Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) merupakan proses

pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha

mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan

merupakan kebutuhan manusia. Pendidikan selalu mengalami perubahan,

perkembangan dan perbaikan sesuai dengan perkembangan di segala bidang

kehidupan. Perubahan dan perbaikan dalam bidang pendidikan meliputi berbagai

komponen yang terlibat di dalamnya baik itu pelaksana pendidikan di lapangan

(kompetensi guru dan kualitas tenaga pendidik), mutu pendidikan, perangkat

kurikulum, sarana dan prasarana pendidikan dan mutu menejemen pendidikan

termasuk perubahan dalam metode dan strategi pembelajaran yang lebih inovatif.

Upaya perubahan dan perbaikan tersebut bertujuan membawa kualitas pendidikan

Indonesia lebih baik.

Ki Hajar Dewantara sebagai bapak pendidikan Nasional Indonesia

mengatakan pendidikan tersebut adalah merupakan tuntutan didalam hidup

tumbuhnya anak-anak, adapun maksud dari pendidikan yaitu menuntun segala

kodrat yang ada pada anak-anak tersebut agar mereka dapat mencapai

keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan adalah usaha dasar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

1
keterampilan, yang diperlukan dirinya, masyarakat, dan Negara (Haryanto, 2019).

Jadi dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pendudikan

adalah proses pengubahan atau perkembangan sikap dan tata laku seseorang untuk

mencapai kedewasaannya serta mengembangkan potensi dirinya dengan tujuan

untuk dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan.

Tujuan Pendidikan Nasional, sesuai dengan Tap Majelis Permusyawaratan

Rakyat Sementara (MPRS) No.XXVI/MPRS/1966 tentang Agama, pendidikan

dan kebudayaan, maka dirumuskan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk

membentuk manusia Pancasila sejati berdasarkan pembukaan Undang - undang

Dasar (UUD) 1945. Selanjutnya dalam UU No. 2 tahun 1989 ditegaskan lagi

bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan

mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan

bertaqwa terhadap Tuhan yang maha esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki

pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, berkepribadian

yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan

kebangsaan. kemudian ada juga Fungsi pendidikan adalah menghilangkan segala

sumber penderitaan rakyat dari kebodohan dan ketertinggalan. Sedangkan

menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No.20 tahun

2003 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pada saat ini dunia pendidikan telah berkembang dengan sangat pesat. Dari

segi tenaga pendidik maupun sarana prasarana sekolah terutama Sekolah

2
Menengah Kejuruan (SMK) semakin dibuat lebih baik dan nyaman. Proses belajar

mengajar pun terus diusahakan agar dapat berjalan dengan baik dan lancar. Akan

tetapi terkadang, terhambat dengan sarana dan prasarana yang kurang memadai.

Siswa cenderung bosan dengan pelajaran yang diberikan maupun metode

penyampaian pembelajaran yang diajarkan.

Salah satu usaha dari pemerintah untuk dapat mewujudkan itu semua maka

diadakannya pendidikan yang dilakukan secara bertingkat mulai dari Sekolah

Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah kejuruan

(SMK) sampai Perguruan tinggi negeri maupun swasta. Hal itu sebagai upaya

yang dilakukan pemerintah untuk membentuk siswa menjadi manusia yang

berkualitas baik di sekolah maupun di masyarakat secara pengetahuan tapi juga

dalam ranah sikap dan keterampilan untuk bekal terjun di masyarakat. Hal ini

menunjukkan cara dari pemerintah agar seseorang terutama generasi muda bangsa

indonesia mampu menuju kearah yang dicita-citakan. Dengan adanya pendidikan

siswa akan menjadi sadar bahwa dirinya memiliki kelebihan yang harus

dikembangkan melalui jenjang pendidikan.

Demikian yang terjadi di sekolah saat ini. Siswa merasa jenuh dengan metode

pembelajaran yang selalu sama dan monoton. Dengan berkembangnya teknologi

dalam bidang pendidikan, maka semakin beragam media yang digunakan untuk

pembelajaran. Pembelajaran tidak lagi menggunakan metode konvensional

sebagai satu-satunya media yang ada. Banyak sekali media pembelajaran yang

terdapat di lingkungan yang bisa diperoleh kapan saja dan dapat dibuat.

3
Sekolah menengah kejuruan (SMK) adalah sekolah menengah yang

meyelenggarakan pendidikan kejuruan dengan mengutamakan penyiapan siswa

memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional Kepmendikbud

(No 323/U/2016). Merakit komputer yaitu menyatukan komponen-komponen

yang dibutuhkan agar computer bisa berjalan sesuai dengan yang kita inginkan.

