Anda di halaman 1dari 9

37 | JURNAL ILMU BUDAYA

Volume 8, Nomor 1, Juni 2020 E-ISSN: 2621-5101 P-ISSN:2354-7294

MODALITAS DALAM TEKS BERITA HOAKS:


KAJIAN LINGUISTIK SISTEMIK FUNGSIONAL
Firda Amrullah1, Abdul Hakim Yassi2, Gusnawaty Gusnawaty3
1
Linguistic Department of Faculty Cultural Sciences, Hasanuddin University
2
English Language Department of Faculty Cultural Sciences, Hasanuddin University
3
Local Languages Department of Faculty Cultural Sciences, Hasanuddin University
1
effierda@unhas.ac.id
2
hakimyassi@yahoo.com
3
gusnawaty@fs.unhas.ac.id

Abstract
This study aimed to examine the use of modality in news text. This research expected to improve
public media literacy in identifying hoax news through modality analysis. This research presented
qualitative descriptive data with the systemic functional linguistic approach. This study focused on
type, value, and modality orientation. The research data resource was Hoax Report of Legislative and
President Election Internet Content Control Sub-directorate for August 2018 by Ministry of
Communication and Information of Republic Indonesia. The research result showed that modality
type possibility modalization intermediate degree and modality type obligation modulation
intermediate degree to dominate other types of modality. Besides, this research didn't find the kinds
of modality in hoax-text news. They were modality type of usuality modalization of medium degree
and modality type of inclination modulation of low degree.
Keyword: Modality, hoax, systemic functional linguistics

PENDAHULUAN keuntungan finansial yang


melatarbelakangi penyebaran hoaks,
Pesatnya perkembangan teknologi kericuhan sebagai dampak provokasi berita
informasi dan komunikasi berkontribusi hoaks juga menjadi kenikmatan tersendiri
besar terhadap perkembangan media bagi penyebar berita hoaks. Media daring
massa. Media massa konvensional seolah kehilangan ideologinya. Padahal
dianggap tidak lagi mampu memenuhi kostruksi dari setiap wacana yang
kebutuhan masyarakat akan informasi disajikan oleh media massa memiliki
terkini dari aspek kecepatan dan muatan-muatan ideologis yang sangat
kemudahan mengakses kapan saja dan bergantung pada dasar filosofis dari
dimana saja yang menjadi tawaran media idealism (Fadhil, 2017).
massa daring. Namun, tidak ada perubahan Penyebaran hoaks di Indonesia
tanpa konseskuensi. Kecenderungan dinilai telah melewati batasan dan
masyarakat akan kebutuhan informasi meresahkan sehingga diperlukan tindakan
yang aktual dan faktual seolah menjadi sarius untuk menekan angka penyebaran
bumerang bagi masyarakat sendiri. berita hoaks yang terus bertambah. Aksi
Seringkali berita yang disajikan media pemblokiran oleh Kementerian
daring tidak lagi melalui proses Komunikasi dan Informatika Republik
penyuntingan yang ketat sehingga Indonesia terhadap berit hoaks tidak
kebenaran informasi yang disajikan pun mampu menandingi kecepatan penyebaran
tidak dapat dipastikan. Bahkan, beberapa hoaks. Hal ini dikarenakan masyarakat
pihak, dengan sengaja menyebarkan berita secara tidak sadar menjadi sukarelawan
hoaks untuk meraup keuntungan dari dalam penyebaran berita hoaks sehingga
jumlah pengikut. Bukan hanya,
38 | JURNAL ILMU BUDAYA
Volume 8, Nomor 1, Juni 2020 E-ISSN: 2621-5101 P-ISSN:2354-7294

yang diperlukan dalam menekan pribadi terhadap proposal. Modalisasi


penyebaran berita hoaks adalah terdiri atas probabilitas “kemungkinan”
peningkatan literasi media bagi dan usuality “keseringan” sedangkan
masyarakat. modulasi terdiri atas obligasi “keharusan”
Peningkatan literasi media bagi dan inklinasi “kecenderungan”. Modalisasi
masyarakat terkait berita hoaks dapat ‘kemungkinan’ menunjukkan bahwa
dilakukan dengan meningkatkan penutur mengungkapkan penilaian tentang
pemahaman masyarakat tentang karakter kemungkinan terjadinya atau keberadaan
berita hoaks agar masyarakat tidak dengan sesuatu. ‘Kemungkinan’ mengacu pada
mudahnya meneruskan suatu informasi komitmen penutur terhadap pernyataannya
tanpa mengecek kebenarannya terlebih yang terletak antara posisi positif dan
dahulu. Kemampuan mengidentifikasi negatif. Modalisasi ‘keseringan’
berita hoaks dapat dilakukan dengan menunjukkan bahwa penutur
melihat penggunaan modalitasnya. mengekspresikan penilaian tentang
Menurut (Halliday & Matthiessen, 2014) frekuensi terjadinya atau keberadaan
modalitas menafsirkan wilayah sesuatu. Modulasi ‘keharusan’ terkait
ketidakpastian yang terletak antara 'ya ' dengan keinginan atau harapan penutur
dan 'tidak'. Dengan demikian, pemilihan agar mitra tutur melakukan suatu aktivitas.
modalitas menempatkan sikap atau posisi ‘Keharusan’ tidak hanya melibatkan
pembicara pada batasan antara polaritas keadaan internal atau mental penutur tetapi
positif dan negatif dalam mengungkapkan juga pengaruh tekanan luar. Modulasi
kebenaran dan aktualisasi peristiwa. ‘kecenderungan’ mengacu pada
Penelitian ini dikaji dengan teori keinginan/kesediaan atau kecenderungan
Linguistik Sistemik Fungsional (LSF) emosi penutur melakukan suatu keinginan.
yang difokuskan pada pendekatan fungsi Berdasarkan nilai, yakni tingkat
interpersonal. Modalitas merupakan kemungkinan terjadi atau tingkat
realisasi makna interpersonal karena kedekatannya terhadap polar ‘ya’ atau
pembicara dapat memberikan pandangan, ‘tidak’, masing-masing ‘kemungkinan’,
pertimbangan, atau pendapat pribadi ‘keseringan’, ‘keharusan’, dan
tentang pesan yang disampaikannya dalam ‘kecenderungan’ dapat digolongkan ke
interaksi (Saragih, 2006). Melalui dalam tiga tingkat: tinggi yakni aksi yang
modalitas, sikap penutur dapat ditentukan paling dekat ke polar ‘ya’ dan paling
dengan membuat perbedaan apakah mungkin terjadi, tingkat rendah yang
tuturan yang diprodukasi penutur berupa paling dekat ke polar ‘tidak’ dan paling
proposal atau proposisi. Tuturan yang tidak mungkin terjadi, dan tingkat
diproduksi oleh penutur berupa proposal menengah antara tingkat tinggi dan rendah.
jika klausa tersebut berkenaan dengan Dari uraian tersebut, penulis
informasi baik berupa pernyataan maupun berasumsi bahwa kekurangyakinan dan
pertanyaan, sedangkan berupa proposal ketidaktahuan pembicara akan suatu
jika klausa tersebut berkenaan dengan informasi memengaruhi pemilihan
barang dan jasa baik berupa perintah modalitas yang digunakan. Dengan
maupun tawaran(Wiratno, 2018). demikian, penelitian ini menawarkan satu
Secara garis besar berdasarkan langkah pengidentifikasian karakteristik
jenisnya, modalitas terbagi atas (1) berita hoaks dengan mengkaji jenis dan
modalisasi yang merupakan pendapat atau nilai modalitas yang digunakan.Penelitian
pertimbangan pribadi pemakaian bahasa terkait penggunaan modalitas telah lama
terhadap proposisi, dan modulasi yang menarik minat banyak peneliti. Beberapa
merupakan pendapat atau pertimbangan penelitian sebelumnya menggunakan
39 | JURNAL ILMU BUDAYA
Volume 8, Nomor 1, Juni 2020 E-ISSN: 2621-5101 P-ISSN:2354-7294

modalitas untuk menilai tingkat komitmen deskriptif kualitatif ini didukung dengan
calon presiden dalam debat pemilihan metode kuantitatif karena menggunakan
presiden seperti yang dilakukan oleh analisis statistik sederhana. Metode
Abdul Azis Faradi (2015), dan Irma kuantitatif digunakan untuk mendukung
Setiawan (2017). Modalitas juga analisis statistik deskriptif dengan melihat
digunakan untuk melihat ekspresi persentase kemunculan modalitas dalam
gramatikal dari editorial surat kabar seperti berita hoaks. Sumber data penelitian ini,
yang dilakukan oleh Alireza Bonyadi ialah Laporan Hoaks Pileg dan Pilpres
(2011) dan Saba Sadia (2019). Namun, Subdit Pengendalian Konten Internet
belum ada penelitian terkait penggunaan Periode Agustus 2018 oleh Kementerian
modalitas terhadap teks berita hoaks. Hal Komunikasi dan Informasi Republk
ini yang kemudian menjadi kebaruan dari Indonesia. Terdapat 74 klausa dari 11
penelitian ini. berita hoaks pada periode tersebut.
Langkah pertama dalam penelitian ini
METODE adalah, mengumpulkan klausa yang
mengandung modalitas dari teks berita
Penelitian ini merupakan penelitian hoaks tersebut. Langkah kedua
kualitatif dengan menggunakan metode mengidentifikasi klausa modalitas
deskriptif dan pendekatan yang digunakan berdasarkan jenis, nilai, dan orientasi
dalam penelitian ini adalah pendekatan modalitas. Langkah ketiga, menghitung
linguistic sistemik fungsional (LSF). LSF persentase kemunculan modalitas dalam
mengkaji dengan konteks yang berbeda teks berita hoaks.
tidak hanya berkaitan dengan tata bahasa,
tetapi mencakup seluruh kompleksitas HASIL DAN PEMBAHASAN
semiotik bahasa dalam konteks social
(Gusnawaty et al., 2017). Dalam penelitian Laporan Hoaks Pileg dan Pilpres
ini, data yang dideskripsikan berupa Subdit Pengendalian Konten Internet
modalitas dalam teks berita hoaks. Periode Agustus 2018 oleh Kementerian
Deskripsi tersebut berupa jenis modalitas Komunikasi dan Informasi Republik
terdiri atas ‘kemungkinan’, ‘keseringan’, Indonesia terdiri atas 11 berita hoaks
‘keharusan’, dan ‘kecenderungan’; nilai dengan total jumlah klausa sebanyak 74
modalitas yang digolongkan ke dalam tiga klausa. Dari total 74 klausa tersebut,
tingkat yakni tinggi, menengah, dan sebanyak 35 klausa mengandung modalitas
rendah; serta orientasi modalitas yang atau sebanyak 47.30% dan terdapat 47
terdiri atas sifat modalitas berupa subjektif penanda modalitas atau sebanyak 63.51%.
dan objektif serta manifestasi modalitas Secara lebih rinci, dapat dilihat pada
berupa eksplisit dan implisit. Metode gambar 1 berikut.
40 | JURNAL ILMU BUDAYA
Volume 8, Nomor 1, Juni 2020 E-ISSN: 2621-5101 P-ISSN:2354-7294

SEBARAN MODALITAS
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Klausa Modalitas 1 1 1 1 0 9 2 9 5 2 4
Penanda Modalitas 1 2 1 1 0 12 2 11 8 2 7
Jumlah Klausa 1 3 2 2 0 16 3 18 11 5 13

Gambar 1. Sebaran Jumlah Modalitas

a. Jenis Modalitas Berdasarkan data pada gambar 2,


Secara garis besar, modalitas terdiri terlihat jumlah penggunaan modalisasi
atas dua jenis, yaitu (1) Modalisasi dan modulasi yang tidak jauh berbeda.
(modalization) yang merupakan ‘Kemungkinan’ sebagai bentuk
pendapat atau pertimbangan pribadi modalisasi dan ‘keharusan’ sebagai
pemakaian bahasa terhadap proposisi, bentuk modulasi mendominasi dalam
dan (2) Modulasi (modulation) yang teks berita hoaks dibandingkan
merupakan pendapat atau pertimbangan modalisasi ‘keseringan’ dan modulasi
pribadi terhadap proposal. ‘kecenderungan’.
Pertimbangan pribadi terhadap proposal Modalisasi ‘kemungkinan’
dapat berupa ‘kemungkinan’ dan digunakan sebanyak 19 kali atau
‘keseringan’ sedangkan pertimbangan 25.68% sedangkan modalisasi
pribadi terhadap proposal dapat berupa ‘keseringan’ muncul sebanyak 3 kali
‘keharusan’ dan ‘kecenderungan’. Hasil atau 4.05%. Jika diakumulasikan,
identifikasi jenis modalitas dari total 11 penanda modalitas modalisasi
berita hoaks tersebut menunjukkan digunakan sebanyak 21 kali atau
modulasi lebih dominan digunakan dari 29.73%. Pada penelitian ini terdapat
modalisasi meskipun perbedaan sangat beberapa contoh modalitas modalisasi
tipis. yang ditemukan dalam data adalah
sebagai berikut.
(1) Dalam sidang tersebut akan
JENIS MODALITAS dihadiri oleh Majelis Hakim
[CATEGORY [CATEGORY Mahkamah Konstitusi
NAME]; NAME]
[VALUE] (2) Dia juga sempat mengatakan
[VALUE]
Prabowo di mata Gus Dur adalah
sosok yang ikhlas kepada bangsa
[CATEGORY Pada teks (1) terdapat penggunaan
NAME]; [CATEGORY
[VALUE] NAME]
kata akan yang merupakan penanda
[VALUE] modalitas modalisasi ‘kemungkinan’.
Pada teks (2) terdapat penggunaan kata
Gambar 2. Sebaran Jenis Modalitas sempat yang merupakan penanda
modalitas ‘keseringan’
41 | JURNAL ILMU BUDAYA
Volume 8, Nomor 1, Juni 2020 E-ISSN: 2621-5101 P-ISSN:2354-7294

Terkait modulasi, penanda modalisasi ‘kemungkinan’ sedangkan


modulasi keharusan digunakan editorial Tehran Times bermain pada
sebanyak 23 kali atau 31.08% tataran modulasi ‘keharusan’. Sejalan
sedangkan penanda modalisasi dengan Bonyadi, Sadia (2019) juga
kecenderungan hanya digunakan membandingkan editorial dua surat
sebanyak 2 kali atau 2.70%. Jika kabar Pakistan yaitu The News dan The
diakumulasikan, penanda modalitas Daily Dawn. Hasilnya pun tidak
modulasi digunakan sebanyak 25 kali berbeda dengan hasil temuan Bonyadi
atau 33.78%. Pada penelitian ini bahwa editorial The News beranjak dari
terdapat beberapa contoh modalitas gagasan utama ‘apa yang akan terjadi’
modalisasi yang ditemukan dalam data atau bermain pada tataran modalisasi
adalah sebagai berikut. sedangkan editorial The Daily Dawn
(3) “Kita juga harus berdaulat beranjak dari gagasan utama ‘apa yang
secara ekonomi, politik dan juga harus dilakukan’ atau bermain pada
budaya.” tataran modulasi (Sadia & Ghani,
(4) “Kalau Pak Prabowo sahabatnya 2018).
Gus Dur, Gus Dur pernah Persamaan objek penelitian ini
katakan kalau mau cari orang dengan penelitian terdahulu bahwa
ikhlas pada bangsa ya Prabowo. berita hoaks dan editorial, keduanya
berupa asumsi pribadi penulis, tetapi
Pada teks (3) terdapat penggunaan penggunaan modalitasnya berbeda.
kata harus yang merupakan penanda Pada kedua penemuan tersebut terlihat
modalitas modulasi ‘keharusan’. Pada bahwa informasi yang beranjak dari
teks (4) terdapat penggunaan kata mau asumsi pribadi penulis dalam bentuk
yang merupakan penanda modulasi editorial hanya menggunakan salah satu
‘kecenderungan’ dari dua jenis modalitas secara umum,
Penggunaan modalitas baik yang yakni modalisasi atau modulasi.
berjenis modalisasi maupun modulasi Berberda dengan teks berita hoaks,
menunjukkan bahwa karakteristik berita penggunaan modalisasi dan
hoaks yang berisi proposisi yang salah modulasinya hampir sama. Hal ini
kemudian diikuti proposal agar karena tujuan dari berita hoaks dan
pembaca membenarkan informasi yang editorial yang berbeda meskipun
disampaikan meskipun informasi keduanya berupa pendapat pribadi
tersebut belum tentu terjadi. penulis.
Hasil tersebut berbeda dengan b. Nilai Modalitas
temuan Bonyadi (2011) dan Saba Sadia Nilai atau derajat modalitas
(2019) yang mengkaji penggunaan ditentukan dari kedekatannya terhadap
modalitas pada editorial dari dua surat polar. Semakin dekat modalitas yang
kabar. Bonyadi membandingkan surat digunakan terhadap polar positif,
kabar The New York Times dengan surat semakin tinggi nilai atau derajatnya.
kabar Tehran Times dan menemukan Demikian juga modalitas yang memiliki
bahwa editorial The New York Times kedekatan terhadap polar negatif
beranjak dari gagasan utama ‘apa yang dikategorikan sebagai modalitas derajat
akan terjadi’ sedangkan editorial rendah sedangkan nilai modalitas yang
Tehran Times beranjak dari gagasan netral dikategorikan sebagai modalitas
utama ‘apa yang harus derajat menengah. Data penggunaan
dilakukan’(Bonyadi, 2011). Hal ini modalitas berdasarkan nilainya dapat
mengindikasikan editorial The New dilihat pada tabel 3.
York Times bermain pada tataran
42 | JURNAL ILMU BUDAYA
Volume 8, Nomor 1, Juni 2020 E-ISSN: 2621-5101 P-ISSN:2354-7294

