Anda di halaman 1dari 7

J. Ris. Kim. Vol. 8, No.

2, Maret 2015

PENGARUH BEBERAPA PERLAKUAN TERHADAP PENGURANGAN KADAR


FORMALIN PADA IKAN YANG DITENTUKAN SECARA SPEKTROFOTOMETRI

Yulizar Yusuf, Zamzibar Zuki, MP dan Ruci Riski Amanda


Laboratorium Kimia Analitik Terapan Jurusan Kimia FMIPA Universitas Andalas
Jurusan Kimia FMIPA Unand, Kampus Limau Manis, 25163

Email: yulizaryusuf59@gmail.com

ABSTRACT

The case of how handling the fresh fish which used the dangerous chemical material
(formaldehyde) is still found in society, so that is why it is necesarry to find the safety way to
handle the fresh fish in. It has been held the research about the influence of on the effect of
some treatment in reduction the formaldehyde level on fish determined by spectrophotometry
UV-Visible at wavelength 412 nm and 40°C. In the preliminary research the fish is soaked in
formaldehyde liquid (100 mg/mL) for 24 hours, then washed, soaked and boiled. Then, the
filtrate is reacted with Nash reagent. The yellow color which has formed was measured at λ 412
nm. The result shows there is the reduction of formaldehyde level in the sample about 43.9 %
after washing, 33.3 % after soaking, 53.8 % after boiling. After that, the fish that was spread in
the market which suspected containing the formaldehyde then washed, soaked and boiled. The
result shows there is the reduction of formalin level in sample 1 about 22,7 % after washing,
17.0% after soaking, and 96.1 % after boiling. While in sample 2, 41.8 % after washing, 56.2 %
after soaking, and 95.4 % after boiling.

Keywords: Formaldehyde, fresh fish, Nash reagent, UV-Vis spectrophotometry

PENDAHULUAN pengganti es balok karena harga formalin


jauh lebih murah dan dapat mengawetkan
Ikan merupakan salah satu bahan pangan ikan dalam jangka waktu yang lama, namun
yang sering dikonsumsi masyarakat dan kaya penggunaan formalin sangat berbahaya
akan protein, lemak, vitamin dan mineral bahkan dalam dosis yang sedikit tetapi
yang sangat baik. Disisi lain, ikan termasuk penggunaannya yang berkelanjutan dapat
jenis bahan pangan yang mudah rusak menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan
(membusuk) karena tingginya kadar protein masyaraka[2]. Dengan memperhatikan
dan kadar air menyebabkan mudah ditumbuhi permasalahan di atas, perlu ada upaya yang
mikroba, sehingga ikan tidak mampu harus dilakukan untuk menjamin bahan
bertahan lebih lama. Hanya beberapa jam makanan yang akan dikonsumsi aman dari
saja sejak ditangkap dan didaratkan akan bahaya formalin. Salah satu upaya dengan
timbul proses perubahan yang mengarah pada melakukan beberapa perlakuan terhadap ikan
kerusakan[1]. sebelum dikomsumsi, yaitu dengan cara
pencucian, perendaman, dan perebusan.
Cara yang umum dilakukan untuk mencegah
kerusakan yaitu pengawetan dengan Penelitian terdahulu yang telah dilakukan
menggunakan es balok. Kendala yang oleh Levita, J dkk (2010) yaitu pengaruh
dihadapi bila menggunakan es balok adalah perendaman, pencucian dan penggorengan
dibutuhkan jumlah yang cukup banyak terhadap kosentrasi formaldehid dalam ikan
sehingga tidak praktis dan harganya mahal. asin sange belah. Ikan asin tersebut
Hal tersebut menyebabkan nelayan dan direndam dalam larutan formalin (250 mg/l)
penjual yang curang menggunakan zat kimia selama 12 jam, kemudian dicuci, digoreng.
yang berbahaya seperti formalin sebagai Destilat direaksikan dengan pereaksi Nash.
Warna kuning yang terbentuk diukur pada λ

182 ISSN : 1978-628X / eISSN : 2476-8960


Vol.8, No. 2, Maret 2015 J. Ris. Kim.

