tersebut, serta untuk melibatkan komitmen dari negara-negara untuk
mempromosikan dan melindungi Karya Agung tersebut. Hingga tahun 2005, pengumuman tambahan
Karya Agung Budaya Lisan dan Takbenda Warisan Manusia dilakukan dua tahun sekali.

Hingga kini, daftar ini memuat 90 Karya Agung dari 70 negara.

Menurut definisi UNESCO, warisan budaya lisan dan takbenda adalah "keseluruhan dari kreasi
berdasar tradisi dari sebuah komunitas kultural yang dinyatakan oleh suatu kelompok atau individu-
individu dan diakui sebagai mencerminkan harapan-harapan dari suatu komunitas sedemikian rupa
sehingga mencerminkan indentitas sosial dan budaya mereka." Bahasa, sastra, musik, dan tari,
serta permainan dan olahraga, tradisi kuliner, ritual dan mitologi, pengetahuan dan praktik-praktik
sehubungan dengan jagat raya, teknik tradisional dalam pembuatan kerajinan tangan, dan ruang-ruang
budaya termasuk di antara banyak bentuk warisan takbenda. Warisan takbenda dipandang sebagai
kumpulan keragaman budaya, dan ekspresi kreativitas, serta tenaga pendorong bagi
kebudayaan. Kedudukannya yang rentan terhadap kekuatanglobalisasi, transformasi sosial,
dan intoleransi, menyebabkan UNESCO mendorong komunitas-komunitas untuk mengenali,
mendokumentasi, melindungi, mempromosikan, dan merevitalis asi peninggalan-peninggalan budaya.

Aktivas warga yang melindungi alun-alun Djemaa el Fna di Maroko merupakan inspirasi bagi istilahKarya Agung
Budaya Lisan dan Takbenda Warisan Manusia yang dipakai UNESCO.

Setelah diadopsinya Deklarasi Universal Dekarasi Universal tentang Keberagaman Budaya pada
November 2001, UNESCO mendorong dilakukannya pengenalan dan perlindungan warisan budaya
takbenda seperti halnya perlindungan terhadap harta budaya warisan bendawi.

Meskipun UNESCO telah memiliki sebuah program (aktif sejak 1972) untuk melindungi warisan alam
dan budaya dunia yang dikenal sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO (World Heritage List), daftar ini
hanya bertujuan melindungi dan mengetengahkan lingkungan alam atau unsur-unsur monumental dari
budaya yang telah lampau.. Daftar Karya Agung Budaya Lisan dan Takbenda Warisan Manusia adalah
tanggapan UNESCO atas panggilan bagi kemanusiaan untuk memperluas konsep warisan budaya
yang mengetengahkan aspek-aspek takbenda.

Ide untuk proyek ini berasal dari keprihatinan orang-orang terhadap Alun-alun Jeema’ el
Fna di Marrakesh, Maroko Alun-alun Jeema’ el Fna dikenal sebagai pusat kegiatan tradisional yang
diramaikan oleh pencerita, pemusik, dan artis pertunjukan, namun terancam oleh tekanan-tekanan
pembangunan ekonomi. Dalam usaha melindungi tradisi-tradisi mereka, penduduk setempat meminta
tindakan dari tingkat internasional untuk mengakui pentingnya perlindungan untuk tempat-tempat
seperti Jeema’ el Fna—mereka sebut sebagai ruang budaya—serta bentuk-bentuk ekspresi budaya
tradisional dan populer lainnya. Istilah "Karya Agung Budaya Lisan dan Takbenda Warisan Manusia"
yang dipakai UNESCO bertujuan meningkatkan kesadaran mengenai pentingnya warisan budaya lisan
dan takbenda sebagai suatu unsur hakiki dari keberagaman budaya.

