Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II


SISTEM ENDOKRIN
Dosen Pengampu : Ns. Mulyanti Roberto Muliantino, M.Kep

Kelompok 1

1. Qadriatul Nursyi 2011311031 8. Wardah Dalilah 201131010


2. Zhafira Nisa Ulkhaira 2011311037 9. Ulia Desman 2011311028
3. Janika Wahyuningsih 2011311016 10. Januar ramadhan 1811311023
4. Verra oktavia 2011311025 11. Elvina dwita 2011312023
5. Patrisia Dinda Ritesa 2011311001 12. Diyan R Kurnia 2011312074
6. Muhammad Ashraf 2011311022 13. Ghairu A'diyah 2011311007
7. Marsi Sekar Ningrum 2011311034 14. Kholik Mikro J.D
2011312029

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah “KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II : SISTEM ENDOKRIN” ini
dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Harapan penulis semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu, kami harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.

Padang, 16 Februari 2022

Kelompok 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... 2


DAFTAR ISI .................................................................................................................. 3
BAB I ............................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ......................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................................. 4
BAB II ............................................................................................................................ 5
PEMBAHASAN ............................................................................................................ 5
2.1 Anatomi ................................................................................................................ 5
2.2 Fisiologi .............................................................................................................. 12
2.3 Kimia,fisika,dan Biokima ............................................................................. 17
2.4 Patofisiologi Sistem Endoktrin...................................................................... 17
2.5 Farmakologi .................................................................................................. 21
2.6 Terapi Diet..................................................................................................... 28
BAB III ........................................................................................................................ 32
PENUTUP.................................................................................................................... 32
3.1. Kesimpulan ........................................................................................................ 32
3.2. Saran .................................................................................................................. 32
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 33
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang
menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk
mempengaruhi organ-organ lain. Sistem endokrin disusun oleh kelenjar-kelenjar
endokrin. Kelenjar endokrin mensekresikan senyawa kimia yang disebut hormon.
Hormon merupakan senyawa protein atau senyawa steroid yang mengatur
kerja proses fisiologis tubuh. Kelenjar endokrin dalam tubuh terdiri dari kelenjar
hipofisis, kelenjar adrenal, kelenjar tiroid, kelenjar paratiroid, kelenjar pineal, dan
pulau langerhans pada pankreas. Kelenjar tersebut memiliki struktur yang berbeda
satu sama lain. Selain struktur, yang membedakan setiap kelenjar adalah sekresi yang
dihasilkan dan fungdinya. Untuk mengetahui tentang sistem endokrin lebih lanjut,
maka disusunlah makalah yang berjudul “Sistem Endokrin” ini.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep anatomi sistem endokrin?
2. Bagaimana konsep fisiologi dari sistem endokrin?
3. Bagaimana konsep kimia, fisika dan biokimia dari sistem endokrin?
4. Bagaimana patofisiologi sistem endokrin?
5. Bagaimana farmakologi sistem endokrin?
6. Bagaimana terapi diet sistem endokrin?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui konsep sistem endokrin.
2. Untuk mengetahui konsep fisiologi sistem endokrin.
3. Untuk mengetahui konsep kimia, fisika dan biokimia sistem endokrin.
4. Untuk mengetahui patologi sistem endokrin.
5. Untuk mengetahui farmakologi sistem endokrin.
6. Untuk mengetahui bagaimana terapi diet sistem endokrin.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Anatomi
2.1.1 Pengertian Sistem Endokrin
Sistem Endokrin disebut juga kelenjar buntu, yaitu kelenjar yang tidak
mempunyai saluran khusus untuk mengeluarkan sekretnya. Sekret dari
kelenjar endokrin dinamakan hormon. Hormon berperan penting untuk
mengatur berbagai aktivitas dalam tubuh hewan, antara lain aktivitas
pertumbuhan, reproduksi, osmoregulasi, pencernaan, dan integrasi serta
koordinasi tubuh.
Sistem endokrin hampir selalu bekerja sama dengan sistem saraf,
namun cara kerjanya dalam mengendalikan aktivitas tubuh berbeda dari
sistem saraf. Ada dua perbedaaan cara kerja antara kedua sistem tersebut.
Kedua perbedaan tersebut adalah sebagai berikut.
1. Dibandingkan dengan sistem saraf, sistem endokrin lebih nanyak bekerja
melalui transmisi kimia.
2. Sistem endokrin memperhatikan waktu respons lebih lambat daripada sistem
saraf. Pada sistem saraf, potensial aksi akan bekerja sempurna hanya dalam
waktu 1-5 milidetik, tetapi kerja endokrin melalui hormon baru akan
sempurna dalam waktu yang sangat bervariasi, berkisar antara beberapa
menit hingga beberapa jam. Hormon adrenalin bekerja hanya dalam waktu
singkat, namun hormon pertumbuhan bekerja dalam waktu yang sangat
lama. Di bawah kendali sistem endokrin (menggunakan hormon
pertumbuhan), proses pertumbuhan memerlukan waktu hingga puluhan
tahun untuk mencapai tingkat pertumbuhan yang sempurna.

Dasar dari sistem endokrin adalah hormon dan kelenjar (glandula),


sebagai senyawa kimia perantara, hormon akan memberikan informasi dan
instruksi dari sel satu ke sel lainnya. Banyak hormon yang berbeda-beda
masuk ke aliran darah, tetapi masing-masing tipe hormon tersebut bekerja
dan memberikan pengaruhnya hanya untuk sel tertentu.

2.1.2 Sel-sel Penyusun Organ Endokrin


Sel-sel penyusun organ endokrin dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
sebagai berikut.
1. Sel Neusekretori, adalah sel yang berbentuk seperti sel saraf, tetapi
berfungsi sebagai penghasil hormon. Contoh sel neusekretori ialah sel saraf
pada hipotalamus. Sel tersebut memperhatikan fungsi endokrin sehingga
dapat juga disebut sebagai sel neuroendokrin. Sesungguhnya, semua sel
yang dapat menghasilkan sekret disebut sebagai sel sekretori. Oleh karena
itu, sel saraf seperti yang terdapat pada hipotalamus disebut sel neusekretori.
2. Sel endokrin sejati, disebut juag sel endokrin kelasik yaitu sel endokrin
yang benar-benar berfungsi sebagai penghasil hormon, tidak memiliki
bentuk seperti sel saraf. Kelenjat endokrin sejati melepaskan hormon yang
dihasilkannya secara langsung ke dalam darah (cairan tubuh). Kelenjar
endokrin sejati dapat ditemukan pada hewan yang memepunyai sistem
sirkulasi, baik vertebrata maupun invertebrata. Hewan invertebrata yang
sering menjadi objek studi sistem endokrin yaitu Insekta, Crustaceae,
Cephalopoda, dan Moluska. Kelenjar ensokrin dapat berupa sel tunggal atau
berupa organ multisel.