415 nm. Hasil yang diperoleh dari penelitian arloji, spatula besi, neraca analitik, lumpang,
menunjukkan bahwa terdapat penurunan alu, aluminium foil, kertas saring, masker,
kosentrasi formaldehid dalam sampel setelah pipet volumetri, Spektrofotometer UV-Vis.
diberi perlakuan (63,27% setelah perendaman
dan pencucian, 83,03% setelah Prosedur Penelitian
[3]
penggorengan) .
Pembuatan Pereaksi Nash
Metode analisis formalin dapat dilakukan Sebanyak 2 mL asetil aseton, 3 mL asam
secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis asetat dan 150 g ammonium asetat dilarutkan
kualitatif formalin biasanya berdasarkan pada dengan akuades dan dicukupkan volumenya
reaksi warna, sedangkan analisis kuantitatif hingga 1 L.
dilakukan dengan menggunakan beberapa
metode, yaitu dengan titrasi volumetri, Pembuatan Larutan Standar 1000 mg/L
spektrofotometri, kromatografi gas dan Larutan formalin 37% diambil 0,25 mL
kromatografi cair kinerja tinggi. Metode diencerkan dengan akuades dalam labu 100
kromatografi gas dan kromatografi cair mL, kemudian dilarutkan dengan
kinerja tinggi memiliki sensitivitas dan pengenceran bertingkat untuk mendapatkan
selektivitas yang sangat baik. Namun, konsentrasi yang kita inginan.
analisis secara kromtografi gas dan
kromatografi cair kinerja tinggi memerlukan Persiapan Sampel
instrumentasi yang relatif mahal dan rumit. Sampel yang digunakan adalah ikan yang
Selain itu, dibutuhkan proses derivatisasi dibeli dari Pasar Raya Padang. Ikan yang
menggunakan zat penderivat yang mahal. sudah dibeli kemudian dicuci dengan
Oleh karena itu, pada penelitian ini aquadest dan disaring, kemudian direndam
digunakan metode analisis kuantitatif yang selama 24 jam dalam larutan formalin 100
lebih sederhana dan sensitif, yaitu µg/mL dengan volume tertentu. Sampel yang
spektrofotometri. Pada metode berformalin tersebut di berikan beberapa
spektrofotometri dibutuhkan pereaksi, perlakuan diantaranya tanpa perlakuan,
dimana pereaksi yang sering digunakan yaitu dicuci, direndam dan direbus. Sampel dicuci
pereaksi asam kromatofat, pereaksi Nash dan dengan akuades sebanyak 250 mL dengan 5
pereaksi Schryver. Pada penelitian ini dipilih kali pengulangan dengan cara dialirkan.
pereaksi Nash karena memiliki sensitivitas Kemudian sampel direndam dengan akuades
dan selektivitas yang cukup baik dan sudah di sebanyak 250 mL dalam gelas piala selama
validasi[4]. 30 menit dan sampel direbus dengan akuades
sebanyak 250 mL dalam gelas piala selama
Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah 30 menit. Masing-masing dilakukan
ada pengaruh pencucian, perendaman dan sebanyak 3 kali pengulangan.
perebusan terhadap penurunan kandungan
formalin pada ikan. Pengaruh Suhu Terhadap Panjang
Gelombang Optimum
Salah satu konsentrasi standar formalin yaitu
METODOLOGI PENELITIAN 10 µg/mL dipipet 5 mL dimasukkan kedalam
masing–masing labu ukur 25 mL.
Ditambahkan 5 mL akuades dan 5 mL
Bahan Kimia pereaksi Nash. Masing-masing campuran
Bahan yang digunakan pada penelitian ini diperlakukan tanpa pemanasan dan
adalah Formalin pa mengandung 37 % dipanaskan dalam penangas air pada suhu 40
formaldehid dalam air, Ammonium asetat dan 60oC selama 30 menit sambil ditutup.
(Merck), Asam asetat glasial pa, asetil aseton Setelah dingin ditepatkan volumenya
pa, ikan, akuades. menggunakan akuades, dikocok hingga
homogen. Diamati serapannya pada panjang
Peralatan gelombang 380 - 490 nm dengan alat
spektrofotometer UV-Vis hingga didapat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian panjang gelombang maksimum untuk setiap
ini adalah labu ukur, gelas ukur, gelas piala, suhu.
erlenmeyer, termometer, tabung reaksi, kaca

ISSN : 1978-628X / eISSN : 2476-8960 183


J. Ris. Kim. Vol. 8, No. 2, Maret 2015

Pembuatan Kurva Kalibrasi !"!!"


% Perolehan Kembali =
!"
   100  %
Larutan formalin dengan konsentrasi 0, 2, 4,
Keterangan :
6, 8, 10, 12, 14 µg/mL. Masing-masing
C1 = Konsentrasi sampel setelah adisi
larutan standar diambil 5 mL dimasukkan C2 = Konsentrasi sampel sebelum adisi
dalam labu ukur 25 mL kemudian C3 = Konsentrasi standar yang ditambahkan
ditambahkan 5 mL akuades dan 5 mL
pereaksi Nash lalu dipanaskan dalam
penangas air pada suhu optimum selama 30
HASIL DAN DISKUSI
menit sambil ditutup. Setelah dingin tepatkan
volumenya menggunakan akuades, dikocok
Panjang Gelombang dan Suhu untuk
hingga homogen. Diamati serapannya pada
Menghasilkan Absorban Maksimum
panjang gelombang 412,78 nm dengan alat
spektrofotometer UV-Vis. Kemudian dibuat
Panjang gelombang maksimum pengukuran
kurva kalibrasi hingga didapat persamaan
yang dilakukan pada larutan formalin pada
liner y = a + bx. Lineritas dari kurva kalibrasi
kosentrasi masing-masing 10 µg/mL yang
dilihat dengan menghitung koefisien korelasi
dilarutkan dengan akuades dan reagen Nash
(r) dari persamaan garis regresi linier.
yang memberikan hasil warna kuning
Penentuan Kadar Formalin Pada Sampel menggunakan spektrofotometri UV-Vis pada
Sampel ikan diambil daging dibagian badan rentang panjang gelombang 380 – 490 nm.
ikan dan ditimbang sebanyak 10 g dan Menurut literatur, formalin memiliki serapan
ditambah akuades sebanyak 50 mL. optimum pada panjang gelombang 412 nm
[10]
Dihaluskan dengan lumpang kemudian . Setelah dilakukan pengukuran didapatkan
disaring dengan kertas saring. Diambil 5 mL panjang gelombang maksimum 412,78 nm.
filtrat dimasukkan kedalam labu ukur 25 mL. Hasil pengukuran serapan larutan formalin
dapat terlihat pada Gambar 1.
Ditambahkan akuades sebanyak 5 mL dan 5
mL pereaksi Nash lalu dipanaskan kedalam
penangas air pada suhu optimum selama 30 Dari hasil pengukuran serapan larutan
menit sambil ditutup, setelah dingin dan formalin dilihat bahwa pada panjang
ditepatkanvvolumenya menggunakan gelombang 412,78 nm didapatkan puncak
akuades. Dikocok hingga homogen. Diukur tertinggi dengan nilai absorban yaitu 0,501
dengan spektrofotometer UV-Vis dengan pada suhu optimum 40°C dalam pelarut air
panjang gelombang 412,78 nm. dan penambahan reagen Nash. Pemilihan
panjang gelombang maksimum larutan
Penentuan Persen Perolehan Kembali formalin dilakukan agar dapat mengetahui
Penentuan perolehan kembali dilakukan daerah maksimum formalin bekerja
dengan menggunakan sampel yang telah memberikan serapan warna yang dapat
diketahui konsentrasinya kemudian dilakukan diabsorbsi oleh alat spektofotometer UV-Vis,
adisi standar dengan kondisi tertentu. sehingga dapat dihasilkan nilai berupa
Ditimbang sampel sebanyak 10 g, absorbansi. Selain itu pemilihan panjang
dihancurkan dengan lumpang kemudian gelombang maksimum juga berfungsi untuk
ditambahkan formalin kosentrasi 14 µg/mL. mengetahui selektifitas dan sensitifitas
Sampel disaring ke dalam labu ukur 50 mL formalin.
sambil ditambahkan akuades sebanyak 50
mL. Larutan dipipet sebanyak 5 mL ke dalam Linearitas dan Kurva kalibrasi
labu 25 mL, ditambahkan 5 mL reagen Nash
dan 5 mL akuades. Campuran tersebut Uji linieritas dilakukan dengan membuat
dipanaskan pada suhu 40 oC selama 30 menit, kurva kalibrasi yang dapat menghasilkan
didinginkan dan ditepatkan volumenya persamaan garis regresi serta nilai koefisien
dengan akuades kemudian diukur serapanya determinasi yaitu untuk mengetahui
pada panjang gelombang 412,78 nm. Persen hubungan antara konsentrasi larutan baku
perolehan kembali diperoleh dari dengan nilai serapan yang dihasilkan. Kurva
perbandingan konsentrasi sampel setelah kalibrasi larutan formalin yang dibuat dari
adisi dengan sejumlah konsentrasi standar lima konsentrasi larutan formaldehid yaitu 0,
dan sampel. 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14 µg/mL. Hal ini dapat
dilihat pada Gambar 2.

184 ISSN : 1978-628X / eISSN : 2476-8960


Vol.8, No. 2, Maret 2015 J. Ris. Kim.

Gambar. 1 Spektrum Serapan Optimum Hasil Reaksi Antara Formalin Kosentrasi 10 µg/mL
dengan Reagen Nash pada suhu 27°C, 40°C dan suhu 60°C.

Berdasarkan hasil kurva yang didapatkan


menunjukkan bahwa nilai absorbansi yang 3.3 Hasil Pengukuran Batas Deteksi
dihasilkan meningkat dengan peningkatan (LoD) dan Batas Kuantisasi (LoQ)
konsentrasi larutan standar formalin yang
dibuat. Hasil pengukuran sederetan larutan Penentuan batas deteksi dan batas kuantisasi
standar formalin didapatkan persamaan dari formalin dilakukan dengan pengukuran
regresi dari formalin y = 0,0488x – 0,0087 dari semua larutan standar dengan rentang
dengan nilai koefisien determinasi (R2) konsentrasi 2 µg/mL hingga 14 µg/mL
0,999. Nilai koefisien korelasi yang diperoleh dengan pengulangan sebanyak delapan kali.
menunjukkan hasil yang baik karena Dari hasil perhitungan diperoleh batas deteksi
mendekati nilai 1, sehingga dapat dikatakan (LoD) formalin adalah sebesar 0,3569 µg/mL
terdapat hubungan yang erat antara dan batas kuantisasi (LoQ) adalah sebesar
konsentrasi dan nilai absorban yang terukur 1,1899 µg/mL.
dimana semua titik dari hasil pengukuran
terletak pada satu garis lurus. 3.4 Uji Kadar Formalin
3.4.1 Pengukuran Kadar Formalin Pada
Sampel
Hasil analisis kadar formalin pada ikan segar
yang direndam dalam larutan formalin 100
µg/mL selama 24 jam, kemudian dicuci,
direndam dan direbus dapat dilihat pada
Tabel 1. Dari hasil penelitian yang telah
dilakukan pada ikan didapatkan kadar
formalin sebelum diberi pelakuan sebesar
0,3344 µg/g dan setelah diberi perlakuan
Gambar 2. Kurva Kalibrasi formalin terjadi penurunan kadar formalin sebanyak
43,959 % pada ikan dimana sisa kandungan
formalin dalam ikan dengan pencucian
sebesar 0,1874 µg/g, proses perendaman