“ Tontonan di Djemaa el Fna diulangi setiap hari, dan setiap hari selalu berbeda. Segala
sesuatunya berubah, suara, bunyi, gerak, dan publik yang melihat, mendengar,
mengindera, merasa, dan menyentuh. Tradisi lisan dibingkan oleh sesuatu yang lebih
luas, sesuatu yang kita sebut takbenda. Alun-alun Jeema’ el Fna sebagai ruang fisik,
menyimpan tradisi nonbendawi dan lisan yang kaya. ”
— Juan Goytisolo, dalam pidato yang disampaikan pada pembukaan pertemuan Proklamasi Karya Agung yang pertama, 15 Mei 2001

Sejak tahun 2001, program baru UNESCO ini telah mulai mengidentifikasi berbagai bentuk warisan
budaya takbenda dari seluruh dunia untuk dilindungi melalui sebuah Proklamasi. Pemerintah dari
negara-negara yang menyetujui Konvensi UNESCO yang disebut negara anggota, masing-masing
diizinkan untuk menyampaikan satu berkas daftar calon, selain diterimanya juga nominasi
multinasional untuk warisan budaya takbenda yang berada di dalam teritori mereka. Warisan budaya
takbenda yang dinominasikan dapat digolongkan ke dalam dua kategori seperti telah ditentukan oleh
program:

 bentuk ekspresi budaya tradisional dan populer, atau


 ruang budaya, yakni tempat-tempat kegiatan masyarakat dan budaya terkonsentrasi
dan berlangsung secara reguler (alun-alun pasar, festival, dan sebagainya).
Nominasi dari negara anggota dievaluasi oleh sebuah panel para pakar dalam warisan budaya
takbenda, termasuk lembaga swadaya masyarakat dan lebih lanjut diteliti dengan cermat oleh dewan
juri beranggotakan 18 orang yang sebelumnya dipilih oleh Direktur Jenderal UNESCO. [1][13] Satu set
kriteria telah dibuat sebelumnya untuk membantu penilaian karya-karya yang masuk nominasi.
Ekspresi budaya dan ruang budaya yang diusulkan masuk daftar harus:

1. menunjukkan nilai yang menonjol sebagai karya agung kejeniusan kreatif manusia,
2. memperlihatkan bukti luas mengenai akar-akar dalam tradisi budaya atau
sejarah budaya dari komunitas terkait,
3. merupakan sebuah cara untuk memastikan identitas kultural dari komunitas
budaya terkait,
4. memberikan bukti keunggulan dalam aplikasi keterampilan dan kualitas teknis
yang ditampilkan,
5. menegaskan nilai mereka sebagai kesaksian unik tradisi budaya yang hidup,
6. berada dalam risiko degradasi atau lenyap.
Lebih lanjut lagi, calon karya agung harus sesuai dengan cita-cita UNESCO, khususnya
dengan Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia. Proposal nominasi juga harus
memberikan bukti keterlibatan penuh dan persetujuan komunitas lokal dan menyertakan suatu rencana
aksi untuk menjaga dan mempromosikan ruang budaya atau ekspresi budaya terkait, yang harus
sudah diuraikan secara panjang lebar bekerja sama dengan tokoh-tokoh pemelihara tradisi.

Melalui proses nominasi, negara anggota didorong untuk menyusun inventarisasi warisan
budaya takbenda mereka, meningkatkan kesadaran dan perlindungan terhadap warisan budaya
tersebut. Sebagai imbalan, Karya Agung yang telah diproklamasikan mendapat komitmen
UNESCO dalam rencana pembiayaan konservasi.

Pengumuman UNESCO tahun 2001, 2003, dan 2005 memasukkan sejumlah 90 bentuk
warisan budaya takbenda dari seluruh dunia sebagai Karya Agung.

B. Wayang Sebuah Kerajinan Lokal Non Benda

Di Indonesia sendiri ada banyak sekali wayang yang terbuat dari berbagai macam
bahan dan sampai saat ini masih eksis ditengah-tengah masyawakat jawa khususnya.
Dan berikutragam atau jenis wayang :
1. Wayang Purwa

Wayang Purwa atau juga disebut wayang kulit karena terbuat dari kulit lembu. Wayang
kulit dimainkan oleh dalang dibalik kelir, yaitu layar yang terbuat dari kain putih sementara
belakangnya disorotkan lampu listrik atau lampu minyak. Sehingga penonton hanya dapat
melihat bayangan wayang yang jatuh ke kelir. Secara umum, wayang mengambil cerita
dari naskah Mahabharata dan Ramayana. Dalam wayang purwa berdasarkan ukurannya
dari yang paling kecil sampai besar dibedakan menjadi Wayang Kaper, Wayang Kidang
Kencanan, Wayang Pedalangan, dan Wayang Ageng.
2. Wayang Golek

