Anda di halaman 1dari 27

OPERASI TEKNIK KIMIA III

PUSTAKA UTAMA
C.J. Geankoplis : “Transport Processes and Separation Processes Principles”, Prentice Hall, 4th edition, 2003.
PUSTAKA PENDUKUNG
McCabe, W.L, J. C. Smith and P. Harriott, “Unit Operations of Chemical Engineering”, 6th Ed., McGraw-Hill, Inc., 2001
Minggu
Materi Pembelajaran Strategi Pembelajaran Bobot
ke-
1 PB-1: Pendahuluan proses operasi Kuliah, Diskusi
pemisahan dan konsep kesetimbangan
2-3 PB-2: Absorbsi dengan plate column Kuliah, Diskusi, Asistensi, Tugas
4 PB-3: Stripping dengan plate column Kuliah, Diskusi, Asistensi, Tugas
5 PB-4: Absorbsi dengan packed column Kuliah, Diskusi, Asistensi, Tugas
6 PB-5: Distilasi flash dan differensial (A3, Kuliah, Diskusi, Asistensi, Tugas
C3)
7 QUIZ 1
8-9 PB-6: Distilasi multi stage (Fraksinasi) Kuliah, Diskusi, Asistensi, Tugas
dengan metode McCabe-Thiele
10-11 PB-7: Distilasi multi stage (Fraksinasi) Kuliah, Diskusi, Asistensi, Tugas
dengan metode Ponchon-Savarit
12 QUIZ 2
13 PB-8: Pemisahan Solid-Liquid (Leaching) Kuliah, Diskusi, Asistensi, Tugas
14 PB-9: Pemisahan Liquid-Liquid Kuliah, Diskusi, Asistensi, Tugas
(ekstraksi)
15-16 EVALUASI AKHIR SEMESTER
PROSES-PROSES PEMISAHAN
• Proses pemisahan sangat penting dalam
Teknik Kimia. Kira-kira 50-90 % capital
investment dalam bentuk alat-alat pemisahan.
• Pemisahan ini dilakukan dengan kontak
antara dua fase dan perhitungan didasarkan
pada proses equilibrium stage.
• Konsep equilibrium stage dapat dipakai bila
dua fase dibiarkan berkontak dan kemudian
dipisahkan. Karena kontak yang baik antara
kedua fase ini, solute dapat pindah dari satu
fase ke fase lainnya.
• Dengan menganggap bahwa stage itu adalah stage kestimbangan, maka
kita bisa menghitung konsentrasi dan suhu tanpa harus mengetahui bentuk
aliran, rate transfer panas dan transfer massa.
Pada kuliah ini akan dibicarakan teknik pemisahan yang umum, meliputi:
 Absorbsi dan Stripping
 Distilasi (flash, continuous dan batch distillation)
 Ekstraksi
 Leaching
ABSORPSI
Bila dua fase yang berkontak adalah gas dan liquid, satuan operasi ini disebut
absorpsi. Didalam absorpsi, solute A atau beberapa solute di absorb dari fase gas
kedalam fase liquid. Proses ini menyangkut diffusi molekular dan turbulen atau
perpindahan massa dari solute A melalui gas B (stagnan, non diffusing) kedalam
liquid C yang stagnan.
Gas Outlet
Contoh:
Absorpsi gas amoniak A dari udara B
dengan air C. Biasanya larutan ammonia-air Liquid Inlet
yang dihasilkan didistilasi untuk Packing or Trays

mendapatkan ammonia murni.

Absorpsi SO2 dari flue gases dengan larutan


alkaline.

Dalam industri makanan (hidrogenasi


minyak), gas hidrogen digelembungkan Gas Inlet

kedalam minyak dan diabsorb. Hidrogen


dalam larutan kemudian bereaksi dengan Liquid Outlet

minyak dengan suatu katalis


STRIPPER
Kebalikan dari absorpsi adalah stripping / desorpsi.
Contoh:
Stripping minyak non volatile dengan steam, dimana steam berkontak
dengan minyak dan sejumlah kecil komponen yang volatile dari minyak ikut
bersama-sama steam
Absorber-stripper system untuk pemisahan H2S
Absorption and Stripping
 Absorption (or scrubbing) is the removal of a component
(the solute or absorbate) from a gas stream via uptake
by a nonvolatile liquid (the solvent or absorbent).