ISSN : 1978-628X / eISSN : 2476-8960 185


J. Ris. Kim. Vol. 8, No. 2, Maret 2015

terjadi penurunan kadar formalin sebanyak formalin sebanyak 95,442%, dimana sisa
33,343 % dimana sisa kandungan formalin kandungan formalin pada sampel sebesar
dalam ikan sebesar 0,2229 µg/g dan proses 0,0148 µg/g.
perebusan juga terjadi penurunan kadar
formalin sebanyak 53,789 % dimana sisa Walaupun sifat formalin cenderung menguap
kandungan formalin dalam ikan sebesar pada suhu tinggi tapi pada proses perebusan
0,1545 µg/g. tidak menghilangkan semua kandungan
formalin pada sampel karena formalin dapat
Hal ini terjadi karena sifat kimia dari berikatan dengan protein. Hal ini sependapat
formalin yang bisa bereaksi dengan protein dengan penelitian Hastuti[8] yang menyatakan
dalam ikan, dan membuat daging lebih bahwa daging yang direndam dalam larutan
elastis. Proses pemanasan dapat formalin sebagai pengawet, formalin tersebut
menghidrolisis protein dan memperlonggar mengikat dengan protein serta senyawa lain
ikatan dengan formalin. Sehingga formalin dan sisanya tetap dalam bentuk formalin
kemudian dilepaskan sebagai senyawa yang bebas yang kemudian akan diserap ke dalam
mudah menguap. Kondisi ini disebabkan oleh jaringan (daging), sehingga akan terlindungi
sifat fisikokimia formalin dimana dari udara luar dan akibatnya sangat lambat
kelarutannya dalam air dan kecenderungan terjadi penguapan, sehingga formalin masih
untuk menguap pada suhu yang lebih tinggi terdeteksi dalam sampel.
[14]

Dari Tabel 2, ikan yang dijual di pasar Kota


3.4.2 Hasil Pengukuran Kadar Formalin Padang masih ada yang menggunakan
Pada Ikan Di Pasaran formalin untuk mengawetkan bahan
makanan, padahal berdasarkan peraturan
Hasil analisis kadar formalin pada ikan segar Menteri Kesehatan RI
yang diperoleh di pasar yang diduga No.1168/MENKES/PER/X/1999 formalin
mengandung formalin, diberi perlakuan yaitu merupakan bahan pengawet yang dilarang
dicuci, direndam dan direbus dapat dilihat untuk pegawetan makanan. Penambahan
pada Tabel 2. Dari hasil penelitian formalin untuk mengawetkan ikan
didapatkan nilai kadar formalin yang keluar disebabkan jarak penangkapan dengan lokasi
pada sampel yang diperoleh di pasar yaitu pasar yang jauh serta kapal yang digunakan
pada sampel 1 dibeli di Pasar Raya Padang, nelayan masih sangat sederhana. Pengawetan
didapatkan kadar formalin sebelum perlakuan dengan menggunakan batu es memerlukan
sebesar 0,2588 µg/g dan setelah proses biaya yang sangat mahal, sehingga nelayan
pencucian dengan air mengalir menurunkan lebih memilih formalin untuk mengawetkan
kadar formalin sebanyak 22,720% dimana makanan karena biaya lebih murah [2].
sisa kandungan formalin pada sampel sebesar
0,2000 µg/g, proses perendaman menurunkan
kadar formalin sebanyak 17,040%, dimana
Tabel 1. Hasil analisis kadar formalin 100
sisa kandungan formalin pada sampel sebesar
µg/mL pada sampel sebelum dan sesudah
0,2147 µg/g dan proses perebusan dapat
diberi beberapa perlakuan
menurunkan kadar formalin sebanyak
96,097% dimana sisa kandungan formalin Proses Kadar Penurunan
yang terkandung pada sampel sebesar 0,0101 Formalin Pada Kadar Formalin
µg/g. Sampel (µg/g) (%)
(A) 0,3344 -
Sedangkan pada sampel 2 dibeli di Pasar
Ambacang, didapatkan kadar formalin (B1) 0,1874 43,959
sebelum perlakuan sebesar 0,3247 µg/g
setelah proses pencucian dengan air (B2) 0,2229 33,343
mengalir menurunkan kadar formalin (B3) 0,1545 53,798
sebanyak 41,823%, dimana sisa kandungan
Keterangan :
formalin pada sampel sebesar 0,1889 µg/g,
(A) = Sampel tanpa perlakuan
proses perendaman menurunkan kadar
(B1) = Sampel dicuci dengan air mengalir
formalin sebanyak 56,239%, dimana sisa
(B2) = Sampel direndam selama 30 menit
kandungan formalin sebesar 0,1418 µg/g dan
(B3) = Sampel direbus selama 30 menit
proses perebusan dapat menurunkan kadar
186 ISSN : 1978-628X / eISSN : 2476-8960
Vol.8, No. 2, Maret 2015 J. Ris. Kim.