Wayang Golek adalah wayang yang terbuat dari boneka kayu, kebanyakan berpakian
jubah (baju panjang) tanpa digeraikan secara bebas dan terbuat dari kayu yang berbentuk
bulat seperti lazimnya boneka. Sumber ceritanya diambil dari sejarah, misalnya cerita
Untung Surapati, Batavia, Sultan Agung, dan lain-lain. Wayang golek tidak
menggunakan kelir seperti pada wayang kulit. Wayang ini sangat populer di tataran
tanah sunda, yaitu Jawa Barat.

3. Wayang Madya

Wayang Madya adalah wayang yang diciptakan oleh K.G, Mangkunegara IV pada
abad 18. Wayang ini merupakan perpaduan dari Wayang Purwa dengan
Wayang Gedog.Sumber ceritanya diambil dari cerita pandawa setelah perang Bharatayuda, misalnya Prabu
Parikesit. Sekarang ini Wayang Madya jarang ditampilkan karena masyarakat sendiri telah mendarah daging pada
Wayang Purwa (kulit)
4. Wayang Klitik

Wayang Klitik adalah wayang yang terbuat dari kayu. Berbeda dengan wayang golek
yang mirip dengan boneka, wayang klitik berbentuk pipih seperti wayang kulit. Carita yang
ditampilkan pada pagelaran wayang klitik diambil dari siklus cerita Panji dan Damarwulan.
Wayang Klitik tidak ditancapkan pada pelepah pisang, melainkan menggunakan kayu
yang sudah diberikan lubang-lubang.

5. Wayang Gedog

Wayang diciptakan oleh Sunan Giri pada tahun 1485. Wayang ini menceritakan Panji,
yang menceritakan latar belakang raja-raja kerajaan Jenggala, Kediri, dan
Singasari. Bentuk wayang gedog mirip dengan wayang purwa, tetapi tokoh-tokoh rajanya tidak digunakan
gelung supit urang dan tokoh raksasa ataupun kera.

6. Wayang Beber
Wayang beber adalah wayang berbentuk lembaran-lembaran (beberan) yang terbuat dari
kain atau kulit lembu, dan dibentuk menjadi tokoh-tokoh wayang. Tiap beberan merupakan
satu adegan cerita. Jika tidak dimainkan, wayang bisa digulung. Wayang ini dibuat pada
zaman kerajaan Majapahit. Namun, konon para Wali Songomemodifikasi wayang ini yang
digunakan untuk menyebarkan agama islam dengan diubah menjadi wayang kulit, hal ini
dikarenakan dalam ajawan islam mengharamkan bentuk gambar dan patung.

7. Wayang Suluh

Pementasan wayang ini tergolong wayang modern, karena biasanya untuk


penerangan masyarakat. Wayang ini terbuat dari kulit yang diberi pakaian lengkap
lazimnya manusia. Semetara ceritanya diambil dari kisah perjuangan bangsa Indonesia
melawan penjajah. Wayang ini diciptakan oleh seorang budayawan asal Surakarta R. M
Sutarto Harjowahono pada taun 1920

8. Wayang Orang

Wayang Orang adalah cerita wayang purwa yang dipentaskan langsung oleh orang
atau manusia dengan busana seperti wayang. Sumbernya pun sama dengan wayang
purwa. Wayang orang diciptakan oleh Sultan Hamangkurat I pada tahun 1731. Di Jawa
pagelaran ini disebut dengan Wayang Wong (Orang). Dalam pertunjukan Wayang Orang,
fungsi dalang yang merupakan sutradara tidak seluas seperti Wayang Kulit, dalang
hanyabertindak sebagai perpindahan adegan.
C. Ekonomi Kreatif Berbasis Budaya Lokal
Ekonomi kreatif adalah sebuah konsep di era ekonomi baru yang
mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide dan pengetahuan dari sumber
daya manusia sebagai faktor produksi yang utama.[1] Konsep ini biasanya akan didukung dengan
keberadaan industri kreatif yang menjadi pengejawantahannya. [2] Seiring berjalannya waktu,
perkembangan ekonomi sampai pada taraf ekonomi kreatif setelah beberapa waktu sebelumnya, dunia
dihadapi dengan konsep ekonomi informasi yang mana informasi menjadi hal yang utama dalam
pengembangan ekonomi.
Sub-sektor yang merupakan industri berbasis kreativitas di Indonesia berdasarkan pemetaan industri
kreatif yang telah dilakukan oleh Departemen Perdagangan Republik Indonesia adalah:

1. Periklanan: kegiatan kreatif yang berkaitan jasa periklanan (komunikasi satu arah
dengan menggunakan medium tertentu), yang meliputi proses kreasi, produksi dan distribusi
dari iklan yang dihasilkan, misalnya: riset pasar, perencanaan komunikasi iklan, iklan luar
ruang, produksi material iklan, promosi, kampanye relasi publik, tampilan iklan di media cetak
(surat kabar, majalah) dan elektronik (televisi dan radio), pemasangan berbagai poster dan
gambar, penyebaran selebaran, pamflet, edaran, brosur dan reklame sejenis, distribusi dan
delivery advertising materials atau samples, serta penyewaan kolom untuk iklan. Kode KBLI
(Klasifikasi Baku Lapangan Usaha) 5 digit; 73100
2. Arsitektur: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan jasa desain bangunan, perencanaan
biaya konstruksi, konservasi bangunan warisan, pengawasan konstruksi baik secara
menyeluruh dari level makro (Town planning, urban design, landscape architecture) sampai
dengan level mikro (detail konstruksi, misalnya: arsitektur taman, desain interior). Kode KBLI
(Klasifikasi Baku Lapangan Usaha) 5 digit; 73100
3. Pasar Barang Seni: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan perdagangan barang-
barang asli, unik dan langka serta memiliki nilai estetika seni yang tinggi melalui lelang, galeri,
toko, pasar swalayan, dan internet, misalnya: alat musik, percetakan, kerajinan, automobile,
film, seni rupa dan lukisan.
4. Kerajinan: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi dan distribusi produk
yang dibuat dihasilkan oleh tenaga pengrajin yang berawal dari desain awal sampai dengan
proses penyelesaian produknya, antara lain meliputi barang kerajinan yang terbuat dari: batu
berharga, serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu, logam (emas, perak, tembaga,
perunggu, besi) kayu, kaca, porselin, kain, marmer, tanah liat, dan kapur. Produk kerajinan
pada umumnya hanya diproduksi dalam jumlah yang relatif kecil (bukan produksi massal).
5. Desain: kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain grafis, desain interior, desain
produk, desain industri, konsultasi identitas perusahaan dan jasa riset pemasaran serta
produksi kemasan dan jasa pengepakan.
6. Fesyen: kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain pakaian, desain alas kaki,
dan desain aksesoris mode lainnya, produksi pakaian mode dan aksesorisnya, konsultansi lini
produk fesyen, serta distribusi produk fesyen.
7. Video, Film dan Fotografi: kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi produksi video,
film, dan jasa fotografi, serta distribusi rekaman video dan film. Termasuk di dalamn ya
manajemen produksi film, penulisan skrip, tata sinematografi, tata artistik, tata suara,
penyuntingan gambar, sinetron, dan eksibisi film.
8. Permainan Interaktif: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi, dan
distribusi permainan komputer dan video yang bersifat hiburan, ketangkasan, dan edukasi.
Subsektor permainan interaktif bukan didominasi sebagai hiburan semata-mata tetapi juga
sebagai alat bantu pembelajaran atau edukasi.
9. Musik: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi/komposisi, pertunjukan,
reproduksi, dan distribusi dari rekaman suara.
10. Seni Pertunjukan: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha pengembangan