2.1.3 Klasifikasi, Fungsi, dan Sifat Hormon


Berdasarkan hakekat kimianya, hormon dapat diklasifikasikan menjadi
tiga, yaitu hormon peptide dan protein, steroid, dan turunan tirosin.

Steroid Peptida Protein Turunan


S Besar Tirosin
e Testosteron Hormon Hormon Katekolami
l Esterogen Hipotalam Pertumbuh n,
a Progesteron us an meliputi :
i Kortikoster Angiotensi Prolaktin Noradrenali
n oid n LH n
Vitamin D- Somatostat FSH Adrenalin
b 3 in TSH Hormon
e Gastrin Tiroid,
r Sekretin meliputi :
b Glukagon Tiroksin
a Kalsitonin (T4)
g Insulin Triiodotiro
a Parathorm nin (T3)
i on

hormon yang telah disebutkan di atas, terdapat sejumlah zat kimia yang
menyerupai hormon, antara lain :
Hormon Thymic : Hormon dari kelenjar timus (thymus), berperan untuk
mempengaruhi perkembangan sel limfosit B menjadi sel plasma, yaitu sel
penghasin antibodi.
Hormon Brakidin : Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar yang sedang
aktif, bekerja sebagai vasodilator (yang menyebabkan pembuluh darah
membesar) sehingga dapat meningkatkan aliran darah dan merangsang
pengeluaran keringat dan air ludah dalam jumlah lebih banyak.
Hormon Eritropuitin : Merupakan glikoprotein yang proses sintesisnya
melibatkan hati dan ginjal, hormon ini dapat merangsang pusat pembentukan
sal darah di sumsum tulang sehingga tubuh akan menghasilkan sel darah
merah dalam jumlah yang lebih banayak. Hal ini bermanfaat dalam
meningkatkan jumlah oksigen yang dapat diangkut oleh darah.
Hormon Prostaglin, Eritropuitin, Histamin, Kinin, dan Renin dapat
disintesis secara luas oleh berbagai jaringan tau organ yang sebenarnya tidak
berfungsi sebagai organ endokrin.
Hormon Feromon : suatu senyawa kimia spesifik yang dilepaskan oleh
hewan ke lingkunganya.dan dpapat menimbulkan respons prilaku,
perkembangan, reproduktif. Dan untuk membereikan daya tarik seksual,
menandai daerah kekuasaan, mengenali individu lain dalam spesies yang
sama dan berperan penting dalam sinkronisasi siklus seksual.

2.1.4 Jenis Kelenjar Endokrin


1) Kelenjar Pituitari
kelenjar ini terletak di dasar tengkorak yang memegang peranan
penting dalam sekresi hormon dari semua organ-organ endokrin. Kelenjar
pituitari ini dikenal sebagai master of glands (raja dari semua kelenjar)
karena pituitari itu dapat mengkontrol kelenjar endokrin lainnya. Sekresi
hormon dari kelenjar pituitari ini dipengaruhi oleh faktor emosi dan
perubahan iklim. Pituitari dibagi 2 bagian, yaitu anterior dan posterior.
a. Hipofisis anterior:
Hormon Somatotropin(untuk pembelahan sel,pertumbuhan)
Hormon tirotropin(sintesis hormon tiroksin dan pengambilan unsur
yodium)
Hormon Adrenokortikotropin(merangsang kelenjar korteks membentuk
hormon)
Hormon Laktogenik(sekresi ASI)
Hormon Gonadotropin( FSH pada wanita pemasakan folikel, pada pria
pembentukan spermatogonium; LH pada wanita pembentukan korpus
luteum,pada pria merangsang sel interstitial membentuk hormon testosteron)
b. Hipofisis Medula(membentuk hormon pengatur melanosit)
c. Hipofisis posterior
Hormon oksitosin(merangsang kontraksi kelahiran)
Hormon Vasopresin( merangsang reabsorpsi air ginjal)
2) Kelenjar Tiroid
Terletak dan menempel pada trakea di bagian depan. Kelenjar tiroid
adalah salah satu dari kelenjar endokrin terbesar pada tubuh manusia.
Kelenjar ini dapat ditemui di leher. Kelenjar ini berfungsi untuk mengatur
kecepatan tubuh membakar energi, membuat protein dan mengatur
kesensitifan tubuh terhadap hormon lainnya. Kelenjar tiroid dapat
distimulasi dan menjadi lebih besar oleh epoprostenol. Fungsi tiroid diatur
oleh hormon perangsang tiroid (TSH) hipofisis, dibawah kendali hormon
pelepas tirotropin (TRH) hipotalamus melalui sistem umpan balik hipofisis-
hipotalamus. Faktor utama yang mempengaruhi laju sekresi TRH dan TSH
adalah kadar hormon tiroid yang bersirkulasi dan laju metabolik tubuh.
3) Kelenjar Paratiroid
kelenjar ini terletak di setiap sisi kelnjar tiroid yang terdapat di dalam
leher. Kelenjar ini berjumlah 4 buah yang tersusun berpasangan yang
mengahasilkan hormon paratiroksin. Ada 2 jenis sel dalam kelejar paratiroid,
ada sel utama yang mensekresi hormon paratiroid (PTH) yang berfungsi
sebagai pengendali keseimbangan kalsium dan fosfat dalam tubuh melalui
peningkatan kadar kalsium darah dan penuurunan kadar fosfat darah dan sel
oksifilik yang merupakan tahap perkembangan sel chief.

4) Adrenal
Merupakan kelenjar ini berbentuk bola, yang menempel pada bagian
atas ginjal. Kelenjar ini disebut juga kelenjar adrenal atau kelenjar supra
renal. Kelenjar adrenal dapat dibagi menjadi dua bagia, yaitu bagian luar
yang berwarna kekuningan yang bernama korteks, menghasilkan hormone
kortisol, dan bagian tengah (medula), menghasilkan hormon Adrenalin
(epinefrin) dan nor adrenalin (norepinefrin).
5) Pankreas
Pangkreas terletak dibelakang lambung di depan vertebra lumalis I dan
II yang tersusun dari pulau-pulau langerhans yang tersebar di seluruh
pangkreas. Di pulau langerhans inila terdapat sel-sel alfa dan sel-sel beta. Sel
alfa menghasilkan hormon glucagon sedangkan sel-sel beta menghasilkan
hormone insulin. Hormon insulin berfungsi mengatur konsentrasi glukosa
dalam darah. Kelebihan glukosa akan dibawa ke sel hati dan selanjutnya
akan dirombak menjadi glikogen untuk disimpan. Kekurangan hormon ini
akan menyebabkan penyakit diabetes.
6) Kelenjar Timus
Terletak di dalam midiastinum di belakan tulang sternum, kelenjar
timus dijumpai pada anak-anak di bawah usia 18 tahun. Kelenjar ini terletak
di dalam toraks kira-kira setinggi percabangan trakea, warnanya kemerah-
merahan dan terdiri atas 2 lobus. Pa da bayi baru lahir beratnya kira-kira 10
gram, dan ukurannya bertambah pada masa remaja sekitar 30-40 gram.
Kelenjar timus menhasilkan suatu sel imun yang membantu dalam
pertahanan tubuh, selain itu hormon kelenjar timus berperan dalam membatu
pertumbuhan badan.
7) Hormon Kelamin
a) Testis
Testis terdapat pada pria, terletak pada skortum. Di dalam testis
terdapat sel-sel leydig yang akan menghasilkan hormon testoteron. Hormon
testoteron akan menentukan sifat kejantanan misalnya adanya jenggot,
kumis, jakun dan lain-lain, dan mengasilkan sel mani (spermatozoid).
b) Ovarika
kelenjar ovarika terdapat pada wanita, terletak pada ovarium di
sebelah kiri dan kanan rahi m dan menhasilkan hormon estrogen dan
progesteron (korpus luteum). Hormon ini dapat mempengaruhi pekerjaan
uterus serta memberikan sifat kewanitaan, misalnya panggul yang besar,
bahu yang sempit dan lain-lain.