 Desorption (or stripping) is the removal of a component


from a liquid stream via vaporization and uptake by an
insoluble gas stream.

 Thus, absorption and stripping are opposite unit


operations, and are often used together as a cycle.

 Both absorption and stripping can be operated as


equilibrium stage processes using trayed columns or,
more commonly, using packed columns.
Absorption Systems – Physical
 Examples:
CO2 and water Acetylene and acetic acid
CO and water NH3 and acetone
H2S and water Ethane and carbon disulfide
NH3 and water N2 and methyl acetate
NO2 and water NO and ethanol

 Physical absorption relies on the solubility of a particular gas in a liquid.

 This solubility is often quite low; consequently, a relatively large


amount of liquid solvent is needed to obtain the required separation.

 This liquid solvent containing the solute is typically regenerated by


heating or stripping to drive the solute back out.

 Because of the low solubility and large solvent amounts required in


physical absorption, chemical absorption is also used…
Absorption Systems – Chemical
 Chemical absorption relies on reaction of a particular gas with
a reagent in a liquid.

 Examples:
CO2 / H2S and aqueous ethanolamines
CO2 / H2S and aqueous hydroxides
CO and aqueous Cu ammonium salt
SO2 and aqueous dimethyl aniline
HCN and aqueous NaOH
HCl / HF and aqueos NaOH

 This absorption can often be quite high; consequently, a


smaller amount of liquid solvent/reagent is needed to obtain
the required separation.

 However, the reagent may be relatively expensive, and it is


often desirable to regenerate when possible.
DISTILASI
Dalam proses distilasi, terjadi kontak antara fase uap yang volatile dan fase
liquid yang menguap.

Contoh:
 Distilasi larutan etanol-air, dimana uap mengandung konsentrasi etanol
yang lebih besar dari pada didalam liquid.

 Distilasi larutan ammonia-air untuk menghasilkan uap yang kaya ammonia.

 Dalam distilasi crude petroleum, beberapa fraksi seperti gasoline,


kerosene dan heating oil didistilasi.
EKSTRAKSI (liquid-liquid)
Bila kedua fase adalah liquid, dimana solute atau beberapa
solute dipindahkan dari satu fase liquid ke fase liquid lainnya,
prosesnya disebut ekstraksi liquid-liquid.
Contoh:
Ekstraksi asam asetat dari larutan air dengan isopropyl ether.

LEACHING (ekstraksi solid-liquid)


Bila satu fluida digunakan untuk mengekstrak solute dari solid,
prosesnya disebut leaching.
Contoh:
 Ekstraksi tembaga dari bijihnya dengan asam sulfat.
 Leaching vegetable oil dari soybean (solid) dengan solvent organik
seperti hexan. Vegetable oil lainnya, seperti kacang, bunga matahari dll.
 Gula terlarut dalam tebu, gula bit di leaching dengan air
Metode Pemisahan
Single stage process: kedua fase seperti gas-liquid, liquid-liquid dapat
dicampur bersama dalam suatu tangki dan kemudian dipisahkan.
Multiple stage process: fase-fase tersebut dicampur dalam satu stage,
dipisahkan dan kemudian dikontakkan lagi dalam stage berikutnya.
Kedua metode ini dapat dilakukan dalam proses batch atau kontinyu.
Metode umum lainnya, dua fase dapat dikontakkan secara kontinyu dalam
packed tower.

