Teori Romantisisme
Teori Romantisisme
(a) keinginan untuk tidak menyesuaikan diri dengan norma atau institusi sosial
tradisional; (b) perayaan pemandangan keindahan alam dan identifikasi emosional
yang intens dengan pemandangan seperti itu, bersama dengan kecenderungan untuk
menganggap kota-kota sebagai pusat kejahatan dan korupsi; (c) introspeksi emosional
yang mendalam dan kecenderungan untuk memuliakan penyair yang terisolasi, seperti
orang mulia yang tidak dihormati dan dijauhi oleh orang-orang sezamannya; (d) rasa
kuat akan dualitas madzhab Neo-Platonik: tubuh dan jiwa; (e) kecenderungan untuk
menulis puisi cinta yang halus dan spiritual.
Tentu saja tidak semua karakteristik yang diidentifikasi oleh Robin Ostle tersebut
bersifat eksklusif untuk Romantisisme karena dalam: tradisi Arab, penyair Suluk telah
kembali ke masa pra-Islam, sedangkan dalam Puisi Udzri yang berkembang pada periode
Umayyah, dicirikan dengan penyair yang merindukan sang kekasih. Sikap-sikap tersebut
terbukti sangat menarik bagi penyair Arab selama masa perang yang diliputi oleh rasa
frustrasi karena kekalahan dan pecahnya Kekaisaran Ottoman. Para penyair Arab hanya bisa
menyaksikan penggantian Kekaisaran Ottoman (Utsmani) oleh sekelompok penguasa baru
dari Eropa Barat. Akhirnya, Romantisisme dalam puisi Arab mengalami kemunduran dan
kemandegan karena pengaruh Barat, dengan fitur-fiturnya yang baru, sastra Barat semakin
menguat mempengaruhi kehidupan sastra Arab.
Referensi:
Starkey, Paul. Modern Arabic Literature. 2006. Edinburgh University Press, ,
Edinburgh.