konten, produksi pertunjukan (misal: pertunjukan balet, tarian tradisional, tarian kontemporer,
drama, musik tradisional, musik teater, opera, termasuk tur musik etnik), desain dan
pembuatan busana pertunjukan, tata panggung, dan tata pencahayaan.
11. Penerbitan dan Percetakan: kegiatan kreatif yang terkait dengan penulisan konten dan
penerbitan buku, jurnal, koran, majalah, tabloid, dan konten digital serta kegiatan kantor berita
dan pencari berita. Subsektor ini juga mencakup penerbitan perangko, materai, uang kertas,
blanko cek, giro, surat andil, obligasi surat saham, surat berharga lainnya, passport, tiket
pesawat terbang, dan terbitan khusus lainnya. Juga mencakup penerbitan foto-foto, grafir
(engraving) dan kartu pos, formulir, poster, reproduksi, percetakan lukisan, dan barang cetakan
lainnya, termasuk rekaman mikro film.
12. Layanan Komputer dan Piranti Lunak: kegiatan kreatif yang terkait dengan
pengembangan teknologi informasi termasuk jasa layanan komputer, pengolahan data,
pengembangan database, pengembangan piranti lunak, integrasi sistem, desain dan analisis
sistem, desain arsitektur piranti lunak, desain prasarana piranti lunak dan piranti keras, serta
desain portal termasuk perawatannya.
13. Televisi dan Radio: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha kreasi, produksi dan
pengemasan acara televisi (seperti games, kuis, reality show, infotainment, dan lainnya),
penyiaran, dan transmisi konten acara televisi dan radio, termasuk kegiatan station relay
(pemancar kembali) siaran radio dan televisi.
14. Riset dan Pengembangan: kegiatan kreatif yang terkait dengan usaha inovatif yang
menawarkan penemuan ilmu dan teknologi dan penerapan ilmu dan pengetahuan tersebut
untuk perbaikan produk dan kreasi produk baru, proses baru, material baru, alat baru, metode
baru, dan teknologi baru yang dapat memenuhi kebutuhan pasar; termasuk yang berkaitan
dengan humaniora seperti penelitian dan pengembangan bahasa, sastra, dan seni; serta jasa
konsultansi bisnis dan manajemen.
15. Kuliner: kegiatan kreatif ini termasuk baru, kedepan direncanakan untuk dimasukkan ke
dalam sektor industri kreatif dengan melakukan sebuah studi terhadap pemetaan produk
makanan olahan khas Indonesia yang dapat ditingkatkan daya saingnya di pasar ritel dan
passar internasional. Studi dilakukan untuk mengumpulkan data dan informasi selengkap
mungkin mengenai produk-produk makanan olahan khas Indonesia, untuk disebarluaskan
melalui media yang tepat, di dalam dan di luar negeri, sehingga memperoleh peningkatan daya
saing di pasar ritel modern dan pasar internasional. Pentingnya kegiatan ini dilatarbelakangi
bahwa Indonesia memiliki warisan budaya produk makanan khas, yang pada dasarnya
merupakan sumber keunggulan komparatif bagi Indonesia. Hanya saja, kurangnya perhatian
dan pengelolaan yang menarik, membuat keunggulan komparatif tersebut tidak tergali menjadi
lebih bernilai ekonomis. Kegiatan ekonomi kreatif sebagai prakarsa dengan pola pemikir cost
kecil tetapi memiliki pangsa pasar yang luas serta diminati masyarakat luas diantaranya usaha
kuliner, assesoris, cetak sablon, bordir dan usaha rakyat kecil seperti penjual bala-bala, bakso,
comro, gehu, batagor, bajigur dan ketoprak.

