Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Negara tropis terbesar di dunia, Indonesia termasuk dalam salah
satunya. Suhu optimal dan kelembaban yang mendukung bagi
berkembangnya larva, pertumbuhan menjadi individu dewasa, kelangsungan
hidup, hingga penularan parasit. Iklim tropis menimbulkan berbagai macam
penyakit tropis yang diakibatkan oleh nyamuk, salah satunya adalah demam
berdarah (Setiawan, 2017). Virus dengue yang sangat berbahaya merupakan
penyebab peyakit menular yaitu Demam Berdarah Dengue (DBD), jika tidak
segera ditangani dapat membuat penderita meninggal dunia dalam waktu
singkat (Bestari, 2020). Infeksi virus DBD terjadi melalui gigitan nyamuk
Aedes aegypti dan Aedes albopictus (Kolo, 2018). DBD memiliki gejala
serupa dengan Demam Dengue, namun DBD memiliki gejala lain berupa
sakit ataupun nyeri pada bagian ulu hati secara terus menerus, pendarahan
pada hidung, mulut, gusi, atau kulit (Kemenkes RI, 2018).
Salah satu cara mengendalikan nyamuk adalah dengan memutus siklus
hidup nyamuk, yaitu dengan menurunkan aktivitas peletakan telur nyamuk
(anti-oviposisi) atau dengan kata lain dapat menghambat peneluran nyamuk
(Hidana, 2015). Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya Virgianti (2015)
mengenai ekstraksi daun kecombrang (Etlingera elatior) sebagai
antioviposisi, menunjukkan bahwa ekstrak daun kecombrang dengan
konsentrasi lebih dari 15% efektif sebagai antioviposisi nyamuk Ae. Aegypti,
dan penelitian Cahyadi (2013) mengenai daya tolak infusa daun pandan
wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) terhadap peletakan telur nyamuk
Aedes spp. didapatkan hasil konsentrasi optimum dari infusa daun pandan
wangi yang efektif sebagai penolakan telur nyamuk berada pada kisaran 4,5
hingga 5 mL/L.
Di indonesia terdapat beragam tumbuhan yang berpotensi sebagai
insektisida alami. Famili tumbuhan yang dianggap merupakan sumber
potensial insektisida nabati adalah Meliacea, Annonaceae, Astraceae,

1
Piperaceae, Lamiaceae, dan Rutaceae (Setiawan, 2017). Salah satu spesies
tumbuhan dalam famili Lamiaceae adalah kemangi. Daun kemangi yang
memiliki aroma dan rasa yang khas ternyata memiliki kandungan anti
nyamuk, karena mengandung golongan senyawa fenol dan senyawa
turunannya seperti kavikol dan eugenol (Pravitri, 2017), alkaloid (Basri,
2017), flavonoid, saponin, tanin, triterpenoid/steroid, dan minyak atsiri.
Pemanfaatan tumbuhan herbal sudah banyak dilakukan oleh masayarakat,
karena tumbuh-tumbuhan herbal relatif murah, mudah diperoleh serta lebih
bersifat ramah lingkungan dan aman terhadap kesehatan manusia (Basri,
2017). Tumbuhan herbal sudah digunakan sejak zaman Nabi terdahulu, hal
tersebut termuat dalam firman Allah SWT surah Ash-Shaffat ayat 145-146:

ٍ ‫) َواَ ْنبَ ْتنَا َعلَ ْي ِه َش َج َرةً ِّم ْن يَّ ْق ِطي‬145( ‫فَنَبَ ْذ نَهُ بِ ْال َع َرآ ِء َوهُ َو َسقِ ْي ٌم‬
)146( ‫ْن‬ ‫ج‬

Artinya: “Kemudian Kami Lemparkan dia ke daratan yang tandus, sedang


dia dalam keadaan sakit (145). Kemudian untuk dia Kami
Tumbuhkan sebatang pohon dari jenis labu (146)”.
Dari Tafsir Al-Madinah Al-Munawarah/Markaz Ta’dzhim al-Qur’an
menjabarkan bahwa Allah SWT memerintahkan ikan paus untuk
mengeluarkan Nabi Yunus as. dari mulutnya. Nabi Yunus as. keluar dari
mulutnya dalam keadaan lemah dan kulitnya mengalami kerusakan. Nabi
Yunus as. di lemparkan ke daratan yang tidak ada bangunan dan pepohonan.
Kemudian Allah SWT memerintahkan ia untuk berusaha memulihkan kondisi
tubuhnya dengan memakan tumbuhan dari jenis labu, pohon labu yang ia
gunakan untuk berteduh sampai buahnya yang ia makan akhirnya membuat
ototnya kembali menguat dan rambutnya kembali tumbuh. Hal tersebut
memberikan petunjuk bagi manusia bahwa tumbuh-tumbuhan yang
diciptakan Allah SWT yang ada di sekitar kita memiliki banyak manfaat
khususnya dalam bidang pengobatan.
Anti-oviposisi yang berasal dari ekstrak daun kemangi diharapkan
dapat dijadikan salah satu alternatif bahan insektisida nyamuk herbal. Selain
relatif aman bagi lingkungan karena mudah terdegradasi oleh alam, ekstrak

2
ini juga dibuat dengan formulasi yang cukup sederhana. Berdasarkan latar
belakang di atas, maka dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui
konsentrasi efektif dari ekstrak daun kemangi sebagai bahan aktif anti-
oviposisi nyamuk Aedes sp yang diformulasikan dalam bentuk ekstrak.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka didapatkan rumusan
masalah diantaranya adalah sebagai berikut:
1.2.1 Apakah ekstrak daun kemangi berpengaruh sebagai anti-oviposisi
terhadap nyamuk Aedes sp.?
1.2.2 Berapa konsentrasi efektif pemberian ekstrak daun kemangi terhadap
anti-oviposisi nyamuk Aedes sp?

1.3 Batasan Masalah


1.3.1 Penelitian ini mengamati pengaruh pemberian ekstrak ekstrak daun
kemangi terhadap anti-oviposisi nyamuk Aedes sp.
1.3.2 Penelitian ini untuk mengetahui konsentrasi efektif ekstrak daun
kemangi terhadap anti-oviposisi nyamuk Aedes sp.

1.4 Tujuan Penelitian


Berdasarkan latar belakang penelitian di atas maka tujuan penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1.4.1 Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun kemangi terhadap anti-
oviposisi nyamuk Aedes sp.
1.4.2 Mengetahui konsentrasi efektif pemberian ekstrak daun kemangi
terhadap anti-oviposisi nyamuk Aedes sp.

1.5 Manfaat Penelitian


Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebabagi informasi
mengenai potensi kandungan dari daun kemangi dan sarana pendukung agar
memanfaatkan tumbuh-tumbuhan sebagai obat herbal, agar tidak
menggunakan insektisida kimia, karena telah banyak menimbulkan dampak-

3
dampak negatif seperti peningkatan resistensi nyamuk, keracunan,
pencemaran lingkungan, dan kematian makhluk bukan residu.
1.6 Hipotesis Penelitian
Adapun hipotesis dari penelitian ini antara lain sebagai berikut:
H0: Pemberian ekstrak daun kemangi tidak berpengaruh sebagai antioviposisi
terhadap nyamuk Aedes sp.
Ha: Pemberian ekstrak daun kemangi berpengaruh sebagai antioviposisi
terhadap nyamuk Aedes sp.

4
5

Anda mungkin juga menyukai