(Hermansyah, 2017). Menurut Napisah (2017) tujuan perakitan komputer adalah

untuk memberikan pengetahuan agar siswa dapat mengetahui perangkat apa yang

dibutuhkan dalam merakit sebuah Personal Computer (PC) serta fungsi dari

perangkat tersebut dan bagaimana proses merakit perangkat tersebut menjadi

sebuah Personal Computer (PC) yang siap pakai.

Materi perakitan komputer membahas barbagai macam peralatan perakitan

komputer seperti Casing Central Personal Unit (CPU), Harddisk, Motherboard,

Compact Disc-Read Only Memory (CD-ROM), Processor, Fan / Heatsink,

Random Access Memory (RAM) , Local Area Network (LAN) Card, Video

Graphics Adapter (VGA) Card, dan Power Supply. Berdasarkan hasil observasi di

SMK Swasta Paripurna Besitang, dalam melaksanakan kegiatan belajar terdapat

permasalahan yang meliputi (1) materi yang disampaikan kepada siswa masih

menggunakan metode konvensional yaitu pembelajaran berpusat kepada guru, (2)

kurangnya penggunaan media pembelajaran, (3) perangkat pendukung praktik

pengenalan perangkat komputer yang tergolong sedikit sehingga kegiatan praktik

tidak maksimal, dan (4) minat siswa untuk mengikuti pembelajaran tergolong

masih rendah, dibuktikan dengan masih ada siswa yang tidak memperhatikan

ketika guru sedang menerangkan materi.

4
Pada mata pelajaran perakitan komputer, praktikum secara langsung dapat

menghabiskan banyak biaya dan waktu, dan sering kali disampaikan tanpa

menggunakan media pembelajaran. Metode pembelajaran yang digunakan berupa

ceramah, sehingga para siswa menjadi pasif yaitu hanya mendengarkan dan

mencatat saja, dampaknya suasana pelajaran menjadi kurang menarik. Metode

tersebut menjadi kurang efektif dan efisien, karena seorang pendidik menjabarkan

dan menjelaskan materi perangkat keras komputer tanpa dibarengi dengan

penyampaian melalui animasi. Hal-hal tersebut menjadikan tingkat pemahaman

siswa terhadap materi perangkat keras komputer menjadi kurang optimal. Padahal

materi tersebut berkorelasi langsung dengan pelajaran praktikum. Pada tingkat

sekolah menegah kejuruan, keberadaan media yang dapat menjelaskan suatu teori

dengan jelas sangat dibutuhkan. Salah satunya pada mata pelajaran perakitan

komputer. Pengenalan komponen dan langkah-langkah setting perangkat keras

komputer yang dipelajari tidaklah dapat dipahami hanya dengan membaca saja.

Akan tetapi perlu adanya suatu penggambaran yang bersifat visual untuk

memahami pelajaran tersebut.

Observasi yang dilaksanakan selama 2 bulan dalam kegiatan Praktik

Lapangan Terbimbing (PLT) di SMK Swasta Paripurna Besitang 2021,

menemukan permasalahan dalam kegiatan belajar mengajar khususnya dalam

mata pelajaran komputer dan jaringan dasar terutama pada kompetensi dasar

perakitan komputer, antara lain : kegiatan belajar mengajar masih menggunakan

cara konvensional pendidik masih sebagai pusat pembelajaran dan siswa menjadi

penerima informasi pasif, belum adanya sumber belajar untuk siswa seperti buku

5
pegangan untuk mata pelajaran komputer dan jaringan dasar, minimnya sarana

prasarana praktik di laboratorium , seperti contoh kasus yang terjadi pada saat

praktik perakitan komputer, hanya di sediakan 2 komputer untuk dirakit dan diuji,

sementara ada 20 siswa di setiap kelas X Teknik Komputer Jaringan (TKJ)

dengan kata lain pembelajaran yang terlaksana sangat tidak efektif. Maka dari itu,

perlu sebuah inovasi pembelajaran berbentuk media pembelajaraan baru sebagai

upaya meningkatkan mutu pembelajaran di dalam kelas.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia , kemandirian diartikan sebagai

keadaan dapat berdiri sendiri tanpa bergantung kepada orang lain. Dalam proses

pembelajaran setiap siswa diarahkan agar menjadi peserta didik yang mandiri, dan

untuk menjadi mandiri. Seorang individu harus belajar, sehingga dapat dicapai

suatu kemandirian belajar. Pembahasan istilah kemandirian belajar berhubungan

dengan beberapa istilah lain di antaranya self regulated learning, self regulated

thinking, self directed learning, self efficacy, dan self-esteem. Pengertian kelima

istilah di atas tidak tepat sama, namun mereka memilki beberapa kesamaan

karakteritik. Dalam tahun enampuluhan dan tujuhpuluhan, praktisi pendidikan

banyak dipengaruhi oleh pandangan behaviourist seperti Watson dan Skinner.

