Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap manusia pasti membutuhkan perlindungan menciptakan rasa aman dan nyaman
agar dapat menjalani aktivitas dengan normal tanpa ada rasa takut dan khawatir yang
membebani pikiran. Ada banyak permasalahan yang berhubungan dengan kebutuhan rasa
aman dan nyaman dimulai dari sejak bayi hingga sudah lansia. Kebutuhan rasa aman yaitu
suatu keadaan bebas dari segala fisik dan psikologi yang termasuk salah satu kebutuhan
dasar manusia yang harus dipenuhi, serta dipengaruhi oleh faktor lingkungan, karena
lingkungan yang aman akan secara otomatis kebutuhan dasar manusia terpenuhi
(Koleaba,1992). Kebutuhan rasa nyaman adalah suatu keadaan dan ketentraman atau suatu
keputusan yang meningkatkan penampilan sehari hari, kelegaan atau kebutuhan telah
terpenuhi, dan transenden tentang sesuatu yang melebihi masalah (Potter dan perry,
2006).
Gangguan rasa nyaman merupakan keadaan atau perasaan seseorang kurang nyaman,
senang, lega, dan sempurna dalam kondisi fisik, psikospiritual, lingkungan dan sosial.
Menurut ( Keliat dkk., 2015) gangguan rasa nyaman mempunyai batasan karakteristik
antara lain ansietas, berkeluh kesah, gangguan pola tidur, gatal, gejala distress, gelisah,
iritabilitas, ketidakmampuan untuk relaks, kurang puas dengan keadaan, menangis, merasa
dingin, merasa kurang senang dengan situasi, merasa hangat, merasa lapar, merasa tidak
nyaman, merintih, dan takut. Asuhan keperawatan terhadap masalah keperawatan nyeri
merupakan gangguan rasa aman nyaman nyeri dimana The Internasional Association for
The study of Pain (IASP) mendefinisikan nyeri sebagai suatu sensorik subjektif dan
pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan
bersifat aktual atau potensial atau yang dirasakan dalam kejadian – kejadian dimana
terjadinya kerusakan.
Menurut Potter dan Perry (2006), nyeri merupakan pengalaman pribadi yang diperlihatkan
dengan cara berbeda pada setiap individu. Setiap individu memiliki pengalaman nyeri
dengan skala tertentu. Nyeri bersifat subjektif dan dipersepsikan individu berdasarkan
pengalamannya. Nyeri menjadi alasan paling umum seseorang mencari perawatan
kesehatan, karena merasakan terganggu dan menyulitkan bagi mereka. Nyeri secara serius
jika tidak ditangani dapat menyebabkan ketidakmampuan dan imobilisasi pada individu,
sehingga kondisi tersebut akan merusak kemampuan individu untuk melakukan aktivitas
perawatan diri, menyebabkan isolali sosial, depresi serta perubahan konsep diri. Secara
umum nyeri dikategorikan menjadi dua yaitu nyeri akut dan nyeri kronis. Nyeri akut
adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan degan kerusakan jaringan
aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan
hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan. Sedangkan nyeri kronis adalah
pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan degan kerusakan jaringan aktual atau
fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat
yang berlangsung lebih dari 3 bulan.

B. Tujuan
1. Dapat mengetahui definisi nyeri
2. Dapat mengetahui etiologi nyeri
3. Dapat mengetahui manifestasi nyeri
4. Dapat mengetahui patofiologi nyeri
5. Dapat mengetahui pemeriksaan penunjang nyeri
6. Dapat mengetahui komplikasi nyeri
7. Dapat mengetahui penatalaksaan nyeri
BAB 2

KONSEP DASAR

A.Pengertian

Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang


muncul akibat kerusakan jaringan actual atau potensial yang di gambarkan sebagai kerusakan
(Internalional Associatron for the study of poin); awita yang tiba-tiba atau lambat dari
intensitas ringan hingga berat dengan berakhirnyadapat diantisipasi atau di prediksi (Alimul,
2014).

Nyeri secara umum dibagi menjadi dua, yaitu nyeri akut dan nyeri kronis. Nyeri akut
merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang, yang tidak melebihi 6
bulan dan di tandai adanya peningkatkan tegangan otot. Nyeri kronis merupakan nyeri yang
timbul secara perlahan-lahan, biasanya berlangsung cukup lama, yakni lebih dari 6 bulan.
Termasuk dalam kategori nyeri kronis adalah nyeri terminal, sindrom nyeri kronis, dan nyeri
psikosomatis. Ditinjau dari sifat terjadinya, nyeri dapat dibagi kedalam beberapa kategori, di
antaranya nyeri tersusuk dan nyeri terbakar.

Intensitas nyeri gambaran seberapa parah nyeri yang dirasakan individu. Pengukuran
intensitas nyeri sangat subyektif dan individual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang
sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan
pendekatan obyektif yang paling mungkin adalah menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap
nyeri itu sendiri (Alimul, 2014).

B.Etiologi

Etiologi penyebab nyeri antara lain :

1. Agen cedera fisik: penyebab nyeri karena trauma fisik


2. Agen cedera psikologi: penyebab nyeri yang bersifat psikologik seperti kelainan organik,
neurosis traumatik, skizofrenia.

Penyebab nyeri dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu penyebab yang
berhubungan dengan fisik dan berhubungan dengan psikis. Secara fisik misalnya, penyebab nyeri
adalah trauma (baik trauma mekanik, termis, kimiawi, maupun elektrik), neoplasma, peradangan,
gangguan sirkulasi darah, dan lain-lain. Secara psikis, penyebab nyeri dapat terjadi oleh karena
adanya trauma psikologis.(Asmadi,2013)

Nyeri yang disebabkan trauma mekanik karena ujung-ujung saraf bebas mengalami
kerusakan akibat benturan, gesekan, ataupun luka. Trauma termis menimbulkan nyeri karena
ujung saraf reseptor mendapat rangsangan akibat panas, dingin. Trauma kimiawi terjadi karena
sentuhan zat asam atau basa yang kuat. Trauma elektrik dapat menimbulkan nyeri karena
pengaruh aliran listrik yang kuat mengenai reseptor rasa nyeri (Asmadi, 2013).

C.Manifestasi Klinis

Menurut suciati (2014) brikut ini adalah tanda dan gejala nyeri:

1. Berkeringat.
2. Tekanan darah meningkat.
3. Pucat.
4. Peningkatan tekanan otot.
5. Cemas.

D.Patofisiologi

Patofisiologi Nyeri secara Umum Rangsangan nyeri diterima oleh nociceptors pada kulit
bisa intesitas tinggi maupun rendah seperti perennggangan dan suhu serta oleh lesi jaringan. Sel
yang mengalami nekrotik akan merilis K + dan protein intraseluler. Peningkatan kadar K +
ekstraseluler akan menyebabkan depolarisasi nociceptor, sedangkan protein pada beberapa
keadaan akan menginfiltrasi mikroorganisme sehingga menyebabkan peradangan/ inflamasi.
Akibatnya, mediator nyeri dilepaskanseperti leukotrien, prostaglandin E2, dan histamine yang
akan merangasng nosiseptor sehingga rangsangan berbahaya dan tidak berbahaya dapat
menyebabkan nyeri (hiperalgesia atau allodynia).

Selain itu lesi juga mengaktifkan faktor pembekuan darah sehingga bradikinin dan
serotonin akan terstimulasi dan merangsang nosiseptor. Jika terjadi oklusi pembuluh darah maka
akan terjadi iskemia yang akan menyebabkan akumulasi K + ekstraseluler dan H + yang
selanjutnya mengaktifkan.nosiseptor. Histamin, bradikinin, dan prostaglandin E2 memiliki efek
vasodilator dan meningkatkan permeabilitas pembuluh darah.

