Anda di halaman 1dari 30

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1.Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kota Kendari terletak di dalam wilayah Provinsi Sulawesi

Tenggara yang berada di bagian tenggara Pulau Sulawesi. Kota Kendari

memiliki luas ± 295,89 km² atau 0,70 persen dari luas daratan Provinsi

Sulawesi Tenggara, merupakan dataran yang berbukit dan dilewati oleh

sungai-sungai yang bermuara ke Teluk Kendari sehingga teluk ini kaya

akan hasil lautnya. Wilayah daratannya sebagian besar terdapat di daratan,

mengelilingi Teluk Kendari dan terdapat satu pulau, yaitu Pulau

Bungkutoko, secara geografis terletak di bagian selatan garis khatulistiwa,

berada di antara 3º54’30” - 4º3’11” Lintang Selatan dan 122º23’ -

122º39’ Bujur Timur.

Wilayah Kota Kendari berbatasan dengan:

 Sebelah Utara: Kecamatan Soropia, Kabupaten Konawe

 Sebelah Timur: Laut Banda

 Sebelah Selatan: Kecamatan Moramo dan Kecamatan Konda,

Kabupaten Konawe Selatan

 Sebelah Barat: Kecamatan Ranomeeto, Kabupaten Konawe Selatan

dan Kecamatan Sampara, Kabupaten Konawe


Gambar 4.1
Peta Kota Kendari

Kota Kendari terdiri dari 11 wilayah Kecamatan (Kecamatan

Kendari, Kecamatan Kendari Barat, Kecamatan Mandonga, Kecamatan

Abeli, Kecamatan Baruga, Kecamatan Kadia, Kecamatan Kambu,

Kecamatan Poasia, Kecamatan Nambo, Kecamatan Puuwatu dan

Kecamatan Wua-wua). Adapun luas wilayah tiap-tiap kecamatan di Kota

Kendari dapat dilihat pada Tabel 4.1

Tabel 4.1 Luas Wilayah Kota Kendari berdasakan kecamatan


Luas Wilayah Persentase
No. Kecamatan
(Km2) (%)
1 Mandonga 21,74 8,00
2 Baruga 49,41 18,18
3 Puuwatu 43,51 16,01
4 Kadia 6,48 2,38
5 Wua-wua 10,79 3,97
6 Poasia 42.91 15,79
7 Abeli 13,90 5,11
8 Kambu 22,10 8,13
9 Nambo 25,32 9,32
10 Kendari 14,48 5,33
11 Kendari Barat 21,12 7,77
Kota Kendari 271,76 100,00
Sumber, Data Sekunder BPS,2021

Total luas wilayah Kota Kendari adalah 271,76 km2 yang terbagi

dalam 11 wiayah administrasi kecamatan. Wilayah administrasi yang

memiliki wilayah paling luas adalah Kecamatan Baruga yakni 49,41 km2

atau sebesar 18,18% dari luas wilayah keseluruhan Kota Kendari.

Sedangkan wilayah administrasi pemerintahan yang paling kecil adalah

Kecamatan Kadia yakni sebesar 6,48 km2 atau hanya sebesar 2,38% dari

luas keseluruhan wilayah Kota Kendari.

Jumlah penduduk Kota Kendari terus bertambah setiap tahunnya.

Adapun jumlah penduduk Kota Kendari tahun 2020 dapat dilihat pada

tabel 4.2

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk, Persentase Sebaran Penduduk


Berdasarkan Kecamatan Tahun 2020
Jumlah Persentase
No. Kecamatan Penduduk Sebaran
(%)
1 Mandonga 38.509 11,30
2 Baruga 31.099 9,13
3 Puuwatu 38.502 11,30
4 Kadia 38.062 11,17
5 Wua-wua 31.912 9,36
6 Poasia 37.158 10,90
7 Abeli 17.003 4,99
8 Kambu 23.219 6,81
9 Nambo 11.138 3,27
10 Kendari 29.510 8,66
11 Kendari Barat 44.684 13,11
Kota Kendari 340.796 100,00
Sumber, Data Sekunder BPS,2021

Jumlah penduduk Kota Kendari tahun 2020 adalah 340.796 jiwa

yang tersebar di 11 kecamatan. Wilayah yang memiliki jumlah penduduk

terbanyak adalah Kecamatan Kendari Barat dengan jumlah penduduk


sebanyak 44.684 jiwa atau sebesar 13.11% dan Kecamatan Mandonga

dengan jumlah penduduk sebanyak 38.509 jiwa atau sebesar 11,30% dari

total keseluruhan penduduk Provinsi Sulawesi Tenggara. Sedangkan

jumlah penduduk terkecil berada pada Kecamatan Nambo dengan jumlah

penduduk sebanyak 11.138 jiwa atau sebesar 3,27% dari total keseluruhan

penduduk Kota Kendari.

4.2.Karakteristik Responden

Jumlah responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 160

responden yang tersebar diwilayah Kota Kendari. Karakteristik responden

dalam penelitian ini terdiri atas usia responden, status pernikahan

responden, tingkat pendidikan responden, dan jenis usaha responden.

Analisis data penelitian terkait karakteristik responden adalah sebagai

berikut ;

4.2.1 Usia Responden

Berdasarkan usia, responden daam penelitian ini berusia 15 tahun

sampai berusia 65 tahun keatas yang terbagi atas 5 rentang usia, yakni ;

rentang usia 15-25 tahun, 26-35 tahun, rentang usia 36-45 tahun, rentang

usia 46-55 tahun, dan rentang usia diatas 56 tahun. Jumlah responden

berdasarkan rentang usia dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3 Jumlah Responden Berdasarkan Usia


Persentase
No Usia Responden Frequensi
(%)
1 15 – 25 Tahun 79 49
2 26 – 35 Tahun 62 39
3 36 – 45 Tahun 10 6
4 46 – 55 Tahun 6 4
5 56 Tahun ke atas 3 2
Total 160 100 %
Sumber, Data Lapangan, 2021
Berdasarkan tabel diatas jumlah responden berdasarkan kelompok

umur yang terbanyak dalam penelitian ini secara berturut-turut adalah

kelompok umur 15 - 25 Tahun, 26 - 35 Tahun, dan kelompok umur 36 - 45

Tahun. Dimana responden dengan kelompok umur 15 - 25 Tahun

sebanyak 79 orang (49%), kelompok umur 26 - 35 Tahun sebanyak 62

orang (39%), dan responden dengan kelompok umur 36 - 45 Tahun

sebanyak 10 orang (6%). Sedangkan untuk kelompok umur responden 46

55 Tahun sebanyak 6 orang (4%) serta kelompok umur responden 56

Tahun ke atas hanya sebanyak 3 orang (2%). Hal tersebut menunjukkan

bahwa dari segi usia responden, pelaku usaha pada bidang Industri

Pariwisata dan UMKM lebih banyak dilakukan oleh kelompok-kelompok

umur produktif, yakni masyarakat vang berumur antara 15 sampai 45

tahun.

4.2.2 Status Pernikahan Responden

Status pernikahan responden dalam penelitian ini dapat dilihat dari

tabel 4.4.

Tabel 4.4 Status Pernikahan Responden


Persentase
No Pendidikan Responden Frequensi
(%)
1 Menikah 67 42
2 Tidak Menikah 93 58
Total 160 100 %
Sumber, Data Lapangan, 2021

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa status pernikahan

terbanyak dari responden yaitu Tidak Menikah sebanyak 93 (58%),

sedangkan status pernikahan yang Menikah sebanyak 67 (42%).


4.2.3 Tingkat Pendidikan Responden

Responden dalam penelitian ini memiliki tingkat pendidikan yang

bervariasi. Tingkat pendidikan yang dimiliki responden berdasarkan

ijazah terakhir yang dimiliki oleh responden penelitian. Jumlah

responen beradasarkan tingkat pendidikan yang dimiliki dapat dilihat

pada tabel 4.5.

Tabel 4.5 Tingkat Pendidikan Esponden Berdasarkan Tingkat Pendidikan


Persentase
No Pendidikan Responden Frequensi
(%)
1 SD/MI sederajat 1 1
2 SMP/ MTS sederajat 8 5
3 SMA/SMK/MA sederajat 77 48
4 D3 28 17
5 Sarjana (S1) 42 26
6 Magister (S2) 4 3
Total 160 100 %
Sumber, Data Lapangan, 2021

Tabel diatas menunjukkan bahwa berdasarkan tingkat pendidikan,

dari total 160 responden penelitian, responden dengan tingkat pedidikan

SMA/SMK/sederajat merupakan jumlah responden paling banyak

dalam peneitian ini sebanyak 77 orang (48%), responden dengan

tingkat pendidikan Sarjana (S1) sebanyak 42 orang (26%), dan

responden dengan tingkat pendidikan D3 sebanyak 28 orang (17%).

Sedangkan responden dengan tingkat pendidikan SMP/MTS sederajat

sebanyak 8 orang (5%) , responden dengan tingkat pendidikan Magister

(S2) sebanyak 4 orang (3%) serta responden dengan tingkat pendidikan

SD/MI sederajat sebanyak 1 orang (1%). Hasil analisis data responden

berdasarkan tingkat pendidikan responden menunjukan bahwa di Kota

Kendari para pelaku usaha sektor Usaha Jasa Pelayanan Pariwisata


paling banyak dilakukan oleh masyarakat denga tingkat pendidikan

SMA/SMK/MA sederajat dan tingkat pendidikan Sarjana (S1).

4.3.Persepsi Responden Terdampak Covid-19

4.3.1 Dampak Covid-19 Terhadap Industri Pariwisata Di Kota Kendari


Pandemi Covid-19 secara umum telah berdampak pada semua

sektor Industri, bukan hanya di Indonesia namun hampir diseluruh

dunia pandemi ini telah membuat penurunan omset usaha sektor Usaha

Jasa Pelayanan Pariwisata. Dampak negatif yang dirasakan oleh pelaku

usaha tersebut mulai dari menurunnya omset pendapatan usaha. Sampai

terjadinya penutupan sementara tempat usaha.

Ya Tidak

13%

87%

Gambar 4.2
Banyaknya Usaha Yang tutup Saat Pandemi

Berdasarkan hasil penelitian, 87% pelaku usaha Industri Pariwisata

di Kota Kendari mengalami penutupan saat terjadinya pandemi Covid-

19. Seluruh jenis usaha Hotel/Penginapan pernah mengalami

penutupan disebabkan adanya peraturan pemerintah yang mewajibkan

penutupan Hotel/Penginapan untuk mengurangi perkumpulan massa

yang banyak. Dimana sebagian besar penghasilan Hotel didapat dari


penyewaan tempat untuk acara pernikahan,perkantoran ataupun acara

lainnya.

