Anda di halaman 1dari 6

Nama : Devi Fitriyana

NIM : 210104005

Mata Kuliah : Tata Tulis Dan Komunikasi Ilmiah

A. Pendahuluan
Koperasi harta graha adalah merupakan suatu perekonomian di pedesaan
yang menjadi tulang punggungnya kegiatan perekonomian masyarakat di pedesaan
dimana Koperasi pedesaan telah menjadi bagian yang sangat penting dari
kehidupan berekonomi semua warga masyarakat di pedesaan. Dengan adanya
Koperasi harta graha di pedesaan yang sekarang sangat berkembang dengan pesat,
maka akan memudahkan untuk memperoleh barang dan jasa dalam kebutuhan
sehari-hari.
Karya ilmiah ini disusun dengan harapan mengetahui tentang berbagai hal
yang menyangkut tentang Koperasi harta graha di pedesaan, mulai dari pengertian,
tujuan, cara-cara mendirikan, cara mengolah, dan jenis usaha yang dikembangkan
dalam Koperasi harta graha dimasyarakat yang ada di Pedesaan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya ilmiah yang disusun masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis akan menerima dengan senang hati
segala kritik dan saran yang bersipat membangun dari semua pihak demi
sempurnanya laporan ini.
Koperasi dijaman sekarang pastilah terdengar sangat akrab ditelinga masyarakat
pedesaan yang merupakan salah satu program unggulan pemerintah dalam rangka
meningkatkan produksi dan kehidupan masyarakat di pedesaan. Sesuai dengan
pengertiannya Koperasi berarti bekerja bersama-sama, yang menurut undang-
undang nomor 25 tahun 1992 tentang perKoperasian, Koperasi adalah badan usaha
yang beranggotakan orang seorang atau badan hokum. Koperasi dengan
melandaskan kegiatan berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sabagai gerakan
ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan.

1
Dari pengertian tersebut dapat dijelaskan Koperasi secara lebih terperinci
bahwa Koperasi merupakan:
1. Perkumpulan Koperasi bukan merupakan perkumpulan modal
Dalam Koperasi orang-orang tidak hanya mengumpulkan uangnya untuk
modal saja, tetapi Koperasi juga mempunyai tujuan social. Koperasi tidak hanya
mementingkan mencari keuntungan sebesar-besarnya, Koperasi lebih
memperhatikan kesejahteraan bersama para anggotanya dengan cara bekerja sama
dan tolong menolong.
2. Keanggotannya bersifat suka rela
Dalam Koperasi tidak membeda-bedakan anggota berdasarkan suku, aliran,
dan agama. Siapa saja dapat menjadi anggota Koperasi.
3. Tujuan utama Koperasi untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya.

B. Tinjauan pustaka
Tujuan yang hendak dicapai dengan adanya penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana kedudukan pengadilan pajak dalam sistem
peradilan di Indonesia.
2. Memberikan gambaran tentang eksistensi peradilan pajak dalam
menyelesaikan sengketa pajak.
3. Menjelaskan apa saja yang menjadi kelemahan dari Peradilan Pajak yang dapat
menjadikan timbulnya penyimpangan.
4. Memberikan solusi tentang kelemahan dalam aturan peradilan pajak di
Indonesia

C. Metode Penelitian
1. Kegunaan Teoritis.
Dari adanya hasil penelitian ini diharapkan dapat memperoleh kegunaan teoritis;
a. Menambah ilmu pengetahuan mengenai hukum pajak terutama tentang
Pengadilan pajak.

2
b. Disamping itu dapat memberikan pengetahuan mengenai peradilan pajak baik
tentang kedudukan pengadilan pajak dalam sistem peradilan di Indonesia
serta kelemahannya.
2. Kegunaan Praktis
Mengenai kegunaan praktis adalah sebagai berikut :
a. Menyumbangkan pemikiran guna memecahkan permasalahan yang terjadi
dalam sengketa pajak.
b. Memberikan masukan kepada pejabat yang terkait baik pejabat pajak maupun
hakim pengadilan pajak dalam menyelesaikan masalah sengketa pajak.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kedudukan Badan Pengadilan Koperasi Menurut Undang-Undang Nomor


14 Tahun 2002 Tentang Pengadilan Pajak Dalam Peradilan Di Indonesia.

Pajak merupakan salah satu sumber pemasukan kas negara yang digunakan
untuk pembangunan dengan tujuan akhir kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.
Oleh karena itu, sektor pajak memegang peranan penting dalam perkembangan
kesejahteraan bangsa. Namun, tak bisa dipungkiri bahwa sulitnya negara
melakukan pemungutan pajak karena banyaknya wajib pajak yang tidak patuh
dalam membayar pajak merupakan suatu tantangan tersendiri. Pemerintah telah
memberikan kelonggaran dengan memberikan peringatan terlebih dahulu melalui
Surat Pemberitahuan Pajak (SPP). Akan tetapi, tetap saja banyak wajib pajak yang
lalai untuk membayar pajak bahkan tidak sedikit yang cenderung menghindari
kewajiban tersebut.
Dalam konteks pajak, perbedaan pendapat dan sengketa relatif sering terjadi
karena adanya perbedaan penafsiran dan kepentingan antara fiskus dengan Wajib
Pajak. Karena, diakui atau tidak, hingga saat ini tidak sedikit peraturan pajak yang
dianggap tidak jelas, kurang tegas dan cenderung multitafsir sehingga dapat

3
diartikan secara berbeda oleh kedua pihak yang masing-masing memiliki
kepentingan yang berbeda pula.

