Anda di halaman 1dari 20

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Telah dilakukan penelitian uji klinik acak berpembanding secara tersamar

tunggal yang bertujuan melihat perbandingan efektivitas pemberian gabapentin

900 mg oral diberikan 2 jam sebelum tindakan laringoskopi dan intubasi

endotrakeal dengan lidokain 2% 1,5 mg/kgbb dalam menekan respon

hemodinamik pada tindakan laringoskopi dan intubasi endotrakeal pada 34 pasien

yang menjalani operasi elektif dengan anestesi umum dengan intubasi endotrakeal

di RS Mohammad Hoesin Palembang. Subjek dibagi dalam 2 kelompok, setiap

kelompok terdiri atas 17 pasien. Kelompok 1 mendapatkan gabapentin 900 mg

oral diberikan 2 jam sebelum tindakan laringoskopi dan intubasi endotrakeal.

Kelompok 2 diberikan lidokain 2% 1,5 mg/kgbb pada tindakan laringoskopi dan

intubasi endotrakeal.

4.1 Karakteristik Umum Subjek Penelitian

Pada kelompok dengan pemberian gabapentin, rerata umur subjek

35.47+9.47 tahun. Sedangkan pada kelompok dengan pemberian lidokain 2%,

rerata umur subjek 33.71+11.84 tahun. Hasil analisa uji t tidak berpasangan

menunjukkan bahwa semua variabel karakteristik umum (umur, berat badan,

tinggi badan, lama puasa, ASA, IMT, laju napas awal, laju jantung awal, tekanan

darah sistolik awal, dan tekanan darah diastolik awal) pada kedua kelompok yang

diberi gabapentin dan lidokain 2% secara statistik tidak berbeda bermakna

(p>0.05). Sampel yang diteliti mempunyai karakteristik yang secara statistik tidak

74
75

terdapat perbedaan dan layak dibandingkan. Data karakteristik umum subjek

penelitian selengkapnya disajikan pada tabel 5.1.

Tabel 4.1. Nilai Rerata dan Simpang Baku Karakteristik Umum Penelitian
pada tiap - tiap Kelompok
Kelompok
Karakteristik Umum
gabapentin lidokain 2%
p*
Umur (tahun) 35.47+9.47 33.71+11.84 0.635
Tinggi Badan 161.88+4.01 162.24+5.34 0.829
Berat Badan 66.12+7.07 66.35+6.91 0.923
Lama Puasa 6.59+1.06 6.29+0.849 0.380
ASA 1.12+0.33 1.06+0.243 0.559
IMT 25.20+2.30 25.19+2.22 0.992
Laju Napas Awal 16.82+3.92 18.41+3.02 0.196
Nadi Awal 81.47+8.45 82.0+11.05 0.876
Sistolik Awal 123.65+11.01 116.82+11.07 0.081
Diastolik Awal 77.94+8.10 70.35+11.36 0.069
*
Uji t tidak berpasangan; p=0,05

Hasil penelitian mengenai karakteristik umum seperti umur dan berat

badan didukung oleh penelitian Usha Bafna dkk. (2011), pada umur kelompok

pemberian gabapentin oral 600 mg adalah 41.70+12.56 tahun dan pada kelompok

pemberian gabapentin oral 1000 mg adalah 40.03+10.15 tahun, sedangkan berat

badan pada kelompok pemberian gabapentin oral 600 mg adalah 60.73+7.05 kg

dan pada kelompok pemberian gabapentin oral 1000 mg adalah 59.40+8.05 kg.

Variabel antar kedua kelompok tersebut tidak didapatkan perbedaan yang

bermakna (p>0.05). Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian Bhandari

dkk. (2014), bahwa rerata usia 42.55 tahun pada kelompok pemberian gabapentin

oral 900 mg dan 42.7 tahun pada kelompok pemberian plasebo. Rerata tinggi
76

badan 149 cm pada kelompok pemberian gabapentin oral 900 mg dan 150.2 cm

pada kelompok pemberian plasebo. Rerata berat badan 54.75 kg pada kelompok

pemberian gabapentin oral 900 mg dan 52.35 kg pada kelompok pemberian

plasebo. Variabel antar kedua kelompok tersebut tidak didapatkan perbedaan yang

bermakna (p>0.05).40,43

4.2 Perbandingan Respon Hemodinamik Sebelum dan Setelah Intubasi


Endotrakheal Pada Tiap Menit
Respon hemodinamik dilakukan sebanyak 6 kali interval waktu pada

masing-masing kelompok, yaitu sebelum diintubasi (0), 1 menit setelah intubasi

(1), 2 menit setelah intubasi (2), 3 menit setelah intubasi (3), 4 menit setelah

intubasi (4), dan 5 menit setelah intubasi (5).

4.2.1 Tekanan Darah Sistolik

Pada kedua kelompok, tekanan darah sistolik mengalami penurunan di

semua interval waktu. Tekanan darah sistolik sebelum intubasi dan setelah 1

menit intubasi mengalami penurunan yaitu 123.65+11.01 menjadi 106.47+15.98

pada kelompok gabapentin 900 mg dan 116.82+11.08 menjadi 103.94+12.83 pada

kelompok lidokain 2% 1,5 mg/kgbb. Tekanan darah sistolik sebelum dan setelah

intubasi selengkapnya disajikan pada tabel 5.2.

