Anda di halaman 1dari 4

KETIDAKPATUHAN PEMBAYAR PAJAK

 Ghosh & Crain (1996)


Mereka berusaha mengidentifikasi faktor-faktor individual dan situasional yang
memengaruhi ketidakpatuhan terhadap pajak. Ketidakpatuhan yang disengaja dari subjek
diajukan sebagai fungsi probabilitas audit dan standar etika individual yang dirasakan.
Hasil menunjukan bahwa faktor-faktor individual dan situasional secara psikologis
merupakan aspek yang menonjol dari keputusan dalam ketidakpatuhan pajak. Secara
khusus, subjek yang lebih etis atau sangat memahami probabilitas audit pajak akan
mempunyai niat yang lebih rendah untuk tidak patuh.

 Hanno & Violette (1996)


Mereka menyelidiki pengaruh social dan moral yang mendasari pembayar pajak dalam
usaha mengembangkan model integrative perilaku kepatuhan pajak. Teori penalaran aksi
digunakan untuk mengidentifikasi keyakinan menonjol yang berhubungan dengan
keputusan kepatuhan pajak. Hasilnya menunjukkan bahwa niat untuk patuh berhubungan
dengan laporan diri dan perilaku kepatuhan hipotesis. Keyakinan yang berhubungan
dengan hasil perilaku dan persepsi normative sangat berhubungan dengan niat untuk
patuh.

Perilaku Disfungsional Lain

 Ponemon (1992b)

Ponemon menyelidiki interaksi antara tingkat moral reasoning auditor dengan


pelaporan daalam waktu singkat yang digunakan dalam penugasan audit. Subjek
dibagi ke dalam tiga kelompok berbeda. Kelompok kontrol menyelesaikan tugas tanpa
tekanan waktu yang eksplisit, kelompok dengan anggaran waktu diberi instruksi
bahwa tugas tersebut harus diselesaikan dalam waktu 35 menit. Kelompok ketiga
terdiri dari rekan-sekutu yang di desain untuk menyelidiki pengaruh tekanan rekan
sejawat terhadap waktu pelaporan. Sementara, seluruh subjek percaya bahwa mereka
diberi tugas yang sama tanpa batasan waktu, Kelompok rekan sekutu diberi tugas yang
lebih pendek pada saat selesai kelompok rekan sekutu diminta untuk meninggalkan
ruangan. Waktu pelaporan yang lebih rendah untuk kelompok rekan sekutu diukur
sebagai perbedaan antara waktu penyelesaian laporan menurut kelompok itu sendiri
dan waktu penyelesaian aktual yang diamati oleh peneliti melalui jendela satu arah ke
kelas. Hasilnya menunjukkan bahwa waktu pelaporan paling rendah pada kelompok
kontrol dan paling tinggi dikelompokkan sekutu. Selanjutnya auditor dengan skor DIT
yang lebih rendah secara rata-rata membutuhkan waktu pelaporan yang lebih singkat
daripada mereka dengan skor DIT yang lebih tinggi dalam ketiga kelompok.

 Ponemon (1995)

Ponemon mengkaji objektivitas akuntan ketika berfungsi sebagai spesialis


litigasi dan saksi ahli dalam kasus hukum. Sampel terdiri atas 101 spesialis
pendukungan litigasi dan 106 editor tanpa latar belakang atau pengalaman dalam
bidang layanan litigasi dengan jabatan mulai dari staff sampai tingkat partner pada dua
kantor akuntan publik di bagian barat laut Amerika Serikat. Subjek diminta untuk
menyelesaikan DIT dan tugas eksperimental yang didasarkan pada perhitungan
persediaan fisik yang rusak dalam kebakaran gudang dengan menggunakan metode
laba bruto. Materi eksperimen memasukkan deskripsi latar belakang persediaan dari
perusahaan bisnis yang mengalami kebakaran dan sifat litigasi.  Hasilnya
menunjukkan bahwa estimasi atas nilai kerusakan yang lebih tinggi diperoleh dari
individu yang mewakili penggugat daripada yang mewakili tergugat dalam perkara
hukum.  Untuk contoh auditor,  tingkat pengalaman atau ethical reasoning tampaknya
tidak mempengaruhi objektivitas dari estimasi persediaan yang diberikan.  Meskipun
demikian,  ditemukan bahwa kedua pengalaman spesifik dan skor DIT mempengaruhi
besaran dari bias dalam penilaian kerugian Untuk spesialis litigasi.  Hasil ini
menunjukkan bahwa auditor tidak mampu menghubungkan pengalaman mereka
dengan eksperimen yang didasarkan pada situasi litigasi atau perilaku etis,  seperti
objektivitas dan independensi yang merupakan peranan yang sudah ditentukan.
STUDI ETIS LINTAS BUDAYA

