Anda di halaman 1dari 12

JGE (Jurnal Geofisika Eksplorasi)

Vol. 07 No. 02, Juli 2021 (138-149) https://doi.org/10.23960/jge.v7i2.136

ALTERASI DAN MINERALISASI BIJIH PADA BATUAN


DIORIT DI DAERAH WOMBO, SULAWESI TENGAH

ALTERATION AND ORE MINERALIZATION IN DIORITE


AT WOMBO AREA, CENTRAL SULAWESI
A. Nurul Novia Rahmaningrum1, Asrafil, A2*
1,2
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Tadulako; Palu Sulawesi Tengah

Received: 2021, May 5th Abstrak. Daerah Wombo Kecamatan Tanantovea Kabupaten Donggala
Accepted: 2021, July 12th Provinsi Sulawesi Tengah merupakan salah satu daerah yang diduga
mempunyai potensi mineralisasi bijih. Hal ini diindikasikan dengan adanya
kenampakan permukaan berupa batuan diorit yang telah mengalami alterasi.
Keyword: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik alterasi
Alteration; hidrotermal dan mineralisasi bijih dengan metode penelitian lapangan dan
Chalcopyrite; analisis laboratorium berupa petrografi, XRD dan mineragrafi. Berdasarkan
Covelite; analisis petrografi dan XRD, alterasi hidrotermal dicirikan oleh alterasi
Ore Mineralization; propilitik (klorit-zeolit-kalsit) dan alterasi argilik (illit-kuarsa-kalsit).
Pyrite. Berdasarkan analisis mineragrafi, mineralisasi bijih di daerah penelitian
dicirikan oleh kehadiran pirit (FeS2), kalkopirit (CuFeS2) dan kovelit (CuS).
Hasil interpretasi menunjukkan bahwa urutan pembentukan mineral bijih
berdasarkan pengamatan tekstur yaitu diawali dengan pirit yang hadir mengisi
Corespondent Email: rekahan-rekahan pada batuan, kalkopirit intergrowth dengan pirit yang
asrafil@untad.ac.id menandakan kalkopirit hadir bersamaan dengan pirit, replacement kovelit
terhadap kalkopirit dan pirit menunjukkan kehadiran kovelit setelah pirit dan
kalkopirit.
How to cite this article:
Abstract. Wombo area, Tanantovea District, Donggala Regency, Central
Rahmaningrum, A.N.N. & A.,
Sulawesi Province is one of the areas suspected have ore mineralization
Asrafil. (2021). Alterasi dan
indication. It is characterized by the surface appearance of altered diorite rocks.
Mineralisasi Bijih Pada
This research aims to identify the characteristics of hydrothermal alteration and
Batuan Diorit di Daerah
ore mineralization by using integrated methods which are field research and
Wombo, Sulawesi Tengah.
laboratory work including petrography, XRD and mineragraphy. Based on
Jurnal Geofisika Eksplorasi,
petrographic and XRD analysis, the hydrothermal alteration is characterized by
7(2), 138-149.
propylitic alteration (chlorite-zeolite-calcite) and argillic alteration (illite-quartz-
calcite). According to mineragraphy analysis, mineralization in the study area is
characterized by the presence of pyrite (FeS2), chalcopyrite (CuFeS2) and covelite
(CuS). The interpretation results show that paragenesis of ore mineral based on

138
JGE (Jurnal Geofisika Eksplorasi) 07 (02) 2021, 138-149
© 2021 JGE (Jurnal Geofisika texture observations begins with pyrite filling the fractures in the rock,
Eksplorasi). This article is an open-
intergrowth chalcopyrite with pyrite which indicates chalcopyrite is present along
access article distributed under the
terms and conditions of the Creative with pyrite, replacing covelite against chalcopyrite and pyrite shows the presence
Commons Attribution (CC BY NC) of covelite after pyrite and chalcopyrite.

1. PENDAHULUAN
2. TINJAUAN PUSTAKA
Pulau Sulawesi memiliki kondisi geologi
yang kompleks, membuat daerah ini kaya akan 2.1. Alterasi Hidrotermal
sumberdaya geologi termasuk mineral logam Alterasi hidrotermal merupakan proses
(Idrus dkk., 2011; Leeuwen & Pieters, 2012; yang kompleks meliputi perubahan secara
Maulana dkk., 2020). Pulau ini seakan dirobek mineralogi, kimia dan tekstur yang dihasilkan
oleh berbagi sesar seperti; sesar Palu-Koro, dari interaksi larutan hidrotermal dengan
sesar Poso, sesar Matano, sesar Walanopo, batuan yang dilaluinya pada kondisi kimia-
sesar Walanae, sesar Gorontalo, sesar batui, fisika tertentu. Proses alterasi akan
sesar Tolo, sesar Makassar dan lain-lain menyebabkan terubahnya mineral primer
(Bachri & Sidarto, 2013). menjadi mineral sekunder yang kemudian
Wombo sebagai daerah studi dalam disebut dengan mineral yang teralterasi
penelitian ini merupakan salah satu daerah (Pirajno, 2009). Hal yang sangat penting
yang dilewati oleh sesar aktif Palu-Koro. dalam mengenali endapan bijih terutama
Adanya sesar Palu-Koro yang aktif berperan endapan magmatik dan hidrotermal adalah
penting dalam pembentukan sesar-sesar minor kehadiran kumpulan mineral tertentu pada
di sekitarnya yang kemudian menjadi jalur batuan yang dilalui oleh larutan hidrotermal
mobilitas fluida hidrotermal menuju ke sebagai respons akibat adanya reaksi antara
permukaan dan menjadi tempat terbentuknya larutan hidrotermal dengan batuan samping.
mineralisasi (Leeuwen & Pieters, 2012). Hasil Kumpulan mineral tersebut hadir dalam
pengukuran orientasi vein baik dipermukaan bentuk zona dan antara zona yang satu dengan
maupun di bawah permukaan untuk wilayah yang lainnya dibatasi dengan adanya kehadiran
sekitar sesar Palu-Koro, umunya diperoleh mineral-mineral khas (Maulana, 2017).
arah vein yang sejajar dengan pola tegangan Klasifikasi tipe alterasi hidrotermal
resional sesar Palu-Koro (Leeuwen & Pieters, berdasarkan kumpulan mineralnya, menurut
2012; Marliani, M, dan Asrafil, 2021; Wajdi et Corbett dan Leach (1998) sebagai berikut.
al., 2011). 1. Tipe Argilik lanjut
Indikasi mineralisasi di daerah studi Dicirikan dengan mineral kunci mineral silika,
ditandai oleh adanya kenampakan alterasi di alunit dan kaolinit. Pa da temperatur tinggi
permukaan pada batuan diorit. Berdasarkan dikit dan pirofilit terbentuk pada pH rendah
latar belakang kondisi tersebut, dilakukanlah (≤4).
studi terkait karakteristik mineralisasi pada 2. Tipe Argilik (argilik intermedit)
batuan diorit di daerah Wombo. Penelitian ini Dicirikan dengan mineral kunci
bertujuan untuk mengidentifikasi karakteritik smektit, montmorillonit, ilit-smektit
alterasi hidrotermal dan keterdapatan mineral dan kaolinit. Tipe alterasi jenis ini
bijih dalam rangka mengungkap mineralisasi terbentuk pada temperatur rendah, berikisar
yang terjadi pada batuan diorit di daerah 100 hingga 250°C dan umumnya mempunyai
Wombo. pH rendah (sekitar 4-5).

139
Alterasi dan Mineralisasi Bijih Pada Batuan Diorit Rahmaningrum & Asrafil

3. Tipe Filik mineral yang menyebabkan terjadinya


Alterasi jenis ini ditandai dengan penyimpangan struktur kristalografi sehingga
kehadiran mineral serisit atau muskovit, susunannya tidak beraturan.
pirofilit, andalusit serisit/muskovit. terbentuk
pada temperatur (>200-250°C). T ipe in i 3. METODE PENELITIAN
memilik i pH yang sama dengan tipe argilik. Penelitian ini dilaksanakan melalui
4. Tipe Propilitik pendekatan studi lapangan dan analisis
Alterasi ini ditandai oleh kehadiran mineral laboratorium. Studi lapangan meliputi
epidot dan/atau klorit, albit sekunder pengambilan data lapangan yang terdiri dari
dan/atau K-feldspar. Terbentuk pada pengamatan kondisi geologi, alterasi dan
temperatur relatif rendah (200-300°C), pH pengambilan sampel batuan. Setelah
netral-basa. Dominasi kumpulan mineral pengumpulan data lapangan selesai, sampel
alterasi berupa zeolit tergantikan oleh epidot yang telah dipilih kemudian dipreparasi untuk
yang dikenal sebagai tipe subpropilitik. kemudian dianalisis di laboratorium.
5. Tipe Potasik Analisis laboratorium meliputi analisis
Alterasi potasik ditandai dengan kehadiran petrografi, mineragrafi dan XRD (X-Ray
mineral biotit dan/atau K-feldspar ± magnetit Diffraction). Analisis laboratorium yang
± aktinolit ± klinopiroksin. Alterasi ini dilaksanakan, diuraikan sebagai berikut.
terbentuk pada temperatur yang tinggi, dalam
kondisi pH netral-basa. 3.1. Analisis Petrografi
Analisis petrografi menggunakan
2.2. Tekstur Mineral Bijih mikroskop polarisasi. Analisis ini bertujuan
Pengertian tekstur adalah suatu bentuk untuk mengidentifikasi tekstur, mineral
yang memperlihatkan hubungan antara penyusun batuan, dan indikasi kehadiran
mineral yang satu terhadap mineral lainnya, mineral alterasi serta penamaan batuan pada
hubungan antara mineral inklusi terhadap host daerah penelitian. Analisis ini dilakukan pada
mineral, dan hubungan antara mineral- tiga sampel batuan di lokasi penelitian.
mineral terhadap massa dasarnya (Magdalena,
2010). 3.2. Analisis Mineragrafi
2.2.1. Tekstur Pengisian (Open Space Filling) Analisis mineragrafi menggunakan
mikroskop bijih dilakukan terhadap empat
Tekstur pengisian umumnya terbentuk
pada batuan yang pecah, pada daerah yang sampel batuan yang dipreparasi dalam bentuk
umumnya memiliki tekanan yang relatif sayatan poles. Analisis ini bertujuan untuk
rendah, sehingga rekahan atau kekar menentukan jenis mineral bijih, deskripsi
cenderung bertahan (Hartusuwarno, 2005). tekstur yang nantinya dapat membantu untuk
interpretasi paragenesanya.
2.2.2. Tekstur Penggantian (Replacement)
Tekstur penggantian adalah tekstur yang
3.3. Analisis XRD (X-Ray Diffraction)
menunjukkan penggantian sebagian mineral
Analisis kimia batuan menggunakan XRD
atau seluruhnya oleh mineral lain tanpa
(X-Ray Diffraction) bertujuan untuk
adanya perubahan volume (Ramdohr, 1969).
mengetahui kandungan mineral yang tidak
2.2.3. Tekstur Tumbuh Bersama
dapat dideterminasi secara megaskopis dan
(Intergrowth)
mikroskopis. Analisis XRD dilakukan terhadap
Menurut Ramdohr (1969), tekstur
tiga sampel batuan teralterasi dari lokasi studi
intergrowth terbentuk oleh perubahan
untuk mengidentifikasi kehadiran mineral
temperatur yang tinggi serta dipengaruhi jenis

140
JGE (Jurnal Geofisika Eksplorasi) 07 (02) 2021, 138-149

alterasi yang menjadi kunci dalam penentuan Alterasi hidrotermal yang tersingkap pada
tipe alterasi. daerah penelitian seluas 32% dari luas
keseluruhan daerah penelitian, sedangkan 68%
4. HASIL DAN PEMBAHASAN dari luas keseluruhan daerah penelitian
merupakan daerah yang tidak mengalami
4.1. Alterasi Hidrotermal alterasi (Gambar 1). Kumpulan mineral hasil
Mineral alterasi hidrotermal di daerah analisis XRD menunjukkan bahwa alterasi
penelitian yang diperoleh dari analisis XRD hidrotermal pada daerah penelitian dapat
pada tiga sampel batuan repserentatif yang dikelompokkan menjadi dua tipe alterasi
menunjukkan kehadiran mineral-mineral hidrotermal (Gambar 2) dengan mengacu
ubahan (teralterasi) (Tabel 1). pada klasifikasi Corbett dan Leach (1998),
yaitu:
Tabel 1. Hasil Analisis XRD Sampel Batuan
1. Alterasi Propilitik (klorit-zeolit-kalsit)
Teralterasi
2. Alterasi Argilik (ilit-kuarsa-kalsit)
Sampel Mineral Tipe 4.1.1. Alterasi Propilitik
NWB 1B Kuarsa, Muskovit, Propilitik Tipe alterasi ini hadir paling luas pada
Klorit, Sodalit, batuan yang ada yakni sekitar 31% dari luas
NWB 7 Rutil, Lepidolit Propilitik
keseluruhan daerah penelitian. Alterasi
Kalsit,
propilitik terbentuk oleh campuran dan
NWB 3 Klinoklorit, Argilik
Kuarsa, evolusi fluida pada sistem hidrotermal antara
Leumontit (grup fluida juvenil dan meteorik (Ruppel dkk.,
Zeolit), Albit 2018). Pada singkapan di lapangan, tipe
Kuarsa, Illit, alterasi ini dicirikan dengan warna batuan abu-
Kalsit, Magnetite, abu kehijauan dan berwarna kecoklatan pada
Montmorilonit kondisi lapuk.

Gambar 1. Peta Zonasi Alterasi Hidrotermal

141
Alterasi dan Mineralisasi Bijih Pada Batuan Diorit Rahmaningrum & Asrafil

Warna hijau tersebut disebabkan kehadiran (Gambar 4c) terlihat jelas mineral plagioklas
mineral ubahan klorit (Gambar 3). Mineral dan biotit tersebut telah mengalami alterasi
ubahan lain yang hadir adalah zeolit, karbonat, menjadi klorit. Mineral klorit ini terbentuk
kuarsa, adularia, albit dan mineral lempung. karena reaksi antara mineral plagioklas
Berdasarkan pengamatan petrografi, klorit maupun biotit dengan larutan hidrotermal.
hadir berserabut dan sebagai agregat halus, Kalsit hadir sebagai urat. Kalsit merupakan
berukuran 0.5-2.5 mm. Klorit merupakan mineral alterasi dari mineral yang
ubahan mineral yang mengandung Mg/Fe mengandung unsur Ca. Adapun mineral
seperti plagioklas dan biotit, hal ini lempung merupakan hasil alterasi dari dari
ditunjukkan oleh bentuk awal dari mineral mineral-mineral feldspar.
plagioklas (Gambar 4a) dan mineral biotit

Gambar 2. Himpunan mineral ubahan pada sistem hidrotermal (Corbett


& Leach, 1998). Tipe alterasi argilik dan propilitik yang dijumpai pada
daerah penellitian (garis hijau).

142
JGE (Jurnal Geofisika Eksplorasi) 07 (02) 2021, 138-149

a b

Gambar 3. Kenampakan singkapan batuan yang mengalami alterasi propilitik pada stasiun
01 (a) dan stasiun 07 (b).

Gambar 4. Sayatan petrografi sampel batuan NWB 1C dari stasiun 01.


Pada kenampakan nikol sejajar (a) dan nikol silang (b) yang tersusun
atas mineral klorit (Chl), kuarsa (Qtz), adularia (Ad), sanidin (Sa),
mineral lempung (Cly) dan mineral opak (Opq). Sayatan petrografi
sampel batuan pada stasiun 08. Kenampakan nikol sejajar (c) dan nikol
silang (d) yang tersusun atas mineral klorit (Chl), biotit (Bt) dan urat
kalsit (Cal).

Dari hasil analisis XRD (X-ray Diffraction), albit, mineral laumontit yang termasuk dalam
dijumpai mineral klorit (Gambar 5), mineral grup zeolit (Gambar 6). Mineral laumontit

143
Alterasi dan Mineralisasi Bijih Pada Batuan Diorit Rahmaningrum & Asrafil

terbentuk pada pH netral dengan temperatur 1998; Pirajno, 2009; White & Hedenquist, 1995;
berkisar 150-200°C (Corbett & Leach, 1998). Winter, 2014). Hal yang sama ditemukan di
Kestabilan temperatur dan tekanan yang area sebelah selatan lokasi studi (Poboya),
dimiliki zeolit membuat mineral ini memiliki dimana kumpulan mineral pada alterasi
peranan yang sangat penting pada endapan propilitik dalam sebagai produk dari interaksi
epitermal (Pirajno, 2009). batuan dan fluida hidrotermal yang hampir
Berdasarkan kumpulan mineral alterasi netral dan asam (Syafrizal dkk., 2017).
yang didominasi oleh mineral klorit, zeolit, Beberapa bagian alterasi propilitik
kalsit, adularia dan mineral lempung maka kemungkinan juga telah terbentuk sebelum
kumpulan mineral alerasi ini dapat pengendapan bijih dan mungkin secara
dimasukkan dalam jenis alterasi propilitik genetik tidak berhubungan dengan proses
sesuai dengan klasifikasi dari Corbett dan hidrotermal pembentuk bijih (Evans, 2009).
Leach (1998). Berdasarkan kehadiran Hal ini menjadi alasan mengapa pada zona
kumpulan mineral alterasi menurut pH fluida alterasi propilitik yang ditemui umumnya
hidrotermal menunjukkan indikasi alterasi mempertahankan beberapa tekstur utama dari
fluida yang mendekati pH Normal pada suhu batuan induk (Zar dkk., 2018).
relatif 200 hingga 300°C (Corbett & Leach,

Gambar 5. Grafik hasil analisis XRD sampel NWB 1B.

Gambar 6. Grafik hasil analisis XRD sampel NWB 7.

144
JGE (Jurnal Geofisika Eksplorasi) 07 (02) 2021, 138-149

4.1.2. Alterasi Argilik tinggi (Corbett & Leach, 1998). Berdasarkan


Alterasi argilik dijumpai tersingkap di dominasi kumpulan mineral alterasi oleh
daerah penelitian dengan luasan yang sangat mineral lempung, kuarsa dan karbonat maka
kecil, hanya sekitar 1% dari luas keseluruhan dikelompokkan ke dalam jenis alterasi argilik
daerah penelitian. Singkapan di lapangan sesuai dengan klasifikasi dari Corbett dan
menunjukan kenampakan dengan warna Leach (1998). Alterasi argilik ini terbentuk
batuan abu-abu keputih-putihan dan pada suhu rendah berkisar 100 hingga 250°C
cenderung lunak (Gambar 7). Mineral alterasi dan secara umum mempunyai pH rendah
yang dapat diidentifikasi secara petrografi (sekitar 4-5) (Corbett & Leach, 1998).
adalah mineral lempung, kuarsa dan karbonat.
Sedangkan untuk jenis mineral lempung yang 4.2. Mineralisasi Bijih
muncul berdasarkan analisis XRD (X-ray Pengamatan mineral bijih dilakukan
Diffraction) adalah ilit dan montmorilonit terhadap empat sampel batuan yang diduga
(Gambar 8). sebagai batuan pembawa mineral bijih dengan
Berdasarkan pengamatan petrografi analisis mikroskopis bijih (mineragrafi).
(Gambar 9), tekstur dari batuan asal sudah Umumnya mineralisasi bijih yang dijumpai di
tidak dapat dilihat lagi pada zona ini dan daerah penelitian merupakan mineral-mineral
mineral-mineral primer juga sudah sulfida, antara lain: pirit (FeS2), kalkopirit
sepenuhnya tergantikan oleh kuarsa dan (CuFeS2) dan kovelit (CuS).
mineral lempung. Mineral lempung hadir Mineralisasi yang terdapat di daerah
sebagai hasil ubahan dari massa dasar, kuarsa penelitian dijumpai dalam bentuk menyebar
hadir mengisi rongga-rongga batuan yang (disseminated) pada batuan dan urat kuarsa-
menggantikan fenokris dan massa dasar. kalsit. Urat kuarsa dan kalsit hadir dengan
Kuarsa terbentuk dari penurunan temperatur tekstur berlapis (crustiform banding) (Gambar
larutan hidrotermal yang cepat. Kalsit hadir 10). Tekstur mineral bijih yang diperoleh dari
sebagai urat, terbentuk dari proses pendidihan daerah penelitian terdiri dari tekstur pengisian
fluida yang memiliki unsur CO2 yang cukup (open space filling), tekstur intergrowth dan
tekstur penggantian (replacement).

Gambar 7. Kenampakan singkapan batuan yang mengalami alterasi argilik


pada stasiun 03.

145
Alterasi dan Mineralisasi Bijih Pada Batuan Diorit Rahmaningrum & Asrafil

Gambar 8. Grafik XRD NWB 3

Gambar 9. Sayatan petrografi sampel batuan dari stasiun 03. Pada kenampakan nikol
sejajar (a) dan nikol silang (b) yang tersusun atas mineral lempung (Cly), urat kalsit
(Cal), mineral kuarsa (Qtz) dan mineral opak (Opq).

Gambar 10. Urat kalsit (a) dan urat kuarsa (b) dengan tekstur crustiform.

146
JGE (Jurnal Geofisika Eksplorasi) 07 (02) 2021, 138-149

4.2.1. Jenis Mineral Bijih Tekstur intergrowth (tumbuh bersama)


Berdasarkan analisis mikroskopis bijih hadir pada sebagian pirit dan kalkopirit
(mineragrafi) pada empat sampel batuan, jenis (Gambar 11a). Hal ini menunjukkan suatu
mineral bijih yang dijumpai di daerah saat, pirit dan kalkopirit terbentuk bersamaan
penelitian merupakan mineral-mineral (Craig & Vaughan, 1994; Ramdohr, 1969).
golongan sulfida, antara lain: pirit (FeS2), Tekstur penggantian (replacement) pada
kalkopirit (CuFeS2) dan kovelit (CuS). analisis mineragrafi ditunjukkan oleh mineral
Pirit pada kenampakan mikroskopis secara kovelit yang hadir menggantikan mineral
umum berwarna putih kekuningan dengan kalkopirit pada sampel batuan NWB 1C
bentuk subhedral-anhedral. Mempunyai (Gambar 11a) dan mineral kovelit yang hadir
ukuran yang bervariasi yaitu 0.01-0.7 mm, menggantikan sebagian dari tubuh pirit, yaitu
tidak dijumpai adanya pleokroisme dan pada sayatan poles sampel batuan NWB 6
bersifat isotropik. Semua sampel batuan yang (Gambar 11b).
dianalisis dijumpai mineral pirit dalam bentuk
disseminated mengisi rekahan-rekahan pada 4.3. Paragenesa Mineral Bijih
batuan (Gambar 11). Mineral bijih yang hadir dari analisis
Kalkopirit pada kenampakan mikroskopis mineragrafi adalah kalkopirit, pirit dan kovelit.
berwarna kuning dengan bentuk subhedral- Urutan pembentukan mineral bijih
anhedral. Mempunyai ukuran <0.01 mm, tidak berdasarkan pengamatan tekstur yaitu diawali
dijumpai adanya pleokroisme dan bersifat dengan pirit yang hadir mengisi rekahan-
isotropik. Kalkopirit dijumpai bersama pirit rekahan pada batuan. Kehadiran pirit ini
dalam bentuk disseminated mengisi rekahan dijumpai pada keempat sampel yang dianalisis
pada sampel batuan NWB 1C (Gambar 11a). mineragrafi, baik sebagai mineral tunggal atau
Kovelit pada kenampakan mikroskopis berasosiasi dengan mineral lain. Pada Gambar
berwarna biru tua dengan bentuk subhedral- 11a terlihat adanya kehadiran kalkopirit
anhedral. Berukuran 0.01-0.02 mm, tidak (berwarna kuning) intergrowth dengan pirit.
dijumpai adanya pleokroisme dan bersifat Hal ini menandakan kalkopirit hadir
anisotropik. Kovelit dijumpai bersama pirit bersamaan dengan pirit. Pada Gambar 11a
pada sampel batuan NWB 1C dan NWB 6 terlihat tekstur replacement kovelit terhadap
(Gambar 11a dan 11b). kalkopirit, pada Gambar 11b terlihat
4.2.2. Tekstur Mineral Bijih replacement pirit oleh kovelit menunjukkan
Berdasarkan analisis mineragrafi pada kehadiran kovelit setelah pirit dan kalkopirit.
empat sayatan poles batuan, diketahui tekstur Endapan hidrotermal di Daerah Wombo
mineral bijih pada daerah penelitian terdiri terjadi dalam dua tahap mineralisasi,
dari tekstur pengisian (cavity filling), tekstur pembentukan pirit yang mengisi rekahan-
tumbuh bersama (intergrowth) dan tekstur rekahan pada batuan merupakan awal
penggantian (replacement). mineralisasi hipogen. Kemudian diikuti
Tekstur pengisian teramati pada mineral pembentukan mineralisasi pirit dan kalkopirit
pirit yang hadir mengisi rekahan-rekahan pada secara simultan. Mineral-mineral bijih tersebut
batuan pada keempat sampel yang dianalisis terbentuk pada zona primer atau zona hipogen
mineragrafi (Gambar 11). Tekstur pengisian dibawah muka air tanah (Jensen & Bateman,
terjadi akibat adanya mineral lain yang mengisi 1981), pada kisaran temperatur 200-300°C
pori atau rekahan pada mineral yang terbentuk (Lawless dkk., 1998).
sebelumnya (Craig & Vaughan, 1994).

147
Alterasi dan Mineralisasi Bijih Pada Batuan Diorit Rahmaningrum & Asrafil

Kemudian terjadi pengkayaan supergen yang ini terjadi di bawah muka air tanah yaitu pada
ditandai dengan hadirnya kovelit yang zona supergen (Jensen & Bateman, 1981).
mengganti (replacement) sebagian kalkopirit Kisaran temperatur mineralisasi supergen,
dan pirit. Penggantian kalkopirit dan pirit kurang dari 150°C (Lawless dkk., 1998).
(sulfida primer) oleh kovelit (sulfida supergen)

c d

Gambar 11. (a) Sayatan poles sampel batuan NWB 1C


menunjukkan tekstur intergrowth pirit dan kalkopirit juga
tekstur replacement kalkopirit oleh kovelit. (b) Sayatan poles
batuan NWB 6 menunjukkan mineral pirit hadir mengisi pori
dan rekahan pada batuan yang memperlihatkan tekstur
pengisian, juga terlihat tekstur replacement kovelit yang
mengganti sebagian tubuh pirit. (c) Sayatan poles batuan NWB
4 menunjukkan tekstur pengisian oleh pirit. (d) Sayatan poles
batuan NWB 7 menunjukkan tekstur pengisian oleh pirit.

Tahapan pembentukan mineral bijih a. Alterasi hidrotermal di daerah penelitian


sebagai paragenesa mineral bijih daerah terdiri dari dua tipe, yaitu: alterasi propilitik
penelitian dapat ditunjukkan pada Tabel 2. (klorit-zeolit-karbonat) dan alterasi argilik
(ilit-kuarsa-karbonat).
Tabel 2. Paragenesa mineral bijih pada daerah b. Mineralisasi bijih di daerah penelitian
penelitian. ditandai dengan kehadiran mineral pirit
Mineral Tahapan Mineralisasi (FeS2), kalkopirit (CuFeS2) dan kovelit
Bijih Hipogen Supergen (CuS). Urutan pembentukan mineral bijih
Pirit berdasarkan pengamatan tekstur yaitu
Kalkopirit diawali dengan pirit yang hadir mengisi
Kovelit rekahan-rekahan pada batuan, kalkopirit
intergrowth dengan pirit yang menandakan
5. KESIMPULAN kalkopirit hadir bersamaan dengan pirit,
Berdasarkan hasil penelitian dapat replacement kovelit terhadap kalkopirit dan
disimpulkan beberapa hal berikut.

148
JGE (Jurnal Geofisika Eksplorasi) 07 (02) 2021, 138-149

pirit menunjukkan kehadiran kovelit Maulana, A. (2017). Endapan Mineral. Penerbit


setelah pirit dan kalkopirit. Ombak.
Maulana, A., Bröcker, M., & Dan, W. (2020).
UCAPAN TERIMA KASIH Petrogenesis and geochronology of Cenozoic
Penulis mengucapkan terima kasih kepada intrusions in the Poboya and Sassak gold and
copper districts in Western Sulawesi, Indonesia:
berbagai pihak terkait yang telah berkontribusi
Implications for the mineralization processes
terhadap terlaksananya penelitian ini.
and magma sources. Journal of Asian Earth
Sciences, 193, 104303.
DAFTAR PUSTAKA
Pirajno, F. (2009). Hydrothermal Processes and
Bachri, S., & Sidarto. (2013). Tektonik Sulawesi
Mineral Systems. Springer - Geological Survey of
dalam: Geologi Sulawesi.
Western Australia.
Corbett, G. J., & Leach, T. M. (1998). Southwest
Ramdohr, P. (1969). The Ore Minerals and Their
Pacific Rim Gold-Copper Systems: Structure,
Intergrowths. Pergamon Press.
Alteration, and Mineralization. Society of
Ruppel, K. M. V., Dani, N., Remus, M. V. D.,
Economic Geologists.
Ronchi, L. H., Gomes, M. E. B., & Senhorinho,
https://doi.org/10.5382/SP.06
E. (2018). Temperature and Pressure in The
Craig, J. R., & Vaughan, D. J. (1994). Ore
Environment of Epithermal Alteration: A Case
Microscopy and Ore Petrography. New York:
Study at Ibaré Lineament, Rio Grande do Sul,
John Wiley & Sons, Inc.
Brazil. Brazilian Journal of Geology, 48, 685–
Evans, A. M. (2009). An Introduction to Economic
702.
Geology and Its Environmental Impact. John
Syafrizal, Rivai, T. A., Yonezu, K., Kusumanto, D.,
Wiley & Sons.
Watanabe, K., & Hede, A. N. H. (2017).
Hartusuwarno, S. (2005). Endapan Mineral.
Characteristics of a Low-Sulfidation Epithermal
Laboratorium Petrologi dan Bahan Galian FTM
Deposit in the River Reef Zone and the
UPN “Veteran” Yogyakarta.
Watuputih Hill, the Poboya Gold Prospect,
Idrus, A., Sufriadin, S., & Nur, I. (2011).
Central Sulawesi, Indonesia: Host Rocks and
HYDROTHERMAL ORE MINERALIZATION
Hydrothermal Alteration. Minerals, 7(7), 124.
IN SULAWESI: A VIEW POINT OF TECTONIC
Wajdi, M. F., Santoso, S. T. J., Kusumanto, D., &
SETTING AND METALLOGENESIS.
Digdowirogo, S. (2011). Metamorphic Hosted
Jensen, M. L., & Bateman, A. M. (1981). Economic
Low Sulphidation Epithermal Gold System at
Mineral Deposits. John Wiley & Sons, Inc.
Poboya, Central Sulawesi: A General
Lawless, J. V., White, P. J., Bogie, I., Paterson, L. A.,
Descriptive Review. In Proceedings of The
& Cartwright, A. J. (1998). Hydrothermal
Sulawesi Mineral Seminar, Manado, 201–210.
Models., Mineral Deposits in The Arc Setting :
White, N. C., & Hedenquist, J. W. (1995).
Exploration Based on Mineralization Service.
Epithermal gold deposits. Styles, characteristics
Kingston Morrison Mineral.
and exploration. SEG Newsletter, 27, 1–13.
Leeuwen, v. T., & Pieters, P. E. (2012). Mineral
Winter, J. D. (2014). Principles of Igneous and
Deposits of Sulawesi. Geological Agency.
Metamorphic Petrology (Vol. 2). Pearson
Magdalena, M. (2010). Studi Alterasi dan
Education.
Mineralisasi Tembaga pada Area Tambang Batu
Zar, A. T., Warmada, I. W., Setijadji, L. D., &
Hijau. Institut Teknologi Bandung.
Watanabe, K. (2018). Alteration, vein textures
Marliani, M, dan Asrafil, A. (2021). (2021).
and fluid inclusion petrography of metamorphic
Indication of Ore Mineralization in Bora Area,
rock-hosted gold deposit at Onzonkanbani area,
Sigi Regency, Central Sulawesi. In Journal of central Myanmar: Implication for its genesis.
Physics: Conference Series Vol. 1763, No. 1, p. ASEAN Engineering Journal, 8(2), 48–63.
012082.

149

Anda mungkin juga menyukai