D. Pertunjukan Kerajinan Wayang Kulit


Seni memainkan wayang yang biasa disebut pagelaran, merupakan kombinasi
harmonis dari berbagai unsur kesenian. Pada pagelaran wayang kulit dituntut adanya
kerjasama yang harmonis baik unsur benda mati maupun benda hidup (manusia). Unsur
benda mati yang dimaksud adalah sarana dan alat yang digunakan dalam pagelaran
wayang kulit. Sementara unsur benda hidup (manusia) adalah orang-orang yang
berperan penuh dalam seni pagelaran wayang kulit.

1. Unsur Benda
Unsur benda yang ada dalam pagelaran wayang kulit adalah alat-alat yang berupa
benda tertentu yang digunakan dalam pagelaran wayang tersebut. Bahkan terdapat unsur
materi yang harus ada (karena tidak bisa digantikan). Unsur materi yang dimaksud antara
lain: wayang yang terbuat dari kulit lembu, kelir, debog (batang pohon pisang),
seperangkat gamelan, keprak,kepyak, kotak wayang, cempala, dan blencong.
Seperangkat alat tersebut harus ada, karena alat-alat tersebut tidak bisa digantikan. Akan
tetapi pada perkembangan zaman ada modifikasi atau pengubahan yang bibuat berdasar
kebutuhan atau kreatifitas seniman, namun keberadaan wayang dan kelir tidak bisa
ditinggalkan.

a) Wayang kulit Jawa tentunya terbuat dari kulit. Pada umumnya terbuat dari kulit
sapi namun ada juga yang dibuat dari kulit kambing. Proses pembuatannya pun cukup
lama, mulai dari direndam lalu di gosok terus dipentang supaya tidak kusut kemudia
dibersihkan bulu-bulunya. Baru setelah itu diberi pula untuk kemudian ditatah sesuai
dengan gambar pola, dan terakhrir diwarnai. Jadilah wayang hasil kreasi seni pahat dan
seni lukis.

b) Gamelan adalah seperangkat alat musik perkusi dan petik serta gesek yang mengiringi
pagelaran wayang. Jumlahnya sangat banyak. Macam gamelan antara lain bonang,
gambang, gendang, gong, siter, kempul, dll. Gamelan dimainkan secara bersama-sama
membentuk alunan musik yang biasa disebut gending. Inilah seni kreasi musik dalam
pagelaran wayang.

c) Kelir adalah layar lebar yang digunakan pada pertunjukan wayang kulit. Pada rumah
Joglo, kelir di pasang pada bagian ‘pringgitan’. Bagian ini merupakan bagian peralihan dari
pada ranah publik, pendopo dengan ranah privat, ndalem atau nggandok. Oleh karena itu
penonton wayang kulit yang tergolong keluarga, pada umumnya nonton di bagian
dalam ndalem, yang sering dianggep nonton mburi kelir. Nonton di belakang kelir ini
memang benar-benar „wewayangan’, atau bayang-bayang. Lihat buku „Aspek
Kebudayaan Jawa Dalam Pola Arsitektur Bangunan Domestik dan Publik’(Subanindyo,
2010). Dari sinilah pengaruh blencong yang seolah-olah „menghidupkan‟ wayang akan
dapat terlihat (lihat: Blencong). Penonton juga tidak terganggu oleh adanya gamelan. Bagi
penonton publik, mereka menonton didepan kelir, sehingga selain dapat melihat
keindahan dari pada peraga wayang itu sendiri, oleh karena tatah dansungging-nya,
berikut simpingannya, juga dapat menyaksikan deretan pesinden atau waranggana
manakala ada. Sayang, menyaksikan dari sisi ini selain tak dapat menyaksikan
pengaruh blencong, dimana wayang seolah-olah menjadi hidup, juga terkadang terhalang
oleh gamelan, terutama gayor untuk kempul dan gong.

d) Debog adalah batang pisang yang digunakan untuk menancapkan


wayang (simpingan). Di simping artinmya dijajar. Baik yang dimainkan maupun yang yang
dipamerkan (display), digunakan‘debog’. Barang tentu untuk „menancapkan‟ wayang yang
di-displayjuga ada aturan-aturan tertentu. Mana wayang yang harus ada disebelah kanan
ki dalang, mana pula yang harus berada disebelah kirinya. Tugas ‘menyimping’ ini
sesungguhnya tidak terbatas hanya memasang wayang yang harus di-display, akan tetapi
juga mempersiapkan segala sesuatu keperluan dalang. Misalnya menyediakan wayang-
wayang yang akan digunakan (play) sesuai urutan adegannya, menempatkan kotak
wayang berikut keprak dankepyaknya, menyediakan cempala, memasang dan
menyalakan maupun mengatur sumbu blencong, lampu minyak yang khas digunakan
dalam pertunjukan wayang kulit, dan lain-lain. Sekali-sekali juga membantu pelayanan
konsumsi (makan minum, rokok) untuk dalang. Untuk penyiapan ini terkadang dibantu
oleh anak-anak muda sebagai salah satu media pendidikan untuk mengenali dan akhirnya
mencintai wayang.

e) Blencong adalah lampu minyak (minyak kelapa – lenga klentik) yang khusus
digunakan dalam pertunjukan wayang kulit. Design-nya juga khusus,
dengan cucuk (paruh) dimana diujungnya akan menyala api sepanjang malam. Oleh
karenanya seorang penyimping harus mewaspadai pula keadaan sumbu
blencong tersebut manakala meredup, atau bahkan mati sama sekali.Tak boleh pula api
itu berkobar terlampau besar. Karena akan mobat-mabit. Kalaupun lampu penerangan
untuk dalang pada masa sekarang sudah menggunakan listrik, sesungguhnya ada fungsi
dasar yang hilang atau dihilangkan dari penggunaan blencong tersebut. Oleh
karena blencong adalah lampu minyak, maka apinya akan bergoyang manakala ada
gerakan-gerakan wayang, lebih-lebih waktu perang, yang digerakkan oleh ki dalang. Ada
kesan bahwa ayunan api (kumlebeting agni) dariblencong itu seolah-olah memberikan
nafas dan atau menghidupkan wayang itu sendiri. Hal yang tak terjadi manakala
penerangan menggunakan listrik atau tromak (petromax). Saat ini blencong sudah jarang
digunakan. Dianggap kurang praktis dan merepotkan.

f) Kotak wayang berukuran 1,5 meter kali 2,5 meter ini akan merupakan peralatan
dalang selain sebagaimana sudah diutarakan merupakan tempat menyimpan wayang,
juga sebagai ‘keprak’, sekaligus tempat menggantungkan ‘kepyak’. Dari kotak tempat
menyimpan wayang ini juga akan dikeluarkan wayang, baik yang akan ditampilkan
maupun yang akan di-simping. Di-simping artinya dijajar, di-display di kanan dan kiri layar
(kelir) yang ditancapkan di debog (batang pisang). Kotak akan ditaruh dekat dalang, di
sebelah kiri, dan ditentang yang dekat dalang ditempatkan kepyak. Sedang kepraknya
justru bagian dari kotak yang dipukul dengan cempala. Keprak adalah
suaradhodhogan sebagai tanda, disebut sasmita, dengan jenis tertentu diwujudkan
pemukulan pada kotak dengan menggunakan cempala. Sementara pada kepyak, berupa
tiga atau empat lempengan logam (kuningan/gangsa atau besi) yang digantungkan pada
kotak, juga dipukul dengan cempala, dalam bentuk tanda tertentu, juga sebagai sasmita
atau tanda-tanda untuk – selain mengatur perubahan adegan – merubah, mempercepat,
memperlambat, sirep, menghentikan atau mengganti lagu (gendhing). Terdengar nada
yang berbeda antarakepyak wayang kulit Jogya dan gaya Surakarta.

g) Cempala merupakan piranti sekaligus ‘senjata’ bagi dalang untuk memberikan segala
perintah, baik kepada wiraniyaga, wiraswaramaupun waranggana. Bentuknya sangat
artistik, bagaikan meru. Ia bisa dipukulkan pada kotak, sebagai keprak, bisa pula
ke kepyak, tiga/empat lempengan logam yang digantungkan pada kotak wayang. Pada
saat ke dua tangan dalang sedang memegang wayang – dan ini yang unik – maka tugas
untuk membunyikan keprak maupun kepyak, dengan tetap menggunakan cempala,
dilakukan oleh kaki kanan ki dalang. Cempala – dengan desain sedemikian rupa itu –
akan dijepit di antara ibu jari dan jari telunjuk berikutnya.
Menggunakan cempalamemerlukan latihan untuk memperoleh tingkatan ketrampilan
tertentu. Memukul kotak dengan cempala, Ki Dalang dapat memilih berbagai kemungkinan
pembangun suasana dengan dhodhogan, seperti ada-ada, pathetan, kombangan. Dapat
pula sebagai perintah kepada karawitan untuk mengawali, merubah, sirep, gesang atau
menghentikan gamelan. Juga dapat digunakan untuk memberikan ilustrasi adegan, seperti
suara kaki kuda, suara peperangan dan lain-lain. Artinya, ketika ke dua belah tangan ki
dalang sedang memainkan wayang, maka keprak atau kepyak dapat juga berbunyi.
Suatukeprigelan yang jarang dapat dilihat oleh para penonton wayang, karena biasanya ia
sedang asyik mengikuti adegan yang ditampilkan di kelir (layar). Padahal untuk mencapai
tingkat keprigelan tersebut, seorang dalang harus melakukan latihan-latihan yang intensif.
Betapa tidak, keempat anggota badan, tangan dan kaki harus terus bergerak, sementara
pikiran dan pandangan terfokus pada apa yang dilakukannya di layar / kelir.

2. Unsur Manusia
Dalang, penyimping, penabuh, dan sinden adalah orang-orang yang berperan penting
dalam kelancaran dan keberhasilan sebuah pagelaran wayang. Mereka adalah orang-
orang yang memiliki kemahiran khusus dalam bidangnya masing-masing. Berkat
kemahiran khusus tersebut, terkadang mereka tidak bisa digantikan oleh sembarang
orang.

a) Dalang adalah sutradara, pemain, artis, serta tokoh sentral dari pada suatu
pertunjukan wayang. Tanpa dalang, maka pertunjukan wayang itu tidak ada. Apalagi untuk
dalang pada pertunjukan wayang kulit. Komunikasi antara dalang dengan unit pendukung,
perlengkapan dan peralatan pertunjukan wayang merupakan komunikasi yang unik.
Melalui segenap indera yang dimilikinya, ia berkomunikasi dengan kompleksitas orang
dan peralatan yang lazim digunakan dalam suatu pertunjukan wayang. Tanpa suatu
skenario yang dipersiapkan terlebih dahulu, namun wayang tampil secara spontan,
kompak dan tidak pernah mengalami ‘out of order’, semalam suntuk. Sungguh suatu
bentuk teater yang „aneh‟ karena meskipun tanpa suatu skenario - padahal dalang dapat
memilih beratus lakon atau cerita baku (babon-pakem), carangan, anggitan (sanggit) –
tontonan dapat berjalan mulus dari jejeran sampai tancep kayon.

b) Penyimping adalah orang yang membantu dalang dalam menyiapkan wayang yang di
jajar (disimping) pada debog (simpingan). Tugas‘menyimping’ ini sesungguhnya tidak
terbatas hanya memasang wayang yang harus di-display, akan tetapi juga
mempersiapkan segala sesuatu keperluan dalang. Misalnya menyediakan wayang-
wayang yang akan digunakan (play) sesuai urutan adegannya, menempatkan kotak
wayang berikut keprak dan kepyaknya, menyediakan cempala, memasang dan
menyalakan maupun mengatur sumbu blencong,lampu minyak yang khas digunakan
dalam pertunjukan wayang kulit, dan lain-lain. Sekali-sekali juga membantu pelayanan
konsumsi (makan minum, rokok) untuk dalang. Untuk penyiapan ini terkadang dibantu
oleh anak-anak muda sebagai salah satu media pendidikan untuk mengenali dan akhirnya
mencintai wayang.

c) Panjak adalah orang yang bertugas memainkan gamelan. Orang-orang yang bertugas
sebagai penabuh gamelan harus mempunyai kemahiran khusus dalam memainkan lagu
(gendhing) sesuai dengan permintaan si dalang. Permintaan si dalang tentunya tidak
verbalistik, namun penabuh gamelan diharuskan memahami isi cerita/lakon wayang dan
gendhing yang dimainkan hendaknya diselaraskan dengan lakon cerita wayang. Hal inilah
menuntut ketajaman intuisi bagi penabuh gamelan dalam pagelaran wayang, karena
dalam pagelaran wayang tidak disediakan notasi musik dalam memainkan gamelan.
Semuanya menggunakan intuisi seniman.

d) Waranggana adalah penyanyi wanita dalam seni karawitan yang dimainkan dalam
pagelaran wayang kulit. Lazim juga disebut pesinden. Penyanyi ini selain harus
mempunyai kemahiran dalam menyanyi dengan suara yang merdu, namun juga
ketahanan fisik yang prima. Hal ini diperlukan karena biasanya pagelaran wayang kulit itu
dilaksanakan semalam suntuk. Tentu harus mempunyai fisik yang sehat dan kuat untuk
melantunkan lagu-lagu jawa serta menahan kantuk mulai senja hingga pagi hari.

Anda mungkin juga menyukai