NIM : 205180288
Matkul : PLKH-11
Kelas :C
SURAT PERJANJIAN
KERJASAMA INVESTASI
No.145/PI-IJ/III/2019
Pada hari ini, Rabu tanggal 3 bulan Maret tahun Dua Ribu Sembilan Belas
(03–03–2019), yang bertanda tangan di bawah ini:
1. Nama : Yachiyo
Umur : 32 Tahun
Perusahaan : Mitzui Company
Jabatan : Direktur Utama
Alamat : Chome 4 – 1 Yotsuya, Shinjuku City, Tokyo 160 – 0004
Bahwa sebelum ditandatanganinya Surat Perjanjian ini, Para pihak terlebih dahulu
menerangkan hal–hal sebagai berikut:
1. Bahwa Pihak Pertama adalah selaku INVESTOR yang memiliki modal sebesar Rp.
30.000.000.000,00,- (tiga puluh milyar rupiah) untuk selanjutnya disebut sebagai MODAL
INVESTASI untuk memproduksi sepatu.
2. Bahwa Pihak Kedua adalah Direktur Utama dari PT. Indo Makmur Sejahtera yang berlokasi
di Jl. Letnan Sutopo No.1, Lengkong Serpong Kota Tangerang yang menerima DANA
INVESTASI dari Pihak Pertama.
3. Bahwa Pihak Pertama dan Pihak Kedua setuju untuk saling mengikatkan diri dalam suatu
perjanjian kerjasama Investasi dalam Peningkatan Modal Investasi di PT. Indo Makmur
Sejahtera yang berlokasi di Jl. Letnan Sutopo No.1, Lengkong Serpong Kota Tangerang
sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku di Indonesia.
4. Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas, kedua belah pihak menyatakan sepakat dan setuju
untuk mengadakan Perjanjian Kerjasama ini yang dilaksanakan dengan ketentuan dan syarat-
syarat sebagai berikut :
PASAL I
MAKSUD DAN TUJUAN
Pihak Pertama dalam perjanjian ini memberi DANA INVESTASI kepada Pihak Kedua
sebesar Rp. 30.000.000.000.00,- (tiga puluh milyar rupiah) dan Pihak Kedua dengan ini telah
menerima penyerahan DANA INVESTASI tersebut dari Pihak Pertama serta menyanggupi
untuk melaksanakan pengelolaan DANA INVESTASI tersebut.
PASAL II
RUANG LINGKUP
1. Dalam pelaksanaan perjanjian ini, Pihak Pertama memberi DANA INVESTASI kepada
Pihak Kedua sebesar Rp. 30.000.000.000.00,- (tiga puluh milyar rupiah) dan Pihak Kedua
dengan ini telah menerima penyerahan DANA INVESTASI tersebut dari Pihak Pertama serta
menyanggupi untuk melaksanakan pengelolaan DANA INVESTASI.
2. Pihak Kedua dengan ini berjanji akan mencairkan dana sebesar Rp. 10.000.000.000.00,-
(sepuluh milyar rupiah) dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan setelah para tenaga kerja telah
terampil dalam membuat sepatu dan mengikatkan diri untuk melaksanakan perputaran
DANA INVESTASI pada Usaha Peningkatan Modal Investasi di bidang produksi
sepatu yang berlokasi di Jl. Letnan Sutopo No.1, Lengkong Serpong Kota Tangerang setelah
ditandatanganinya perjanjian ini.
PASAL III
TAHAPAN & JANGKA WAKTU KERJASAMA
1. Pihak Pertama dengan ini berjanji akan mencairkan dana sebesar Rp. 10.000.000.000,00,-
(sepuluh milyar rupiah) dalam jangka waktu 3 bulan setelah tenaga kerja telah trampil
membuat sepatu sesuai dengan standar sepatu jepang.
2. Kondisi kedua PT. IMS harus menambahkan beberapa mesin pembuat sepatu kerja wanita.
Mesin itu dengan merek Mitzui tahun 2018 dengan jumlah 3 unit. Mesin itu akan dikirim dari
Jepang pada tanggal 30 Mei 2019. Setelah mesin tiba para pekerja dilatih untuk
menggunakan mesin baru sebagai alat kerja mereka.
3. Kondisi ketiga PT. IMS harus merombah susunan kepemilikan saham perusahaan dan
mengubah Anggaran Dasar Persero (AD Persero). Perubahan AD Persero terletak pada
perubahan kepemilikan saham dan jumlah modal disetor.
PASAL IV
HAK DAN KEWAJIBAN PIHAK PERTAMA
Dalam Perjanjian Kerjasama ini, Pihak Pertama memiliki Hak dan Kewajiban sebagai
berikut :
1. Memberikan DANA INVESTASI kepada Pihak Kedua sebesar Rp. 30.000.000.000,00,- (tiga
puluh milyar)
2. Pihak Pertama melatih para tenaga kerja untuk trampil dalam membuat produk sepatu kerja
wanita.
3. Mengirimkan tambahan beberapa mesin dari jepang pada tanggal 30 Mei 2019.
4. Menerima hasil ke untungan atas pengelolaan DANA INVESTASI sesuai pembagian hasil
sesuai pembagian hasil
PASAL V
HAK DAN KEWAJIBAN PIHAK KEDUA
Dalam Perjanjian Kerjasama Investasi Modal ini, Pihak Kedua memiliki Hak dan Kewajiban
sebagai berikut :
1. Menerima DANA INVESTASI dari Pihak Pertama sebesar Rp. 30.000.000.000,00,- (tiga
puluh milyar rupiah)
2. Pihak Pertama wajib melakukan pelatihan bagi para tenaga kerja agar trampil dalam
membuat produk sepatu sesuai dengan standard sepatu jepang.
3. Memberikan bagian hasil keuntungan kepada Pihak Pertama, sesuai dengan Pasal VI
perjanjian ini.
4. Pihak Kedua Wajib merombah susunan kepemilikan saham perusahaan dan merubah
Anggaran Dasar perseroan (AD Persero)
PASAL VI
PEMBAGIAN HASIL
Dalam Perjanjian Kerjasama Investasi Modal ini, kedua belah pihak sepakat didalam hal
pembagian hasil investasi penyertaan dana sebagai berikut :
1. Kedua belah pihak sepakat dan setuju bahwa perjanjian kerjasama ini dilakukan dengan cara
pemberian keuntungan yang diperoleh dalam Usaha Peningkatan Modal Investasi di Indo
Makmur Sejahtera yang berlokasi di Jl. Letnan Sutopo No.1, Lengkong Serpong Kota
Tangerang. sebagaimana Pasal II ayat 1 perjanjian ini.
2. Bagi hasil yang dimaksud dalam ayat 1 diatas dilakukan dengan memperhitungkan biaya
investasi sebagaimana tersebut dalam pasal II ayat 1.
3. Bagi hasil yang dimaksud dalam ayat 2 di atas berlaku sampai dengan Pihak Pertama menarik
kembali DANA INVESTASI yang telah diserahkan sesuai dengan perhitungan Pasal II ayat 1
perjanjian ini.
PASAL VII
KEADAAN MEMAKSA (FORCE MAJEUR)
1. Yang termasuk dalam Force Majeur adalah akibat dari kejadian-kejadian diluar kuasa dan
kehendak dari kedua belah pihak diantaranya termasuk tidak terbatas bencana alam, banjir,
badai, topan, gempa bumi, kebakaran, perang, huru-hara, pemberontakan, demonstrasi,
pemogokan, kegagalan investasi.
2. Jika dalam pelaksanaan perjanjian ini terhambat ataupun tertunda baik secara keseluruhan
ataupun sebagian yang dikarenakan hal-hal tersebut dalam ayat 1 diatas, maka Pihak Kedua
bersedia mengganti sejumlah Dana Investasi dari Pihak Pertama secara penuh apabila belum
ada pembagian hasil keuntungan, atau pengembalian Dana Investasi dikurangi dengan
pembagian hasil yang sudah terima oleh Pihak Pertama.
3. Pengembalian Dana Investasi sebagaimana tersebut dalam ayat 2, mengenai tata cara
pengembaliannya akan diadakan musyawarah terlebih dahulu antara Pihak Pertama dan Pihak
Kedua mengenai proses atau jangka waktu pengembaliannya.
PASAL VIII
WANPRESTASI
1. Dalam hal salah satu pihak telah melanggar kewajibannya yang tercantum dalam salah satu
Pasal perjanjian ini, telah cukup bukti dan tanpa perlu dibuktikan lebih lanjut, bahwa pihak
yang melanggar tersebut telah melakukan tindakan Wanprestasi.
2. Pihak yang merasa dirugikan atas tindakan Wanprestasi tersebut dalam ayat 1 diatas, berhak
meminta ganti kerugian dari pihak yang melakukan wanprestasi tersebut atas sejumlah
kerugian yang dideritanya, kecuali dalam hal kerugian tersebut disebabkan karena adanya
suatu keadaan memaksa, seperti tercantum dalam Pasal VII.
PASAL IX
PERSELISIHAN
Bilamana dalam pelaksanaan perjanjian Kerjasama ini terdapat perselisihan antara kedua
belah pihak baik dalam pelaksanaannya ataupun dalam penafsiran salah satu Pasal dalam
perjanjian ini, maka kedua belah pihak sepakat untuk sedapat mungkin menyelesaikan
perselisihan tersebut dengan cara musyawarah. Apabila musyawarah telah dilakukan oleh
kedua belah pihak, namun ternyata tidak berhasil mencapai suatu kemufakatan maka Para
Pihak sepakat bahwa semua sengketa yang timbul dari perjanjian ini akan diselesaikan di
Arbitrase Internasional dengan menggunakan dasar hukum Indonesia.
PASAL X
ATURAN PENUTUP
Hal-hal yang belum diatur atau belum cukup diatur dalam perjanjian ini apabila dikemudian
hari dibutuhkan dan dipandang perlu akan ditetapkan tersendiri secara musyawarah dan
selanjutnya akan ditetapkan dalam suatu ADDENDUM yang berlaku mengikat bagi kedua
belah pihak, yang akan direkatkan dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Perjanjian ini.
Demikianlah surat perjanjian kerjasama ini dibuat dalam rangkap 2 (dua), untuk masing-
masing pihak, yang ditandatangani di atas kertas bermaterai cukup, yang masing-masing
mempunyai kekuatan hukum yang sama dan berlaku sejak ditandatangani.
2. Bagaimana prosedur Ekspor Import untuk produk jenis Hak Kekayaan Intelektual?
Answer :
- PENERAPAN HAKI
Sesuai kesepakatan WTO maka Indonesia menerapkan perlindungan HAKI seperti yang
diatur dalam TRIPs (Trade Related Aspect to Intellectual Property Rights) Agreement mulai
tanggal 1 Januari 2000.
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai melakukan pengendalian impor atau ekspor atas barang
hasil pelanggaran HAKI.
Pengendalian impor atau ekspor adalah rangkaian kegiatan atau tindakan yang dilakukan oleh
Pejabat Bea dan Cukai untuk menangguhkan pengeluaran barang impor atau barang ekspor
dari Kawasan Pabean.
Jangka waktu penangguhan paling lama 10 hari kerja dan dapat diperpanjang satu kali untuk
jangka waktu 10 hari kerja apabila diperlukan untuk melengkapi bukti-bukti gugatan dengan
perintah tertulis Ketua Pengadilan Negeri setempat.
- TATACARA PENANGGUHAN
Pemilik atau pemegang hak atas merek atau hak cipta mengajukan permohonan kepada Ketua
Pengadilan Negeri setempat dengan melampirkan :
Bukti tentang adanya impor atau ekspor barang yang mempergunakan merek palsu
(Counterfeited Goods) atau hak cipta tidak resmi (Pirated Goods).
Nama dan alamat importir atau eksportir yang mengimpor atau mengekspor barang
yang mempergunakan merek atau hak cipta tidak resmi tersebut
Bukti kepemilikan yang menunjukkan bahwa merek atau hak cipta tersebut
merupakan hak dari yang mengajukan penangguhanl
Keterangan yang jelas mengenai uraian barang impor atau barang ekspor yang
mempergunakan merek atau hak cipta tidak resmi
Jaminan berupa uang tunai, atau jaminan bank sesuai putusan Pengadilan Negeri
setempat.
Tindakan penangguhan dilakukan oleh Pejabat Bea dan Cukai terhitung sejak diterimanya
perintah tertulis Ketua Pengadilan Negeri setempat dan selambat-lambatnya hari kerja
berikutnya memberitahukan secara tertulis kepada importir atau eksportir atau pemilik barang
atau kuasanya mengenai adanya perintah penangguhan.
Dalam masa penangguhan, penggugat wajib melakukan upaya hukum (sebagaimana diatur
dalam UU Merek atau Hak Cipta) dan wajib diberitahukan kepada Pejabat Bea dan Cukai
dengan bukti tertulis.
Penggugat mengajukan permohonan tertulis kepada Ketua Pengadilan Negeri setempat dan
setelah mendapatkan izin, wajib memberitahukannya kepada Pejabat Bea dan Cukai.
Pelaksanaan pemeriksaan barang dilakukan oleh penggugat dan disaksikan oleh importir,
atau eksportir, atau pemilik barang, atau kuasanya dengan sepengetahuan Pejabat Bea dan
Cukai. Semua biaya yang timbul sebagai akibat pemeriksaan barang tersebut dibebankan
kepada pihak yang mengajukan permintaan pemeriksaan fisik barang.
- PENYELESAIAN
1. Melakukan tindakan hukum lebih lanjut sesuai UU Merek atau Hak Cipta bila
terdapat bukti permulaan yang cukup tentang adanya pelanggaran, melalui institusi
yang berwenang
2. Menghentikan tindakan penangguhan Pejabat Bea dan Cukai dan menyelesaikan
pengeluaran barang sesuai ketentuan pabean yang berlaku apabila :