Sebagian besar studi yang berhubungan dengan akuntansi dan etika difokuskan
kepada profesi akuntansi di Amerika Serikat.  perbedaan budaya mungkin muncul diantara
kelompok profesi akuntansi dari negara berbeda.  meskipun demikian,  perbandingan antara
profesi akuntansi di Amerika Serikat dengan kelompok lain dapat memberikan pemahaman
yang berharga tentang penetapan standar organisasi internasional. Beberapa studi etika lintas
budaya yang berusaha menyelidiki perbedaan budaya atau nasional dalam keahlian moral
reasoning dan keputusan etis akuntan dibahas di bagian berikut :

 Ponemon & Gabhart (1993) Etherington & Schulting (1995)

Mereka meneliti profesi auditing dari 2 kantor akuntan besar dengan praktek di
Amerika Serikat dan Kanada menggunakan DIT dan instrumen eksperimental
lainnya.  Sasaran utama studi ini adalah menilai dampak dari perbedaan lintas negara
terhadap keputusan etika dari individu praktis auditing.  Hasilnya membuktikan
dengan jelas bermacam perbedaan antara profesi akuntansi Kanada dan Amerika
Serikat dalam hal skor rata-rata DIT.  Auditor pada semua tingkatan posisi memiliki
skor DIT yang lebih tinggi dibandingkan dengan auditor Amerika Serikat. 

 Schultz, Johnnson, Morris dan Dyrnes (1993)


Mereka meneliti kecenderungan manajer perusahaan dan profesional untuk
melaporkan tindakan yang dapat dipertanyakan dalam konteks internasional dan
domestik.  Tindakan yang dipertanyakan didefinisikan sebagai tindakan yang
melanggar standar keadilan kejujuran atau ekonomi.  Hal ini konsisten dengan konsep
audit eksternal yang melibatkan kesalahan dalam laporan keuangan tindakan ilegal
dan pelanggaran terhadap pengendalian internal.  Kemungkinan pelaporan
disampaikan sebagai fungsi keseriusan, tanggung jawab terhadap laporan dan biaya
pribadi. Ssebagaimana disampaikan sebelumnya ditemukan hubungan negatif antara
kemungkinan pelaporan dan biaya pribadi terhadap pelaporan serta hubungan positif
antara pelaporan dengan keseriusan dan tanggung jawab terhadap pelaporan. 
Selanjutnya kecenderungan pelaporan ditemukan sebagai fungsi dari situasi dan
nasionalitas khusus tetapi tidak berhubungan dengan kemakmuran organisasi.  Hasil
ini menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan multinasional dengan divisi yang
terletak di negara-negara berbeda mungkin perlu mengimplementasikan sistem
pengendalian yang berbeda untuk mencapai tingkat reliabilitas yang sempurna.

 Cohen, Pant dan Sharp (1995a)

Mereka menyajikan pengujian empiris pada pernyataan Cohen bahwa kantor akuntan
publik multinasional seharusnya secara hati-hati memperhatikan dampak keragaman
budaya internasional terhadap sensitivitas karyawan dan pengambilan keputusan. 
Dari penelitiannya, menunjukkan bahwa subjek Amerika Serikat pada umumnya
melihat tindakan yang dijelaskan dalam vignete sebagai tindakan yang lebih etis
dibandingkan dengan subjek Jepang atau Amerika Latin.  Tetapi prediktabilitas dari
konstruksi moral untuk menjelaskan keputusan etika tidak berbeda banyak di antara
ketiga kelompok. 

 Cohen, Pant, dan Sharp (1995b)

Mereka menyelidiki perbedaan pengambilan keputusan etika auditor dari negara-


negara yang berbeda.  Dari penyelidikan tersebut, menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara negara untuk kemungkinan pertama dan kedua yaitu
bahwa mereka atau koleganya akan melakukan tindakan tersebut dengan perbedaan
yang paling signifikan antara Amerika Latin dengan Amerika Serikat.  Selain itu
ditemukan juga bias keinginan sosial pada ketiga kelompok subjek.

Anda mungkin juga menyukai