2.1.5 Sifat Hormon


Semua hormon umunya memperlihatkan adanya kesamaan sifat.
Beberapa sifat yang umum diperlihatkan oleh hormon ialah sebagai berikut:
1. Hormon Polipeptida biasanya disintesis dalam bentuk precursor yang
belum aktif (disebut sebagai prohormon), contohnya proinsulin. Prohormon
memiliki rantai yang panjang daripada bentuk aktifnya.
2. Sejumlah hormon dapat berfungsi dalam konsentrasi yang sangat rendah
dan sebagian hormon berumur pendek.
3. Beberapa jenis hormon (misalnya adrenalin) dapat segera beraksi dengan
sel sasaran dalam waktu beberapa detik, sedangkan hormon yang lain
(contohnya esterogen dan tiroksin) bereaksi secara lambat dalam waktu
beberapa jam samapai beberapa hari.
4. Pada sel sasaran, hormon akan berkaitan dengan reseptornya.
5. Hormon kadang-kadang memerlukan pembawa pesan kedua dalam
mekanismenya.

2.1.6 Mekanisme Aksi Hormon


1) Reseptor Hormon Pada Membran
Reseptor untuk hormon pada suatu sel dapat terletak pada membrane atau
sitoplasma biasanya merupakan reseptor untuk hormon protein atau peptida. Apabila
sudah sampai di dekat sel sasaran, hormon akan segera berikatan dengan reseptornya
dan memebentuk komplekss hormon-reseptor. Pembentukan hormon-reseptor terjadi
melalui mekanisme yang serupa dengan penggabungan antara anak kunci dan
gemboknya. Kompleks hormon-reseptor akan memicu serangkaian reaksi biokimia
yang menimbulkan tanggapan hayati.
Berikut adalah contoh beberapa peristiwa yang dapat diubah oleh hormon
dengan cara kerja seperti di atas :
Perubahan aktivitas enzim : perubahan aktivitas enzim memungkinkan proses
metabolism tertentu dapat terselenggara atau terhenti.
Pengaktifan mekanisme transport aktif : proses transport aktif sangat penting bagi
sel untuk memasukkan tau mengeluarkan suatu zat.
Aktivitas pembentukan mikrotubulus : perubahan aktivitas pembentukan
mikrotubulus dapat mempengaruhi berbagai peristiwa yang tergantung padanya,
antara alin pergerakan ameba dan mitosis sel.
Pengubahan aktivitas metabolism DNA : pengubahan aktivitas metabolisme DNA
dapat memepengaruhi proses pertumbuhan atau pembelahan sel.
2) Reseptor Hormon Pada Sitoplasma (Reseptor Sitosolik)
Merupakan hormon yang terdapat dalam sitoplasma sel sasaran. Hormon yang
menggunakan reseptor sitosolik adalah hormon steroid dan hormon turunan asam
amino. Hormon tersebut sangat musah larutdalam lipid sehingga mudah melewati
membrane sel sasaran.
Selama dalam peredaran darah ke seluruh tubuh, hormon selalu berkaitan
dengan pengembannnya. Hormon akan terlepas dari molekul pengemban dan masuk
ke sel sasaran. Dalam sitoplasma sel sasaran, hormon berkombinasi dengan reseptor
khusus sehingga menghasilkan kompleks hormon-reseptor yang aktif. Kompleks
tersebut memiliki daya gabung yang sanagt tinggi terhadap DNA sehingga setelah
masuk ke inti, akan segera berkombinasi dengan DNA. Hal ini yang mengawali
transkrip DNA. Pengikatan kompleks hormon-reseptor pada daerah promoter akan
merangsang gen tertentu untuk aktif atau pasif.

2.2 Fisiologi
2.2.1 Struktur Kelenjar Endokrin
Hormon yaitu penghantar (transmitter) kimiawi yang dilepas dari sel-
sel khusus ke dalam aliran darah. Selanjutnya hormon tersebut dibawa ke sel-
sel target (responsive cells) tempat terjadinya efek hormon.

2.2.2 Fisiologi Sistem Endokrin 4 Struktur Dasar Hormon Secara Kimiawi


 Derivat asam amino dikeluarkan oleh sel kelenjar buntu yang berasal
dari jaringan nervus medulla supra renal dan neurohipofise, contoh
epinefrin dan norepinefrin
 Petide /derivat peptide dibuat oleh kelenjar buntu yang berasal dari
jaringan alat pencernaan
 Steroid dibuat oleh kelenjar buntu yang berasal dari mesotelium,
contoh hormon testes, ovarium dan korteks suprarenal.
 Asam lemak merupakan biosintesis dari dua FA, contoh hormon
prostaglandin.

2.2.3 Klasifikasi hormone


1. Hormon perkembangan hormon yang memegang peranan di dalam
perkembangan dan pertumbuhan. Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar
gonad
2. Hormon metabolisme proses homeostasis glukosa dalam tubuh diatur
oleh bermacammacam hormon, contoh glukokortikoid,
3. Glukagon, dan katekolamin

Hormon tropik dihasilkan oleh struktur khusus dalam pengaturan fungsi


endokrin yakni kelenjar hipofise sebagai hormon perangsang pertumbuhan
folikel (FSH) pada ovarium dan proses spermatogenesis (LH).
Hormon pengatur metabolisme air dan mineral kalsitonin dihasilkan oleh
kelenjar tiroid untuk mengatur metabolisme kalsium dan fosfor.
2.2.4 Sistem Endokrin
Kedua sistem ini bersama -sama bekerja untuk mempertahankan
homeostasis tubuh. Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf,
mengontrol dan memadukan fungsi tubuh.

2.2.5 Struktur Sistem Endokrin


Kelenjar eksokrin melepaskan sekresinya ke dalam duktus pada
permukaan tubuh, Seperti kulit, atau organ internal, lapisan traktusintestinal.
Kelenjar endokrin termasuk hepar, pankreas (kelenjar eksokrin dan
endokrin), payudara, dan kelenjar lakrimalis untuk air mata. Sebaliknya,
kelenjar endokrin melepaskan sekresinya langsung ke dalam darah.
2.2.6 Fungsi Sistem Endokrin
 Membedakan sistem saraf dan sistem reproduktif pada janin yang
sedang berkembang
 Menstimulasi urutan perkembangan
 Mengkoordinasi sistem reproduktif
 Memelihara lingkungan internal optimal

2.2.7 Klasifikasi Sistem Endokrin


 Hormon yang larut dalam air termasuk polipeptida (insulin, glukagon,
hormon adrenokortikotropik (ACTH), gastrin) dan katekolamin (mis.,
dopamin, norepinefrin, epinefrin)
 Hormon yang larut dalam lemak termasuk steroid (estrogen,
progesteron, testosteron, glukokortikoid, aldosteron) dantironin (mis.,
tiroksin).

2.2.8 Karakteristik Sistem Endokrin


 Sekresi diurnal adalah pola yang naik dan turun dalam periode 24 jam.
Kortisol adalah contoh hormon diurnal. Kadar kortisol meningkat pada
pagi hari dan turun pada malam hari.
 Pola sekresi hormonal pulsatif dan siklik naik turunsepanjang waktu
tertentu, seperti bulanan. Estrogen adalah non siklik dengan puncak
dan lembahnya menyebabkan siklus menstruasi.
 Tipe sekresi hormonal yang ketiga adalah variabel dan tergantung pada
kadar subtrat lainnya.
 Hormon paratiroid disekresi dalam berespons terhadap kadar kalsium
serum.
 Hormon bekerja dalam sistem umpan balik, yang memungkinkan
tubuh untuk dipertahankan dalam situasi lingkungan optimal.
 Hormon mengontrol laju aktivitas selular.
 Hormon tidak mengawali perubahan biokimia,hormon hanya
mempengaruhi sel-sel yangmengandung reseptor yang sesuai, yang
melakukan fungsi spesifik.
 Hormon mempunyai fungsi dependen dan interdependen. Pelepasan
hormon dari satu kelenjar sering merangsang pelepasan hormon dari
kelenjar lainnya.
 Hormon secara konstan di reactivated oleh hepar atau mekanisme lain
dan diekskresi oleh ginjal.

2.2.9 Peran hipotalamus & kelenjar hipofise


1. Aktivitas endokrin dikontrol secara langsung dan tak langsung oleh
hipotalamus, yang menghubungkan sistem persarafan dengan sistem
endokrin.
2. Dalam berespons terhadap input dari area lain dalam otak dan dari
hormon dalam dalam darah, neuron dalam hipotalamus mensekresi
beberapa hormon realising dan inhibiting.
3. Hipotalamus sebagai bagian dari sistem endokrin mengontrol sintesa
dan sekresi hormon-hormon hipofise. Hipofise anterior dikontrol oleh
kerja hormonal sedang bagian posterior dikontrol melalui kerja saraf.
4. Hormon yang disekresi dari setiap kelenjar endokrin dan kerja dari
masing-masing hormon. Setiap hormon yang mempengaruhi organ dan
jaringan terletak jauh dari tempat kelenjar induknya. Misalnya
oksitosin, yang dilepaskan dari lobus posterior kelenjar hipofise,
menyebabkan kontraksi uterus. Hormon hipofise yang mengatur
sekresi hormon dari kelenjar lain disebut hormon tropik. Kelenjar yang
dipengaruhi oleh hormon disebut kelenjar target
2.2.10 Sistem umpan balik
 Kadar hormon dalam darah juga dikontrol oleh umpan balik negatif
manakala kadar hormon telah mencukupi untuk menghasilkan efek
yang dimaksudkan, kenaikan kadar hormon lebih jauh dicegah oleh
umpan balik negatif.
 Peningkatan kadar hormon mengurangi perubahan awalyang memicu
pelepasan hormone. pe sekresi ACTH dari kelenjar pituitari anterior
merangsang pe pelepasan kortisol dari korteks adrenal,
menyebabkanpenurunan pelepasan ACTH lebih banyak.
 Kadar substansi dalam darah selain hormon juga memicu pelepasan
hormon dan dikontrol melalui Sistem umpan balik.
 Pelepasan insulin dari pulau Langerhans di pankreas didorong oleh
kadar glukosa darah.

2.2.11 Aktivasi Sel-Sel Target


Manakala hormon mencapai sel target, hormon akan mempengaruhi
cara sel berfungsi dengan satu atau dua metoda :
1. Melalui penggunaan mediator intraselular
2. Mengaktifkan gen-gen di dalam sel.

Salah satu mediator intraselular adalah cyclic adenosine


monophosphate (cAMP), yang berikatan dengan permukaan dalam dari
membran sel.
A. Struktur Hipofise
Hipofise terletak di sella tursika, lekukan os spenoidalis basis cranii.
Berbentuk oval dengan diameter kirakira 1 cm dan dibagi atas dua lobus, yaitu
:
 Lobus anterior, merupakan bagian terbesar dari hipofise kira-kira 2/3
bagian dari hipofise. Lobus anterior ini juga disebut adenohipofise.
 Lobus posterior, merupakan 1/3 bagian hipofise dan terdiri dari
jaringan saraf sehingga disebut juga neurohipofise.

B. Fungsi Hipofise
1. Hipofise menghasilkan hormon tropik dan nontropik.
2. Hormon tropik akan mengontrol sintesa dan sekresi hormon kelenjar
sasaran sedangkan
3. Hormon nontropik akan bekerja langsung pada organ sasaran.
4. Kemampuan hipofise dalam mempengaruhi atau mengontrol langsung
aktivitas kelenjar endokrin lain menjadikan hipofise dijuluki master of
gland.

2.3 Kimia,fisika,dan Biokima


Kimia system endokrin Klasifikasi dan Fungsi Hormon

Berdasarkan hakikat kimianya, hormon dapat diklasifikasikan menjadi


3, yaitu hormon peptida dan protein, steroid, dan turunan tirosin. Zat kimia lain
yang kerjanya menyerupai hormon antara lain bradikinin, eritropuitin, histamin,
kinin, renin, prostaglandin, dan hormon thymic.
Sifat Hormon
Semua hormon umumnya memperlihatkan adanya kesamaan sifat, yakni:

1. Hormon polipeptida biasanya disintesis dalam bentuk prekursor yang


belum aktif(prohormon), contohnya proinsulin.
2. Sejumlah hormon dapat berfungsi dalam konsentrasi yan sangat rendah
dan sebagianhormon berumur pendek.
3. Beberapa jenis hormon (misalnya adrenalin) dapat segera bereaksi dengan
sel sasaran,sedangkan hormon yang lain (contohnya estrogen dan tiroksin)
bereaksi secara lambat.
4. Pada sel sasaran, hormon akan berikatan dengan reseptornya

5. Hormon kadang-kadang memerlukan pembawa pesan kedua.

2.4 Patofisiologi Sistem Endoktrin


2.4.1 Sistem Endoktrin
Terdiri atas kelenjar, kumpulan sel dengan spesialisasi khusus,
hormon, dan jaringan yang menjadi sasaran (jaringan target). Kelenjar dan
kumpulan sel menyekresi hormon dan transmiter kimia. Setiap jaringan target
memiliki reseptor untuk hormon-hormon Hormon berikatan dengan reseptor
dan kompleks hormon-reseptor memicu respons sel target Bersama sistem
saraf, sistem endokrin mengatur serta mengintegrasi berbagai aktivitas
metabolik tubuh dan mempertahankan homeostasis internal. Sistem endokrin
memungkinkan satu sel mempengaruhi fungsi sel lain yang terletak berjauhan
melalui sekresi atau inhibisi sekresi hormon ke dalam aliran darah.
2.4.2 Perubahan Patofisiologi:
Perubahan pada kadar hormon yang secara signifikan tinggi atau
rendah dapat terjadi karena: sistem umpan balik yang mungkin tidak berfungsi
dengan baik disfungsi kelenjar endokrin sehingga gagal memproduksi hormon
aktif dengan jumlah yang memadaiantibodi yang mengubah dan ubah dan
menghilangkan kecepatan gkan kecepatan aktivitas hormon sebelum mencapai
sel target respon sel target yang abnormal
2.4.3 Gangguan Sistem Endokrin:
2.4.3.1 Sindrom Cushing

Merupakan kumpulan abnormalitas klinis yang disebabkan


oleh keberadaan hormon korteks adrenal (khususnya kortiso susnya
kortisol) dalam jumlah berlebih atau dalam jumlah berlebih atau
kortikosteroid yang oid yang berkaitan, dan tan, dan hormon androgen
serta aldosteron (dalam taraf lebih rendah). Berdasarkan penyebabnya
dibedakan menjadi:
a) Sindrom Cushing endogen, akibat peningkatan kortisol atau
kortikotropin
b) Sindrom Sindrom Cushing Cushing eksogen, eksogen, terjadi terjadi
karena pemberian pemberian glukokortikoid glukokortikoid atau
kortikotropin yang lama

Patofisiologi:
Kelebihan kortisol akan menimbulkan efek inflamasi dan
katabolisme protein serta lemak perifer perifer yang berlebihan
berlebihan untuk mendukung mendukung produksi produksi glukosa
glukosa oleh hati. Mekanisme Mekanisme tersebut tersebut dapat
bergantung kortikotropin (kenaikan kadar kortikotropin plasma
menstimulasi korteks adrenal untuk menghasilkan kortisol secara
berlebihan) atau tidak bergantung kortikotropin (kortisol yang
berlebihan diproduksi oleh korteks adrenal atau diberikan secara
eksogen). Korteks yang berlebihan akan menekan poros hipotalamus-
hipofisis-adrenal dan juga ditemukan pada tumor yang menyekresi
kortikotropin secara ektopik. ra ektopik.
2.4.3.2 Hipertiroidisme
Disebut juga tirotoksikosis Merupakan suatu
ketidakseimbangan metabolisme yang terjadi karena produksi
berlebihan hormon tiroid. Terjadi peningkatan produksi T3 dan T4
Bentuk yang paling umum adalah penyakit Graves, terjadi
meningkatkan produksi hormon tiroksin (T4), pembesaran kelenjar
tiroid (goiter) disebut juga eksoftalmus goiter, bersifat herediter dan
autoimun. Dapat disebabkan penyakit pada tiroid atau penyakit dari
luar tiroid

Patofisiologi:
Adanya gangguan autoimun yang ditandai dengan yang
ditandai dengan produksi autoantibo uksi autoantibodi dalam
kelenjar dalam kelenjar tiroid kemudian menstimulasi reseptor
hormon tiroid. Terjadi peningkatan stimulasi mengakibatkan
pembesaran tiroid menjadi goiter yang menyekresikan hormone tiroid
secara berlebihan
2.4.3.3 Diabetes Mellitus
Keadaan dimana tubuh tidak menghasilkan atau memakai
insulin sebagaimana mestinya. Insulin adalah hormon yang membawa
glukosa darah ke dalam sel-sel dan menyimpannya sebagai glikogen.
Karena insulin mengalami gangguan, berkurangnya hormon insulin
disertai menurunnya efek insulin, maka kadar glukosa darah tidak
terdeteksi sehingga terjadi penumpukan penumpukan glikogen
glikogen dalam darah yang disebut disebut hiperglikemia
hiperglikemia (kenaikan (kenaikan kadar glukosa glukosa serum) yang
menimbulkan gangguan metabolik Kadar glukosa darah yang tinggi
mengganggu sirkulasi dan dapat merusak saraf berakibat nyeri pada
tungkai, kebutaan, gagal ginjal dan kematian Meningkatkan risiko
timbulnya aterosklerosis atau penyempitan pembuluh darah
Ada 3 jenis diabetes mellitus yaitu:
 Tipe 1 (DMT1) / IDDM / insulin dependent diabetes mellitus
Disebut diabetes primer, insufisiensi absolut insulin (bergantung
insulin)
 Tipe 2 (DMT2) / NIDDM / non-insulin dependent diabetes
mellitus
Disebut diabetes primer, resistensi insulin yang disertai defek
sekresi insulin dengan derajat bervariasi (tidak bergantung
insulin)
 Diabetes Gestasional (kehamilan), muncul pada masa hamil
Disebut diabetes sekunder, terjadi karena kelainan hormonal pada
masa kehamilan

Patofisiologi:
Untuk DMT1, adanya faktor genetik dan autoimun disertai faktor
pemicu yakni kemungkinan infeksi virus akan virus akan menimbulkan
produksi autoantib ksi autoantibodi terhadap sel-sel beta sel-sel beta di
pankreas mengakibatkan destruksi sel beta yang menimbulkan penurunan
sekresi insulin dan akhirnya terjadi kekurangan hormon insulin. Defiensi
insulin mengakibatkan keadaan hiperglikemia, peningkatan peningkatan
lipofisis lipofisis (penguraian (penguraian lemak), lemak), dan katabolisme
katabolisme protein. protein. Karakteristik Karakteristik ini terjadi terjadi
ketika sel-sel beta yang mengalami destruksi melebihi 90%
Untuk DMT2, merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh satu
atau lebih faktor berikut ini: kerusakan sekresi insulin, produksi glukosa yang
tidak tepat di dalam hati, atau penurunan sensitivitas reseptor insulin
perifer. penurunan sensitivitas reseptor insulin perifer. Faktor genetik
merupakan hal yang signifikan, aktor genetik merupakan hal yang signifikan,
dana witan diabetes dipercepat oleh obesitas serta gaya hidup sedentary
(sering duduk). Sekali lagi, stress tambahan dapat menjadi faktor penting.
Untuk diabetes gestasional, terjadi ketika seorang wanita yang
sebelumnya tidak didiagnosis sebagai penyandang diabetes memperlihatkan
intoleransi glukosa selama kehamilannya. Hal ini dapat terjadi jika hormon-
hormon plasenta melawan balik kerja insulin sehingga timbul resistensi
insulin.
Diabetes kehamilan merupakan faktor risiko yang signifikan bagi
terjadinya diabetes mellitus tipe 2 di kemudian hari.

2.5 Farmakologi
2.5.1 ACTH Kortikotropin (ACHTAR)

Disebut ACTH kortikotropin (ACTHAR). Kortikotropin merupakan larutan


ACTH murni dalam gelatin untuk suntikan I.M atau SC.

Dipakai untuk :

1.Mendiagnosis gangguan kelenjar adrenal

2.Mengobati insufisiensi kelenjar adrenal, dan

3.Sebagai antiinflamasi dalam mengobati suatu respon. Adrenocortikotropik


Hormone ACTH

Cara kerja : Merangsang kelenjar adrenal untuk mensekresikan kortikosteroid.


Waktu paruh menit. Kortikotropin menekan respon imun dan inflamasi

Efek samping : Mengakibatkan peningkatan sekresi hormon korteks adrenal


Reaksi hipersensitivitas Alkalosis hipokalemik.

Interaksi obat : Timbul keracunan digitalis Diuretik dan penisilin menyebabkan


hipokalemia Rifampin dan barbiturat mengurangi efek

obat Dosis pemakaian


Kortikotropin SK : LM : 4 x sehari Defisiensi ACTH
Konistropin LM : 0,25-0,75 mg Untuk pemeriksaan
diagnostic adrenal

2.5.2 Antitiroid
Antitiroid Menghambat sintesis hormon tiroid pada kasus hipertioid. Bermanfaat
untuk hipertiroidisme yang disertai dengan pembesaran kelenjar tiroid.

Penyakit Grave/Tirotoksikosis : hipertiroidisme yang paling sering terjadi karena


hiperfungsi kelenjar tiroid. Oprasi pengangkatan dan terapi yodium radioaktif.

Interaksi: Menurunkan efek insulin dan antidiabetik oral, digoksin meningkatkan


efek obat-obat tiroid.

Obat Dosis:

1. Hipotiroid Thyrotropin (Thytropar)

I.M : 4xsehari 10 untuk selama 1-3 hari

2. Triiodotiroid (Liotrinon) O : 25-75 m,cg

3. Kalsitonin ( Cibacalsin, I.M : S.C : o,5 mg 1-2xsehari Calsynar)

4. Tiroglobulin (Proloid)

O : mula-mula 32mg/hari, lalu 65- Levotiroksin (Synthroid) 200 O : mula-mula


mg/hari 25mcg/hari, lalu 50- Loitironin (Cytomel) 200 O : mula-mula mcg/hari
25mcg/hari. Lalu 25- I.V 100mcg/hari. : 0,2-0,5 mg dalam larutan Anak (>1thn)
(>3thn) O : 5-6mcg/kg/hari 50-100mcg/kg/hari

5. Hipertitoid Propiltiourasil (propacil)

O : 3xsehari 70-200 mg selama 6-8 Karbamizol (Neominggu O : 3-4xsehari 10


mg atau 1xsehari Mercazole) Tiamazol (Metimazol, 30-40 O : 1xsehari mg
selama 15-306-8 mg, minggu maks 120 Strumazol) Larutan iodin kuat (lugol)
mg/hari O : 2-6 tts selama 3xsehari 6-8 minggu Anak (6-10thn) : mula-mula 0,4
Kaliumiodida mg/kg/hari Sebelum pembedahan lalu o,2 mg/kg/hari : 15ml lar
KI/NaI 1% selama 10-14 hari

2.5.3 Growth Hormone (GH)


Dwarfisme Defisiensi GH terlihat jika seorang anak tingginya jauh di
bawah standar dan akan menyebabkan dwarfisme Pemberian GH selama
beberapa tahun akan meningkatkan tinggi sebanyak 1 kaki. Pemakaian jangka
panjang dapat menahan sekresi insulin dan menyebabkan DM. 2.Gigantisme dan
akromegali Terjadi pada hipersekresi GH dan seringkali menyebabkan tumor.

Dwarfisme Gigantisme

OBAT

Somatrem (Protoprin): I.M : S.C : 100mcg/kg 3 x seminggu

Somatropin (Humatrope): I.M : S.C : 60mcg/kg 3 x seminggu

Bromokriptin (Parlodel): O : 1,25-2,5 mg sewaktu tidur selama 3 hari

2.5.4 Antidiuretic Hormone (ADH) dan Oksitosin ADH meningkatkan

Antidiuretic Hormone (ADH) dan Oksitosin ADH meningkatkan


reabsorpsi air dari tubulus ginjal untuk menjaga keseimbangan air di dalam
cairan tubuh.

Penggunaan :

1. Menguji fungsi hipofisis berdasarkan adanya menstimulasi sekresi ACTH

2. Digunakan pada diabetes insipidus (Poliuria)

3. Digunakan pada perdarahan varises di esofagus, berdasarkan daya


vasokonstriksi arteriol.

Efek samping : muka pucat, tekanan darah naik, bronkhokonstriksi, kejang


lambung, usus dan uterus.
Obat : Vasopresin (Pitressin) - Unruk diabetes : I.M : 1,5-5 UI setiap 1-3hari -
Varises : I.V : 0,2-0,6 UI/menit selama 24 jam

2.5.5 Hormon PTH dan Kalsitonin

Kelenjar Paratiroid Penurunan kalsium merangsang pelepasan PTH. PTH


mengobati hipoparatiroidisme (hipokalsemia). Penggantian PTH dapat
membantu untuk memperbaiki kekurangan kalsium. Kalsitonin : mengobati
hiperparatiroidisme yang disebabkan oleh keganasan kelenjar paratiroid, kanker
paru-paru,

OBAT DOSIS PENGGUNAAN

 HIPOPARATIROIDISME

Kalsifedrol O : 50-100 mcg/hari Untuk penyakit tulang akibat ginjal (Calderol)

Kalsitriol O : 0,25 mcg/hari kronik Untuk hipoparatiroidisme dan dialisis ginjal.


dan ginjal (Rocaltrol)

Ergokalsiferol O : 50.000-200.000 kronik Untuk hipoparatiroidismek (Drisdol)

 HIPERPARATIROIDISME IU/hari

Kalsitonin salmon Etidronat (Calsimar) (Didronel) S.C : I.M : mula 100IU/hari,


O : 5-10 mg/kg/hari selanjutnya maks 20 mg/kg/hari 50-100IU/hari setiap hari
atau 2hari sekali Untuk penyakit Grave, hiperparatiroidisme, Untuk penyakit
Grave, hiperkalsemia hiperparatiroidisme, hiperkalsemia

 GLUKOKORTIKOID

Kelenjar Adrenal Obat-obat glukokortikoid disebut kortison. Efek glukokortikoid


: 1.Antiinflamasi (peradangan) Multiple sklerosis, artritis reumatoid, peradangan
pembuluh darah, 2.Antialergi Asma, reaksi obat, dermatitis, dan anafilaksis.
3.Antistres Mengurang kecemasan dan
Efek samping : Peningkatan gula darah, deposit lemak yang abnormal di wajah
dan tubuh ( moon face, buffalo hump), hipertensi, tukak peptik dan retardasi
pertumbuhan. Interaksi obat : Meningkatkan potensi aspirin, diuretik.
Menurunkan efek antikoagulan dan antidiabetik oral. Antasid, rifampin,
bariturat mengurangi kerja obat ini.

2.5.6 MINERALOKORTIKOID

Hormon-hormon ini mempertahankan keseimbangan cairan dengan


peningkatan penyerapan natrium dari tubulus ginjal. Efek hipokalemia akibat
kehilangan kalium dengan kemih dan udema serta berat badan meningkat karena
retensi garam dan air, juga resiko hipertensi dan gagal jantung. Pilihan obat :
Aldosteron, deoksikortikosteron, kortisol.

OBAT DOSIS KEGUNAAN

1. Betametason (Celestone) O : 0,6-7,2 mg/hr

2. Deksametason (Decadron) O : 0,25-4mg 2-4xsehari

3. Metilprednisolon (Medrol) O : 4-48 mg/hari dalam dosis terbagi

4. Hidrokortison (Cortef) O : 20-240mg/hari 4 dalam dosis

I.M:I.V: terbagi 2-4x 10-250 mg setiap 4-6 jam.

5. Prednisolon (Delta-Cortef) O : 2,5-15 mg 2-4x sehari

I.M:I.V: I.V: 2-30mg 15-240 setiap mg 12 setiap jam 12 jam Obat antiinflamasi
steroid Obat antiinflamasi kuat. steroid antiinflamasi kuat.. Untuk gangguan
alergi akut Untuk : asma, insufisiensi syok, dan depresi, inflamasi Antiinflamasi.
adrenokortikal.

2.5.7 DIABETES MELITUS


Diabetes Melitus (DM) : suatu penyakit kronik yang terjadi akibat
kekurangan metabolisme glukosa, disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin di
sel-sel beta. Tipe Diabetes Melitus :

1.Insulin dependen diabetes melitus (IDDM) Terdapat destruksi dari sel beta
pankreas, insulin tidak di produksi.

2.Non insulin dependen diabetes melitus (NIDDM) Jumlah insulin yang


diproduksi

Insulin adalah suatu protein dan tidak dapat diberikan per-oral karena
sekresi gastrointestinal merusak susunan insulin. Meningkatkan ambilan
glukosa, asam amino, dan asam lemak dan mengubahnya menjadi bahanbahan
yang disimpan dalam sel-sel tubuh. Nilai glukosa darah normal : 60-100 mg/dl

Ada 3 tipe insulin :

1.Insulin kerja singkat Disebut insulin regular (kristalin) dan merupakan larutan
bening tanpa tambahan bahan untuk memperpanjang kerja insulin. Onset kerja :
½-1 jam. Puncak kerja2-4 jam. Lama kerja 6-8 jam.

2.Insulin kerja sedang Onset kerja : 1-2 jam. Puncak kerja6-12 jam. Lama kerja
18-24 jam.

3.Insulin kerja panjang. Onset kerja : 4-8 jam. Puncakkerja14-20jam. Lama kerja
24-36 jam.

A. Digunakan untuk terapi DM tipe 1 : IDDM Diberikan secara subkutan


pada pagi hari sebelum sarapan. Tempat suntikan harus berpindah-pindah
lengan, paha, pantat, perut. Terjadi lipodistropi : atropi jaringan. Interaksi obat :
obat-obat diuretik tiazid, glukokortikoid, agen-agen tiroid dan estrogen
meningkatkan gula darah. Antidepresi trisiklik, produk aspirin, antikoagulan
oral menurunkan kebutuhan insulin.

Efek samping :
1. Hipoglikemik jika insulin berlebih. gejala : cemas, gemetar, kulit dingin dan
lembab, dan mungkin mengeluh sakit kepala.

2. Ketoasidosis. insulin tidak ada gula tidak dimetabolisme metabolisme lemak.


Pemakaian asam lemak bersifat lemak ketoasidosis

B. NIDDM

 Antidiabetik Oral Penderitan NIDDM memiliki sedikit sekresi insulin di


pankreas.

Terapi NIDDM : diet, gerak badan, berhenti meroko dan antidiabetik oral.
Antidiabetik oral : merangsang sel-sel beta untuk mensekresikan lebih banyak
insulin. Tujuan terapi : - secara primer di tujukan pada pencegahan jangka
pendek (menormalkan) - Secara sekunder : pencegahan komplikasi penyakit.

 Sulfonilurea : golongan antidiabetik Efek samping antidiabetik oral = efek


samping insulin. Pemakaian tanpa makanan cukup : kecemasan, tremor, lemas.
Reaksi yang merugikan : anemia aplasti, trombositopenia. Antidiabetik oral
kontraindikasi pada IDDM (tidak ada sel-sel beta yang berfungsi), kehamilan,
menyusui, selama stres, oprasi dan infeksi berat. Interaksi obat : Aspirin,
antikoagulan, sulfonamid dan NSAID meningkatkan kerja sulfonilurea.
Meningkatkan kerja diuretik tiazid, barbiturat.

OBAT DOSIS LAMA KERJA

 Tolbutamid (Orinase) O : 0,5-2 mg/hari dalam dosis terbagi 2-3


 Asetoheksamid (Dymerol) O : 0,25-1,5 mg/hari dosis tunggal/dosis
 Klorpropamid (Diabenese) O : mula-mula terbagi 100-250 2 mg/hari,
 Glibenklamid (Daonil, Metformin Euglucon) (Glucophage)

O: mula-mula 100-500 2,5-5 mg/hari, dalam bila dosis perlu terbagi dinaikan 2.
setiap Maks minggu 750 mh/hari
O: 3xsehari 500ng atau 2xsehari sampai maksimal 850mg pada 10mg/hari waktu
makan. dalam Dapat dosis terbagi dinaikan 2 dalam waktu 2 minggu sampai
maks. 3xsehari 1 g. 6 12 jjam 10- - 24 jam Sampai 60 jam 10-24 jam 6 12 jam

2.6 Terapi Diet

2.6.1 Dibetes Mellitus :

Rekomendasi Nutrisi Untuk Diabetes


Rekomendasi nutrisi pada diabetes men-cakup rekomendasi untuk pencegahan
diabe-tes primer, pengendalian diabetes (pence-gahan diabetes sekunder),
pengendalian komplikasi diabetes (pencegahan diabetes tersier), diabetes
dengan komplikasi akut, dan untuk penyandang diabetes dengan ke-adaan
khusus.
Rekomendasi nutrisi untuk pencegahan diabetes primer
Pada individu yang berisiko tinggi untuk
Individu yang berisiko tinggi untuk dia-betes tipe 2 harus dianjurkan untuk diet
tinggi serat (14 g serat / 1000 kkal) dan makanan biji-bijian yang masih
mengandung kulit utuh (whole grains).
Rekomendasi nutrisi untuk pengendalian diabetes (Pencegahan diabetes
sekunder)
Pengaturan karbohidrat
Pola diet yang mencakup karbohidrat dari buah-buahan, sayuran, biji-bijian,
kacang-kacangan, dan susu rendah lemak dianjurkan dalam terapi gizi pasien
diabetes. Mengatur jumlah karbohidrat, berupa total kalori, pertukaran jenis
karbohidrat atau estimasi berbasis pengalaman, tetap menjadi strategi utama
dalam mencapai kontrol glikemia.
Penyandang diabetes dianjurkan untuk mengkonsumsi berbagai makanan yang
me-ngandung serat; namun, masih kurangnya bukti ilmiah yang
merekomendasikan bahwa penyandang diabetes dianjurkan untuk
mengkonsumsi serat yang lebih banyak dari-pada populasi secara keseluruhan.
Pemanis alkohol non gizi adalah aman jika dikonsumsi dalam tingkat asupan
harian yang ditetapkan oleh FDA.
Pengaturan lemak dan kolesterol
Pengaturan diet lemak makanan pada pe-nyandang diabetes adalah dengan
membatasi konsumsi asam lemak jenuh, asam lemak trans, dan asupan
kolesterol sehingga me-ngurangi risiko penyakit kardiovaskuler se-bab
ketiganya merupakan komponen diet yang merupakan penentu kadar kolesterol
LDL plasma.
Konsumsi asam lemak omega-3 yang ber-asal dari ikan atau dari suplemen,
terbukti dapat menurunkan risiko kejadian kardio-vaskuler, sehingga dianjurkan
penyandang diabetes untuk mengkonsumsi ikan segar sebanyak dua atau tiga
kali per minggu.
Pengaturan protein
Asupan protein bagi penyandang diabetes adalah sama dengan masyarakat
umumnya dan biasanya tidak melebihi 20% dari asupan energi total. Kualitas
sumber protein yang baik adalah sumber protein yang mengan-dung asam-asam
amino esensial yang leng-kap yakni mencakup sembilan jenis asam amino
esensial.

2.6.2 Hipertiroidisme

Pemberian Diet untuk Hipertiroidisme


a. Energi diberikan tinggi, yaitu 40 kkal/kg BB dikarenakan adanya kenaikan
kebutuhan metabolisme basal.
b. Protein diberikan tinggi, yaitu 1-1.75 g/kg BB.
c. Lemak diberikan 20-25% dari total energi sehari.
d. Karbohidrat diberikan sisa dari hasil perhitungan persentase protein dan
lemak.
e. Vitamin diberikan cukup, terutama vitamin A, B kompleks, dan C dapat
diberikan dalam bentuk suplemen.
f. Mineral kalsium, fosfor, vitamin D harus cukup.
g. Serat diberikan cukup.
h. Air diberikan minimal 3 liter per hari.
i. Pemberian makan porsi kecil dan sering untuk mengatasi kondisi nafsu makan
yang menurun atau mencegah rasa lapar.
2.6.3 Hipotiroidisme
Tujuan penatalaksanaan diet pada penderita hipotiroid yaitu
memberikan energy cukup untuk memperbaiki status gizi, meningkatkan asupan
iodium dan menurunkanberat badan serta mengurangi gejala yang ada seperti
melancarkan BAB dan menurunkan kolesterol. Beberapa makanan yang
dianjurkan yaitu makanan yang mengandung banyak iodium, selenium, kalsium
dan serat. Sedangkan makanan yang harus dihindari /dibatasi yaitu jeroan,
makanan berminyak/bersantan, tahu, tempe, kacang-kacangan, minuman
berenergi, mengandung pemanis buatan, soda, kopi, sayuran mentah seperti
kubis putih, kubis merah, brokoli, dan kol.

2.6.4 Sindrom Cushing

a. Perhatikan Asupan Sodium


Asupan natrium tinggi meningkatkan risiko tekanan darah tinggi,
dan ini menjadi perhatian utama bagi para pengidap sindrom cushing.
Makanan olahan cenderung mengandung natrium dalam jumlah
berlebih.

b. Tingkatkan asuoan kalsium


Kamu bisa mendapatkan asupan nutrisi ini dengan sangat mudah,
karena tersedia dalam berbagai jenis makanan, seperti kangkung,
brokoli, susu, yogurt, dan sebagian besar biji-bijian.

c. Konsumsi makanan kaya protein


Makanan diet protein tinggi membantu mencegah hal tersebut.
Pilih makanan tanpa lemak dan kaya protein seperti ikan, kacang-
kacangan, tahu, lentil, yogurt rendah lemak, dan keju rendah lemak.

d. Kontrol Gula Darah


Sindrom cushing memicu peningkatan gula darah dan mengarah
pada diabetes. Memilih makanan yang mengandung karbohidrat
dengan indeks glikemik rendah dan membantu karena kandungan
gulanya yang rendah, sehingga tidak terlalu berdampak terhadap
kenaikan gula darah.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan


memadukanfungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk
mempertahankan homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling
berhubungan, namun dapat dibedakan dengan karakteristik tertentu.Sistem
endokrin memiliki fungsi untuk mempertahankan hemoestatis, membatu
mensekresikan hormon-hormon yang bekerja dalam sistem persyarafan,
pengaturan pertumbuhan dan perkembangan dan kontrol perkembangan seksual
dan reproduksi.

3.2. Saran

Pada system endokrin ditemukan berbagai macam gangguan dan kelainan,


baik karena bawaan maupun karena factor luar, seperti virus atau kesalahan
mengkonsumsi makanan. Untuk itu jagalah Kesehatan anda agar selalu dapat
beraktivitas dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Tuniwa Franky A,Yuanita A Langi.2010.Terapi Gizi Pada Diabetes Militus.Jurnal


Biomedik,2(2),78-87.

Adnan Miftahul.2021.Asupan Gizi Pada Hipotiroid.Jurnal of Nutrition and


Health.9(1),21-22.

Anonim, 2013. Hormon dan Sistem Endokrin. http://sehat-enak.blogspot.com/


http://sehat-enak.blogspot.com/ diakses pada tangga diakses pada tanggal 14 Februari
2022 pukul 08.20 WIB, Padang

Ulfhitha, Desi, 2012. Sistem Endokrin. http://desyyulfitha.blogspot.com/


http://desyyulfitha.blogspot.com/ diakses pada tanggal 14 Februari 2022 pukul 08.35
WIB, Padang

http://fitriniceidea.blogspot.com/2015/01/makalah-sistem-endokrin.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai