No. Revisi :0
SOP Tanggal Terbit : 02 Mei 2016
Halaman : 1/2
No. Revisi :0
SOP Tanggal Tebit : 02 Mei 2016
Halaman : 2/2
UPTD PUSKESMAS dr.Hj.YENI LEFRINA
DESA GEDANG NIP.196801182010012001
Gambaran Klinis
1. Sesak Napas khas suara mengi
2. Auskultasi terdengar weezing dan ekspirasi
memanjang
3. Penggunaan otot – otot bantu pernapasan dan
sianosis dikenal dengan status asmathikus
4. Dispnue pagi hari dan sepanjang malam
5. Batuk pagi hari dan sepanjang malam
Diagnosis
Asma dapat ditegakkan atas dasar anamnesis
dan auskultasi
Penatalaksanaan
1. Faktor pencetus sedapat mungkin
dihilangkan.
2. Bronkodilator seperti :Salbutamol 2 – 4 mg
dosis 3 x 1; Aminofilin 150 mg dosis 3x1
3. Penderita status asmatikus memerlukan
oksigen, terapi parenteral dan perawatan
intensif
GOUT
No. Dokumen :
No. Revisi : 0
SOP Tanggal Terbit :
Halaman : 1/2
UPTD dr.Hj.YENI LEFRINA
PUSKESMAS NIP.196801182010012001
DESA GEDANG
1. Pengertian Merupakan penyakit radang sendi,di tandai dengan
serangan berulang
2. Tujuan Prosedur ini sebagai acuan dalam melakukan
penanganan terhadap pasien dengan GOUT atritis
Gambaran Klinis
Gejala paling khas adalah nyeri dan kemerahan
pada sendi,biasanya melibatkan satu sendi.
Gout dapat menyerang lebih dari satu sendi,
tetapi umumnya asimetris. Sendi yang terlibat
tampak bengkak,hangat,kemerahan,dengan kulit
diatasnya yang teregang.
Lebih dari sekali mengalami serangan atritis
akut
Hiperuricemia (kadar asam urat dalam darah
lebih dari 7,5 mg/dl)
GOUT
No. Dokumen :
No. Revisi :0
SOP Tanggal Terbit :
Halaman : 2/2
TENSION HEADACHE
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP Tanggal Tebit :
Halaman : 2/5
UPTD PUSKESMAS dr.Hj.YENI LEFRINA
DESA GEDANG NIP.196801182010012001
Prosedur / Gejala lain yang juga dapat ditemukan seperti
Langkah -
insomnia (gangguan tidur yang sering terbangun atau
Langkah
bangun dini hari), nafas pendek, konstipasi, berat
badan menurun, palpitasi dan gangguan haid.
Pada nyeri kepala tegang otot yang kronis biasanya
merupakan manifestasi konflik psikologis yang
mendasarinya seperti kecemasan dan depresi.
Pemeriksaan Fisik
Tidak ada pemeriksaan fisik yang berarti untuk
mendiagnosis nyeri kepalategang otot ini. Pada
pemeriksaan fisik, tanda vital harus normal,
pemeriksaan neurologis normal.
1. Pemeriksaan yang dilakukan berupa pemeriksaan
kepala dan leher serta pemeriksaan neurologis yang
meliputi kekuatan motorik, refleks, koordinasi,
dansensoris.
2. Pemeriksaan mata dilakukan untuk mengetahui
adanya peningkatan tekanan pada bola mata yang
bisa menyebabkan sakit kepala
3. Pemeriksaan daya ingat jangka pendek dan fungsi
mental pasien juga dilakukan dengan menanyakan
beberapa pertanyaan. Pemeriksaan ini dilakukan
untuk menyingkirkan berbagai penyakit yang serius
yang memiliki gejala nyeri kepala seperti tumor
atau aneurisma dan penyakit lainnya.
TENSION HEADACHE
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP Tanggal Terbit :
Halaman : 3/5
UPTD
PUSKESMAS dr.Hj.YENI LEFRINA
DESA GEDANG NIP.196801182010012001
Prosedur / Langkah Klasifikasi
- Langkah
Menurut lama berlangsungnya, nyeri kepala tegang
otot ini dibagi menjadinyeri kepala episodik jika
berlangsungnya kurang dari 15 hari dengan serangan
yang terjadi kurang dari1 hari perbulan (12 hari
dalam 1 tahun). Apabila nyeri kepala tegang otot.
