Anda di halaman 1dari 12

Tugas Review Jurnal Internasional Research Gate Mata Kuliah Mikrobiologi

Perairan

Nama : Muhammad Faiq Ash Shidiq


Kelas : M01
NIM : 185080100111020
No Absen :9
Dosen Pengampu : Dr.Uun Yanuhar, S.Pi., M.Si
Prodi : Manajemen Sumberdaya Perairan

The identification of plankton, water quality, blood cell,


and histology in culture pond of tilapia Oreochromis
niloticus which infected by viral nervous necrosis (VNN)
U Yanuhar, D T Rahayu, M Musa and D Arfiati

Virus nekrosis neural (VNN) adalah virus jenis RNA terkadang dihinggapi pada produk
ikan laut. Contohnya, pada ikan kerapu tetapi selain ikan laut, terkadang ikan nila juga dapat
dihinggapi virus. Wabah virus nekrosis neural menyerang pada komoditas budidaya di Jawa
Timur, Indonesia. Wabah virus ini menyebabkan ikan nila mati yaitu 2 tahun berturut-turut pada
bulan Januari 2016 hingga bulan Maret 2017 di Desa Krakal,Kecamatan Wlinggi, Blitar, Jawa
Timur, Indonesia. Faktor lingkungan sekitar harus patut dipertimbangan untuk
perkembangbiakan ikan nila di Indonesia maupun di Kota Blitar sendiripun. Selain kualitas air,
manajemen lingkungan air meliputi kualitas air maupun kuantitas air harus diperhatikan, karena
kalau dua faktor itu mengalami kerusakan maka akan menyebabkan meningkatnya virus nekrosis
neural (VNN). Lalu virus nekrosis neural (VNN) menyebabkan pula ikan stress yang disebabkan
ikan terinfeksi virus lalu lingkungan budidaya sekitar memiliki suhu air dan kepadatan tebarnya
tinggi pula. Virus nekrosis neural (VNN) sendiri merupakan struktur virusnya terdapat materi
genetik yang bercorak RNA untai tunggal. Saat menyerang ikan kerapu biasanya virus nekrosis
neural (VNN) ini berbentuk juvenile stadia dan larva yang membuat ikan kerapu akan mati
massal, ditandai dengan ikan akan berputar pada awalnya atau dapat juga ikan terlihat seperti
mati meliputi hidup nya akan tidak beraturan. Kasus ikan nila ini hampir mirip dengan kasus
yang dialami oleh ikan kakap.

Langkah-langkah pada saat untuk mengetahui ikan tersebut terkena virus nekrosis neural
(VNN) sendiri dengan mengambil sampel, lalu mengidentifikasi plankton, setelah itu sampel
plankton dimasukkan ke dalam botol film dan diawetkan menggunakan 3 tetes lugol. Parameter
kualitas air yang diamati termasuk kekeruhan, suhu, pH, DO, CO, PO4, dan TOM. Pengamatan
kualitas air di lingkungan perairan sekitar kira-kira dilakukan 3 kali dan interval satu minggu.
Kualitas sel darah dan histologi sistem pencernaan terinfeksi VNN diamati menggunakan
mikroskop dengan Hematoksilin dan Eosin (HE) pewarnaan. Setelah melakukan pengamatan
untuk mengetahui ikan nila terdapat atau tidak virus di dalamnya, maka setelahh itu akan muncul
gejala terdiri atas ikan berenang di permukaan, gerakan lemah dan miring. Mata melotot dan
kulit yang terdapat lendir. Tubuh terlihat pucat dan beberapa ikan ditemukan memiliki tubuh
warna gelap. Ada perubahan dalam kebiasaan renang yang terinfeksi virus lalu ikan seperti
berputar-putar dan berputar atau posisi perut di atas karena pembengkakan gelembung. Saat
mengukur kualitas air sendiri perlu memakan waktu sekitar 3 minggu lamanya dan akan
menghasilkan kesimpulan bahwa pH dan suhu pengukuran menunjukkan bahwa yang ideal
kondisi kualitas air untuk infeksi virus nekrosis neural (VNN) pada ikan nila berada pada kisaran
pH 2-9 dan suhu 30-32 ° C. Umumnya, plankton diidentifikasi terdiri atas Kelas Chlorophyta (2
genus), Cyanophyta (1 genus) dan Bacillariophyta atau Chrysophyta (7 genus) dan Arthropoda (2
genus) dan Rotifera (1 genus) filum. Parameter kualitas air yang diukur mendukung pertumbuhan
plankton dan kegiatan budidaya serta kemunculan virus nekrosis neural (VNN) di kolam ikan
nila. Saat mengukur hematologi dan mikronukleus yang berada di ikan nila virus nekrosis neural
(VNN) bersatu menjadi kesatuan itu menunjukkan bahwa memburuknya kondisi menjadi lebih
buruk, yang bisa menyebabkan kematian pada ikan.