60%
40%
49%
20% 26% 25%
0%
<1 Bulan 1 Bulan 2 Bulan

Gambar 4.3
Lama Tutupnya Jenis Usaha Perhotelan/Penginapan

Berdasarkan gambar grafik diatas usaha perhotelan paling lama

tutup direntang waktu dibawah 1 bulan sebanyak 49%

Hotel/Penginapan dan 2 bulan menjadi waktu terlama tutupnya

Hotel/Penginapan dengan banyaknya Hotel/Penginapan yang tutup

yaitu 25%.

Hasil wawancara dengan salah satu infoman penelitian bergerak

pada jenis usaha Hotel/Penginapan di daerah Kambu menyatakan

bahwa ;

“Saat awal virus Covid-19 dinyatakan masuk Kota Kendari

usaha Perhotelan mengalami masalah yang serius dikarenakan

banyaknya acara seperti seminar,pelatihan, ataupun pernikahan yang

terpaksa harus batal. Apalagi dengan adanya larangan pemerintah

untuk berkerumun dan pemberkuan jam malam. Otomatis tidak ada

lagi kegiatan-kegiatan yang dilakukan secara bekerumun, padahal itu

merupakan salah satu pemasukan terbesar kami” (wawancara,

September 2021).
Hasil wawancara diatas menunjukkan bahwa jenis usaha

perhotelan yang megandalkan kegiatan acara yang diadakan di tempat

mereka mengalami dampak yang sangat signifikan dari pandem Covid-

19 di Kota Kendari. Hal tersebut diperparah dengan adanya kebijakan

Lockdown atau penutupan akses masuk dan keluar Kota Kendari

maupun pembatasan gerak masyarakat di ruang publik.

Hal menarik dari temuan penelitian, yakni terdapat 13% pelaku

usaha Industri Pariwisata yang tidak terjadi penutupan tempat usaha.

Para pelaku usaha tersebut semua berasal dari jenis usaha Rumah

Makan/Restoran dimana mereka tidak menutup usaha mereka meskipun

ada larangan dari pemerintah. Hal tersebut berdasarkan hasil

wawancara dengan salah satu infoman penelitian, yakni saudara Oki

(Pemilik salah satu Rumah Makan di Kota Kendari)

“Jadi selama adanya pandemi ini tempat saya tidak pernah

tutup bukan karena mau melawan aturan pemerintah. Tapi saya tetap

harus berjualan untuk memeuhi kehidupan saya maupun pegawai saya.

Tetapi kita menerapkan aturan makan ditempat sebanyak 50% dari

kapasitas tempat dan diprioritaskan untuk membawa pulang makanan

ke rumah (Take Away)”. (Wawancara, September 2021)

Tidak tutupnya rumah makan tersebut disebabkan para pelaku

usaha tetap harus memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Tetapi

mereka tetap mematuhi protokol kesehatan yang dianjurkan pemerintah

dengan memprioritaskan pesanan yang dibawa pulang (Take Away).


24% 23%
14% 14%
10% 10%
5%
1%

Rumah Makan/Restoran

Gambar 4.4
Lama Tutupnya Jenis Usaha Rumah Makan/Restoran

Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa pelaku usaha

rumah makan/restoran paling banyak tidak menutup tempat usahanya

sebanyak 24%. Dan rentang waktu yang paling para pelaku usaha

menutup usahanya yaitu 2 Minggu sebanyak 23% sedangkan rentang

waktu 3 minggu menjadi waktu yang paling sedikit para pelaku usaha

menutup tempatnya hanya sebesar 1%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama Pandemi Covid-19

dampak yang dirasakan oleh pelaku usaha industri Pariwisata di Kota

Kendari dapat dilihat dari beberapa aspek usaha, sebagai berikut;

1. Penurunan Omset Usaha Industri Pariwisata

Dampak pandemi Covid-19 yang dirasakan Industri Pariwisata di

Kota Kendari adalah penurunan omset usaha, hal ini dirasakan oleh

hampir seuruh pelaku sektor Usaha Jasa Pelayanan Pariwisata, seperti

ditunjukkan pada gambar betikut;


Ya Tidak

1%

99%

Gambar 4.5
Omset Usaha Industri Pariwisata

Sebanyak 99% merasakan omset usaha menurun selama pandemi

covid-19 dan hanya 1% saja yang tidak mengalami penurunan omset

usaha, bahkan beberapa tempat mengurangi jumlah karyawan mereka

agar dapat tetap bertahan selama pandemi.

Hasil wawancara dengan saudari Nur Isnaini, pemilik Rumah

Makan Pecel Mba Nooris menyebutkan bahwa ;

“Jika dihitung-hitung ini selama pandemi Covid-19 penghasilan

usaha di tempat saya mengalami penurunan kurang lebih 50% jika

dibandingkan dengan sebelum masa pandemi Covid-19 ini.

Kebanyakan pemasukan hanya melalui online saja itupun tidak banyak

jika dibandingkan sebelum Covid-19” (Wawancara, September 2021).

Hal yang sama disampaikan juga oleh saudara Muhammad

Handoyo salah satu pegawai di Hotel Happy Inn, yang mengatakan

bahwa;

“Pendapatan omset dari hotel ini menurun drastis selama adanya

pandemi covid-19 ini dimana kondisi kita ini hampir 80% dengan tidak

adanya kegiatan yang dilaksanakan di hotel karena adanya larangan

dari pemerintah” (Wawancara, September 2021).


Hasil wawancara dengan beberapa informan penelitian,

menunjukkan bahwa pengurangan omset usaha mereka selama Pandemi

Covid-19 di Kota Kendari lebih dari 50% dibandingkan dengan kondisi

normal sebelum Covid-19.

30% 26%
25% 23%
19% 19%
20%
15%
10%
10%
4%
5%
0%

Gambar 4.6
Kondisi Omset Usaha Jenis Usaha Rumah Makan/ Restoran

Selama pandemi Covid-19 para pemilik restoran/rumah makan

memiliki rata-rata omset perharinya dikisaran Rp.1.000.000-

Rp.2.000.000 sebanyak 26% dan Rp.3.000.000-Rp.4.000.000 sebanyak

23%. Sedangkan rata-rata omset terkecil perhari < Rp.1.000.000

sebanyak 4%.

Berdasarkan hasil penelitian, rumah makan maupun restoran dapat

memanfaatkan jasa kurir selama pandemi Covid-19, dikarenakan

menggunakan teknologi informasi melalui internet untuk maupun

menjual produk usaha mereka, sehingga hanya pelaku usaha yang

memahami pengoperasian/penggunaaan teknologi informasi internet

yang dapat terus produktif meskipun dalam pandemi Covid-19.


2. Kondisi Modal Usaha dan Tingkat Hunian

Kondisi modal usaha rumah makan/restoran di Kota Kendari

mengalami dampak akibat adanya pandemi covid-19 ini. Sebanyak

55% mengalami penurunan modal usaha. Namun sebanyak 45%

pelaku usaha tidak mendapatkan gangguan pada modal usaha.

45% Ya
55% Tidak

Gambar 4.7
Kondisi Modal Usaha Rumah Makan/Restoran

Tingkat hunian hotel di Kota Kendari juga mengalami dampak

disebabkan pandemi covid-19 ini. Dimana hampir semua hotel

mengalami penurunan tingkat hunian.

Hasil wawancara dengan salah satu pegawai hotel di Kota Kendari

mengatakan bahwa ;

“ Tingkat hunian hotel sangat turun drastis apalagi dengan

adanya aturan PPKM sangat terasa bagi kami usaha hotel karena

tempat keramaian dan hotel diharuskan tutup” (Wawancara,

September 2021).

Bagi para pelaku usaha modal sangat penting dalam menjalankan

usaha mereka. Sebagian besar di Kota Kendari modal usaha berasal dari

dana pribadi (modal sendiri), hal tersebut disebabkan karena sebagian

besar modal usaha yang dibutuhkan oleh pelaku usaha cenderung lebih
kecil, bahkan ada sebagian pelaku usaha yang sumber modalnya berasal

dari patungan rekan(teman) atau keluarga.

Meskipun sumber modal usaha para pelaku usaha Industri Layanan

Pariwisata di Kota Kendari berasal dari dana pribadi namun saat

pandemi Covid-19 ini para pelaku usaha tersebut umumnya melakukan

pinjaman ke bank.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun selama pandemi

Covid-19 ini, banyak dana bantuan yang dialokasikan untuk para

pelaku usaha yang terdampak Covid-19, namun sebagian besar pelaku

usaha sektor Jasa Pelayanan Pariwisata di Kota Kendari tidak pernah

mendapatkan bantuan tersebut.

Pernah Tidak Pernah

4%

96%

Gambar 4.8
Banyak Pelaku Usaha Yang Mendapatkan Bantuan

Bantuan dari pemerintah sangat minim dirasakan dimana dari hasil

penelitian hanya sekitar 4% saja yang menerima bantuan dari

pemerintah baik bantuan dana UMKM bagi pelaku usaha yang terkena

dampak Covid-19, BLT, maupun jenis bantuan lainnya. Sedangkan

sebanyak 96% pelaku usaha tidak mendapatkan bantuan sama sekali

dari pemerintah.
Hal ini berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu informan

penelitian menyebutkan bahwa;

“Selama pandemi ini terjadi saya belum mendapatkan bantuan

sama sekali dari pemerintah, padahal saya melihat di berita ada

bantuan dari pemerintah pusat untuk membantu para pelaku usaha

yang terkena dampak Covid-19 ini”

Ya Tidak

45%

55%

Gambar 4.9
Pelaku Usaha Yang Memiliki Pinjaman

Selama pandemi covid-19 sebanyak 45% pelaku usaha sektor Jasa

Pelayanan Pariwisata di Kota Kendari mempunyai pinjaman, sedangkan

sebanyak 55% tidak memiliki pinjaman sama sekali untuk keperluan

usaha mereka.
Ya Tidak

35%

65%

Gambar 4.10
Kemampuan Para Pelaku Usaha Dalam Mengembalikan Pinjaman

Berdasarkan hasil penelitian kemampuan para pelaku usaha dalam

mengembalikan pinjaman sebanyak 65% pelaku usaha rumah

makan/restoran mampu mengembalikan pinjaman, sedangkan sebanyak

35% mengalami kesusahan dalam pengembalian pinjaman.