Hal ini menyebabkan edema lokal, tekanan jaringan meningkat dan juga terjadi
Perangsangan nosisepto. Bila nosiseptor terangsang maka mereka melepaskan substansi peptida
P (SP) dan kalsitonin gen terkait peptida (CGRP), yang akan merangsang proses inflamasi dan
juga menghasilkan vasodilatasidan meningkatkan permeabilitas pembuluh darah. Vasokonstriksi
(oleh serotonin), diikuti oleh vasodilatasi, mungkin juga bertanggung jawab untuk serangan
migrain. Peransangan nosiseptor inilah yang menyebabkan nyeri. (Muttaqin,A,2012).

Pemeriksaan Penunjang
Pemerikasaan diagnostik sangat penting dilakukan agar dapat mengetahui apakah ada
perubahan bentuk atau fungsi dari bagian tubuh pasien yang dapat menyebabkan timbulnya rasa
nyeri seperti :
1. Laboratorium.
2. MRI.
3. CT Scan.
4. Rontgen.
5. USG.
A. Komplikasi
1. Edema pulmonal
2. Kejang
3. Masalah mobilitas
4. Hipertensi
5. Hipovolemik
6. Hipertermi
B. Penatalaksanaan
Menurut Hidayat dan Uliyah (2016) untuk mengatasi masalah nyeri dapat melakukan
tatalaksana sebagai berikut:
1. Mengurangi faktor yang dapat menambah nyeri, meliputi ketidak percayaan,
kesalahpahaman, ketakutan dan kebosanan. Contohnya:
a) Mendengar dengan penuh perhatian apa yang dikatakan oleh pasien dan katakana kepada
psien bahwa perawat mengkaji rasa nyeri pasien untuk lebih mengerti tentang nyerinya.
b) Memberi tahu pasien bahwa nyeri yang ia rasakan sangat individual dan hanya pasien
yang tahu secara pasti tentang nyerinya.
c) Menganjurkan pasien untuk mengekspresikan bagaimana mereka menangani nyerinya.

Pemberian obat analgesic.


Analgesic adalah metode untuk mengurangi nyeri. Terdapat beberapa jenis analgesic
yaitu non-narkotik dan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), analgesic opiate, dan obat
tambahan (adjuvant).
NSAID secara umum menghilangkan nyeri ringan dan nyeri sedang seperti arthritis
rheumatoid, prosedur pengubatan gigi, episiotomy, dll.
Analgesic opiate biasa juga disebut dengan obat narkotik. Analgesic opiate biasa
digunakan untuk nyeri level sedang sampai berat, prosedur pengobatan gigi, episiotomy, dll.
3.Memodifikasi stimulus nyeri dengan cara:
a) Teknik pengalihan oerhatian: mengamati TV, mendengarkan music, memfokuskan pada
objek.
b) Teknik relaksasi, caranya:
1. Anjurkan pasien untuk menarik nafas dalam dan mengisi paru-paru dengan udara.
2. Anjurkan pasien untuk mengeluarkan udara pelan-pelan dan tubuh dilemaskan.
3. Stimulasi kulit, caranya adalah menggosok dengan halus pada bagian nyeri dan
punggung.
1. DAFTAR PUSTAKA

2.
3. Asmadi. 2013. Konsep Dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Salemba Medika:
Jakarta.
4. Purnamasari, Mevita Dewi. 2011. “Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan
Pada Ny.S Dengan Nyeri” (http://www.scribd.com/doc/74729872/LP-Nyeridiakses 4
Desember 2018
5. Kurniawan, S. N. 2015. Nyeri Secara Umum dalam Continuing Neurological
Education 4, Vertigo dan Nyeri. UB Press, Universitas Brawijaya, Malang. p48-111.
6. Muttaqin, A. 2012. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta : Salemba Medika.
7. Hidayat, A. 2015. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Salemba Medika.
8. Hidayat, A. Aziz Alimul dan Musrifatul Uliyah. 2016. Buku Ajar Ilmu keperawatan
Dasar. Jakarta: Salemba Medika.
9.

Anda mungkin juga menyukai