Piscine nodavirus sebagai penyebab penyakit VNN (Viral Nervous Necrosis)


merupakan jenis virus yang dikenal menjadi penyebab utama kematian ikan laut yang
dibudidayakan. Virus ini mampu menginfeksi ikan dari ukuran benih sampai ukuran
konsumsi dan dalam waktu dua minggu, kematian mencapai 80% sampai 100%. Kematian
yang ditimbulkan oleh penyakit ikan sangat tergantung dari jenis penyakit yang menyerang,
kondisi ikan, serta lingkungan. Apabila kondisi lingkungan menurun maka kematian yang
diakibatkan oleh wabah penyakit sangat tinggi, tapi sebaliknya apabila kondisi lingkungan
baik maka kematian akibat infeksi suatu penyakit lebih rendah karena lingkungan menjadi
faktor penentu terbesar dalam kehidupan ikan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa virus nekrosis neural (VNN) ialah virus dari RNA biasanya
hinggap di ikan laut. Faktor kualitas air maupun kuantitas air yang dapat memunculkan adanya
virus nekrosis neural (VNN), karena dengan adanya virus ini menyebabkan ikan stress lalu ikan
akhirnya mati secara massal. Proses awal sebelum ikan mati terkena virus nekrosis neural (VNN)
adalah dengan vara ikan akan berputar pada awalnya atau dapat juga ikan terlihat seperti mati
meliputi hidup nya akan tidak beraturan yang berbentuk juvenile stadia dan larva. Cara
mengetahui ikan tersebut terkena virus nekrosis neural (VNN) dengan mengambil sampel, lalu
mengidentifikasi plankton, setelah itu sampel plankton dimasukkan ke dalam botol film dan
diawetkan menggunakan 3 tetes lugol, lalu parameter kualitas air diteliti bertujuan untuk
mengukur hematologi dan mikronukleus yang berada di ikan yang terkena virus nekrosis neural
(VNN).
Pathognomonic features and ultrastructural of Koi Herpesvirus
infected Oreochromis niloticus
B R Wahidi , U Yanuhar, M Fadjar, S Andayani

Semenjak Ikan terkena virus dari Koi Herpesvirus (KHV) muncul pada tahun 1998 di Israel,
virus KHV ini membuat kematian dalam skala banyak pada lingkungan budidaya di belahan dunia yang
menyebabkan ikan mas mati massal dan biasanya virus KHV ini menyerang spesies ikan air tawar
Oreochromis niloticus, Bidyanus Bidyanus, Hypophthalmichthys molitrix, Carassius aurata, dan
Ctenopharyngodon idella. Umumnya, antigen KHV berbentuk kotoran pada ikan selain dari jenis
Cyprinidae yang berbeda dengan kotoran yang terdapat di ikan nila yang negative terhadap antigen KHV.
Hal ini membuat ikan Cyprinidae maupun ikan mas jarang terkena virus KHV ini. Ikan Nila tersebar pada
beberapa Negara termasuk Indonesia yang memiliki budidaya secara luas disebabkan dapat berkembang
biak dengan cepat, tahan terhadap kepadatan tinggi dan toleran terhadap kualitas air yang buruk. Indonesia
sendiri sebagai negara pengekspor ikan nila mewanti-wanti agar ikan nila tidak terinfeksi dan diserang
oleh patogen virus KHV. Diantisipasi dengan menggunakan uji molekul (Polymerase Chain Reaction),
terdeteksi genom KHV di insang Oreochromis niloticus, tapi hasilnya tidak dilengkapi dengan
histopatologi pemeriksaan untuk melihat kerusakan jaringan dan KHV ultra struktur sehingga
patognomonik dan distribusi infeksi KHV di setiap organ tidak diketahui bertujuan untuk mendapatkan
pola infeksi virus dalam sel atau jaringan dan perubahan fungsi sel dan jaringan lalu dapat juga untuk
menginformasikan potensi ikan nila sebagai pembawa KHV.