Berdasarkan uji t berpasangan, terdapat perbedaan bermakna tekanan

darah sistolik antara sebelum intubasi dan setelah intubasi tiap menit hingga menit

kelima pada masing-masing kelompok (p<0.05). Berdasarkan uji t tidak

berpasangan, pada semua interval waktu tidak terdapat perbedaan bermakna

antara kedua kelompok tersebut (p>0.05).


77

Tabel 4.2 Tekanan Darah Sistolik Pada Tiap Interval Waktu


Interval waktu gabapentin 900 mg lidokain 2% 1,5 mg/kgBB
p**
Sistolik (mmHg) Rerata + SB p *
Rerata + SB p*

SISTOLIK0 123.65+11.01 - 116.82+11.08 - 0.081


SISTOLIK1 106.47+15.98 0.000 103.94+12.83 0.000 0.614
SISTOLIK2 111.12+19.85 0.020 108.88+19.72 0.035 0.744
SISTOLIK3 109.18+14.38 0.002 105.00+13.36 0.000 0.387
SISTOLIK4 105.53+10.95 0.000 107.00+19.08 0.016 0.785
SISTOLIK5 107.82+11.97 0.000 103.18+18.53 0.002 0.392
*Uji t-berpasangan; **Uji t-tidak berpasangan; p=0,05

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya

oleh Bhandari dkk. (2014), bahwa pemberian gabapentin dosis 300 mg dan 600

mg peroral sebelum operasi memiliki pengaruh terhadap tekanan darah sistolik

setelah intubasi. Pada menit pertama setelah intubasi, pemberian gabapentin

memiliki pengaruh yang sangat signifikan (p<0.001), sedangkan pada menit ke 1,

2, 5, dan 10 memiliki pengaruh yang signifikan (p<0.05) dibandingkan dengan

plasebo. Pada penelitian ini juga menunjukkan bahwa bioviabilitas dari

gabapentin 300 mg dan 600 mg berkisar 60% dan 40%. Temuan yang sama juga

didapatkan dari penelitian yang dilakukan oleh Fassoulaki dkk. (2006) bahwa

pemberian gabapentin 1600 mg yang dibagi dalam 4 dosis dengan interval

pemberian tiap 6 jam memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tekanan darah

sistolik pada menit ke 1, 3, 5 dan 10. Pada uji klinik acak yang dilakukan oleh

Memis dkk. (2006) dengan menggunakan gabapentin dosis 800 mg efektif

menurunkan tekanan darah sistolik dibandingkan dengan plasebo. Hal yang sama

juga didapatkan pada penelitian Soltanzadeh dkk. (2012) bahwa pemberian

gabapentin dosis 900 mg tunggal memiliki pengaruh yang signifikan dalam


78

menurunkan tekanan darah sistolik pada menit ke 1 (p=0.03), menit ke 3 (p=0.06),

menit ke 5 (p=0.09), dan menurun pada menit ke 10 (p=0.07).20,36,37,38

Hasil yang sama juga didapatkan dari penelitian Serhat Koc dkk. (2007)

bahwa pemberian gabapentin dengan dosis 400 mg dapat menurunkan tekanan

darah sistolik secara signifikan (p<0.05). Hasil penelitian Usha Bafna dkk. (2011)

bahwa pemberian gabapentin dengan dosis 1000 mg pada saat 1 jam sebelum

operasi dapat menurunkan tekanan darah sistolik secara signifikan (p<0.05). Pada

penelitian yang dilakukan oleh Shrestha GS dkk. (2011) yaitu membandingkan

respon hemodinamik gabapentin dari berbagai macam varian dosis. Penggunaan

gabapentin dengan dosis 1200 mg lebih efektif menurunkan respon hemodinamik

pada saat induksi, intubasi, menit ke 1, 3 dan menit ke 5 dibandingkan dengan

dosis 300 mg dan 400 mg yang diberikan saat preoperasi. Selain itu, gabapentin

dosis 1200 mg yang diberikan dengan dosis tunggal sebelum operasi menurunkan

kejadian mual dan muntah pada pasien. Didapatkan juga bahwa gabapentin dosis

1200 mg aman dan mengurangi angka kejadian munculnya efek samping dari

gabapentin.38,39,40,41

Hasil yang berbeda pada penelitian yang dilakukan oleh Vida A dkk.

(2014), bahwa pemberian gabapentin dosis 800 mg secara tunggal memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap respon hemodinamik dalam menurunkan

tekanan darah sistolik pada saat sebelum dan sesudah intubasi menit ke 1 (p=0.02)

dan menit ke 5 (p=0.04). Setelah 5 menit, penggunaan gabapentin tidak bermakna

dalam menurunkan tekanan darah sistolik yaitu pada menit ke 15 (p=0.43) dan

pada menit ke 25 (p=0.73). Bhandari G dkk. (2013) mengevaluasi pemberian


79

gabapentin dalam menurunkan tekanan darah sistolik setelah induksi, mereka

merekomendasikan pemberian gabapentin dosis 900 mg meningkatkan efektivitas

gabapentin dalam menurunkan respon hemodinamik setelah induksi. Pada

penelitian yang dilakukan Montazeri K dkk. (2011) bahwa pemberian gabapentin

800 mg dosis tunggal 1 jam sebelum operasi memiliki pengaruh yang signifikan

dalam menurunkan tekanan darah sistolik pada menit ke 1, 3, 5, dan 10, tetapi

menurun pada menit ke 15 dibandingkan dengan plasebo.42,43,44

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Gurulingappa dkk. (2012)

yang menunjukkan penurunan tekanan darah sistolik hingga menit ke 1 dan

kembali meningkat pada menit ke 2 hingga ke 4 setelah intubasi pada kelompok

yang diberikan lidokain 2% intravena 1,5 mg/kgbb, namun terdapat perbedaan

yang signifikan bila dibandingkan dengan kelompok yang diberikan fentanil

intravena 4 µg/kgbb. Hasil yang sama juga ditunjukkan pada penelitian Singh

dkk. (2013), penurunan tekanan darah sistolik terjadi mulai menit ketiga setelah

intubasi pada kelompok yang diberikan lidokain 2% intravena 1,5 mg/kgbb,

namun terdapat perbedaan yang signifikan bila dibandingkan dengan kelompok

yang diberikan esmolol intravena 2 mg/kgbb.

4.2.2 Tekanan Darah Diastolik

Pada kedua kelompok, tekanan darah diastolik mengalami penurunan di

semua interval waktu. Tekanan darah diastolik sebelum intubasi dan setelah 1

menit intubasi mengalami penurunan yaitu 77.94+8.105 menjadi 67.06+13.69 pada

kelompok gabapentin 900 mg dan 71.76+10.80 menjadi 63.00+8.667 pada


80

kelompok lidokain 2% 1,5 mg/kgBB. Tekanan darah diastolik sebelum dan

setelah intubasi selengkapnya disajikan pada tabel 5.3.

Berdasarkan uji t berpasangan, terdapat perbedaan bermakna tekanan

darah diastolik antara sebelum intubasi dan setelah intubasi tiap menit hingga

menit ke 5 pada masing-masing kelompok (p<0.05). Berdasarkan uji t tidak

berpasangan, pada semua interval waktu tidak terdapat perbedaan bermakna

antara kedua kelompok tersebut (p>0.05).

Tabel 4.3 Tekanan Darah Diastolik Pada Tiap Interval Waktu


Interval waktu gabapentin 900 mg lidokain 2% 1,5 mg/kgbb
p**
Diastolik (mmHg) Rerata + SB p *
Rerata + SB p*

DIASTOLIK0 77.94+8.105 - 71.76+10.80 - 0.069


DIASTOLIK1 67.06+13.69 0.004 63.00+8.667 0.003 0.309
DIASTOLIK2 69.06+16.07 0.028 64.65+13.25 0.009 0.389
DIASTOLIK3 69.94+10.69 0.005 63.41+10.31 0.005 0.079
DIASTOLIK4 66.12+7.158 0.000 61.82+10.48 0.003 0.173
DIASTOLIK5 64.71+9.629 0.000 63.24+9.47 0.003 0.657
*Uji t-berpasangan; **Uji t-tidak berpasangan; p=0,05

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya

oleh Bhandari dkk. (2014), bahwa pemberian gabapentin dosis 300 mg dan 600

mg peroral sebelum operasi memiliki pengaruh terhadap tekanan darah diastolik

setelah intubasi. Pemberian gabapentin memiliki pengaruh yang signifikan pada

menit ke 1 (p=0.014), menit ke 2 (p=0.018), menit ke 5 (p=0.024) dan menit ke 10

(p=0.05) dibandingkan dengan plasebo. Pada penelitian ini juga menunjukkan

bahwa bioviabilitas dari gabapentin 300 mg dan 600 mg berkisar 60% dan 40%.

Temuan yang sama juga didapatkan dari penelitian yang dilakukan oleh

Fassoulaki dkk. (2006) bahwa pemberian gabapentin 1600 mg yang dibagi dalam
81

4 dosis dengan interval pemberian tiap 6 jam memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap tekanan darah diastolik pada menit ke 1, 3, 5 dan 10. Pada uji klinik acak

yang dilakukan oleh Memis dkk. (2006) dengan menggunakan gabapentin dosis

800 mg efektif menurunkan tekanan darah diastolik dibandingkan dengan plasebo.

Hal yang sama juga didapatkan pada penelitian Soltanzadeh dkk. (2012) bahwa

pemberian gabapentin pada dosis 900 mg tunggal memiliki pengaruh yang

signifikan dalam menurunkan tekanan darah diastolik pada menit ke 1 (p=0.06),

menit ke 3 (p=0.03), menit ke 5 (p=0.04), dan menurun pada menit ke 10 (p=0.1).


20,36,37,38

Hasil yang sama juga didapatkan dari penelitian Serhat Koc dkk. (2007)

bahwa pemberian gabapentin dengan dosis 400 mg dapat menurunkan tekanan

darah diastolik secara signifikan (p<0.05). Hasil penelitian Usha Bafna dkk.

(2011) bahwa pemberian gabapentin dengan dosis 1000 mg pada saat 1 jam

sebelum operasi dapat menurunkan tekanan darah diastolik secara signifikan

(p<0.05). Pada metanalisis yang dilakukan oleh Shrestha GS dkk. (2011) yaitu

membandingkan respon hemodinamik gabapentin dari berbagai macam varian

dosis. Penggunaan gabapentin dengan dosis 1200 mg lebih efektif menurunkan

tekanan darah diastolik pada saat induksi, intubasi, menit ke 1, 3 dan menit ke 5

dibandingkan dengan dosis 300 mg dan 400 mg yang diberikan saat preoperasi.

Selain itu, gabapentin dosis 1200 mg yang diberikan dengan dosis tunggal

sebelum operasi menurunkan kejadian mual dan muntah pada pasien. Didapatkan

juga bahwa gabapentin dosis 1200 mg aman dan mengurangi angka kejadian

munculnya efek samping dari gabapentin.39,41


82

Peningkatan tekanan darah diastolik terjadi hingga menit ke 3 dan kembali

menurun pada menit ke 4 dan ke 5 setelah intubasi pada kelompok yang diberikan

lignokain 2% intravena 1,5 mg/kgbb, namun terdapat perbedaan yang signifikan

bila dibandingkan dengan kelompok yang diberikan fentanil intravena 4 µg/kgBB.

Hasil penelitian Singh dkk. (2013) menunjukkan penurunan tekanan darah

diastolik terjadi mulai menit ketiga setelah intubasi pada kelompok yang diberikan

lidokain 2% intravena 1,5 mg/kgbb, namun terdapat perbedaan yang signifikan

bila dibandingkan dengan kelompok yang diberikan esmolol intravena 2 mg/kgbb.

4.2.3 Rerata Tekanan Arteri (MAP)

Pada kedua kelompok, rerata tekanan arteri mengalami penurunan di

semua interval waktu. Rerata tekanan arteri sebelum intubasi dan setelah 1 menit

intubasi mengalami penurunan yaitu 93.71+9.597 menjadi 80.76+14.47 pada

kelompok gabapentin 900 mg dan 88.21+12.86 menjadi 76.76+8.635 pada

kelompok lidokain 2% 1,5 mg/kgbb. Rerata tekanan darah sebelum dan setelah

intubasi selengkapnya disajikan pada tabel 5.4.

Berdasarkan uji t berpasangan, terdapat perbedaan bermakna rerata

tekanan arteri antara sebelum intubasi dan setelah intubasi tiap menit hingga menit

kelima pada masing-masing kelompok (p<0.05). Berdasarkan uji t tidak

berpasangan, pada semua interval waktu tidak terdapat perbedaan bermakna

antara kedua kelompok tersebut (p>0.05).

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya

oleh Bhandari dkk. (2014), bahwa pemberian gabapentin dosis 300 mg dan 600
83

mg peroral sebelum operasi memiliki pengaruh terhadap MAP setelah intubasi.

Pemberian gabapentin memiliki pengaruh yang sangat signifikan pada menit ke 1

(p=0.002), menit ke 2 (p=0.003), menit ke 5 (p=0.0012), dan menit ke 10

(p=0.0026) dibandingkan dengan plasebo.

Tabel 4.4 Rerata Tekanan Arteri Pada Tiap Interval Waktu


Interval waktu gabapentin 900 mg lidokain 2% 1,5 mg/kgBB
p**
MAP (mmHg) Rerata + SB p* Rerata + SB p*
MAP0 93.71+9.597 - 88.21+12.86 - 0.168
MAP1 80.76+14.47 0.001 76.76+8.635 0.000 0.335
MAP2 82.06+12.83 0.008 77.84+13.08 0.004 0.201
MAP3 83.82+10.74 0.014 77.14+10.99 0.002 0.082
MAP4 79.29+7.095 0.000 76.82+13.34 0.006 0.505
MAP5 80.12+8.366 0.001 78.29+11.45 0.004 0.600
*Uji t-berpasangan; **Uji t-tidak berpasangan; p=0,05

Pada penelitian ini juga menunjukkan bahwa bioviabilitas dari gabapentin

300 mg dan 600 mg berkisar 60% dan 40%. Temuan yang sama juga didapatkan

dari penelitian yang dilakukan oleh Fassoulaki dkk. (2006) bahwa pemberian

gabapentin 1600 mg yang dibagi dalam 4 dosis dengan interval pemberian tiap 6

jam memiliki pengaruh yang signifikan terhadap MAP pada menit ke 1, 3, 5 dan

10. Pada uji klinik acak yang dilakukan oleh Memis dkk. (2006) dengan

menggunakan gabapentin dosis 800 mg efektif menurunkan MAP dibandingkan

dengan plasebo. Hal yang sama juga didapatkan pada penelitian Soltanzadeh dkk.

