Anda di halaman 1dari 3

NAMA : ALMACITRA

KELAS : A

NIM : A1C019015

TEORI AKUNTANSI

MATERI REVIUW " PERSPEKTIF KRITIS AKUNTANSI"

1. Mengapa pemerintah dalam mengambil tindakan untuk meningkatkan legitimasi sosial tersebut
dikatakan tidak adil
Semasih indonesia mengadopsi dan menerapkan sistem kapitalis ketidak Adilan itu akan terus
muncul, karna pada dasarnya sistem kapitalis dalam perkembangannya akan melahirkan 2 kelas
yaitu ploretar dan borjuasi seperti yang di jelaskan Marx dan Engels dalam buku Das Kapital.
Jadi setiap kebijakan dan regulasi yang di buat kebanyakan berpihak kepada pemodal atau kelas
borjuasi. Contoh perjanjian LETTER OF INTENT ( LOI ) yang dilakukan oleh presiden Suharto
dengan WTO, WORD BANK, dan IMF yang membuat Indonesia meliberalisasi 12 sektor
publiknya, dari sana bisa kita liat siapa yang dirugikan dan siapa yang di untungkan dari
diliberalisasinya 12 sektor publik di Indonesia.
2. Apa yang menyebabkan munculnya kritik terhadap gerakan akuntansi sosial?
Pada awalnya kritik terhadap gerakan akuntansi sosial berasal dari seorang sosialis yang
mengadopsi perspektif Marxis. Tinker et al.(1991) menyatakan bahwa gerakan akuntansi sosial
tersebut gagal untuk memeriksa kontradiksi dasar dan antinomy (kenyataan yang kontroversial)
dari sistem sosial dalam penyelidikan dan tidak relevan serta secara implisit mengadopsi sikap
'Quietisme Politic' yang hanya menguntungkan golongan kapitalis. Puxty (1986) juga
menyampaikan bahwa suatu ketidak relevanan akuntansi sosial, mencatat bahwa kritik yang
lebih radikal dari masyarakat kapitalis telah lebih peduli dengan isu-isu yang lebih luas dari
akuntansi dan akuntan. Di tahun 1960 an tu muncul hak hak konsumen dimana pemerintah
memaksa individu dan para pelaku bisnus untuk menjadi responsif terhadap kebutuhan sosial.
Kritik terhadap akuntansi sosial juga datang dari analisis yang dilakukan oleh A.C Pigou terhadap
biaya dan manfaat sosial. Titik pentingnya adalah bahwa optimalitas Pareto (titik dalam ekonomi
kesejahteraan dimana adalah mungkin untuk meningkatkan kesejahteraan seseorang tanpa
mengurangi kesejahteraan dari orang lain) tidak dapat dicapai selama produk sosial neto dan
produk pribadi neto tidak setara. Pada dasarnya, argument Pigou adalah sebagai berikut:
“seorang produsen menciptakan suatu produk dari mana ia memperoleh manfaat pribadi
tertentu (yang oleh akuntan disebut sebagai pendapatan).” Tetapi, mungkin bahwa masyarakat
sbagai satu kesatuan menerima manfaat dari produk tersebut yang bahkan lebih besar lagi.Bagi
Pigou, biaya sosial terdiri atas seluruh biaya untuk menghasilkan suatu produk,tanpa
memedulikan siapa yang membayarnya. Biaya yang dibayarkan oleh produsen disebut sebagai
biaya pribadi. Selisih antara biaya sosial dan biaya pribadi (disebut sebagai “biaya sosial yang
tidak dikompensasikan”) dapat disebabkan oleh banyak faktor. Suatu perusahaan yang
menimbulkan polusi mengenakan biaya kepada masyarakat, tetapi perusahaan tersebut tidak
membayar biaya tersebut kepada masyarakat. Hal ini disebut dengan non – ekonomi eksternal.
Suatu situasi di mana seorang pekerja menderita sakit akibat pekerjaannya dan tidak
memperoleh kompensasi penuh dapat dianggap sebagai suatu eksploitasi terhadap faktor
produksi. Selain itu, akuntansi sosial juga menimbulkan adanya kesulitan dalam mengukur
adanya kontribusi dan kerugian. Pertama, untuk menetukan kontribusi neto kepada masyarakat,
beberapa jenis sistem nilai harus ditentukan.Kedua, berkatan dengan pengukuran, teramat sulit
unruk menguantifikasi jumlah pos yangakan dimasukkan dalam laporan kontribusi neto kepada
masyarakat
3. Dalam dasar filosofis penelitian akuntansi kritis, Molisa menyarankan bahwa isu kerohanian
harus digunakan untuk menginformasikan praktik akuntansi dan penelitian akuntansi.
pertanyaannya, mengapa isu kerohanian ini harus digunakan? dan bisa kasi contoh nya seperti
apa?
Akuntansi harus tetap mempertahankan atau menggunakan isu kerohanian karena hal ini juga
sejalan dengan Francis (1990) yang mengatakan bahwa akuntansi adalah praktik moral dan
diskursif, bukan merupakan sebuah instrumen yang "mati". Sebagai praktik diskursif, akuntansi
dipandang sebagai alat menyampaikan sesuatu yang akan berpengaruh pada perilaku
penggunanya. Sejalan dengan itu, Hines (1998) berpendapat bahwa laporan tahunan berusaha
membentuk realitas atau image dan mengkomunikasikan realitas tersebut menjadi nyata dan
dipahami pembacanya. Selain realitas ekonomi dan sosial, realitas lain yang berusaha
disampaikan perusahaan kepada publik adalah realitas keagamaan. Penyampaian bentuk
realitas keagaaman ini didominasi pada perusahaan yang menganut nilai-nilai keagamaan dalam
menjalankan bisnisnya seperti bank syari'ah. Dimana seperti yang kita tahu, bank syari'ah
merupakan bank yang dasar pendiriannya adalah keinginan untuk menjalankan sistem ekonomi
yang didasarkan pada nilai-nilai dan prinsip syari'ah (Meutia dkk, 2010).Pelaporan keuangan
merupakan praktik yang dibentuk berdasarkan nilai-nilai. Contoh lainnya juga ialah ketika kita
melakukan praktik akuntansi seperti proses dan aktivitas pencaatan oprasi keuangan sehari –
hari dari suatu entitas bisnis. Kita tidak hanya melakukannya demi menggugurkan tanggung
jawab semata. Namun diluar dari itu, penting bagi untuk memasukan gagasan berupa
spiritualitas yang menggabungkan gagasan cinta, perhatian dan rasa hormat. Sehingga isu
kerohanian harus digunakan agar apa yang kita informasikan bisa sesuai dengan etika
kebeneran, yang tidak hanya mementingkan kepentingan individual semata namun harus
memperhatikan dampaknya terhadap sekitar pula.
norma yang berlaku di masyarakat.
4. Di bgian dasar filosofis penelitian akuntansi kritis pada poin keempat yang mengadopsi
perspektif feminis radikal. Yang ingin saya tanyakan, apa kaitan antara akuntansi kritis ini
dengan perspektif feminis radikal?
Penelitian Akuntansi yang mengadopsi perspektif feminis radikal ialah dimana percaya bahwa
akuntansi mempertahankan dan memperkuat sifat – sifat maskulin seperti pencarian
berkelanjutan untuk kesuksesan, konflik dan sebagainya tanpa pertimbangan untuk kerja sama,
rasa hormat, kesetiaan, perhatian, dan sebagainya. Sementara menurut Reiter (1995, p. 40)
Teori Ekonomi cenderung menilai karakteristik yang terkait dengan stereotip maskulin seperti
abstaksi, pikiran, efisiensi, keseimbangan, rasionalitas, pengejaran kepentingan pribadi, dan
otonomi. Karakteristik berlawanan dari konkretisme, tubuh, keacakan, kemanusiaan,
kebersamaan dan keterhubungan, yang dikaitkan dengan stereotip feminine, hilang dari teori
ekonomi.
Dalam perspektif akuntansi kritis menurut Craig yang dimana dalam akuntansi seharusnya
menerapkan hal - hal yang secara normatif, bukan hanya cenderung mengontrol sumber daya
modal. Sedangkan dalam perspektif feminisme radikal atau sudut pandang yang ingin
melakukan perubahan dalam masyarakat dengan menghapus semua bentuk ketuanan lelaki
dalam konteks sosial dan ekonomi.
Intinya kedua pandangan ini memiliki kaitan dalam mencoba bahkan mau menerapkan keadilan
dalam ruang lingkup sosial dan ekonomi agar terjawab apa yang menjadi hak normatif
masyarakat dalam konteks ekonomi dan sosial secara objektif dan netral.

Anda mungkin juga menyukai