Tabel 2. Hasil analisis kadar formalin pada juga terjadi penurunan kadar formalin
sampel yang diperoleh di pasar sebelum dan sebanyak 53 %.
sesudah diberi beberapa perlakuan
Pengukuran kadar formalin pada sampel yang
Kadar Penurunan diperoleh dipasaran terjadi penurunan kadar
Formalin kadar formalin formalin yaitu pada sampel 1, proses
Sampel Proses pada (%) pencucian dengan air mengalir menurunkan
Sampel kadar formalin sebanyak 22%, proses
(µg/g) perendaman menurunkan kadar formalin
- sebanyak 17%, dan proses perebusan dapat
(A) 0,2588 menurunkan kadar formalin sebanyak 96%.
(B1) 0,2000 22.720 Sedangkan pada sampel 2, proses pencucian
1 (B2) 0,2147 17,040 dengan air mengalir menurunkan kadar
96,097 formalin sebanyak 41%, proses perendaman
(B3) 0,0101
menurunkan kadar formalin sebanyak 56%,
(A) 0,3247 -
dan proses perebusan dapat menurunkan
(B1) 0,1889 41,823 kadar formalin sebanyak 95%.
2 (B2) 0,1418 56,329
(B3) 0,0148 95,442
UCAPAN TERIMA KASIH

Hasil Pengukuran Perolehan Kembali (%) Ucapan terima kasih penulis sampaikan
kepada analis-analis Laboratorium Jurusan
Penentuan perolehan kembali bertujuan
Kimia yang turut membantu selama
untuk mengetahui tingkat ketepatan suatu
penelitian.
metode yang dilakukan dengan cara
membandingkan konsentrasi sampel setelah
adisi dengan konsentrasi standar dan sampel.
Persen perolehan kembali dilakukan dengan
menambah sejumlah larutan standar dalam DAFTAR PUSTAKA/ REEFRENCES
sampel tertentu. Nilai perolehan kembali
yang mendekati 100% menunjukkan tingkat 1. Tunhun, Dusadee, Sombat K.,
kesesuaian dari rata-rata suatu pengukuran Mayuree C. and Nongnuch R.,
yang sebanding dengan nilai sebenarnya. 2008, Detection of Ilegal Addition of
Dari hasil percobaan didapatkan perolehan Formaldehyde to Fresh Fish, Faculty
kembali pada sampel ikan yang ditambahkan of Fisheries, Kasetsart University,
formalin dengan kosentrasi 14 µg/mL yaitu Bangkok.
96,84 %. Hasil uji perolehan kembali yang 2. Adawyah R., 2007, Pengolahan dan
memenuhi syarat adalah 93 % - 99 %. Pengawetan Ikan, Bumi Aksara,
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Jakarta.
metode ini memiliki ketepatan yang cukup 3. Levita J., Musfiroh I., Indriyati W.,
baik. and Mustarichie R., 2010, The Effect
of Soaking, Washing and Frying on
The Concentration of Formaldehyde
in Sange Belah Salty Fish, Jurnal
KESIMPULAN Ilmu-Ilmu Hayati dan Fisik, 1, 12.
4. Aswad M., Fatmawaty A.,
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan Nursamsiar, dan Rahmawanti, 2011,
menunjukkan bahwa pengukuran kadar Validasi Metode spektrofotometri
formalin pada sampel yang direndam larutan sinar Tampak untuk Analisis
formalin 100 µg/mL terjadi penurunan kadar Formalin Dalam Tahu. Majalah
formalin setelah diberi perlakuan yaitu 43% Farmasi dan Farmakologi, 1, 15,
pada proses pencucian dengan air mengalir, 26–29.
proses perendaman terjadi penurunan kadar
formalin sebanyak 33% dan proses perebusan

ISSN : 1978-628X / eISSN : 2476-8960 187


J. Ris. Kim. Vol. 8, No. 2, Maret 2015

5. Cahyadi W., 2006, Analisis dan Means of Hantzch Reaction,


Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Biochem, J, 55, 3, 417-418.
Pangan, Bumi Aksara, Jakarta. 13. Susanti S., 2010, Penetapan Kadar
6. Li J., Zhu J., Ye L., 2007, Formaldehid Pada Tahu yang Dijual
Determination of Formaldehyde in di Pasar Ciputat Dengan Metoda
Squid by High-Performance Liquid Spektrofotometri UV-Vis Disertai
Chromatography, Asia Pacific Kolometri Menggunakan Pereaksi
Journal, 16, 127-130. Nash. Skripsi, Fakultas Kedokteran
7. Aprilianti, Ayudiah, Ma’ruf A., dan Ilmu Kesehatan, Universitas
Fajarini Z. N., Purwanti D., 2007, Muslim Negeri, Jakarta.
Studi Kasus Penggunaan Formalin 14. Harmita, 2004, Petunjuk Pelaksanaan
Pada Tahu Takwa Di Kotamadya Metode Validasi dan Cara
Kediri, PKM Penulisan Ilmiah Perhitungannya, Jurnal Ilmu
(PKMI), Program Kreativitas Kefarmasian, 3, 1, 117–121.
Mahasiswa, Universitas 15. Wu P., Chang C., and Chou S., 2003,
Muhammadiyah Malang, Malang. Determination of Formaldehyde
8. Hastuti S., 2010, Analisis Kualitatif Incosmetics by HPLC Method and
dan Kuantitatif Formaldehid pada Acetyl Acetone Method. Journal of
Ikan Asin di Madura, Agrointek,, 2, Food and Drug Analysis, 1, 1, 8–15.
4. 16. Fessenden, R.J., dan Fesseden, J.S.,
9. Mardiana, 2009, Pengaruh 1997, Buku Terjemahan, Dasar -
Perendaman dengan Air Mendidih Dasar Kimia Organik, alih bahasa :
dan Dingin Terhadap Kadar Formalin Maun S., Anas K., Sally T.A,
dalam Ayam Kemasan yang di Jual Binarupa Aksara, Jakarta, 361.
di Beberapa Supermarket di Kota 17. Lehotay J. and Hromulakova K.,
Medan, Skripsi, Jurusan Kimia, 1994, HPLC Determination of Trace
Fakultas MIPA, USU, Medan. Levels ofAaliphaticAldehydes C1-C4
10. Departemen Kesehatan Republik in River and Tap Water Using Online
Indonesia. 1979. Farmakope Preconcentration. Journal Liquid
11. Schyver, S.B., 1910, The Chromatography, 3, 17, 579.
Photochemical Formation of 18. Cahyadi W., 2006, Kajian dan
Formaldehyde in Green Plants, Proc. Analilis Bahan Tambahan Pangan.
Roy. Soc. London, Series B 82, 554, Edisi Pertama, Pustaka Sinar
227. Harapan, Jakarta.
12. Nash, T., 1953, Colorimetric
estimation of Formaldehyde By

188 ISSN : 1978-628X / eISSN : 2476-8960

Anda mungkin juga menyukai