Kemudian muncul pandangan teori belajar sosial Bandura, yang memandang

belajar dari sudut pandang kognitif. (Utari, 2016)

Hal ini dapat dilihat dari beberapa gejala yang tampak di lapangan

diantaranya adalah kurang percaya diri, masih ada ketergantungan kepada

temannya dalam menghadapi masalah belajar, disiplin belajar masih kurang,

kurang mengetahui cara belajar yang baik yaitu belajar kalau akan menjelang

6
ujian, malas dalam mengerjakan tugas-tugas yang telah diberikan oleh guru,

kurang bisa belajar sendiri, tidak dapat membagi waktu untuk belajar, sering

menyontek hasil pekerjaan temannya, tidak mampu berpikir kritis dan kreatif,

mudah terpengaruh oleh orang lain, menghindari masalah dalam belajar , tidak

mampu memecahkan masalah sendiri tanpa bantuan orang lain, tidak dapat belajar

dengan tekun dan penuh kedisiplinan, tidak bertanggung jawab atas pilihan yang

di ambil, dan mengerjakan tugas pekerjaan rumah saat mengikuti mata Kuliah

yang lain yang mengakibatkan proses belajar mengajar menjadi terganggu. Hal ini

menandakan mahasiswa kurang memiliki kemandirian belajar, karena ciri-ciri

kemandirian belajar mahasiswa yang telah disebutkan diatas belum tampak pada

siswa.

Apabila keadaan demikian tidak mendapatkan penanganan segera dari pihak

pendidik, maka mahasiswa tidak dapat mencapai kemandirian belajar dan

dikhawatirkan prestasi mahasiswa akan menurun, sehingga mahasiswa tidak dapat

mencapai tujuan yang diharapkan dan keberhasilan belajar tidak dapat dicapai.

Adanya pengembangan kemandirian belajar (self regulated learning) siswa.

Karena pada kenyataannya siswa belum mempunyai kemandirian belajar yang

baik. Siswa masih banyak yang bergantung pada guru, sehingga kurang inisiatif

untuk belajar. (Kusumawardani, 2011). Selain keamndirian belajar,hasil belajar

siswa juga menjadi salah satu hal penting dalam pembelajaran.

Hasil belajar merupakan kemampuan internal (kapabilitas) yang meliputi

pengetahuan, ketermpilan dan sikap yang telah menjadi milik pribadi sesorang

dan memungkinkan seseorang melakukan sesuatu. Rendahnya hasil belajar yang

7
dialami oleh siswa dapat disebabkan oleh banyak faktor. Menurut Syah (2017)

faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi 3

(tiga) macam, yaitu (1) faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni

keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa, (2) faktor eksternal (faktor dari luar

diri siswa), yaitu kondisi lingkungan disekitar diri siswa, (3) faktor pendekatan

belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi

strategi dan model yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran

materi-materi pelajaran. Sehingga sebagian besar hasil belajar siswa tidak

mencapai nilai batas ketuntasan belajar yang ditetapkan. Hal ini bukan berarti

siswa tidak mampu dalam mata pelajaran Perakitan Komputer, tetapi masih

banyak unsur yang terkait dalamnya.

Tabel 1. Daftar nilai praktik TKJ-1

Daftar Nilai TKJ-1


N Nilai
Nama Nilai Praktek
o KKM
1 Ananda Sherlly Sevtiani 75 75
2 Armansyah 75 70
3 Bella Purnama 75 70
4 Devi Taniah 75 70
5 Doni Ardiyan 75 75
6 Ilham Jahira Avandi 75 75
7 Jakaria 75 70
8 Laila Wulandari 75 70
9 M. Ari Syahputra 75 75
10 M. Renaldi 75 70
11 Muhammad Arifin 75 75
12 Muhammad Nuh 75 75
13 Puan Maharani 75 70
14 Riski Ardiansyah 75 72
15 Septia Ningsih 75 74
16 Sri Rahayu 75 75
17 Suci Rahpika Dewi 75 70

8
18 Suryadi 75 70
19 Taufik Walhidayah 75 70
Wahyu Ramadhani
20 Safitri 75 72

Tabel 2. Daftar nilai praktik TKJ-2

Daftar Nilai TKJ-2


N Nilai
Nama Nilai Praktek
o KKM
1 Ayu Lestari 75 75
2 Ayu Novita Sari 75 72
3 Candra Rimanda 75 70
4 Dia Fitria 75 74
5 Feby Hendriyan 75 75
6 Ilham Ramadan 75 75
7 Khairul Fahmi 75 70
8 Linda Sari 75 70
9 M. Akbar 75 75
M. Andre Meidian
10 Tarigan 75 72
11 Putri Salshabila 75 75
12 Restu Anggiansyah 75 75
13 Gilang Pratama 75 70
14 Selviaana 75 72
15 Siti Aisyah 75 74
16 Sri Wahyuni 75 75
17 Sumiati 75 70
18 Tasya Bunga Fadila 75 72
19 Risfa Riansyah 75 70
20 Wendi Sulaiman 75 72

Untuk meningkatkan kemandirian dan hasil belajar siswa maka digunakan

model Problem Based Learning (PBL). Problem Based Learning adalah salah

satu contoh pembelajaran yang dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa.

Model pembelajaran Problem Based Learning adalah suatu pendekatan

9
pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai bahan untuk siswa belajar.

Proses pembelajaran tersebut dapat menstimulus siswa untuk aktif di dalam kelas.

Pada penerapan model pembelajaran Problem Based Learning, siswa diharapkan

dapat memahami isi materi, mengajukan pertanyaan, memecahkan permasalahan

dari pertanyaan yang diberikan, berdiskusi dengan siswa lainnya. Dengan

penerapan model pembelajaran Problem Based Learning diharapkan dapat

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Rancang

Bangun Jaringan kelas X TKJ Di SMK Swasta Paripurna Besitang. Salah satu

model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kemandirian

belajar siswa pada Mata Pelajaran Perakitan Komputer adalah Model

Pembelajaran Berbasis Masalah atau Problem Based Learning (PBL). Model

pembelajaran ini dapat mendorong terjadinya proses pembelajaran dengan hasil

belajar yang optimal bagi pengembangan seluruh potensi siswa.

Hal ini karena model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

memberikan kebebasan bagi siswa dalam pembelajaran (Rusmono, 2016).

Berpendapat bahwa hasil belajar peserta didik yang diberikan dengan

menggunakan model pembelajaran berbasis masalah jauh lebih baik dibandingkan

pembelajaran yang konvensional. hal ini terbukti dari kenaikan prestasi peserta

didik ketika peserta didik mengerjakan soal-soal yang sudah dipersiapkan guru.

Adapun juga banyak komputer yang rusak dan bermasalah, untuk itu model

pembelajaran Problem Based Learning cocok untuk diterapkan di sekolah ini.

Dengan model pembelajaran ini, secara tidak langsung peserta didik diajak untuk

berpikir kritis dan nalar. Lebih lanjut dinyatakan bahwa dalam model ini peran

10
guru adalah mengajukan masalah, mengajukan pertanyaan, memberikan

kemudahan suasana berdialog, dan memberikan fasilitas penelitian, serta

melakukan penelitian.

Sehubungan dengan hal tersebut maka peneliti menggunakan teknik

bimbingan berbasis Regulasi diri dalam membantu siswa meningkatkan

kemandirian belajar dan hasil belajar siswa, dengan adanya model Problem Based

Learning (PBL) berbantuan aplikasi yaitu IT Cisco Virtual Desktop. (Autoridad

Nacional del Servicio Civil, 2021) makanya saya tertarik untuk melalukan

penelitian ini.

Cisco-IT Essential Virtual Desktop Personal Computer (PC) & Laptop adalah

sebuah aplikasi simulasi untuk merakit Personal Computer (PC) dan Laptop

dengan virtual Personal Computer (PC) dan virtual Laptop, karena aplikasi ini

ditujukan untuk itu. Tampilan aplikasi ini sangat mudah dan juga sangat detail dan

hampir sama sepeti aslinya pada gambar hardware-nya. Aplikasi IT Cisco Virtual

Desktop menjelaskan komponen hardware secara detail dan menu-menu yang

mendukung, sehingga dapat digunakan sebagai media pembelajaran perakitan

komputer di sekolah. Aplikasi program virtual ini mirip dengan hardware aslinya.