Alat dan material yang digunakan saat meneliti bagaimana virus KHV dapat terjadi dengan cara
pemeriksaan patologi nekropsi dan anatomi. Selain itu, ikan diisolasi untuk pengujian molekuler,
histopatologi dan TEM pemeriksaan. Pertama, dengan mengekstrak DNA agar Total DNA diekstraksi dari
organ menggunakan SilicaExtraction Kit (Genereach Bioteknologi) yang akan disentrifugasi untuk
mengetahui hasilnya. Kedua, dengan mengamplifikasi DNA agar gen dari TK primer spesifik digunakan
untuk menjelaskan bagaimana dari DNA virus KHV sendiri, amplifikasi dilakukan dengan menggunakan
green master mix (Promega) yang akan diatur suhunya. Kemudian produk dari amplifikasi di
elektroforesis menggunakan penyangga 1x TAE (Thermo Scientific) selama 1 jam dan dilanjutkan dengan
SYBR Hijau (Lonza) pewarnaan. pita DNA divisualisasikan menggunakan Gel Documentation (Uvitech).
Ketiga, dengan cara pemeriksaan histopatologi dan imunohistokimia pemeriksaan yang menggunakan
sampel organ dengan Formal Netral Buffer (NBF) larutan 10% lalu diproses oleh embedding dan dipotong
dengan ketebalan 10 um. Setelah itu, bagian yang bernoda dengan hematoxylin dan eosin (HE) dan
diamati menggunakan mikroskop di 400x pembesaran. Hasil yang didapatkan setelah mengumpulkan
beberapa material dan akan dapat hasilnya yaitu, Pertama, dengan cara pemeriksaan patologis pada
anatomi ikan nila diduga terinfeksi KHV di bagian eksternal, yaitu kulit dan sirip, tidak memiliki tanda-
tanda lesi patologis, tapi menunjukkan depigmentasi atau perubahan warna kulit, yaitu kulit menjadi lebih
gelap, bila dibandingkan dengan nila normal. Sedangkan pada organ-organ internal, yaitu insang, ada
indikasi pada keberadaan nekrosis cahaya ditandai dengan beberapa bagian putih pada ujung lembar
insang. Kedua, lalu mendeteksi virus KHV menggunakan uji molekul hasil penilaian dengan
menggunakan metode PCR menunjukkan bahwa organ ikan nila seperti insang, ginjal dan usus yang KHV
positif. Ketiga dengan melakukan pemeriksaan histopatologi akan menghasilkan pengamatan mikroskopis
yang menunjukkan bahwa ikan nila yang terinfeksi menunjukkan lesi di organ-organ internal, yaitu
insang, ginjal, otak, hati dan usus. Keempat memakai Transmisi Electron Microscopy (TEM) saat
melakukan pengamatan, kapsid virion dalam tahap matang mengandung bahan padat dengan elektron
(core elektron-padat) dan memiliki bentuk melingkar yang jelas di sekitar inti. Pada pengamatan
histopatologi pada organ ikan nila menunjukkan bahwa semua organ diperiksa memiliki kerusakan
jaringan. Insang memiliki jaringan tertinggi kerusakan-hal ini mungkin karena KHV adalah virus
ditularkan melalui air, sehingga tidak butuh waktu lama bagi insang untuk menjadi terinfeksi.

Jadi dapat disimpulkkan bahwa virus dari Koi Herpesvirus (KHV) menyebabkan efek yang sangat
mengancam keberlangsungan hidup dari ikan nila, selain ikan nila dapat menyerang juga pada ikan spesies
ikan air tawar Oreochromis niloticus, Bidyanus Bidyanus, Hypophthalmichthys molitrix, Carassius
aurata, dan Ctenopharyngodon idella. Umumnya, ikan nila di Indonesia memiliki tingkat budidaya secara
luas disebabkan oleh ikan nila dapat berkembang biak dengan cepat, tahan terhadap kepadatan tinggi dan
toleran terhadap kualitas air yang buruk menyebabkan ikan terinfeksi dan diserang oleh patogen virus
KHV. Kiat mengantisipasi ikan nila dari Koi Herpesvirus (KHV) dengan cara menggunakan uji molekul
(Polymerase Chain Reaction), terdeteksi genom KHV di insang Oreochromis niloticus, tapi hasilnya tidak
dilengkapi dengan histopatologi pemeriksaan untuk melihat kerusakan jaringan dan KHV ultra struktur.
Organ insang pada jaringan tertinggi rentan mengalami kerusakan disebabkan virus cepat dalam
penyebaran dapat sebarkan melalu air yang membuat insang lebih cepat terinfeksi.
The aquatic environmental quality of koi fish (Cyprinus carpio) pond
infected by Myxobolus sp. based on the biological status of the
phytoplankton
U Yanuhar, N R Caesar, F Setiawan, M Sumsanto, M Musa, D K Wuragil

Penyakit yang disebabkan oleh parasit Mycobolus sp merupakan salah satu hambatan untuk
pengembangan ikan koi yang dibudidayakan dan dapat menyebabkan kerugian ekonomi bagi petani ikan.
Serangan penyakit pada ikan koi yang disebabkan oleh interaksi yang tidak seimbang antara ikan sebagai
tuan rumah, air sebagai lingkungan dan agen penyakit (patogen). Interaksi tidak seimbang menyebabkan
stress pada ikan, sehingga mekanisme pertahanan tubuh menurun dan rentan terhadap penyakit . Salah
satu parasit yang sering menyerang ikan koi adalah Myxobolus. Myxobolus adalah parasit berbahaya dan
dapat mengakibatkan kematian hingga 80%. Myxobolus diakui oleh spora morfologi, jumlah, dan lokasi
filamen polar. Ikan yang diserang menunjukkan gejala klinis berupa nodul kemerahan. Jika pecah bintil
ini, spora akan menyebar ke air yang sering ditelan oleh ikan karena spora yang relatif kecil.

Ikan koi terinfeksi Myxobolus sp. biasanya akan mengganggu proses pernapasan, selain kehadiran
nodul pada insang akan membuat kehilangan keseimbangan dan menyebabkan ikan berenang dalam spiral
dari bawah ke permukaan air. infestasi besar yang terjadi pada insang menyebabkan kematian jaringan
(nekrosis) dan disfungsi pernapasan. Infeksi yang terjadi di usus, akan menyebabkan monolitik pada
dinding usus. Semakin kecil ukuran ikan koi, semakin rentan terhadap Myxobolus Infeksi karena pada
ukuran biji, semua organ tubuh tidak berfungsi sempurna dan rentan terhadap penyakit.

Hasil dari penelitian, menunjukkan ikan koi diserang oleh Myxobolus parasit akan mengalami
pembengkakan oleh nodul pada insang, lebih jauh lagi, koi operkulum tidak bisa menutup sepenuhnya.
Selain itu, nodul ini dapat menyebabkan ikan memiliki kesulitan bernapas dan berdampak pada kematian.
Berdasarkan hasil identifikasi itu menunjukkan bahwa ikan koi memiliki gejala klinis berupa tutup insang
terbuka yang disebabkan oleh adanya Myxobolus nodul pada insang ikan koi. koi Myxobolus menginfeksi
insang ikan mas dan ikan mas dengan karakteristik nodul putih atau sedikit kemerahan atau merah pada
jaringan insang. Parasit ini membentuk kista pada lembar insang ikan, sehingga menghalangi proses
penyerapan oksigen.

Saat di lingkungan perairan tambak dari ikan koi (Cyprinus carpio) rentan terinfeksi virus
Myxobolus sp. Virus Myxobous sp sendiri menginfeksi insang ikan koi pada lembar insang yang
selanjutnya akan membentuk kista lalu pecah dan terjadi pendarahan intens dan menyebabkan infeksi
sekunder bakteri oportunistik. Pemeriksaan virus Myxobous sp sendiri dilakukan secara mikroskopis
dengan cara mengambil nodul dari insang ikan kemudian digerus sehingga diperoleh cairan yang berisi
spora. Spora diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 1000x dan diidentifikasi dengan melihat
morfologi sporanya.

Ikan diserang oleh Myxobolus sp menunjukkan gejala munculnya bintil kemerahan. Nodul adalah
kumpulan spora dan menyebabkan tutup insang membuka. Jenis infeksi parasit dapat menyebabkan
masalah pernapasan untuk mengurangi fungsi pernafasan. Spora keluar dari tubuh ikan atau insang yang
disebabkan oleh nodul rusak dan kotoran yang mencemari perairan. Spora tersebar di perairan sebagai
plankton dan dimakan oleh Oligochaeta cacing. Spora memasuki saluran pencernaan dari usus, setelah
spora berkembang menjadi sporoplasm. Parasit yang berkembang di jaringan usus akan menghasilkan
actinospore (tahap infektif untuk ikan Jika istirahat nodul maka spora di dalam akan menyebar cair seperti
plankton yang ditelan oleh ikan disebabkan ukurannya yang relatif kecil.

Fitoplankton pada umumnya sebagai pakan alami ikan terutama ikan koi (Cyprinus
carpio) di lingkungan perairan budidaya, dengan demikian dapat diketahui potensi fitoplankton
dan jenis-jenis fitoplankton apa saja yang biasa dimakan oleh larva ikan koi (Cyprinus carpio).
Kelimpahan fitoplankton tinggi menjelaskan bahwa air yang berskala tinggi dapat menunjang
kehidupan organisme lainnya, dilain sisi akan menyebabkan suatu perairan budidaya tersebut
mengalami proses eutrofikasi. Peningkatan jumlah plankton baik fitoplankton dan zooplankton di ikan
mas membesarkan kolam yang disebabkan oleh zat gizi seperti nitrat dan fosfat. Aliran air tambak yang
merupakan aliran dari daerah pertanian dan pemukiman memungkinkan penambahan nutrisi yang larut
dalam air sehingga memiliki dampak langsung pada plankton. Jenis fitoplankton yang menyerang ikan
koi (Cyprinus carpio) biasanya genus Mycrocystis dan berfungsi sebagai perantara infeksi Myxobous
sp.

Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam perkembangan ikan koi dan ikan nila dihambat oleh virus
Myxobous. Myxobolus adalah jenis parasit berbahaya dan dapat mengakibatkan kematian hingga 80%.
Myxobolus menginfeksi insang ikan mas dan ikan mas dengan karakteristik nodul putih atau sedikit
kemerahan atau merah pada jaringan insang. Parasit ini membentuk kista pada lembar insang ikan,
sehingga menghalangi proses penyerapan oksigen. Sedangkan pada ikan koi (Cyprinus carpio) rentan
terinfeksi virus yang menginfeksi insang ikan koi pada lembar insang yang selanjutnya akan membentuk
kista lalu pecah dan terjadi pendarahan intens dan menyebabkan infeksi sekunder bakteri oportunistik.
Saat ada indikasi pertama ikan yang diserang oleh Myxobolus sp yaitu dengan munculnya bintil
kemerahan. Fitoplankton sebagai pakan alami ikan maupun larva ikan, namun pada jenis fitoplankton
lainnya yaitu genus Mycrocystis itu merugikan karena berfungsi untuk perantara infeksi Myxobous sp.
Opportunity plankton as vector transmission of koi herpes virus
infection on carp (Cyprinus carpio)

U Yanuhar, Yuliana, Kusriani, D Arfiati

KHV adalah penyakit yang mempengaruhi ikan mas di segala usia dan menyebar dengan
cepat di seluruh dunia. Kehadiran KHV dapat disebabkan oleh kualitas lingkungan yang buruk
(Subjakto 2012). KHV yang paling mematikan dan sangat menular ke ikan mas, dengan tanda-
tanda penyakit yang meliputi borok kulit, lendir yang berlebihan, dan perdarahan di sirip (OIE
2013). kematian ikan disebabkan oleh KHV masih belum terselesaikan dalam banyak kasus dan
aspek, dan memerlukan informasi lebih rinci dan penelitian lebih lanjut pada penyimpanan,
akumulasi, penampilan, transmisi, rilis, dan replikasi (Kielpinski et al 2010). Transmisi horisontal
seperti langsung dari ikan untuk ikan atau tidak langsung melalui jaringan yang terinfeksi, air,
peralatan yang terkontaminasi atau ikan mati adalah jalur umum di KHV menyebarkan tetapi
penularan vertikal masih dikesampingkan (EFSA 2007). Sebuah kontrol kualitas air yang tepat
mengurangi risiko penyakit pada ikan. KHV secara langsung ditularkan melalui kontak kulit ke
kulit dengan ikan yang terinfeksi untuk ikan yang sehat. Beberapa faktor yang mempengaruhi
penyebaran KHV adalah ikan mati, plankton, burung mengambil ikan yang sakit dari satu kolam
ke yang lain (Rakus et al 2013). virus KHV terakumulasi melalui penyaringan aktif / virus pasif
dalam Scud (Gammarus pulex) dan kerang angsa (Anodonta cygnea). Invertebrata seperti Scud di
dalam air atau kerang di dan di tanah tampaknya mampu menahan virus KHV untuk waktu yang
lama (Kielpinski et al 2010).

Morfologi ikan mas, lalu di ambil sampel ikan mas yang diperoleh dari kolam budidaya
ditunjukkan pada masa inkubasi virus di dalam rentang tuan rumah antara 7 dan 10 hari sebelum
timbulnya gejala klinis (Rathore et al 2012). sampel ikan yang diambil untuk menguji kehadiran
KHV memiliki karakteristik yang biasanya berenang, warna yang normal tubuh, mata unsunken,
dan bentuk kepala normal. Penampilan luar dari sampel ikan mas ini terlihat normal dan baik-
baik saja.

Kriteria infeksi KHV pada ikan biasanya pada serangan infeksi ringan (kepala dan mata yang
normal, insang tidak putih, kulit tidak mengalami lesi hemoragik). Hasil uji PCR menunjukkan
hasil band dari 290 bp (Masri 2013). Kriteria kedua adalah serangan infeksi sedang (kepala dan
mata yang normal, insang berwarna putih, kulit tubuh adalah hemoragik atau erosi dari warna
kulit, hasil tes menunjukkan dua band, yang 290 bp dan 440 bp. Kriteria ketiga parah serangan
infeksi (insang berwarna putih, mata cekung ke dalam hemoragik lesi kepala, kulit mengalami
atau erosi dari warna kulit, hasil tes menunjukkan tiga band yang 290 bp, 440 bp, dan 630 bp.

Saluran pencernaan ikan mas yang terinfeksi mengandung plankton dengan komposisi
dari pembagian Chlorophya (genera Pediastrum, dan Netrium) charophyta (genus
Mougeotiopsis), Bacillariophyta (genera Navicula, Melosira, dan Nitzschia) dan Cyanophyta
(genus Merismopedia). Hal ini juga mengandung zooplankton dari filum Rotifera (genus
Brachionus), dan filum Arthropoda (genera Nauplius dan Calanus). Seperti ditunjukkan dalam
Gambar 5, sampel KHV positif diperoleh dari plankton di ikan mas pencernaan. Diduga, KHV
menjadi terkait dengan plankton dan dapat berpotensi terlibat dalam penularan virus. Protein
yang telah dikodekan oleh informasi genetik dalam DNA virus akan digunakan untuk
membangun tubuh virus. Protein coding urut terkandung beberapa gen di KHV adalah
ribonucleotide reduktase (RNR), timidin kinase (TK) dan bentuk yang sekarang serin diperoleh
dari gen tambahan melalui transfer gen horizontal (Donohoe 2013). Virus ini ditunjukkan dengan
adanya protein dalam tubuh plankton. Secara umum, virus terdiri dari baik DNA nukleat asam
atau RNA (tapi tidak keduanya) dan lapisan protein. Virus tidak dapat mensintesis protein
sehingga untuk bahan membentuk tubuh, virus membutuhkan asam amino dan nukleotida
(Davidson 2015). Asam amino yang diamati dari genera Pediastrum, Melosira, Navicula,
Nitzschia (fitoplankton) dan genera Brachionus dan Calanus (zooplankton). Pembentukan
membran virus menunjukkan asam amino serin digunakan dalam tubuhnya. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa fitoplankton dan zooplankton bertindak sebagai vektor transmisi untuk
menyebarkan KHV horizontal.

Jadi dapat disimpulkan bahwa virus KHV sendiri adalah penyakit yang sangat
mempengaruhi ikan mas di segala usia dan menyebar dengan cepat di seluruh dunia pada
lingkungan normal, berbeda dengan analisa genom ikan mengandung positif virus KHV. Setelah
sekian waktu diteliti lebih lanjut mengenai parasit yang membawa dan menyebarkan virus KHV
tersebut yaitu plankton sendiri. Hal ini karena terdapat virus KHV dipencernaan ikan bersumber
dari plankton yang akhirnya menginfeksi ikan-ikan yang memakannya.
Clinical and Molecular Study of Koi Herpesvirus (KHV) Emerged in
Oreochromis niloticus from Indonesia

B R Wahidi, U Yanuhar, M Fadjar, S Andayani

Koi Herpesvirus (KHV) dapat menginfeksi beberapa spesies ikan air tawar, selain
Cyprinidae. Serta kemungkinan ini, di mana nila mungkin terinfeksi KHV, penelitian ini
bertujuan untuk mendeteksi KHV dari nila di Gresik, Jawa Timur, Indonesia menggunakan studi
klinis dan molekuler. Metodologi: Penelitian ini dilakukan dengan memeriksa gejala klinis ikan
nila dan pemeriksaan PCR diikuti dengan analisis urutan dan kemudian selaras dengan Bioedit
dan pembangunan pohon filogenetik ditentukan dengan menggunakan Tetangga-Bergabung.
Hasil: Gejala klinis diamati dari ikan nila adalah perubahan warna pada kulit dan bercak putih
pada insang. Sebuah gen TK analisis urutan menggunakan dan analisis duplex PCR (marker I dan
penanda II) menunjukkan bahwa KHV genotipe ikan nila itu identik dengan varian A1 dan
ditampilkan dari alel I++ II+alel dari jenis genotipe Asia. Kesimpulan nya yaitu ada variasi genetik
KHV diamati dari nila jelas menunjukkan bahwa genotipe KHV menginfeksi ikan nila adalah
genotipe Asia. Namun, meskipun nila terinfeksi KHV, tidak ada yang jelas spesifik gejala klinis
dan tidak ada kematian terlihat di nila.

Virus KHV sendiri dapat menginfeksi ikan air tawar selain Cyprinidae, yang diyakini
menjadi tuan rumah khusus untuk KHVD. Hal ini memungkinkan nila sebagai tuan rumah
KHVD juga. Namun, penelitian sebelumnya tidak menentukan nila yang bisa artifisial terinfeksi
KHV baik melalui suntikan atau aplikasi lisan, Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa
ikan selain Cyprinidae rentan terhadap infeksi KHV. Selain itu, hibrida juga diketahui rentan
terhadap KHV. KHV yang dapat dibagi lagi menjadi genotipe Eropa dan Asia atau varian dan
varian dari KHV di Indonesia lebih dekat ke genotipe Asia. Selain itu, berdasarkan penyelidikan
epidemiologi, penyebaran KHV di Indonesia berasal dari pengenalan tunggal.