E. Penutup
Kesimpulan
Berdasarkan uraian dalam pembahasan tersebut diatas, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
Bahwa di dalam penjelasan Pasal 27 UU Kekuasaan Kehakiman ditegaskan
dimana Pengadilan Pajak merupakan pengadilan khusus bagian dari Peradilan Tata
Usaha Negara (PTUN), dan sebagai pengadilan yang bersifat khusus sudah
selayaknya memiliki hukum acara tersendiri.
Namun jika dicermati beberapa pasal yang termuat di dalam UU Pengadilan
Pajak tersebut, bahwa Pengadilan Pajak memiliki sifat kemandirian yang berdiri
sendiri terpisah dari Mahkamah Agung, hal ini dapat terlihat dari sifat dan jenis
putusan, hal tersebut yang mejadi kelemahan dari UU pengadilan pajak dan dapat
dikatakan menyimpang karena melanggar amanat UUD 1945 bahwa setiap
peradilan harus berada di bawah Mahkamah agung.

Saran
Berbagai kelemahan yang terdapat dalam UU Pengadilan Pajak, tentunya
harus segera diperbaiki. Pengadilan pajak harus ditata ulang, baik secara hukum,
administrasi, organisasi dan finansialnya. Poin penting yang harus diperhatikan
adalah pengadilan pajak harus berada dibawah MA

F. DAFTAR PUSTAKA

Galang Asmara, Peradilan Pajak Dan Lembaga Penyanderaan (Gijzeling) Dalam


Hukum Pajak di Indonesia, Yogyakarta: LaksBang Pressindo, 2006.

Sjachran Basah, Eksistensi dan Tolak Ukur Badan Peradilan Administrasi di


Indonesia, Bandung: Alumni, 1989.

4
Rochmat Soemitro. Asas Dan Dasar Perpajakan 1. Bandung: Refika Aditama,
1998.

Dewi Kania Sugiharti, Perkembangan Peradilan Pajak di Indonesia, Bandung:


Refika Aditama, 2005.

R. Santoso Brotodihardjo, Pengantar Ilmu hukum Pajak, Bandung: Refika


Aditama, 1998.

Prajudi Atmosudirdjo, Hukum Administrasi Negara, Jakarta: Ghalia Indonesia,


1981.

Djangkung Sudjawardi, Lembaga Paksa Badan dalam Pengadilan Pajak.


Masyarakat Pemantau Peradilan Indoensia tanggal 15 Maret
2005. http://www.pemantauperadilan.com/detil (15 juni 2016)

Nisa Istiani, Menelaah Keberadaan Pengadilan Pajak. Masyarakat Pemantau


Peradilan Indonesia. Sumber: http://www.pemantauperadilan.com/detil (15
Juni 2016)

Galang Asmara, Peradilan Pajak Dan Lembaga Penyanderaan (Gijzeling) Dalam


Hukum Pajak di Indonesia, Yogyakarta: LaksBang Pressindo, 2006, hlm. 1.
Ibid., hlm. 3.

Sjachran Basah, Eksistensi dan Tolak Ukur Badan Peradilan Administrasi di


Indonesia, Bandung: Alumni, 1989, hlm. 26.

Dewi Kania Sugiharti, Perkembangan Peradilan Pajak di Indonesia, (Bandung:


Refika Aditama, 2005), hlm. 72

Brotodihardjo, R.Santoso. 1998. Pengantar Ilmu hukum Pajak. Bandung: PT.


Refika Aditama. Halm.2

Ibid halaman 2

Soemitro, Rochmat. 1998. Asas Dan Dasar Perpajakan 1. Bandung: PT. Refika
Aditama. Halaman 62

Ibid halaman 101


Djafar Saidi, Muhammad. 2008. Perlindungan Hukum Wajib pajak dalam
penyelesaian Sengketa pajak. Jakarta: Rajawali Pers. Halm.32

Soemitro, Rochmat. 1998. Asas Dan Dasar perpajakan 2. Bandung: PT. Refika
Aditama. Halm.164.

5
http://robothukum.blogspot.com/2010/11/eksistensi-dan-dualisme-
pembinaan_18.html. Diakses tanggal 14 juni 2016.

Lock Cit

Djangkung Sudjawardi, Lembaga Paksa Badan dalam Pengadilan Pajak.


Masyarakat Pemantau Peradilan Indoensia tanggal 15 Maret
2005. http://www.pemantauperadilan.com/detil (15 juni 2016)

Nisa Istiani, Menelaah Keberadaan Pengadilan Pajak. Masyarakat Pemantau


Peradilan Indonesia. Sumber: http://www.pemantauperadilan.com/detil (15
Juni 2016)

Muhammad Djafar Saidi, Perlindungan Hukum Wajib Pajak dalam Penyelesaian


Sengketa Pajak, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2007), hlm. 60-62

Sjachran Basah, Eksistensi dan Tolak Ukur Badan Peradilan Administrasi di


Indonesia, (Bandung: Alumni, 1989), hlm. 37

Dewi Kania Sugiharti, Perkembangan Peradilan Pajak di Indonesia, (Bandung:


Refika Aditama, 2005), hlm. 72

Anda mungkin juga menyukai