Hal tersebut diharapkan, siswa bisa belajar layaknya merakit komputer secara

nyata. Oleh karena itu, media pembelajaran seperti ini diharapkan meningkatkan

proses belajar siswa yang efektif pada mata pelajaran perakitan komputer. (Blaik,

2017)

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan Kemandirian dan hasil

belajar perakitan komputer di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Swasta

11
Paripurna Besitang dengan sasaran penelitian ini adalah peserta didik kelas X

Teknik Komputer Jaringan (TKJ) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Swasta

Paripurna Besitang pada semester genap tahun ajaran 2021/2022. Peneltian ini

dilaksanakan berupa Eksperimen dalam proses pembelajaran tatap muka, dan

setiap pertemuan memiliki target pencapaian nilai.

Dengan adanya model Problem Based Learning (PBL) dengan berbantuan

aplikasi pada materi perakitan komputer akan sangat membantu baik guru maupun

siswa. Hal itu dikarenakan kurangnya fasilitas komputer untuk belajar siswa Dari

hal-hal yang sudah dipaparkan di atas maka penulis bermaksud mengadakan

penelitian dengan judul “Peningkatan Kemandirian dan Hasil Belajar Siswa

SMKS Paripurna Besitang pada Materi Perakitan Komputer melalui Model

Problem Based Learning (PBL).”

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang permasalahan yang muncul dapat diidentifikasi sebagai

berikut:

1. Kegiatan belajar mengajar masih menggunakan cara konvensional

pendidik sebagai pusat pembelajaran dan siswa ditempatkan sebagai

obyek belajar yang berperan sebagai penerima informasi secara pasif

2. Kurangnya inovasi pembelajaran kepada siswa SMK Swasta Paripurna

Besitang dengan minimnya fasilitas sarana praktik siswa di laboratorium

sekolah.

3. Belum diterapkannya model PBL oleh guru di SMK Swasta Paripurna

Besitang

12
4. Rendahnya kemandirian belajar siswa pada materi perakitan komputer

5. Hasil belajar siswa yang sangat rendah rendah

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan hasil identifikasi masalah, perlu untuk menambahkan

batasanbatasan masalah dalam penelitian agar penelitian lebih terarah. Berikut

adalah batasan-batasan masalah dalam penelitian ini.

1. Rendahnya kemandirian belajar

2. Rendahnya hasil belajar siswa

3. Belum diterapkan model PBL oleh guru SMK Swasta paripurna besitang

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi masalah, maka dapat

dirumuskan masalah-masalah pada penelitian ini adalah :

1. Apakah peningkatan kemandirian belajar siswa pada materi perakitan

komputer melalui model problem based learning (PBL) lebih tinggi

dibandingkan dengan siswa yang diberi pembelajaran konvensional ?

2. Apakah peningkatan hasil belajar siswa pada materi perakitan komputer

melalui model problem based learning (PBL) lebih tinggi dibandingkan

dengan siswa yang diberi pembelejaran konvensional ?

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui peningkatan kemandirian belajar siswa pada materi

perakitan komputer melalui model Problem Based Learning (PBL) lebih

tinggi dibanding dengan siswa yang diberi pembelajaran konvensional

13
2. Untuk hasil belajar siswa pada materi perakitan komputer melalui model

Problem Based Learning (PBL) lebih tinggi dibanding dengan siswa yang

diberi pembelajaran konvensional

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dalam penelitian ini terdiri dari manfaat teoritis dan manfaat

praktis anatara lain sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

a) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu desain media

pembelajaran yang dianggap cocok pada sebuah mata pelajaran di era

yang mengedepankan kemajuan teknologi saat ini.

b) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi bagi peneliti

lainnya yang ingin melakukan penelitian dalam bidang yang sama agar

lebih inovatif.

2. Manfaat Praktis

a) Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai alternatif dalam

proses pembelajaran pada mata pelajaran komputer dan jaringan dasar

khususnya kompetensi dasar perakitan komputer. Selain itu penelitian

ini diharapkan dapat dijadikan masukan dalam rangka peningkatan

kualitas dan fasilitas pembelajaran.

b) Bagi Guru

Aplikasi hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru sebagai bahan

ajar atau media dalam pembelajaran. Penelitian ini dapat digunakan

14
sebai acuan media pembelajaran efektif bagi guru mata pelajaran

produktif.

c) Bagi Siswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber belajar yang

inovatif dan dapat digunakan dalam proses pembelajaran berupa

penerapan media pembelajaran baru, sehingga kegiatan siswa menjadi

lebih aktif dan lebih paham materi pembelajaran.

d) Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan bisa menambah pengetahuan dan

pengalaman dalam penerapan teknologi informasi dan komunikasi

sebagai media pembelajaran interaktif.

15

Anda mungkin juga menyukai