Phase rule dan equilibrium


Untuk memprediksi konsentrasi solute dalam tiap fase kesetimbangan,
data kesetimbangan secara eksperimen harus tersedia.
Jika dua fase tidak dalam kesetimbangan, laju perpindahan massa adalah
proporsional dengan driving force.
Dalam semua kasus yang menyangkut kesetimbangan, dua fase harus
ada, seperti gas-liquid atau liquid-liquid. Variabel-variabel penting yang
mempengaruhi kesetimbangan dari suatu solute adalah suhu, tekanan dan
konsentrasi.
Kesetimbangan antara dua fase dalam keadaan tertentu dinyatakan
dengan aturan fase:
F=C–P+2
dimana: P = jumlah fase pada kesetimbangan
C = jumlah komponen total dalam fase
F = derajat kebebasan dari sistem (banyaknya variabel
yang secara bebas dapat ditentukan)
Contoh:
 Kesetimbangan gas-liquid dari sistem CO2-udara-air, ada dua fase
dan tiga komponen, maka F = 3 – 2 + 2 = 3. Ini berarti ada tiga derajat
kebebasan. Jika tekanan dan temperatur ditetapkan, hanya tinggal satu
variabel yang bisa ditentukan. Jika fraksi mol xA dari CO2 (A) dalam
fase liquid diset, maka fraksi mol yA atau tekanan parsial pA dalam
fase gas bisa ditentukan. Aturan fase tidak memberikan tekanan parsial
pA yang berkesetimbangan dengan xA. Harga pA harus ditentukan
secara eksperimen.

 Untuk sistem biner ethanol-air, C = 2, P = 2 (uap dan liquid), maka F =


2 – 2 + 2 = 2. Bila suhu dan tekanan ditetapkan, maka semua derajat
kebebasan telah terpakai, dan komposisi pada keadaan kesetimbangan
telah tertentu pula dari hasil percobaan
Banyaknya bahan tidak dikontrol oleh aturan fase, hanya variabel
intensif saja yang dikontrol, yaitu suhu, tekanan dan fraksi mol
komponen dalam liquid dan dalam uap.
Variabel ekstensif seperti banyaknya mol, flow rate, volume yang
bergantung dari banyaknya bahan, tidak termasuk dalam derajat
kebebasan.
Untuk sistem biner dengan dua derajat kebebasan dapat
dinyatakan dalam bentuk tabel atau grafik, dengan satu derajat
kebebasan dibuat konstan (biasanya tekanan).

Konsep Kesetimbangan (equilibrium)


Proses pemisahan berdasarkan konsep equilibrium stage,
dimana aliran yang meninggalkan stage berada dalam
kesetimbangan.
Apa yang dimaksud kesetimbangan?

Uap, P, T, yA dan yB

Liquid, P, T, xA dan xB

Perhatikan uap dan liquid yang berkontak satu sama lain seperti dalam
Gambar.
Molekul-molekul liquid secara kontinyu menguap dan bersamaan dengan
itu molekul-molekul uap mengembun.
Bila ada dua komponen, pada umumnya mereka akan menguap dan
mengembun dengan rate yang berbeda.
Dalam keadaan kesetimbangan, suhu, tekanan dan fraksi mol dari kedua
fase tidak lagi berubah.
Meskipun molekul-molekul itu secara terus menerus menguap dan
mengembun, rate penguapan dari suatu spesies sama dengan rate
pengembunannya
Dilihat dari skala molekular proses berjalan terus, namun dilihat secara
skala makro, dimana pada umumnya proses diobservasi, tidak ada
perubahan pada suhu, tekanan dan komposisi.
Pada keadaan kesetimbangan,

T liq = T uap  thermal equilibrium


P liq = P uap  mechanical equilibrium
 liq =  uap  phase equilibrium
(tidak ada perubahan komposisi)

Kesetimbangan antara fase gas dan liquid

Hubungan kesetimbangan antara konsentrasi komponen A dalam


fase gas dan konsentrasinya dalam fase liquid dapat ditentukan
dengan beberapa cara:

1. Dari tabel data (bila ada). Ini bisa dilihat pada handbooks atau
buku-buku unit operasi
2. Bila tidak ada tabel data, dapat digunakan hukum Henry, terutama untuk
larutan encer
pA = HA xA

dimana: pA = tekanan parsial A dalam fase gas


HA = konstanta Henry
xA = fraksi mol A dalam fase liquid
Persamaan diatas dapat dinyatakan dalam yA (fraksi mol A dalam fase gas)
dengan membagi pA dengan P:

yA = HA’ xA
dimana:
HA’ = HA / P

Perlu diperhatikan bahwa HA hanya fungsi suhu, sedang HA’ merupakan fungsi
suhu dan tekanan total P.

3. Untuk larutan ideal, hubungan kesetimbangan dapat ditentukan dengan


menggunakan hukum Raoult.

pA = PA xA  yA = PA xA / P

dimana: PA = tekanan uap murni komponen A pada suhu operasi.


Henry’s Law Constants

Henry’s Law is valid at low concentrations of solute i, approximately less than 10%.
Kontak Kesetimbangan Single–Stage

V1 V2

L0 L1

Proses single–stage :
• Dua phase yang berbeda dikontakkan satu sama lain (L0 + V2)

• Selama waktu t, mixing + diffusi komponen-komponen diantara


2 phase

• Komponen-komponen dalam kesetimbangan (2 phase) setelah


pemisahan (L1 + V1)
Neraca massa total :

L0 + V2 = L1 + V1 = M

Neraca massa komponen : (A + B + C)

L0 xA0 + V2 yA2 = L1 xA1 + V1 yA1 = M xAM

L0 xC0 + V2 yC2 = L1 xC1 + V1 yC1 = M xCM

xA + xB + xC = 1

dimana : L = rate massa liquid dalam kg/jam


V = rate massa uap dalam kg/jam
xA = fraksi massa A dalam aliran L
yA = fraksi massa A dalam aliran V
Sistem Gas – liquid
Phase gas : Solute A + inert udara B → V
Phase liquid : Solute A + inert air C → L
Asumsi : - udara tidak larut dalam air
- Air tidak menguap dalam phase gas
Neraca komponen A :
 x   y   x   y 
L  A0   V  A2   L A1   V  A1 
 1  x A0   1  y A2   1  x A1   1  y A1 
dimana :
L’ , mol air C (inert) → Constant
V’ , mol udara B (inert) → Constant
Data yang diperlukan :
 Hubungan yA1 & xA1 dalam kesetimbangan
 Hk. Henry : yA1 = H’ xA1 ( larutan encer)
 Plot pA vs xA atau yA vs xA
Contoh (example 10.3-1)
Tugas
• Problem 10.2-1
• Problem 10.2-2
• Problem 10.3-1
• Problem 10.3-2
Dibahas pada pertemuan selanjutnya, dan secara
acak dari mahasiswa dipilih untuk mengerjakan di
depan dan didiskusikan bersama di kelas
Sistem Multiple Stage Counter-Current

V1 V2 V3 Vn Vn+1 VN VN+1

L0 1 2 n N
L1 L2 Ln-1 Ln LN-1 LN

Inlet stream : L0, VN+1


Outlet stream : LN, V1
Jumlah Stage : N
L Stream : Komp. C >>
V Stream : Komp B >>
B&C : immiscible

Neraca Overall, semua stage :

L0 + VN+1 = LN + V1 = M

L0, LN, V1 dan VN+1 dalam mole/j


V1 V2 V3 Vn Vn+1 VN VN+1

L0 1 2 n N
L1 L2 Ln-1 Ln LN-1 LN

Neraca komponen overall :


L0 x0+ VN+1 yN+1 = LN xN + V1 y1 = M xM
x dan y, fraksi mol

Neraca total untuk n stage :


L0 + Vn+1 = Ln + V1

Neraca komponen untuk n stage :


L0 x0+ Vn+1 yn+1 = Ln xn + V1 y1

Ln xn V1 y1  L0 x0
yn 1   → operating Line
Vn 1 Vn 1
Ln
Slope
yN+1 Vn !

Operating line

y4
4

fraksi mol, y
y3
3 Equilibrium line
y2
2

y1
1

x0 x1 x2 x3 x4 = xN

fraksi mol, x

Immiscible stream :
V Stream : A+B ( no C)
L stream : A+C ( no B)
L & V berubah → slope berubah → garis lengkung
L & V konstan → slope konstan → garis lurus
Contoh 10.3-2

Diinginkan mengabsorb 90% acetone dalam udara (fase


gas) yang mengandung 1 mol% acetone dalam tower
countercurrent stage. Laju alir total gas masuk ke tower 30
kgmol/j dan laju alir air murni masuk yang digunakan untuk
mengabsorb acetone 90 kgmol/j. Proses beroperasi secara
isotermal pada 300K dan 101,3 kPa. Kesetimbangan
acetone pada sistem gas-liquid adalah y=2,53 x.
Tentukan jumlah stage teoritis yang dibutuhkan untuk
proses pemisahan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai