KOMPETENSI DASAR
3.9 Mengidentifikasi informasi teks diskusi berupa pendapat pro dan kontra dari permasalahan
aktual yang dibaca dan didengar
4.9 Menyimpulkan isi gagasan, pendapat, argumen yang mendukung dan yang kontra serta
solusi atas permasalahan aktual dalam teks diskusi yang dibaca dan didengar
3.10 Menelaah pendapat, argumen yang mendukung dan yang kontra dalam teks diskusi
berkaitan dengan permasalahan aktual yang dibaca dan didengar
4.10 Menyajikan gagasan/pendapat, argumen yang mendukung dan yang kontra serta solusi atas
permasalahan aktual dalam teks diskusi dengan memperhatikan struktur, aspek kebahasaan,
dan aspek lisan (intonasi, gesture, pelafalan)
MEMBANGUN KONTEKS
Dalam kegiatan kita sehari-hari, baik bersama keluarga, teman, maupun dengan guru,
tanpa kita sadari sebenarnya kegiatan diskusi sudah sering kita lakukan, baik berdua, bertiga atau
lebih.
Contoh kegiatan di rumah:
Halaman rumah Bu Sandra yang luas saat ini sedang kosong. Bu Sandra berencana
menanam sayur-mayur, suaminya berencana menanam buah-buahan, sedangkan anak-
anaknya menginginkan hanya ditanami rumput hias supaya dapat bermain bola dengan
leluasa. Untuk menentukan pilihan, mereka duduk bersama membicarakan hal tersebut.
Teks diskusi memiliki fungsi sosial sebagai salah satu cara untuk menyelesaikan masalah yang
terjadi di tengah-tengah kehidupan masyarakat sehingga bisa diterima oleh pihak
yang pro dan yang kontra.
Menyimpulkan isi teks diskusi dapat menambah wawasan dan menumbuhkan sikap menghargai
pendapat orang lain.
Simpulan teks diskusi yang baik perlu mempertimbangkan gagasan utama dan gagasan
pendukung kedua belah pihak sehingga dapat terangkum dan menjadi bagian dari jalan keluar
terhadap masalah yang dibahas.
Duduk di depan layar sudah menjadi rutinitas yang tidak terelakkan bagi para pelajar di
masa pandemi, karena tuntutan melakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ). Sebagian melihat
perubahan ini sebagai suatu anugerah, karena kebijakan ini memberikan kesempatan untuk
belajar lebih disiplin mengatur waktu dan menghabiskan lebih banyak waktu untuk berbagai
kesempatan lainnya. Sebagian kelompok lainnya melihat kebijakan ini sebagai sesuatu yang
disayangkan, karena sekolah yang awalnya menjadi tempat dan waktu berinteraksi dengan guru
dan teman, seolah menjadi sirna karena interaksi online tidak terasa nyata.
Pelonggaran kebijakan pembatasan kegiatan masyarakat saat ini sudah mulai diterapkan;
PPKM turun level, pusat perbelanjaan kembali dibuka, makan di tempat sudah diizinkan, dan
sebagainya. Perlahan namun pasti, seperti juga dipaparkan oleh Menkes, kita harus memiliki
strategi untuk hidup berdampingan bersama epidemi. Maka, pembelajaran tatap muka (PTM)
pun pasti akan kembali diberlakukan. Kemudian, hal ini tentu melahirkan berbagai kekhawatiran
mengenai keamanan untuk para pelajar melakukan kegiatan di sekolah. Apakah sebaiknya PTM
segera diterapkan kembali? Bagaimanakah cara menciptakan lingkungan PTM yang aman dan
nyaman di dalam situasi pandemi?
Dampak Pembelajaran Jarak Jauh
Sebelum memutuskan apakah kegiatan belajar mengajar perlu dilakukan kembali di
sekolah, sebenarnya apa sajakah dampak yang dirasakan selama ini dari PJJ? Bagi pelajar atau
murid, belajar online tentu terasa berbeda. Selain kehilangan momen untuk berinteraksi langsung
dengan pengajar dan teman, para pelajar cenderung menjadi kehilangan motivasi dalam belajar.
Terutama pada usia yang belum dewasa, kurangnya pengawasan dari guru dapat menurunkan
rasa tanggung jawab untuk aktif belajar jarak jauh. Walaupun demikian, terlalu banyak
diperhatikan oleh orang tua di rumah juga dapat memicu depresi dan stres pada anak.
Lalu dengan adanya dampak tersebut, apakah berarti kini saatnya diberlakukan PTM?
Merupakan suatu tantangan tersendiri untuk kembali melakukan PTM di tengah pandemi. Risiko
penularan di klaster sekolah tentu menjadi suatu kekhawatiran. Melandainya kurva penularan
Covid19 setelah diberlakukannya PPKM darurat dan PPKM level 4 menjadi dorongan untuk
kembali melakukan PTM. Mendikbud turut gencar ingin kegiatan PTM kembali segera
dilaksanakan, mengingat terjadi penurunan capaian belajar atau learning loss dan efek psikologis
pada anak. Menurutnya, sekitar 63% sekolah sudah dapat melakukan PTM terbatas, yaitu
sekolah yang berada di area PPKM level 1, 2 dan 3.
Pertanyaan:
1. Apakah teks tersebut sudah bisa digolongkan dalam teks diskusi? Jelaskan
2. Mengapa pemerintah sudah mengeluarkan surat keputusan untuk PTM?
3. Apakah lingkungan sekolah yang sudah menerapkan protokol kesehatan bisa menjamin
bahwa guru dan siswa akan terhindar dari virus covid?
EVALUASI
Gb 1 Gb 2 Gb 3
Perhatikan gambar tersebut dengan saksama untuk menjawab pertanyaan berikut!
KUNCI JAWABAN
Pertanyaan I
1. Diskusi adalah perundingan atau pertukaran pemikiran untuk memperoleh pemahaman
mengenai penyebab suatu masalah dan solusi penyelesaiannya
2. Siapa saja yang mempunyai kepentingan bersama
3. Dua orang atau lebih
4. Tempat di mana saja bisa digunakan untuk berdiskusi (sebaiknya tempat yang tenang dan
nyaman)
5. Dalam sebuah diskusi dibutuhkan seorang pimpinan/ketua supaya pembicaraan terarah
6. Untuk memperoleh solusi dari permasalahan yang diangkat/kesepakatan
Pertanyaan II
1. Teks tersebut sudah bisa digolongkan dalam teks diskusi karena sudah sesuai dengan
struktur teks, yaitu ada isu, argumen, dan simpulan
2. Pemerintah sudah berani mengeluarkan surat keputusan untuk PTM karena bangsa
Indonesia dinilai sudah bisa menerapkan prokes. Selain itu beberapa daerah sudah
menempati posisi level 1 yang dinyatakan aman untuk berkegiatan tatap muka
3. Lingkungan sekolah yang sudah menerapkan protokol kesehatan tidak bisa menjamin
bahwa guru dan siswa akan terhindar dari virus covid karena guru dan siswa juga
berkegiatan di rumah/di luar sekolah. Jadi di manapun berada mereka harus tetap prokes
Evaluasi
1. D Kegembiraan anak mengikuti pelajaran tatap muka di sekolah (anak berlarian dengan
gembira dan tetap memakai masker)
2. Gambar nomor 2 menunjukkan anak yang sedang tertidur saat mengikuti PJJ di rumah.
Mungkin kelelahan atau mungkin malam kurang tidur, sehingga saat PJJ tidak bisa
mengikuti dengan baik. Kemungkinan hal seperti ini sering terjadi dan tidak diketahui
orang guru maupun orang tua. Biasanya anak yang demikian hanya membuka HP/laptop
tetapi tidak on cam serta mematikan suara
3. Pembelajaran tatap muka di sekolah yang memperhatikan protokol kesahatan memang
menyenangkan dan seolah-olah sudah aman. Namun potensi penularan bukan hanya
terjadi di dalam kelas dan di area sekolah, tetapi bisa juga di perjalanan. Dari keluarga
sendiri pun dapat secara tidak sadar menjadi sumber penularan, terlebih lagi sopir atau
asisten rumah tangga. Ketika mengantar anak, orang tua atau sopir biasanya juga
langsung pergi ke kantor atau ke tempat-tempat yang kemungkinan banyak orang. Saat
menjemput pun kemungkinan dari tempat-tempat yang juga tidak diketahui tingkat
keamanannya. Jadi, walaupun menggunakan kendaraan pribadi pun kemungkinan tidak
aman. Lebih baik siswa tetap mengikuti PJJ saja
DAFTAR PUSTAKA
1. https://www.higienis.com/blog/pro-kontra-pembelajaran-tatap-muka-di-tengah-pandemi/
2. Rohimah, Ima. 2019. Buku Penilaian Bupena Bahasa Indonesia untuk SMP/MTs Kelas
IX. Jakarta: Penerbit Erlangga
3. KBBI