Anda di halaman 1dari 2

SEPERCIK TEORI ROMANTISISME

DALAM PUISI ARAB

Fadlil Munawwar Manshur


Romantisisme dalam puisi Arab muncul secara bertahap dari Neo-Klasisisme selama
tahun-tahun awal abad ke-20 dan menikmati mode terbesarnya pada periode antara dua
Perang Dunia. Akan tetapi, tidak ada jeda yang jelas yang memisahkan kedua gerakan
tersebut, baik secara kronologis maupun gaya. Banyak penyair yang syairnya dicirikan oleh
sikap aliran Romantis yang terus menggunakan secara eksklusif bentuk-bentuk puisi
tradisional dan puisi neo-klasik, khususnya di Irak, hingga sepertiga terakhir abad ke-20.
Sifat 'tambahan' pergeseran dari Neo-Klasisisme ke Romantisisme terlihat dari penggunaan
oleh banyak orang kritik terhadap istilah 'pra-Romantis' untuk menggambarkan penyair yang
karyanya menunjukkan fitur dari kedua gerakan tersebut (Neo-Klasisisme dan
Romantisisme). Terlepas dari peringatan ini, istilah 'Romantisisme' tampaknya telah diterima
secara universal dan digunakan oleh para kritikus serta sejarawan sastra untuk
mendefinisikan seperangkat sikap dan konvensi puitis yang mencerminkan orang-orang
Romantis Barat. Sikap-sikap yang dimaksud telah diringkas dengan baik oleh Robin Ostle
sebagai berikut.

(a) keinginan untuk tidak menyesuaikan diri dengan norma atau institusi sosial
tradisional; (b) perayaan pemandangan keindahan alam dan identifikasi emosional
yang intens dengan pemandangan seperti itu, bersama dengan kecenderungan untuk
menganggap kota-kota sebagai pusat kejahatan dan korupsi; (c) introspeksi emosional
yang mendalam dan kecenderungan untuk memuliakan penyair yang terisolasi, seperti
orang mulia yang tidak dihormati dan dijauhi oleh orang-orang sezamannya; (d) rasa
kuat akan dualitas madzhab Neo-Platonik: tubuh dan jiwa; (e) kecenderungan untuk
menulis puisi cinta yang halus dan spiritual.

Tentu saja tidak semua karakteristik yang diidentifikasi oleh Robin Ostle tersebut
bersifat eksklusif untuk Romantisisme karena dalam: tradisi Arab, penyair Suluk telah
kembali ke masa pra-Islam, sedangkan dalam Puisi Udzri yang berkembang pada periode
Umayyah, dicirikan dengan penyair yang merindukan sang kekasih. Sikap-sikap tersebut
terbukti sangat menarik bagi penyair Arab selama masa perang yang diliputi oleh rasa
frustrasi karena kekalahan dan pecahnya Kekaisaran Ottoman. Para penyair Arab hanya bisa
menyaksikan penggantian Kekaisaran Ottoman (Utsmani) oleh sekelompok penguasa baru
dari Eropa Barat. Akhirnya, Romantisisme dalam puisi Arab mengalami kemunduran dan
kemandegan karena pengaruh Barat, dengan fitur-fiturnya yang baru, sastra Barat semakin
menguat mempengaruhi kehidupan sastra Arab.

Referensi:
Starkey, Paul. Modern Arabic Literature. 2006. Edinburgh University Press, ,
Edinburgh.

Anda mungkin juga menyukai