Penelitian ini mengkonfirmasikan adanya KHV di nila. Fakta bahwa KHV dapat
menginfeksi nila-sebagai pembawa-tanpa gejala klinis akan membuat sulit untuk
mengidentifikasi. The KHV genotipe ikan nila dalam penelitian ini konsisten dengan asumsi
bahwa KHV isolasi dari Asia terkait satu sama lain. Hal ini juga merekomendasikan menghindari
budidaya ikan mas bersama-sama dengan ikan air tawar lainnya. Berdasarkan beberapa faktor
maka perlu dilakukan penelitian lebih dalam tentang determinasi molekuler KHV pada ika nila.

Data itu diperoleh dari hasil ini yaitu, gejala klinis dan variasi genetik dapat digunakan
sebagai referensi jika ada infeksi serupa muncul di ikan air tawar lainnya, khususnya di
Indonesia. Pencegahan dan pengendalian distribusi KHV di Indonesia telah ditempuh di kedua
host dan non-tuan. Fakta bahwa ikan nila dapat menjadi KHVD host (atau sebagai pembawa) dan
yang ada belum ada kejelasan tentang gejala klinis dan variasi genetik ikan nila KHV terinfeksi
mendesak bagi upaya untuk KHV manajemen penyakit. Dengan demikian, penelitian ini akan
melaporkan deteksi dan karakterisasi KHV DNA di nila berdasarkan gejala klinis dan
pemeriksaan molekul diikuti dengan analisis urutan

Gejala klinis yang terjadi pada bagian eksternal dari ikan nila yaitu tidak ada parasit dan
lesi patologis tetapi menunjukkan terjadinya perubahan warna kulit (kulit yang lebih gelap) bila
dibandingkan dengan ikan nila normal. Sedangkan pada organ internal, insang menunjukkan
adanya bagian putih pada ujung insang ikan. Cara mengetahui pendeteksi KHV sendiri, dengan
cara menguji KHV dilakukan pada ikan nila yang menunjukkan gejala klinis seperti bagian putih
pada insang dan warna kulit kehitaman. Sinyal positif ditunjukkan infeksi KHV pada ikan nila
dengan menggunakan TK genefor kedua dari 2 kelompok ikan nila.

Jadi dapat disimpulkan bahwa dari penelitian tersebut dapat mengetahui dengan benar
adanya keberadaan virus KHV di ikan nila. Fakta ini menjelaskan bahwa KHV dapat
menginfeksi nila sebagai pembawa tanpa gejala klinis akan membuat sulit untuk
mengidentifikasi. KHV genotype dari ikan nila dalam penelitian ini konsisten dengan asumsi
bahwa KHV isolat dari Asia terkait satu sama lain. Hal ini juga menjelaskan dan mengarahkan
agar budidaya ikan mas tidak dicampur dengan ikan air tawar lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Wahidi,B,R., U. Yanuhar.M. Fadjar., dan S. Andayani. 2019. Clinical and Molecular Study of
Koi Herpesvirus (KHV) Emerged in Oreochromis niloticus from Indonesia. Asian
Journal of Sciencetific Research. 12 (3): 316-322.
Wahidi, B.,R. U. Yanuhar., M. Fadjar., S. Andayani. 2019. Pathognomonic features and
ultrastructural of Koi Herpesvirus infected Oreochromis niloticus.Biodiversitas.
20(2) : 497-503.
Yanuhar, U., D. T. Rahayu.,M., Musa., D.Arfiati. 2018. The identification of plankton, water
quality, blood cell, and histology in culture pond of tilapia Orochromis niloticus
which infected by viral nervous necrosis (VNN). IOP Conference Series: Earth and
Environmental Science. 137.
Yanuhar, U., Nico, R, C., F, Setiawan., Muhammad, M., dan D, K, Wuragil. 2019. The aquatic
environmental quality of koi fish (Cyprinus carpio) pond infected by Myxobolus sp.
based on the biological status of the phytoplankton. Journal of Physics: Conference
Series. 1146 (1).
Yanuhar, U., Yuliana., Kusriani., dan Diana, A. 2018. Opportunity plankton as vector
transmission of koi herpes virus infection on carp (Cyprinus carpio). Aquaculture,
Aquarium, Conservation & Legislation. 11 (6): 1869-1881.

Anda mungkin juga menyukai