Diagnosis Banding
a. Migren
b.Cluster-type hedache (nyeri kepala kluster)eri
kepala tegang otot
Penatalaksanaan
a. Pembinaan hubungan empati awal yang hangat
antara dokter dan pasien merupakan langkah pertama
yang sangat penting untuk keberhasilan pengobatan.
Penjelasan dokter yang meyakinkan pasien bahwa
tidak ditemukan kelainan fisik dalam rongga kepala
atau otaknya dapat menghilangkan rasa takut akan
adanya tumor otak atau penyakit intrakranial lainnya.
Penilaian adanya kecemasan atau depresi harus
segera dilakukan. Sebagian pasien menerima bahwa
kepalanya berkaitan dengan penyakit depresinya dan
bersedia ikut program pengobatan sedangkan pasien
lain berusaha menyangkalnya..
b. Oleh sebab itu, pengobatan harus ditujukan kepada
penyakit yang mendasari dengan obat anti cemas
atau anti depresi serta modifikasi pola hidup yang
salah, disamping pengobatan nyeri kepalanya
TENSION HEADACHE
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP Tanggal Terbit :
Halaman : 4/5
UPTD
PUSKESMAS dr.Hj.YENI LEFRINA
DESA GEDANG NIP.196801182010012001
Prosedur / Langkah c. Oleh sebab itu, pengobatan harus ditujukan kepada
- Langkah
penyakit yang mendasari dengan obat anti cemas
atau anti depresi serta modifikasi pola hidup yang
salah, disamping pengobatan nyeri kepalanya.
TENSION HEADACHE
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP Tanggal Terbit :
Halaman : 5/5
UPTD
PUSKESMAS dr.Hj.YENI LEFRINA
DESA GEDANG NIP.196801182010012001
Prosedur / Langkah Kriteria Rujukan
- Langkah
a. Bila nyeri kepala tidak membaik maka dirujuk ke
fasilitas pelayanan kesehatan sekunder yang
memiliki dokter spesialis saraf.
b. Bila depresi berat dengan kemungkinan bunuh
diri maka pasien harus dirujuk ke pelayanan
sekunder yang memiliki dokter spesialis jiwa.
ARTRITIS
No. Dokumen :
No. Revisi :0
SOP Tanggal Terbit :
Halaman : 1/2
Gambaran Klinis
Gejala artritis bervariasi tergantung sendi mana
yang terlibat. Osteoartritis lebih sering menyerang
sendi penyokong bert badan. Sementara itu,
artritis rheumatoid lebih sering menyerang sendi
sendi kecil kaki,tingkat lanjut dapat menyerang
juga sendi – sendi besar.
Sendi yang terserang biasanya bengkak, bengkak
dan nyeri
Sendi sendi pada Artritis bersifat hilang timbul
dan berhubungan udara dingin sedangkan
osteoartritis biasanya sesisi gejala utamanya nyeri
sendi yang berhubungan dengan gerak.
ARTRITIS
No. Dokumen :
No. Revisi :0
SOP Tanggal Tebit :
Halaman : 2/2
UPTD PUSKESMAS dr.Hj.YENI LEFRINA
DESA GEDANG NIP.196801182010012001
Prosedur / Penatalaksanaan
Langkah - 1. Keluhan pada sendi atau jaringan lunak dapat
Langkah diatasi dengan analgesik biasa atau dengan anti
inflamasi non steroid yang diberikan sesudah
makan. Ibuprofen 400 mg dosis 3 x 1.
2. Mengistirahatkan sendi diperlukan dalam
keadaan akut.Selanjutnya pada OsteoArtritis
mungkin penderita perlu memperbaiki sikap
tubuh, mengurangi berat badan atau melakukan
fisioterapi.
HIPERTENSI
No. Dokumen : 440 / 033/sop/pkm-dsgd/2016
No. Revisi :0
SOP Tanggal Terbit : 02 Mei 2016
Halaman : 1/2
UPTD dr.Hj.YENI LEFRINA
PUSKESMAS NIP.196801182010012001
DESA GEDANG
1. Pengertian Suatu peningkatan tekanan darah dalam arteri. Tekanan
darah Sistolik > 140 sedangkan tekanan diastolik = 90
mmHg.
2. Tujuan Prosedur ini sebagai acuan dalam melakukan
penanganan terhadap pasien dengan hipertensi esensial.
3. Kebijakan 1. SK Kepala UPTD Puskesmas No : 440/A.I.SK.01.
01/2016 tentang jenis Pelayanan yang ada di
Puskesmas Desa Gedang
2. SK Kepala UPTD Puskesmas No :
440/C.IX.SK.01. 01/2016 tentang Standar
Pelayanan Klinis
4. Referensi 1. Permenkes No 5 Tahun 2014 Tentang Pedoman
Pelayanan Klinis
2. Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas
5. Prosedur / Penyebab
Langkah -
Kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu
Langkah
( Pil KB )
Obesitas
Gaya Hidup
Stres
Gambaran Klinis
Jika pada pengukuran darah pertama memberikan
hasil yang tinggi, maka tekanan darah di ukur
kembali.
Kemudian di ukur sebanyak dua kali pada dua hari
berikutnya untuk meyakinkan adanya hipertensi.
Hasil pengukuran bukan hanya menentukan adanya
tekanan darah tinggi, tetapi juga digunakan untuk
menggolongkan beratnya hipertensi.
HIPERTENSI
No. Dokumen : 440 / 033/sop/pkm-dsgd/2016
No. Revisi :0
SOP Tanggal Tebit : 02 Mei 2016
Halaman : 2/2
POLI PTM
No. Dokumen : 440 / /sop/pkm-dsgd/2016
No. Revisi :0
SOP Tanggal Terbit : 02 Mei 2016
Halaman : 1/3
UPTD
PUSKESMAS dr.Hj.YENI LEFRINA
DESA GEDANG NIP.196801182010012001
1. Pengertian Suatu kegiatan untuk mengendalikan faktor resiko ptm
dan merupakan bentuk kemandirian masyarakat dalam
mendeteksi dan memonitor faktor resiko ptm secara
utuh
2. Tujuan Sebagai pedoman kerja bagi petugas medis dan para
medis dalam melakukan pemeriksaan dan pengendalian
faktor resiko di Ruang Poli PTM.
3. Kebijakan 1. SK Kepala UPTD Puskesmas No : 440/A.I.SK.01.
01/2016 tentang jenis Pelayanan yang ada di
Puskesmas Desa Gedang
2. SK Kepala UPTD Puskesmas No :
440/C.IX.SK.01. 01/2016 tentang Standar
Pelayanan Klinis
4. Referensi Buku pedoman pengembangan pelayanan pengendalian
penyakit tidak menular di Puskesmas
5. Prosedur / A. Anamnesa / Wawancara Terhadap Pasien Atau
Langkah -
Keluarga Mengenai :
Langkah
1. Keluhan utama
2. Keluhan tambahan
3. Riwayat penyakit dahulu
4. Lamanya sakit
5. Pengobatan yang sudah di lakukan
6. Riwayat alergi Obat
B. Pemeriksaan Fisik :
1. Inspeksi keadaan umum pasien
2. Palpasi bila ada keluhan : Perbedaan
kemungkinan adanya benjolan,konsistensi,
hepar/lien.
POLI PTM
No. Dokumen : 440/ /sop/pkm-dsgd/2016
No. Revisi :0
SOP Tanggal Tebit : 02 Mei 2016
Halaman : 2/3
UPTD dr.Hj.YENI LEFRINA
PUSKESMAS NIP.196801182010012001
DESA GEDANG
Prosedur / 3. Perkusi bila ada keluhan : Untuk menentukan batas
Langkah -
jantung, keadaan paru, hepar kemungkinan
Langkah
adanya asites.
4. Auskultasi ada keluhan : Untuk mengetahui
keadaan jantung, paru dan peristaltik usus.
C. Pemeriksaan Penunjang :
1. Ekg : Untuk menentukan adanya kelainan di
jantung
2. Darah : Untuk menetukan kadar colesterol,asam
urat, gula darah dan hb
D. Pelayanan rujukan :
Untuk pasien yang tidak mampu di tangani di
puskesmas di berikan surat rujukan ke RSU dengan
menggunakan blangko surat rujukan yang tersedia
sesuai jenis pasien (pasien umum,bpjs).
E. Langkah – langkah
1. Pasien di antar oleh petugas meja pelayanan ke poli
ptm / di rujuk dari poli yang lain ke ruangan poli
ptm.
2. Petugas atau dokter menganamnesa pasien dan
melihat hasil pemeriksaan tanda – tanda vital yang
di periksakan oleh meja pelayanan
3. Petugas atau dokter melakukan pemeriksaan fisik
inspeksi, bila ada keluhan lakukan pemeriksaan
palpasi, perkusi, auskultasi sesuai dengan keluhan
pasien
4. Petugas atau dokter menganjurkan pasien
melakukan pemeriksaan penunjang sesuai dengan
keluhan pasien.
POLI PTM
No. Dokumen : 440/ /sop/pkm-dsgd/2016
No. Revisi :0
SOP Tanggal Terbit : 02 Mei 2016
Halaman : 3/3
UPTD
PUSKESMAS dr.Hj.YENI LEFRINA
DESA GEDANG NIP.196801182010012001
Prosedur / Langkah 5. Petugas atau dokter akan memberikan terapi
- Langkah
sesuai dengan hasil anamnesa dan hasil
pemeriksaan penunjang
6. Petugas atau dokter akan mengonsulkan
dengan petugas gizi mengenai diet sesuai
dengan keluhan dan hasil pemeriksaan
penunjang
7. Unit Tekait Petugas pendaftaran
Petugas IGD
Kepala Puskesmas,
Petugas labor
DIABETES MELLITUS
No. Dokumen :
No. Revisi : 0
SOP Tanggal Terbit :
Halaman : 1/2
UPTD dr.Hj.YENI LEFRINA
PUSKESMAS NIP.196801182010012001
DESA GEDANG
1. Pengertian Penyakit metabolisme yang ditandai oleh tingginya kadar
plasma glukosa ( hiperglikemi ) yang disebabkan oleh
gangguan sekresi insulin.
2. Tujuan Prosedur ini sebagai acuan dalam melakukan
penanganan terhadap pasien dengan Diabetes Melitus
3. Kebijakan 1. Keputusan Kepala Puskesmas No:
440/A.I.SK.01. .01/2016jenis pelayanan yang ada di
puskesmas Desa Gedang.
2. Keputusan Kepala Puskesmas No:
440/C.IX.SK.01. .01/2016 Standar Pelayanan Klinis
4. Referensi 1. Permenkes RI no 5 tahun 2014
2. Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas
5. Prosedur / Penyebab
Langkah -
DM ada 2 jenis :
Langkah
1. DM Tipe I, Insulin dependen Diabetes Melitus.
Pada tipe ini terdapat destruksi dari sel – sel beta
pankreas sehingga memproduksi insulin,
akibatnya sel tidak dapat menyerap glukosa dari
darah.
2. Non Insulin Depeneden Diabetes Melitus.
Kekurangan hormon insulin yang berfungsi
memanfaatkan glukosa sebagai sumber energi.
Gambaran Klinis
Penderita sering mengeluh
lemah,kesemutan,serta gatal kronik.
Poli Urin
Poli Pagi
Poli Dipsi
Penurunan BB yang tidak bisa di jelaskan
Penurunan ketajaman penglihatan pada keadaan
lanjut
DIABETES MELLITUS
No. Dokumen :
No. Revisi : 0
SOP Tanggal Tebit :
Halaman : 2/2
UPTD dr.Hj.YENI LEFRINA
PUSKESMAS NIP.196801182010012001
DESA GEDANG
Prosedur / Diagnosis
Langkah -
Bila kadar glukosa darah sewaktu 200 mg/dl
Langkah
Glukosa darah puasa 126 mg/dl
Tes Toleransi Glukosa Oral ( TTGO ) diperoleh hasil
pemeriksaan kadar gula darah 2 jam 200 mg/dl
sesudah pemberian glukosa 75 gram.
Penatalaksanaan
1. Tindakan umum
Diet
Olahraga secara teratur
Berhenti merokok
2. Tindakan umum tidak efektif maka diberikan
antidiabetik oral antara lain :
Glibenclamid 5 mg dosis 1 x 1
Metformin 500 mg dosis 3 x 1