(2012) bahwa pemberian gabapentin pada dosis 900 mg tunggal memiliki

pengaruh yang signifikan dalam menurunkan MAP pada menit ke 1 (p=0.02),

menit ke 3 (p=0.05), menit ke 5 (p=0.04), dan menit ke 10 (p=0.08). 20,36,37,38


84

Hasil yang sama juga didapatkan dari penelitian Serhat Koc dkk. (2007)

bahwa pemberian gabapentin dengan dosis 400 mg dapat menurunkan MAP

secara signifikan (p<0.05). Hasil penelitian Usha Bafna dkk. (2011) bahwa

pemberian gabapentin dengan dosis 1000 mg pada saat 1 jam sebelum operasi

dapat menurunkan tekanan darah sistolik secara signifikan (p<0.05). Pada

penelitian yang dilakukan oleh Shrestha GS dkk. (2011) penggunaan gabapentin

dengan dosis 1200 mg lebih efektif menurunkan MAP pada saat induksi dan

intubasi, menit ke 1, 3 dan menit ke 5 dibandingkan dengan dosis 300 mg dan 400

mg yang diberikan saat preoperasi. Selain itu, gabapentin dosis 1200 mg yang

diberikan dengan dosis tunggal sebelum operasi menurunkan kejadian mual dan

muntah pada pasien. Didapatkan juga bahwa gabapentin dosis 1200 mg aman dan

mengurangi angka kejadian munculnya efek samping dari gabapentin. Namun

berbeda pada penelitian yang dilakukan oleh Vida A dkk. (2014), bahwa

pemberian gabapentin dosis 800 mg secara tunggal memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap respon hemodinamik dalam menurunkan MAP pada saat

sebelum dan sesudah intubasi menit ke 1 (p=0.01) dan menit ke 5 (p=0.01).

Setelah 5 menit, penggunaan gabapentin tidak bermakna dalam menurunkan MAP

yaitu pada menit ke 15 (p=0.36) dan pada menit ke 25 (p=0.60). Bhandari G dkk.

(2013) mengevaluasi pemberian gabapentin dalam menurunkan MAP, setelah

induksi, mereka merekomendasikan pemberian gabapentin dosis 900 mg

meningkatkan efektivitas gabapentin dalam menurunkan respon hemodinamik

setelah induksi.39,40,41,42
85

Pada penelitian yang dilakukan Montazeri K dkk. (2011) bahwa

pemberian gabapentin 800 mg dosis tunggal 1 jam sebelum operasi memiliki

pengaruh yang signifikan dalam menurunkan MAP pada menit ke 1, 3, 5, dan 10,

tetapi menurun pada menit ke 15 dibandingkan dengan plasebo. Hasil penelitian

Parida dkk. menunjukkan kelompok yang diberikan gabapentin oral 900 mg

mengalami penurunan MAP secara signifikan di setiap interval waktu kecuali

pada 1 menit setelah intubasi yang mengalami kenaikan MAP sebesar 7.55%,

tetapi MAP kembali menurun pada 3 dan 5 menit setelah intubasi. Hasil analisa

uji t tidak bepasangan menunjukkan perbedaan yang bermakna antara kelompok

yang diberikan klonidin 200 μg dengan kelompok yang diberikan gabapentin oral

900 mg pada menit 1, 3 dan 5.44,45

Hasil penelitian Prasad dkk. (2015) menunjukkan penurunan MAP terjadi

pada menit ke 5 setelah intubasi pada kelompok yang diberikan lidokain 2%

intravena 1,5 mg/kgbb, namun terdapat perbedaan yang signifikan bila

dibandingkan dengan kelompok yang diberikan dexmedetomidine intravena 1

mcg/kgbb.46

4.2.4 Laju Jantung

Pada kedua kelompok, laju jantung mengalami penurunan di semua

interval waktu. Laju jantung sebelum intubasi dan setelah 1 menit intubasi

mengalami penurunan yaitu 81.47+8.457 menjadi 75.00+9.199 pada kelompok

gabapentin 900 mg dan 82.00+11.05 menjadi 78.41+8.209 pada kelompok lidokain

2% 1,5 mg/kgbb. Tekanan darah diastolik sebelum dan setelah intubasi

selengkapnya disajikan pada tabel 5.5.


86

Berdasarkan uji t berpasangan, terdapat perbedaan bermakna laju jantung

antara sebelum intubasi dan setelah intubasi tiap menit hingga menit ke 5 pada

masing-masing kelompok (p<0.05). Berdasarkan uji t tidak berpasangan, pada

semua interval waktu tidak terdapat perbedaan bermakna antara kedua kelompok

tersebut (p>0.05).

Tabel 4.5 Laju Jantung Pada Tiap Interval Waktu


Interval waktu gabapentin 900 mg lidokain 2% 1,5 mg/kgBB
p**
Laju Jantung (x/m) Rerata + SB p* Rerata + SB p*
LJ0 81.47+8.457 - 82.00+11.05 - 0.876
LJ1 75.00+9.199 0.003 78.41+8.209 0.027 0.262
LJ2 77.41+7.946 0.021 76.71+9.544 0.047 0.816
LJ3 76.65+8.344 0.046 77.94+11.48 0.004 0.710
LJ4 74.41+8.867 0.014 76.65+11.01 0.010 0.519
LJ5 75.00+9.533 0.001 71.71+17.94 0.025 0.509
*Uji t-berpasangan; **Uji t-tidak berpasangan; p=0,05

Hasil penelitian ini sama dari penelitian yang dilakukan oleh Fassoulaki

dkk. (2006) bahwa pemberian gabapentin 1600 mg yang dibagi dalam 4 dosis

dengan interval pemberian tiap 6 jam memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

laju jantung pada menit ke 1, 3, 5 dan menurun pada menit ke 10. Pada uji klinik

acak yang dilakukan oleh Memis dkk. (2006) dengan menggunakan gabapentin

dosis 800 mg efektif menurunkan tekanan darah sistolik dibandingkan dengan

plasebo. Hal yang sama juga didapatkan pada penelitian Soltanzadeh dkk. (2012)

bahwa pemberian gabapentin pada dosis 900 mg tunggal memiliki pengaruh yang

signifikan dalam menurunkan laju jantung pada menit ke 1 (p=0.01), menit ke 3

(p=0.01), menit ke 5 (p=0.03), dan menit ke 10 (p=0.01). Berikutnya hal yang

sama juga didapatkan dari penelitian Serhat Koc dkk. (2007) bahwa pemberian
87

gabapentin dengan dosis 400 mg dapat menurunkan laju jantung secara signifikan

(p<0.05). Hasil penelitian Usha Bafna dkk. (2011) bahwa pemberian gabapentin

dengan dosis 1000 mg pada saat 1 jam sebelum operasi dapat menurunkan HR

secara signifikan (p<0.05). Pada penelitian yang dilakukan oleh Shrestha GS dkk.

(2011) yaitu membandingkan respon hemodinamik gabapentin dari berbagai

macam varian dosis. Penggunaan gabapentin dengan dosis 1200 mg lebih efektif

menurunkan respon hemodinamik pada saat induksi, intubasi, menit ke 1, 3 dan

menit ke 5 dibandingkan dengan dosis 300 mg dan 400 mg yang diberikan saat

preoperasi. Selain itu, gabapentin dosis 1200 mg yang diberikan dengan dosis

tunggal sebelum operasi menurunkan kejadian mual dan muntah pada pasien.

Didapatkan juga bahwa gabapentin dosis 1200 mg aman dan mengurangi angka

kejadian munculnya efek samping dari gabapentin. 37-41

Hasil yang berbeda pada penelitian yang dilakukan oleh Vida A dkk.

(2014), bahwa pemberian gabapentin dosis 800 mg secara tunggal memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap respon hemodinamik dalam menurunkan laju

jantung pada saat sebelum dan sesudah intubasi menit ke 1 (p=0.07) dan menit ke

5 (p=0.04), dan menit ke 15 (p=0.06). Setelah 15 menit, penggunaan gabapentin

tidak bermakna dalam menurunkan respon hemodinamik yaitu pada menit ke 25

(p=0.13). Bhandari G dkk. (2013) mengevaluasi pemberian gabapentin dalam

menurunkan laju jantung, setelah induksi, mereka merekomendasikan pemberian

gabapentin dosis 900 mg meningkatkan efektivitas gabapentin dalam menurunkan

respon hemodinamik setelah induksi. Pada penelitian yang dilakukan Montazeri K

dkk. (2011) bahwa pemberian gabapentin 800 mg dosis tunggal 1 jam sebelum
88

operasi memiliki pengaruh yang signifikan dalam menurunkan tekanan darah

sistolik, tekanan darah diastolik, MAP, dan laju jantung pada menit ke 1, 3, 5, dan

10, tetapi menurun pada menit ke 15 dibandingkan dengan plasebo.42,43,44

Hasil penelitian Gurulingappa dkk. (2012) menunjukkan penurunan laju

jantung yang bermakna hingga menit ke 2 dan kembali meningkat pada menit ke

3 hingga ke 5 setelah intubasi pada kelompok yang diberikan lignokain 2%

intravena 1,5 mg/kgbb, namun tidak terdapat perbedaan yang signifikan bila

dibandingkan dengan kelompok yang diberikan fentanil intravena 4 µg/kgbb.

Hasil penelitian Singh dkk. (2013) menunjukkan penurunan laju jantung terjadi

mulai menit ketiga setelah intubasi pada kelompok yang diberikan lidokain 2%

intravena 1,5 mg/kgbb, namun terdapat perbedaan yang signifikan bila

dibandingkan dengan kelompok yang diberikan esmolol intravena 2 mg/kgbb.

Hasil yang sama ditunjukkan pada penelitian Prasad dkk. (2015), penurunan laju

jantung terjadi pada menit kelima setelah intubasi pada kelompok yang diberikan

lidokain 2% intravena 1,5 mg/kgbb, namun terdapat perbedaan yang signifikan

bila dibandingkan dengan kelompok yang diberikan dexmedetomidine intravena 1

mcg/kgbb.46,47

4.3 Perbandingan Respon Hemodinamik Laringoskopi dan Intubasi


Endotrakheal Pada Tiap-Tiap Kelompok
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa pada kelompok pemberian

gabapentin didapatkan perbedaan bermakna pada tekanan darah sistolik sebelum

dan setelah intubasi (p=0.000), pada tekanan darah diastolik sebelum dan setelah

intubasi (p=0.000), pada tekanan arteri rata-rata sebelum dan setelah intubasi
89

(p=0.001) dan pada laju jantung sebelum dan setelah intubasi (p=0.001). Selain

itu, didapatkan juga bahwa pada kelompok pemberian lidokain 2% didapatkan

perbedaan bermakna pada tekanan darah sistolik sebelum dan setelah intubasi

(p=0.002), pada tekanan darah diastolik sebelum dan setelah intubasi (p=0.003),

pada tekanan arteri rata-rata sebelum dan setelah intubasi (p=0.004) dan pada laju

jantung sebelum dan setelah intubasi (p=0.004).

Berdasarkan tabel diatas, tidak terlihat adanya perbedaan bermakna antara

kelompok pemberian gabapentin dan lidokain 2% terhadap tekanan darah sistolik

(p=0.392), tekanan darah diastolik (p=0.657), tekanan arteri rata-rata (p=0.600),

dan laju jantung (p=0.509).

Tabel 4.6 Perbandingan Respon Hemodinamik Laringoskopi dan Intubasi


Endotrakheal Pada Tiap Kelompok

gabapentin 900 mg lidokain 2% 1,5 mg/kgBB


Variabel Sebelum Setelah p* Sebelum Setelah p* p**
TD 123.65+11.01 107.82+11.97 116.82+11.07 103.18+18.53
0.000 0.002 0.392
Sistolik Perubahan = -15.83+0.96 Perubahan = -13.64+7.46
TD 77.94+8.105 64.71+9.629 71.76+10.80 63.24+9.47
0.000 0.003 0.657
Diastolik Perubahan = -13.23+1.524 Perubahan = -8.52+1.33
93.71+9.59 80.12+8.36 88.21+12.85 78.29+11.45
MAP 0.001 0.004 0.600
Perubahan = -13.59+1.23 Perubahan = -9.92+1.4
Laju 81.47+8.457 75.00+9.533 82.00+11.05 71.71+17.94
0.001 0.025 0.509
Jantung Perubahan = -6.47+1.076 Perubahan = -10.29+6.89
*
Uji t berpasangan; **Uji t tidak berpasangan; p=0,05

Mekanisme gabapentin dalam menurunkan respon stres akibat

laringoskopi dan intubasi masih belum jelas. Mekanisme yang paling mungkin

berkaitan dengan antinosiseptif yang memodulasi kalsium melalui ikatan secara

selektif terhadap gabapentin (3H), suatu subunit voltase yang tergantung kanal
90

kalsium, sehingga ada kemungkinan bahwa aksi gabapentin hampir sama dengan

aksi penghambat kanal kalsium dalam mengendalikan respon hemodinamik.

Selama potensial aksi Ca2+ memasuki sel sebagai influx cepat yang diikuti oleh

komponen dipertahankan dalam arus lambat. Ca2+ masuk tidak mengarah

langsung terhadap pembentukan sebagai Ca2+ yang masuk dengan cepat terikat

situs di Retikulum Sarkoplasma (SR) yang mengikat miofibril. Influks cepat Ca2+

melalui tubulus T diduga menginduksi pelepasan Ca 2+ dari kompartemen rilis di

SR, dengan memicu pembukaan kanal kalsium di cisternae terminal, sehingga

mengaktifkan filamen kontraktil untuk berkontraksi. Hal ini yang merupakan

proses dari kontraksi otot jantung dan dilatasi atau kontraksi pembuluh darah.

Dalam proses ini kanal kalsium memiliki peran yang sangat penting dalam

mengatur kontraksi otot jantung serta dilatasi dari pembuluh darah, jika kanal

kalsium menerima Ca2 dalam jumlah yang banyak, maka akan terjadi kontraksi

otot jantung serta pembuluh darah akan mengalami kontriksi, hal ini akan

meningkatkan laju jantung serta tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik

dan MAP. 48,49

Secara spesifik, mekanisme gabapentin dalam menurunkan tekanan darah

sistolik belum diketahui. Beberapa penelitian menemukan bahwa gabapentin

dapat menurunkan sintesis dari neurotransmitter glutamate akan berikatan dengan

reseptor α2δ (subtipe dari Kanal Ca2+ tipe L), sehingga fungsi kerjanya mirip

dengan Antagonis Kanal Kalsium / Calcium Channel Blocker (CCB) yang

menghambat voltase dari kanal kalsium pada otot polos (pembuluh darah) dan

otot jantung, dan konduksi elektrik jantung sehingga ketika kanal Ca2+ dihambat
91