3. Tenaga Kerja

Dampak dari pandemi Covid-19 yang dirasakan oleh Industri

Pariwisata di Kota Kendari salah satunya adalah terjadinya

pengurangan jumlah tenaga kerja. Berdasarkan hasil penelitian,

pengurangan jumlah tenaga kerja banyak terjadi pada Jenis Usaha

Perhotelan. Tidak adanya wisatawan yang datang ke Sulawesi Tenggara

secara langsung berdampak pada seluruh Industri Pariwisata, seperti

hotel dan rumah makan. Kebijakan menjaga jarak (social distancing)

dan kebijakan pelarangan kerumunan oleh pemerintah pusat dan daerah

juga turut andil dalam menurunnya jumlah wisatawan.


Tidak
43%
Ya
57%

Gambar 4.11
Terjadinya Pengurangan Karyawan

Sebanyak 57% pelaku usaha mengurangi tenaga kerjanya dan 43%

tidak melakukan pengurangan tenaga kerja. Pengurangan tenaga kerja

paling banyak terjadi di jenis usaha perhotelan/penginapan dimana

keseluruhannya melakukan pengurangan.

80% 74%
65%
60%

40% 33%

16%
20%

0%
Tidak Ada 1-5

RM/Restoran Hotel/Penginapan

Gambar 4.12
Pengurangan Jumlah pekerja

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengurangan tenaga kerja

usaha Rumah Makan/Restoran sebesar 33% pekerja mereka dengan

jumlah 1-5 orang pekerja, sedangkan 65% tidak melakukan

pengurangan tenaga kerja. Sebanyak 74% pelaku usaha


Hotel/Penginapan mengurangi karyawan 1-5 orang pekerja dan 16%

pelaku usaha melakukan pengurangan tidak mengurangi pekerja.

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa Hotel/Penginapan

merupakan jenis usaha yang banyak mengurangi karyawan, sedangkan

Rumah Makan/Restoran cenderung tidak mengurangi karyawan

dikarenakan kebanyakan para pekerja dari Rumah Makan merupakan

keluarga atau kerabat dekat mereka.

Hasil wawancara dengan salah satu informan penelitian, terkait

pengurangan tenaga kerja mengatakan bahwa

"Covid-19 ini telah memaksa saya untuk mengurangi jumlah

pekerja saya, karena kami tidak mampu lagi membayar gaji seluruh

pekerja .. walaupun tidak enak tapi saya harus melakukan itu .. sampai

saat ini saya sudah memberhentikan sebanyak 2 orang pekerja saya".

(Wawancara, Oktober 2020).

Hal yang sama disampaikan juga oleh saudara Oki Puriadi selaku

pemilik RM Cendana yang mengatakan bahwa;

“Selama pandemi ini saya sudah memecat.. bukan memecat tapi

merumahkan 2 karyawan saya karena pendapatan saat ini sangat

menurun drastis dibanding sebelum pandemi sehingga saya tidak

mampu membayar gaji karyawan banyak” (Wawancara, September

2021).

Hasil wawancara dengan informan penelitian menunjukkan bahwa

selama Pandemi Covid-19 pengurangan jumlah pekerja dilakukan


karena sudah tidak dapat membayar gaji pekerja mereka dikarenakan

omset pendapatan yang turun.

4. Media Pemasaran Usaha melalui Aplikasi Ojek Online pada Usaha

Rumah Makan & Restoran

Media pemasaran ojek online digunakan oleh pelaku usaha Rumah

Makan & Restoran di Kota Kendari untuk mempromosikan dan atau

menjual produk usaha mereka. Media promosi yang digunakan oleh

pelaku usaha rumah makan/restoran adalah melalui aplikasi ojek online.

Namun demikian ada sebagian pelaku usaha yang tidak mennggunakan

media promosi untuk mempromosikan produk usaha mereka. Sebagian

besar pelaku usaha yang tidak menggunakan media promosi seperti

yang disebutkan sebelumnya disebabkan karena kurangnya modal

untuk membuat promosi serta tidak menguasai teknologi informasi

berbasis internet.

Tidak
38%

Ya
62%

Gambar 4.13
Promosi dan Penjualan melalui Aplikasi Ojek Online saat pandemi Covid-19

Saat pandemi Covid-19 seperti ini 62% pelaku usaha rumah

makan/restoran telah memakai jasa aplikasi ojek online seperti

Grab,Gojek,Maxim maupun Kurir lainnya, sedangkan 38% pelaku


usaha rumah makan/restoran tidak menggunakan jasa aplikasi ojek

online.

Penggunaan media aplikasi ojek online selama pandemi covid-19

ini dirasakan sangat membantu sebagian besar pelaku jenis usaha rumah

makan/restoran di Kota Kendari dalam mempromosikan dan menjual

produk usaha mereka.

Tidak
4%

Ya
96%

Gambar 4.14
Pengaruh Aplikasi Ojek Online Terhadap Penjualan

Sebanyak 96% pelaku usaha rumah makan/restoran di Kota

Kendari merasakan pengaruh dalam membantu usaha mereka selama

pandemi covid-19 dan sebanyak 4% pelaku usaha lainnya beranggapan

bahwa aplikasi ojek online tidak memberikan pengaruh terhadap usaha

mereka selama pandemi covid-19.

Hasil wawancara dengan saudara Rendi, pemilik Rumah Makan

Pak Raden mengatakan bahwa ;

“ Selama pandemi ini pemasukan dari aplikasi ojek online maupun

kurir cukup banyak membantu agar bisa tetap bertahan selama

pandemi ini, disaat puncak pandemi dan pemberlakuan lockdown


hampir semua pesanan berasal dari aplikasi ojek online maupun kurir.

Kita juga cukup terbantu dengan adanya aplikasi ojek online ini”. (

Wawancara, September 2021)

Selama pandemi covid-19 terjadi peningkatan penggunaan aplikasi

ojek online khususnya untuk usaha rumah makan/restoran di Kota

Kendari. Hal itu didukung oleh ketersediaan aplikasi ojek online yang

sudah semakin banyak di kota Kendari sehingga memudahkan

konsumen untuk mencari kebutuhannya.

4.3.2 Pengembangan Model Usaha Jasa Penyedia Pariwisata dalam


Masa Pandemi Covid-19 di Kota Kendari

Pandemi Covid-19 telah mempercepat perubahan cara pandang

pelaku usaha Jasa Penyedia Industri Pariwisata di Kota Kendari terkait

penggunaan teknologi informasi berbasis internet. Situasi ini memaksa

para pelaku usaha untuk memanfaatkan media internet sebagai sarana

promosi dan penjualan produk usaha mereka. Hal tersebut dipengaruhi

oleh perubahan pola permintaan barang dan jasa yang dilakukan oleh

masyarakat. Selama pandemi Covid-19, masyarakat cenderung

melakukan transaksi pembelian melalui media internet baik melalui

market place, online shop, maupun aplikasi ojek online.

Perkembangan teknologi informasi digital telah memudahkan

proses transaksi jual beli. Selama pandemi Covid-19 terjadi tren

peningkatan penggunaan media sosial oleh pelaku Jasa Penyedia

Industri Pariwisata di Kota Kendari.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama pandemi Covid-19

terjadi peningkatan penggunaan internet dikalangan pelaku usaha Jasa


Penyedia Industri Pariwisata di Kota Kendari. Penggunaan internet

digunakan sebagai media promosi dan penjualan produk usaha. Tercatat

bahwa setelah pandemi Covid-19 terjadi peningaktan sebesar 42,6%

penggunaan media sosial dikalangan pelaku usaha.

Market place merupakan situs perantara antara penjual dan

pembeli yang menyediakan barang kebutuhan konsumen. Market place

berfungsi hanya sebagai tempat bagi para penjual untuk menawarkan

produk kepada konsumen. Situs market place akan menjadi layaknya

pihak ketiga dalam transaksi online dengan menyediakan fitur

penjualan serta fasilitas pembayaran yang aman. Sedangkan online shop

(toko online) merupakan situs penjualan produk yang dimiliki dan

dikelolah sendiri oleh pemilik usaha, sehingga transaksi jual beli

langsung antara penjual dan pembeli. Online shop banyak

menggunakan media sosial dalam menawarkan dan menjual produk

kepada konsumen. Selama Pandemi Covid-19 online shop banyak

digunakan oleh pelaku usaha Jasa Penyedia Industri Pariwisata karena

penggunaannya yang cenderung lebih sederhana karena hanya dengan

menggunakan media sosial yang dimiliki.

Industri Pariwisata merupakan salah satu sektor usaha yang

mengalami keterpurukan selama Pandemi Covid-19 yang telah

berlangsung lebih dari satu tahun di seluruh dunia. Usaha-usaha di Kota

Kendari yang terkait langsung dengan pariwisata mengalami penurunan

omset usaha yang sangat besar selama Pandemi Covid-19 hingga harus

melakukan pengurangan gaji dan jumlah tenaga kerja bahkan beberapa


harus berhenti beroperasi/berproduksi karena tidak adanya sumber

pemasukan usaha (konsumen).

Pandemi Covid-19 telah memaksa seluruh pelaku usaha dan

konsumen disemua sektor usaha untuk memanfaatkan teknologi digital

berbasis internet untuk melakukan transaksi jual beli. Disamping itu,

penggunaan teknologi internet yang telah merata dihampir seluruh

wilayah Kota Kendari menjadi salah satu potensi untuk pengembangan

indsutri market place Pariwisata yang berbasis digital. Salah satunya

dengan pengembangan market place berbasis digital yang dapat

menjadi wadah bagi seluruh pelaku usaha Jasa Penyedia Industri

Pariwisata di Kota Kendari dalam mempromosikan dan menjual

produk usaha mereka kepada konsumen.

PELAKU Market Place TRANSAKSI KONSUMEN


USAHA Pariwisata JUAL-BELI

1. Spesifikasi Produk
2. Foto/video Produk
MENGIRIM 3. Harga Produk
PRODUK PRODUK
BARANG/JASA 4. Jumlah Produk
5. Online Shop
Penyedia Produk

Gambar 4.15
Pengembangan Model usaha Jasa penyedia Industri Pariwisata berbasis Digital

Market place Jasa Penyedia Industri Pariwisata merupakan sebuah

aplikasi digital yang berfungsi sebagai wadah atau tempat bagi para

pelaku usaha Rumah Makan/Restoran dan Hotel/Penginapan di Kota

Kendari untuk menawarkan produk mereka kepada konsumen. Produk

yang ditawarkan adalah semua yang berkaitan dengan produk usaha


Pariwisata, seperti hotel, restoran, produk olahan makanan, dan lain

sebagainya.

4.4.Pembahasan

Pandemi Covid-19 yang telah berlangsung lebih dari satu tahun

telah berdampak pada sektor Industri penyedia Jasa Layanan Pariwisata

di Kota Kendari. Banyak pelaku usaha pada sektor usaha tersebut telah

merasakan dampak dari pandemi Covid-19. Dampak yang paling

dirasakan oleh pelaku usaha sektor Industri Pariwisata dan UMKM

adalah menurunnya omset usaha sehingga harus melakukan

pengurangan gaji dan jumlah pekerja untuk dapat bertahan ditengah

badai Pandemi Covid-19. Berdasarkan hasil penelitian (Robinson &

Kengatharan, 2020) dimana mereka juga menemukan para pelaku usaha

mengalami gangguan omset dan masalah finansial lainnya

Penurunan omset usaha disebabkan oleh efek domino dari

melemahnya daya beli masyarakat karena banyak masyarakat yang

kehilangan mata pencaharian serta berkurangnya pendapatan

masyarakat. Sebanyak 87% pelaku usaha terpaksa harus menutup usaha

mereka untuk sementara waktu karena tidak adanya konsumen. Hal

yang paling dirasakan dari hilangnya konsumen adalah sektor usaha

Industri Pariwisata,seperti hotel dan penginapan. Hal tersebut

diperparah dengan kebijakan pemerintah memberlakukan lockdown

pada awal penyebaran Covid-19 di Indonesia dan kebijakan pembatasan

aktivitas masyarakat dan pelarangan kerumunan menyebabkan beberapa

usaha Industri Pariwisata seperti atraksi wisata harus menghentikan


kegiatan usaha mereka. Adapun upaya yang dilakukan oleh indsutri

Pariwisata selama Pandemi Covid-19 adalah dengan melakukan

pengurangan tenaga kerja, dan penambahan modal usaha. Selama

Pandemi Covid-19 sebagian besar pelaku usaha belum melakukan

upaya untuk mengatasi omset usaha mereka yang mengalami

penurunan. Sebagian pelaku usaha juga melakukan pengurangan jumlah

pekerja. Hal ini banyak dilakukan oleh sektor usaha Industri Pariwisata

karena penurunan jumlah pengunjung selama Pandemi Covid-19.

Produksi

Setiap faktor produksi yang terdapat dalam perekonomian adalah

dimiliki oleh seseorang. Pemiliknya menjual faktor produksi kepada

pengusaha dan sebagai balas jasanya mereka akan memperoleh

pendapatan. kerja mendapat gaji dan upah, tanah memperoleh sewa,

modal memperoleh bunga dan keahlian keusahawanan memperoleh

keuntungan. Faktor-faktor penentu seperti tenaga kerja dan modal

merupakan hal yang sangat penting diperhatikan terutama dalam upaya

mendapatkan cerminan tingkat pendapatan suatu usaha produksi seperti

Industri Kecil dan Menengah. Ini berarti bahwa jumlah tenaga kerja

serta modal peralatan yang merupakan input dalam kegiatan produksi

Industri Kecil dan Menengah dapat memberikan beberapa kemungkinan

tentang tingkat pendapatan yang mungkin diperoleh.

Selama Pandemi Covid-19 Industri Pariwisata di Kota Kendari

melakukan penurunan penjualan. Selain disebabkan oleh penurunan

daya beli masyarakat, juga disebabkan karena berubahnya pola


pembelian barang oleh masyarakat dari yang sebelumnya tatap muka

langsung berubah dengan menggunakan perantaraan media internet dan

market place. Sehingga produsen yang menyediakan barang melalui

aplikasi/media internet cenderung tidak mengalami penurunan jumlah

konsumen, seperti yang terjadi pada usaha-usaha mikro khususnya

usaha pengelolaan makanan yang menyediakan produk mereka pada

aplikasi-aplikasi market place dan Ojek Online.

Penurunan jumlah konsumen yang diikuti dengan penurunan

jumlah produksi secara langsung berdampak pada omset usaha Industri

Pariwisata di Kota Kendari selama Pandemi Covid-19. Sebanyak 99%

atau hampir keseluruhan pelaku usaha mengalami penurunan omset

usaha dibandingkan dengan kondisi sebelum Covid-19. Selama

Pandemi Covid-19 pelaku usaha sektor Industri Pariwisata mengalami

penurunan omset, namun disisi lain untuk jenis usaha rumah makan dan

restoran ada kecenderungan omset usaha yang tidak mengalami

penurunan. Jenis tersebut sebagian besar juga telah menggunakan

teknologi digital (jasa kurir online) dalam proses transaksi mereka

sehingga tidak mengalami penurunan jumlah konsumen yang

signifikan.

Penurunan omset usaha yang dialami sebagian besar pelaku usaha

Industri Pariwisata dan UMKM di Kota Kendari juga berdampak pada

pengurangan jumlah tenaga kerja. Sebanyak 57% pelaku usaha telah

melakukan pengurangan tenaga kerja mereka selama Pandemi Covid-

19. Hal tersebut dialami oleh pelaku usaha yang bergerak dalam sektor
Industri Pariwisata karena omset pendapatan usaha mereka tidak lagi

mampu menutupi gaji pekerja. Selain pengurangan jumlah pekerja

efisiensi yang dilakukan oleh pelaku usaha sektor Industri Pariwisata

melakukan pengurangan gaji pekerja selama Pandemi Covid-19.

Faktor produksi terkait dengan modal usaha pelaku usaha Industri

Pariwisata dan UMKM di Kota Kendari juga turut terdampak selama

Pandemi Covid-19. Meskipun kebanyakan sumber modal usaha Industri

Pariwisata dan UMKM di Kota Kendari adalah modal sendiri, namun

selama Pandemi Covid-19 para pelaku usaha mengalami kesulitan

modal usaha karena modal usaha mereka digunakan untuk menutupi

ongkos produksi sebagai akibat dari menurunnya omset pendapatan

usaha mereka, seperti biaya sewa tempat usaha, gaji pekerja, dan bahan

habis pakai lainnya yang digunakan sebagai pendukung produksi.

Meskipun beragam jenis bantuan yang diberikan oleh pemerintah, baik

pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, sebagai stimulus modal

usaha bagi pelaku Industri Pariwisata di Kota Kendari, namun bantuan

tersebut dirasakan tidak cukup membantu para pelaku usaha. Menurut

sebagian besar pelaku usaha, bantuan yang mereka terima hanya

merupakan bantuan sembako dan BLT. Disisi lain, bantuan yang

diberikan oleh pemerintah tidak sepenuhnya menjangkau para pelaku

usaha sektor Industri Pariwisata dan UMKM di Kota Kendari, sebanyak

96% pelaku usaha mengaku tidak pernah mendapatkan bantuan untuk

usaha mereka selama Pandemi Covid-19. Bahkan menurut mereka ada


sebagian masyarakat yang bukan sebagai pelaku usaha yang

mendapatkan bantuan.

Promosi dan Penjualan

Promosi merupakan suatu ungkapan dalam arti luas tentang

kegiatan-kegiatan yang secara aktif dilakukan oleh penjual untuk

mendorong konsumen untuk membel produk yang ditawarkan

(Marwan,1991). Promosi adalah salah satu faktor penentu keberhasilan

penjualan. Selama Pandemi Covid-19, adaptasi kebiasaan baru (new

normal) telah hampir dilakukan seluruh aspek masyarakat, terutama

pada kegiatan promosi usaha.

Secara umum, selama pandemi Covid-19 terdapat sebanyak 62%

pelaku usaha Industri Pariwisata dan UMKM di Kota Kendari yang

menggunakan internet untuk promosi usaha. Jenis media internet yang

digunakan oleh pelaku usaha adalah aplikasi ojek online. Selama

pandemi Covid-19 transaksi jual beli yang dilakukan sebagian besar

melalui aplikasi ojek online dengan memanfaatkan fitur yang ada pada

aplikasi-aplikasi tersebut.
BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Pandemi Covid-19 telah berdampak pada semua sektor Usaha Jasa

Pelayanan Pariwisata di Kota Kendari. Dampak yang paling dirasakan

adalah penurunan omset usaha yang berdampak pada pengurangan

sebagian besar jumlah tenaga kerja dan pengurangan gaji pekerja.

Penambahan modal usaha yang dilakukan oleh para pelaku usaha

bertujuan untuk menutupi biaya produksi selama pandemi Covid-19.

Bantuan yang diterima oleh pelaku usaha pada kenyataannya tidak

membantu pelaku usaha karena bantuan yang berikan tidak tepat

sasaran.

Selama pandemi Covid-19 telah terjadi peningkatan penggunaan

dan pemanfaatan media internet pada pelaku usaha pada sektor Usaha

Jasa Pelayanan Pariwisata dan UMKM di Sulawesi Tenggara sebagai

sarana promosi dan penjualan. Media internet yang banyak digunakan

adalah aplikasi ojek online. Hal tersebut dimanfaatkan sebagai solusi

untuk tetap menjual produk usaha mereka tanpa harus melakukan

transaksi jual beli dengan konsumen sehingga para pelaku usaha tetap

dapat bertahan selama pandemi Covid-19. Peningkatan penggunaan

media internet dapat menjadi sebuah model pengembangan sektor

usaha Jasa Pelayanan Pariwisata dan UMKM di Kota Kendari dengan

platform berbasis digital.


5.2. Saran

1. Pemerintah daerah Kota Kendari perlu melakukan pembaruan dan

sinkronisasi data sektor Usaha Jasa Pelayanan Pariwisata di Kota

Kendari agar bantuan bagi usaha terdampak Covid-19 di Kota

Kendari yang akan diberikan dapat tepat sasaran.

2. Pemerintah daerah Kota Kendari sebaiknya melakukan peningkatan

kapasistas pelaku usaha sektor Usaha Jasa Pelayanan Pariwisata

dalam pemanfaatan media internet sebagai sarana transaksi jual

beli.

3. Pemerintah daerah sebaiknya memfasilitasi pembuatan platform

digital yang dapat menampung semua pelaku usaha Usaha Jasa

Pelayanan Pariwisata dan UMKM di Kota Kendari.

Anda mungkin juga menyukai