NILAI MODALITAS
16
14
12
10
8
6
4
2
0
Modulasi
Modalisasi Modalisasi Modulasi
'Kecenderunga
'Kemungkinan' 'Keseringan' 'Keharusan'
n'
Derajat Tinggi 1 1 5 1
Derajat Menengah 15 0 14 1
Derajat Rendah 3 2 4 0

Gambar 3. Sebaran Nilai Modalitas

Berdasarkan nilai, terdapat dua menengah yang terdapat dalam data


modalitas yang dominan yaitu teks berita hoaks.
modalisasi ‘kemungkinan’ derajat (5) Pada Pilpres 2019 Prabowo akan
menengah sebesar 20.27% dan maju berpasangan dengan
modulasi ‘keharusan’ derajat menengah Sandiaga Uno dan sudah
sebesar 18.92%. Jenis modalitas yang menyambangi Ketum PBNU KH
tidak ditemukan dalam teks berita hoaks Said Aqil Siroj di kantornya.
adalah modalisasi ‘keseringan’ derajat (6) “InsyaAllah lagi disiapkan kartu
menengah dan modulasi anggota NU (Nahdlatul Ulama)
‘kecenderungan’ derajat rendah. Jenis untuk Pak Prabowo,” kata Said
modalitas yang paling minim Aqil
kemunculannya adalah modalisasi Pada teks (5) terdapat penggunaan
‘kemungkinan’ derajat tinggi, penanda modalisasi ‘kemungkinan’
modalisasi ‘keseringan’ derajat tinggi, derajat menengah berupa kata akan
modulasi ‘kecenderungan’ derajat yang artinya kejadian tersebut belum
menengah hingga tinggi yang masing- terjadi. Hal ini mengindikasikan posisi
masing sebesar 1.35% disusul informasi tersebut berapa pada posisi
modalisasi ‘keseringan’ derajat rendah netral antara polar positif dan polar
sebesar 2.70%, modalisasi negatif. Dengan kata lain, kemungkinan
‘kemungkinan’ derajat rendah sebesar terjadinya dan tidak terjadinya,
4.05%, modulasi ‘keharusan’ derajat seimbang. Hal ini menunjukkan sikap
rendah sebesar 5.41% dan modulasi pembuat maupun penyebar berita hoaks
‘keharusan’ derajat tinggi sebesar tidak begitu meyakini kebenaran
6.76%’ informasi yang disampaikan.
Modalisasi ‘kemungkinan’ derajat Pada teks (6) terdapat penggunaan
menengah yang mendominasi jenis kata insyaAllah sebagai penanda
modalisasi lainnya menggunakan modalisasi ‘kemungkinan’ derajat
penanda modalitas “akan, bakal, menengah. Kata insyaAllah secara
insyaAllah, dan mungkin” yang implisit menunjukkan ekspresi penutur
mengindikasikan bahwa kejadian dalam mengaktualisasikan peristiwa.
tersebut belum terjadi. Berikut contoh Penutur seolah telah memastikan
penggunaan penanda modalitas peristiwa tersebut akan terjadi, tetapi
modalisasi ‘kemungkinan’ derajat tidak menutup kemungkinan adanya
43 | JURNAL ILMU BUDAYA
Volume 8, Nomor 1, Juni 2020 E-ISSN: 2621-5101 P-ISSN:2354-7294

faktor penghambat yang dapat ‘keharusan’ derajat menengah hingga


menyebabkan peristiwa tersebut tidak derajat tinggi untuk mempertegas visi
menjadi kenyataan. Dengan demikian, misinya agar meyakinkan masyarakat
peristiwa tersebut berada dalam posisi dalam menentukan pilihan ((Faradi,
netral antara polar positif dan polar 2019); (Setiawan, 2018)). Penggunaan
negatif. ‘keharusan’ derajat menengah yang
Jenis modalitas yang juga dominan mengindikasikan para
mendominasi teks berita hoaks adalah kandidat presiden tidak mampu
modulasi ‘keharusan’ derajat menengah memastikan realisasi dari semua janji
sebesar 18.92%. Modulasi ‘keharusan’ yang diucapkan sehingga janji yang
derajat menengah direalisasikan tidak terealisasi dianggap kebohongan
menggunakan penanda modalitas share, oleh masyarakat.
klik bagikan, selamatkan, atau kata-kata Seseorang membuat berita hoaks
yang mencakup makna kausalitas. bukan tanpa tujuan, melainkan mereka
Berikut contoh penggunaan penanda memang memiliki kepentingan dari hal
modalitas modulasi ‘keharusan’ derajat tersebut misalnya untuk memeroleh
menengah yang terdapat dalam data keuntungan finansial hingga keinginan
teks berita hoaks. untuk mengacaukan situasi. Namun,
(7) Tunjukkan Kesalahan Pak bagi penyebar berita hoaks sebagian
Jokowi. besar dilakukan dengan latar belakang
(8) Mari kita doakan semoga tidak ketidakmampuan mengidentifikasi
ada banyak korban lagi . berita hoaks sehingga diperlukan upaya
Pada teks (7) terdapat verba peningkatan literasi masyarakat dalam
perintah tunjukkan sebagai penanda mengidentifikasi berita hoaks salah
modulasi ‘keharusan’ derajat menengah satunya melalui analisis modalitas.
sedangkan pada teks (8) terdapat Dilihat dari pemilihan modalitas yang
interjeksi mari dan adverbial semoga digunakan dalam teks berita hoaks
yang juga berupa penanda modulasi terkait pemilihan legislatif dan
‘keharusan’ derajat menengah. pemilihan presiden, tampak bahwa
Pemilihan modulasi ‘keharusan’ derajat berita hoaks mempunyai karakteristik
menengah mengindikasikan pembuat yang sebenarnya dapat diidentifikasi
atau penyebar berita hoaks berharap sehingga pembaca memiliki
pembaca melakukan apa yang pertimbangan sebelum meneruskan
diinginkan dalam bentuk ajakan bukan berita tersebut. Adapun karakteristik
keharusan. Umumnya, suatu keharusan berita hoaks yaitu suatu teks berita
atau perintah dikeluarkan berdasarkan hoaks dominan menggunakan kata-kata
urgensi peristiwa tersebut sehingga yang merealisasikan modalitas baik
dominansi penggunaan modulasi ‘kemungkinan’, ‘keseringan’,
‘keharusan’ derajat menengah ‘keharusan’, dan ‘kecenderungan’. Dari
mengindikasikan bahwa peristiwa keempat jenis modalitas tersebut,
tersebut belum tentu benar. modalitas ‘kemungkinan’ dan
Terkait penggunaan modulasi ‘keharusan’ yang paling banyak
‘keharusan’, hasil penelitian ini sejalan digunakan. Artinya, informasi yang
dengan penelitian Abdul Azis Faradi disajikan dalam teks berita hoaks adalah
(2015) dan Irma Setiawan (2017) yang informasi yang masih berupa
menyatakan bahwa dalam debat kemungkinan dan ajakan untuk
pemilihan presiden periode 2014-2019, meyakini seolah kemungkinan tersebut
kedua kandidat dominan menggunakan benar terjadi. Adapun informasi yang
44 | JURNAL ILMU BUDAYA
Volume 8, Nomor 1, Juni 2020 E-ISSN: 2621-5101 P-ISSN:2354-7294

masih bersifat kemungkinan tersebut yang berada pada derajat menengah


direalisasikan dalam penanda modalitas yang artinya tingkat kedekatannya
seperti memastikan, akan, insyaAllah, dengan polaritas bersifat netral. Dengan
bakal, mungkin, menurut, dan merasa. begitu, pembaca yang diharapkan
Dari penanda modalitas ‘kemungkinan’ sebagai pelaku aktualisasi dapat
tersebut, akan yang kemunculannya melakukan dan dapat tidak melakukan
paling banyak. Kata akan, mungkin, perintah tersebut.
bakal, dan insyaAllah sebagai penanda
modalitas ‘kemungkinan’ memiliki KESIMPULAN
derajat menengah yang artinya tingkat
kedekatannya dengan polaritas berada Total 74 klausa dari 11 berita hoaks
ditengah. Hal ini mengindikasikan pada Laporan Hoaks Pileg dan Pilpres
bahwa informasi tersebut kemungkinan Subdit Pengendalian Konten Internet
terjadinya dan kemungkinan tidak Periode Agustus 2018 oleh Kementerian
terjadinya seimbang. Komunikasi dan Informasi Republik
Selain berupa kemungkinan, berita Indonesia dan yang mengandung modalitas
hoaks didominansi dengan permintaan, sebanyak 47.30% dengan penanda
baik berupa perintah, ajakan, maupun modalitas sebanyak 62.16%. Dari hasil
izin. Hal ini terlihat dari pengguanaan analisis modalitas diketahui teks berita
penanda modulasi ‘keharusan’. Kata- hoaks dominan menggunakan modalisasi
kata yang berupa verba perintah, ‘kemungkinan’ derajat menengah sebesar
permohonan, ajakan, harapan, izin, 20.27% yang mengindikasikan bahwa
larangan atau keharusan dapat informasi tersebut belum tentu terjadi dan
digunakan pembaca sebagai indikasi pembuat maupun penyebar berita hoaks
awal bahwa informasi tersebut adalah tidak meyakini atau kurang mengetahui
hoaks. Adapun penanda modulasi kebenaran informasi yang disajikan. Selain
‘keharusan’ pada berita terkait itu, karena informasi tersebut
pemilihan legislatif dan pemilihan kebenarannya tidak dapat dipastikan
presiden yang digunakan seperti sehingga pembuat maupun penyebar berita
memerintahkan, jangan, harus, minta, hoaks cenderung menggunakan
share, mohon, simak, ganti, mari, ayo, ‘keharusan’ derajat menengah sebesar
tunjukkan, selamatkan, tenggelamkan, 18.92% untuk memengaruhi pembaca
beritakan, dan bisa. Dari beberapa melakukan sesuai keinginannya. Dengan
penanda modulasi ‘keharusan’ tersebut, demikian, temuan ini dapat
verba perintah yang paling sering mengidentifikasi karakteristik berita hoaks
digunakan. Meskipun berupa perintah, yaitu 1) berita hoaks banyak menggunakan
tetapi perintah yang diserukan lebih penanda modalitas dalam menyampaikan
berupa ajakan dan harapan bukan informasi. Kemunculan penanda modalitas
keharusan. Hal ini mengindikasikan dapat mencapai lebih dari 60% sedangkan
bahwa pembuat maupun penyebar pada teks berita yang menyajikan
berita hoaks tidak meyakini atau informasi nyata menggunakan penanda
kurang mengetahui kebanaran informasi modalitas dibawah 40%. 2) Penggunaan
yang disampaikan. Sebab, sesuatu yang modulasi pada berita hoaks lebih dominan
bersifat urgen akan diperintahkan yakni 33.78% sedangkan modalisasi hanya
sebagai suatu keharusan sedangkan 29.73%. Hal ini menunjukkan berita hoaks
dalam teks berita hoaks perintah lebih bersifat persuasif daripada
tersebut lebih berupa ajakan. Ajakan informatif. Berbeda dengan teks berita
atau harapan merupakan permintaan yang menyajikan informasi nyata,
45 | JURNAL ILMU BUDAYA
Volume 8, Nomor 1, Juni 2020 E-ISSN: 2621-5101 P-ISSN:2354-7294

penggunaan modalisasi lebih dominan Permintaan yang diungkapkan oleh penulis


daripada modalisasi. 3) Teks berita hoaks atau penyebar berita hoaks hanya bersifat
cenderung menggunakan modaliasi ajakan dan harapan bukan suatu keharusan.
‘kemungkinan’ derajat menengah Hal ini relevan dengan informasi yang
(20.27%) sehingga informasi merupakan disampaikan juga berupa informasi yang
informasi yang belum terjadi dan belum tentu terjadi sehingga perintah
kemungkinan terjadi dan tidak terjadinya tersebut menjadi tidak urgen. Dibandinkan
sama. Berbeda dengan teks berita yang dengan teks berita yang menyajikan
menyajikan informasi nyata, penggunaan informasi nyata, modulasi ‘keharusan’
modalisasi ‘kemungkinan’ yang dominan yang digunakan adalah derajat rendah
adalah ‘kemungkinan’ derajat tinggi yakni berupa izin atau pembiaran. Hal ini
sehingga kedekatannya dengan polaritas mengindikasikan pembuat berita dengan
sangat tinggi. 4) Teks berita hoaks informasi nyata memberikan kewenangan
cenderung menggunakan modulasi kepada pembaca dalam menentukan
‘keharusan’ derajat menengah (18.92%). sikapnya.

DAFTAR PUSTAKA I. M. (2014). ( Third Edition ).


Sadia, S., & Ghani, M. (2018). Modality in
Bonyadi, A. (2011). Manifestasi linguistik Editorials of Pakistani English
Modalitas di koran Editorial. 3(1), 1– Newspapers: A Corpus Based Study.
13. International Journal of English
Fadhil, A. (2017). Struktur Teks Media Linguistics, 9(1), 144.
Daring Prancis dalam Pemberitaan https://doi.org/10.5539/ijel.v9n1p144
Mengenai NIIS (Suatu Analisis Saragih, A. (2006). Bahasa dalam Konteks
Wacana Kritis). Jurnal Ilmu Budaya, sosial. Program Pascasarjana
3(1). UNIMED.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.34 Setiawan, I. (2018). System of modality on
050/jib.v3i1.2379 the text of Indonesian presidential
Faradi, A. A. (2019). Kajian Modalitas candidates debate on the period of
Linguistik Fungsional Sistemik Pada 2014 – 2019. International Journal of
Relevansinya Dengan Pembelajaran Social Sciences and Humanities
Wacana Di Sekolah. 1(2), 233–249. (IJSSH), 2(1).
Gusnawaty, G., Yastiana, Y., & Yassi, A. https://doi.org/10.29332/ijssh.v2n1.12
H. (2017). Ideational meaning of 1
butonese foklore: A systemic Wiratno, T. (2018). Pengantar Ringkas
functional linguistics study. Rupkatha Linguistik Sistemik Fungsional. In
Journal on Interdisciplinary Studies Pengantar Ringkas Linguistik
in Humanities, 9(1), 327–338. Sistemik Fungsional (Vol. 1, Issue 1).
https://doi.org/10.21659/rupkatha.v9n https://doi.org/10.1017/CBO9781107
1.33 415324.004
Halliday, M. A. K., & Matthiessen, C. M.

Anda mungkin juga menyukai