maka proses depolarisasi, eksitasi akan terganggu dan kontraksi myosin akan

menurun serta konduksi dari elektrik jantung akan menurun. Hal ini menyebabkan

terjadinya penurunan laju jantung dan dilatasi pembuluh darah baik vena maupun

arteri yang mengakibatkan terjadinya penurunan tekanan darah sistolik, tekanan

darah diastolik, dan MAP.48

Mekanisme lidokain dalam menurunkan respon stres akibat laringoskopi

dan intubasi masih belum dimengerti. Mekanisme yang paling mungkin adalah

lidokain menghambat kanal sodium di membran sel jantung dan mengurangi laju

peningkatan potensial aksi dan karenanya kecepatan konduksi di atas semua

sistem Purkinje dan otot di atrium serta ventrikel. Beberapa penelitian mencatat

respon dari lidokain intravena dalam menghambat kenaikan nadi, tekanan darah,

dan tekanan intraokular serta intrakranial. Beberapa penelitian telah membahas

mekanisme yang mungkin untuk menjelaskan mekanisme tersebut terkait dengan

lidokain intravena. Ini juga termasuk efek langsung terhadap depresan miokard,

vasodilatasi perifer dan akhirnya berpengaruh pada transmisi sinaptik. Suatu

tinjauan "penggunaan lidokain profilaksis preintubasi" mengatakan bahwa dosis

lidokain profilaksis 1,5 mg/kgbb yang diberikan secara intravena 3 menit sebelum

intubasi menunjukkan hasil yang optimal. Tidak ada penelitian yang menunjukkan

adanya efek berbahaya dari pemberian lidokain profilaksis preintubasi.47

4.4 Efek Samping Hemodinamik Laringoskopi dan Intubasi Endotrakeal


Pada Tiap-Tiap Kelompok

Pada penelitian ini didapatkan 1 sampel (5.9%) yang menggunakan

gabapentin mengalami hipotensi sedangkan pada penggunaan lidokain 2% tidak


92

ada yang mengalami hipotensi. Terdapat 1 sampel (5.9%) yang menggunakan

lidokain 2% mengalami bradikardi sedangkan pada penggunaan gabapentin tidak

ada yang mengalami hipotensi. Sebanyak 1 sampel (5.9%) yang menggunakan

gabapentin mengalami mual sedangkan pada penggunaan lidokain 2% tidak

terdapat sampel yang mengalami hipotensi. Tidak terdapat sampel yang

mengalami sakit kepala pada penelitian ini.

Tabel 4.7. Efek Samping Hemodinamik Laringoskopi dan Intubasi


Endotrakeal

Kelompok
Karakteristik
gabapentin lidokain 2%
Umum
N % N %
Mual
Ya 1 5.9 0 0
Tidak 16 94.1 17 100
Sakit Kepala
Ya 0 0 0 0
Tidak 17 100 17 100
Bradikardi
Ya 0 0 1 5.9
Tidak 17 100 16 94.1
Hipotensi
Ya 0 0 1 5.9
Tidak 17 100 16 94.1

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Vida A

dkk. (2014) pada pemberian gabapentin dosis 800 mg dengan dosis tunggal,

angka timbulnya efek sakit kepala sebanyak 2 sampel (13,3%) dengan nilai

p=0,46 dan muntah sebanyak 1 sampel (6,7%) dengan nilai p=1,000, tidak

terdapat sampel yang mengalami mual, bradikardi, dan hipotensi. Hal ini dapat

disimpulkan bahwa kemungkinan efek samping yang dapat muncul sangat kecil.
93

Hasil yang sama juga didapatkan pada penelitian yang dilakukan Nanda A dkk.

(2015) pada pemberian gabapentin dosis 900 mg dengan dosis tunggal, tidak ada

sampel yang mengalami bradikardi, dan hipotensi. Pada penelitian yang dilakukan

Bhashyam S dkk. (2015) pada pemberian gabapentin dosis 600 mg, terdapat 4

sampel (13,3%) dari 30 sampel yang mengalami sakit kepala. Hasil penelitian

Parida dkk. menunjukkan kelompok yang diberikan gabapentin oral 900 mg tidak

ada yang mengalami hipotensi dan bradikardi, namun ada 4% yang mengalami

sakit kepala pascaoperasi.42,45,50,51

Hasil penelitian ini berbeda dari penelitian Prasad dkk. (2015) yang

menunjukkan kelompok pemberian lidokain 2% intravena 1,5 mg/kgBB tidak ada

yang mengalami bradikardi pascaoperasi. Hasil penelitian Valeshabad dkk. (2015)

mendukung temuan efek samping penelitian ini, pada kelompok yang diberikan

lidokain 2% intravena 1,5 mg/kgbb, sebanyak 20% mengalami hipotensi.46,52

Anda mungkin juga menyukai