Anda di halaman 1dari 27

Pengertian Evaporasi, Kondensasi, Transpirasi dan Gutasi

Mungkin kita sudah sangat familiar dengan kata-kata evaporasi (penguapan) dan kondensasi
(pengembunan), namun siklus air pada tumbuhan juga dikenal istilah Transpirasi dan Gutasi
yang sering disalah artikan dengan embun.

Evaporasi
Penguapan atau evaporasi adalah proses perubahan molekul di dalam keadaan cair
(contohnya air) dengan spontan menjadi gas (contohnya uap air). Proses ini adalah kebalikan
dari kondensasi. Umumnya penguapan dapat dilihat dari lenyapnya cairan secara berangsur-
angsur ketika terpapar pada gas dengan volume signifikan.

Rata-rata molekul tidak memiliki energi yang cukup untuk lepas dari cairan. Bila tidak cairan
akan berubah menjadi uap dengan cepat. Ketika molekul-molekul saling bertumbukan
mereka saling bertukar energi dalam berbagai derajat, tergantung bagaimana mereka
bertumbukan. Terkadang transfer energi ini begitu berat sebelah, sehingga salah satu molekul
mendapatkan energi yang cukup buat menembus titik didih cairan. Bila ini terjadi di dekat
permukaan cairan molekul tersebut dapat terbang ke dalam gas dan "menguap"

Ada cairan yang kelihatannya tidak menguap pada suhu tertentu di dalam gas tertentu
(contohnya minyak makan pada suhu kamar). Cairan seperti ini memiliki molekul-molekul
yang cenderung tidak menghantar energi satu sama lain dalam pola yang cukup buat memberi
satu molekul "kecepatan lepas" - energi panas - yang diperlukan untuk berubah menjadi uap.
Namun cairan seperti ini sebenarnya menguap, hanya saja prosesnya jauh lebih lambat dan
karena itu lebih tak terlihat.
Penguapan adalah bagian esensial dari siklus air. Uap air di udara akan berkumpul menjadi
awan. Karena pengaruh suhu, partikel uap air yang berukuran kecil dapat bergabung
(berkondensasi) menjadi butiran air dan turun hujan. Siklus air terjadi terus menerus. Energi
surya menggerakkan penguapan air dari samudera, danau, embun dan sumber air lainnya.
Dalam hidrologi penguapan dan transpirasi (yang melibatkan penguapan di dalam stomata
tumbuhan) secara kolektif diistilahkan sebagai evapotranspirasi.

TRANSPIRASI
Transpirasi berbeda dengan penguapan/evaporasi sederhana karena berlangsung pada
jaringan hidup dan dipengaruhi oleh fisiologi tumbuhan.
1 - Air pasif diangkut ke akar dan kemudian ke xilem .
2 - Kekuatan kohesi dan adhesi menyebabkan molekul air untuk membentuk kolom dalam
xilem .
3 - Air bergerak dari xilem ke dalam sel mesofil , menguap dari permukaan dan daun
tanaman dengan cara difusi melalui stomata

Air diserap ke dalam akar secara osmosis melalui rambut akar, sebagian besar bergerak
menurut gradien potensial air melalui xilem. Air dalam pembuluh xilem mengalami tekanan
besar karena molekul air polar menyatu dalam kolom berlanjut akibat dari penguapan yang
berlangsung di bagian atas. Sebagian besar ion bergerak melalui simplas dari epidermis akar
ke xilem, dan kemudian ke atas melalui arus transportasi.

Laju transpirasi dipengaruhi oleh ukuran tumbuhan, kadar CO2, cahaya, suhu, aliran udara,
kelembaban, dan tersedianya air tanah. Faktor-faktor ini memengaruhi perilaku stoma yang
membuka dan menutupnya dikontrol oleh perubahan tekanan turgor sel penjaga yang
berkorelasi dengan kadar ion kalium (K+) di dalamnya. Selama stoma terbuka, terjadi
pertukaran gas antara daun dengan atmosfer dan air akan hilang ke dalam atmosfer. Untuk
mengukur laju transpirasi tersebut dapat digunakan potometer.
Stoma (tunggal) atau mulut daun, sebagian besar transpirasi berlangsung di bagian ini.
Transpirasi pada tumbuhan yang sehat sekalipun tidak dapat dihindarkan dan jika berlebihan
akan sangat merugikan karena tumbuhan akan menjadi layu bahkan mati.

Sebagian besar transpirasi berlangsung melalui stomata sedang melalui kutikula daun dalam
jumlah yang lebih sedikit. Transpirasi terjadi pada saat tumbuhan membuka stomatanya untuk
mengambil karbon dioksida dari udara untuk berfotosintesis.

Lebih dari 20 % air yang diambil oleh akar dikeluarkan ke udara sebagai uap air. Sebagian
besar uap air yang ditranspirasi oleh tumbuhan tingkat tinggi berasal dari daun selain dari
batang, bunga dan buah.

Transpirasi menimbulkan arus transpirasi yaitu translokasi air dan ion organik terlarut dari
akar ke daun melalui xilem.
ADAPTASI TUMBUHAN TERHADAP TRANSPIRASI
Daun
Tumbuhan seperti pohon jati dan akasia mengurangi penguapan dengan cara menggugurkan
daunnya di musim panas.

Pada tumbuhan padi-padian, liliacea dan jahe-jahean, tumbuhan jenis ini mematikan daunnya
pada musim kemarau. Pada musim hujan daun tersebut tumbuh lagi.

Tumbuhan yang hidup di gurun pasir atau lingkungan yang kekurangan air (daerah panas)
misalnya kaktus, mempunyai struktur adaptasi khusus untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Pada tumbuhan yang terdapat di daerah panas, jika memiliki daun maka
daunnya berbulu, bentuknya kecil-kecil dan kadang-kadang daun berubah menjadi duri dan
sisik.

Lapisan lilin berfungsi untuk melindungi daun dari penguapan yang berlebihan dan gangguan
serangga

Stomata
Stomata pada daun dapat membuka di siang hari dan menutup pada malam hari untuk
menghindari penguapan yang berlebihan,karena itu stomata disebut dengan mulut daun.

Akar
Sistem perakaran tumbuhan di daerah panas memiliki akar yang panjang-panjang sehingga
dapat menyerap air lebih banyak.

KONDENSASI
Kondensasi atau pengembunan adalah perubahan wujud benda ke wujud yang lebih padat,
seperti gas (atau uap) menjadi cairan. Kondensasi terjadi ketika uap didinginkan menjadi
cairan, tetapi dapat juga terjadi bila sebuah uap dikompresi (yaitu, tekanan ditingkatkan)
menjadi cairan, atau mengalami kombinasi dari pendinginan dan kompresi. Cairan yang telah
terkondensasi dari uap disebut kondensat.

Kondensasi uap menjadi cairan adalah lawan dari penguapan (evaporasi) dan merupakan
proses eksothermik (melepas panas). Air yang terlihat di luar gelas air yang dingin di hari
yang panas adalah kondensasi.

Molekul air mengambil sebagian panas dari udara. Akibatnya, temperatur atmosfer akan
sedikit turun. Di atmosfer, kondensasi uap airlah yang menyebabkan terjadinya awan.
Molekul kecil air dalam jumlah banyak akan menjadi butiran air karena pengaruh suhu, dan
tapat turun ke bumi menjadi hujan. Inilah yang disebut siklus air.

Uap air di udara yang terkondensasi secara alami pada permukaan yang dingin dinamakan
embun. Uap air hanya akan terkondensasi pada suatu permukaan ketika permukaan tersebut
lebih dingin dari titik embunnya, atau uap air telah mencapai kesetimbangan di udara, seperti
kelembapan jenuh. Titik embun udara adalah temperatur yang harus dicapai agar mulai
terjadi kondensasi di udara.
Embun yang terbentuk pada bunga Chinese Hibiscus
Jadi, Embun adalah air dalam bentuk tetesan yang muncul pada permukaan tipis yang
terpapar pada pagi atau sore hari karena kondensasi. Uap air di atmosfer akan mengembun
menjadi tetesan tergantung pada suhu. Suhu di mana tetesan dapat terbentuk disebut titik
embun. Ketika suhu permukaan yang terpapar turun, akhirnya mencapai titik embun, uap air
di atmosfer mengembun membentuk tetesan kecil di permukaan.

Ketika suhu cukup rendah, embun mengambil bentuk es, bentuk ini disebut membeku
(freeze).
Dalam foto makro yang menakjubkan ini, yang diambil oleh Alistair Campbell, kita melihat
embun beku turun di pagi hari. Campbell menyebutkan bahwa foto ini adalah gabungan dari
beberapa jepretan untuk meningkatkan kedalaman fokus.
Karena embun ini terkait dengan suhu permukaan, pada akhir musim panas, embun terbentuk
paling mudah pada permukaan yang tidak dihangatkan oleh panas yang berasal dari dalam
tanah, seperti rumput, daun, pagar, atap mobil, dan jembatan.

Embun berbeda dengan gutasi, yang merupakan proses di mana tanaman melepaskan
kelebihan air dari ujung daun .

GUTASI
Gutasi adalah proses pelepasan air dalam bentuk cair dari jaringan daun. Istilah gutasi
pertama kali dipakai oleh Burgerstein. Gutasi terjadi saat kondisi tanah sesuai sehingga
penyerapan air tinggi namun laju penguapan/ transpirasi rendah maupun ketika penguapan air
sulit terjadi karena tingginya kelembaban udara. Proses gutasi terjadi pada struktur daun
mirip stomata yang bernama hidatoda. Gutasi dapat diamati dengan munculnya tetes-tetes air
di tepi daun yang tersusun teratur.
Tingkat terjadinya gutasi sangat rendah dibandingkan dengan transpirasi. Gutasi juga lebih
jarang diobservasi daripada transpirasi. Titik-titik air di tepi daun yang terjadi akibat gutasi di
pagi hari sering disalahartikan sebagai embun.

Mekanisme
Pengeluaran air melalui proses gutasi terjadi akibat adanya tekanan positif akar. Meskipun
ketika laju transpirasi rendah, akar terus menyerap air dan mineral sehingga air yang masuk
ke jaringan lebih banyak daripada yang dilepaskan keluar. Kondisi yang tidak mendukung
terjadinya tekanan akar seperti suhu dingin dan tanah yang kering menghambat terjadinya
gutasi. Kekurangan mineral juga diketahui memengaruhi proses gutasi.

Bila transpirasi terjadi pada stomata, maka gutasi terjadi pada struktur khusus bernama
hidatoda. Hidatoda seringkali disebut sebagai stomata air. Hidatoda terletak di ujung dan
sepanjang tepi daun. Oleh karena itulah, titik-titik air akan terlihat di ujung dan tepi daun.

Gutasi biasanya terjadi pada malam hari, namun terjadi juga pada pagi hari. Laju gutasi
paling tinggi ditemukan pada tumbuhan Colocasia nymphefolia. Gutasi paling banyak terjadi
pada tumbuhan air, herba, dan rumput-rumputan.

Kualitas air hasil gutasi


Titik-titik air yang keluar dari jaringan daun melalui proses gutasi bukanlah air murni.
Berbagai senyawa diketahui terlarut di dalamnya. Beberapa senyawa yang ditemukan terlarut
dalam titik-titik air tersebut adalah enzim, gula, asam amino, vitamin, serta mineral seperti P,
K, Na, Mg, dan Fe.

Perbedaan gutasi dan transpirasi


Beberapa perbedaan utama gutasi dan transpirasi adalah:

Efek gutasi bagi tanaman


Gutasi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kelangsungan hidup tumbuhan.
Namun kadangkala, gutasi diketahui dapat menyebabkan luka pada daun. Hal ini diakibatkan
oleh penumpukan garam yang terjadi bila titik-titik air di tepi daun telah menguap. Kondisi
tersebut membuat patogen seperti bakteri dan fungi dapat menyerang jaringan daun.

Dibawah ini adalah foto-foto cantik dari Gutasi pada daun


Guttation on a strawberry leaf
Guttation on Equisetum
___________________________________________________________________________
_________________________
STRUKTUR SEKRESI

Sekresi adalah peristiwa terpisahnya substansi dari protoplas, yang


dikeluarkan adalah berupa kelebihan ion, hasil fotosintesis, sisa
metabolisme berupa alkaloid, tanin, terpen, kristal., juga zat khusus
seperti enzim dan hormon.
Pemisahan atau pembuangan zat yang tidak turut dalam
metabolisme kadang-kadang disebut ekskresi. Namun, pada tumbuhan
tidak dapat dibuat pemisahan yang jelas anatar sekresi dan ekskresi.
Karena, sel yang sama menghimpun berbagai zat, sebagian sebagai
produk saja, yang lain berupa bahan yang dipakai kembali. Selain itu,
peran khusus sebagian zat yang diekskresikan, tidak diketahui. Istilah
sekresi dipakai dalam arti yang luas mencakup sintesis, pemisahan, dan
pembebasan bahan yang terspesialisasi secara fungsional atau
dimaksudkan untuk disimpan atau untuk diekskresikan. Jadi, sekresi
meliputi baik pelepasan bahan dari sel maupun akumulasi sekret ke dalam
suatu bagian sel.
Peristiwa sekresi pada tumbuhan biasanya merupakan aktivitas dari
struktur sekresi khusus. Struktur sekresi dapat dikelompokkan menjadi
dua yaitu struktur luar dan dalam.
1. Struktur sekresi luar/ eksternal
Dalam kelompok ini termasuk rambut kelenjar serta kelenjar
dipermukaaan tumbuhan, nektarium atau kelenjar madu serta hidatoda.
a. Trikoma dan kelenjar
Struktur sekresi luar bervariasi komplekitasnya, kadang-kadang
sederhana misalnya bagian dari epidermis sebagai struktur sekresi.
Kadang kadang sel-sel sekresi adalah komponen yang berasal dari
epidermis dan lapisan subepidermis, merupakan trikoma berkelenjar atau
berupa kelenjar. Trikoma sering terdiri atas kepala bersel satu atau bersel
banyak yang menghasilkan sekresi dan melekat pada tangkainya yang
terdiri dari sel-sel yang tidak berkelenjar (Muhammadiyah, 2013).
Bagian kepala merupakan bagian yang mensekresikan substansi, tersusun dari satu sel
atau dapat pula multiseluler. Trikoma kelenjar terdiri atas satu sel panjang, misalnya terdapat
pada jelatang (Fleurya interrupta) terdapat pada epidermis daun. Trikoma ini mengeluarkan
cairan yang menyebabkan rasa gatal pada kulit yang menyentuhnya. Pada daun sirih (Piper
betle L.). trikoma kelenjar terdiri atas bagian tangkai dan kepala, masing-masing terdiri atas
satu sel. Pada epidermis daun Mentha sp, trikoma kelenjar terdiri atas satu sel tangkai tapi
tetapi mempunyai kepala yang multiseluler (terdiri dari 8 sel). Dan apabila diamati dari
permukaan tampak seperti sisik. Pada daun ganja (Cannabis indica) mempunyai kepala yang
mirip dengan yang terdapat pada tumbuhan Mentha tetapi mempunyai tangkai yang
multiseluler (Setjo dkk, 2004)
Menurut Muhammadiyah (2013), Variasi dari trikoma dan kelenjar,
adalah sebagai berikut:
1. Trikoma yang mensekresikan minyak, tampakk sebagai tetesan-tetesan
bahan osmiofilik di dalam sitoplasma, seperti Mentha.
2. Trikoma bersel banyak mensekresikan minyak yang terdapat dalam
plastida, seperti pada Dictmus.
3. Trikoma gatal pada Urtica Urens . Pada pangkal yang menggelembung
menonjol keatas permukaan sel-sel epidermis. Bagiam atas rambut yang
menyerupai tabung kapiler yang halus yang ujungya membulat.
4. Kelenjar lavandula vera, sekret di simpan dahulu diantara kutikula dan
dinding luar sel sebelum dibebaskan.
5. Kelenjar pada vitis vinifera, bulat mirip mutiara, bagian epidermis yang
menutup sel sekresi memiliki trikoma terbuka yang memungkinkan
pelepasan sekret ke luar.
6. Trikoma pada tumbuhan insektivora seperti pingiucula, mensekresikan
mukopolisakarida dan enzim-enzim proteolitik dan dapat menangkap
serta mencernakan makanan.
7. Kelenjar garam terdapat pada atriplex. Kelenjar garam dianggap sebagai
alat untuk mempertahankan kadar garam dalam daun dengan
mensekresikan kelebihan garam.
8. Trikoma berkelanjar dan kelenjar pada tumbuhan berkayu lebih kompleks
disebut koleter. Koleter terbentuk pada primordium daun dan
menghasilkan sekesi lengket yang menembus dan menutupi seluruh
tunas.
b. Nektarium
Nektarium/ kelenjar madu, yang berisi gula, biasanya terletak dekat xylem dan floem pada
jaringan epidermis atau dibawah nya, ditemukan pada bunga atau diluar bunga.
Nektarium dapat dibedakan atas:
1. Nektarium floral, ditemukan pada kelopak daun, daun mahkota, benang sari, bakal buah, atau
pada dasar bunga (reseptakulum).
2. Nektarium ekstra floral, terdapat pada batang, daun, daun penumpu, dan tangkai bunga.
Jaringan sekresi dari nektarium yang ada terbatas pada epidermis dan ada pula beberapa
lapisan sel dibawahnya. Jaringan sekresi tertutup oleh kutikula dibagian luarnya dan didekat
terdapat jaringan pembuluh. Jumlah gula dalam nektar, berhubungan erat dengan jumlah floem
dalam jaringan pembuluh yang memasok nektarium. (M uhammadiyah, 2013).
c. Osmofor
Pada bunga sering tercium bau yang harum. Keharuman dari bunga ini biasanya
dihasilkan dari subtansi yang mudah menguap terutama minyak-minyak atsiri. Substansi ini
tersebar melalui epidermis dari bagian periantium. Pada beberapa tanaman, keharuman
terdapat pada kelenjar khusus yang disebut osmofor. Osmofor merupakan kata yang bersaal
dari bahasa latin yang berarti bau dan pembawa. Osmofor pada berbagai bagian bunga.
Contoh osmofor terdapat pada spadix yang memanjang dari Araceae, juga jaringan yang
dapat disentuh serangga pada bunga anggrek. Osmofor mempunyai jaringan seketori bebrapa
lapis, jaringan ini dapat kompak dan hasilnya dapat diangkut atau diserap oleh uang antarsel.
Minyak yang merupakan substansi yang sangat cepat menguap tapi dapat juga Nampak
dalam butiran-butiran (Setjo dkk, 2004)
d. Hidatoda
Beberapa tumbuhan mempunyai struktur khusus yang mengeluarkan air pada kondisi
transpirasi lambat dan kelembapan tanah tinggi. Struktur modifikasi ini dikenal sebagai
hidatoda. Hidatoda terjadi pada daun, pada umumnya berhubungan dengan ujung tepi daun.
Hidatoda mengeluarkan air dari bagian dalam daun ke permukaan. Proses ini disebut gutasi
(Setjo dkk, 2004).
Gutasi
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Belum Diperiksa

Gutasi dapat diamati sebagai titik-titik air di tepi daun.

Gutasi adalah proses pelepasan air dalam bentuk cair dari jaringan daun .[1] Istilah gutasi
pertama kali dipakai oleh Burgerstein.[1] Gutasi terjadi saat kondisi tanah sesuai sehingga
penyerapan air tinggi namun laju penguapan/ transpirasi rendah maupun ketika penguapan air
sulit terjadi karena tingginya kelembaban udara.[1][2] Proses gutasi terjadi pada struktur daun
mirip stomata yang bernama hidatoda.[2] Gutasi dapat diamati dengan munculnya tetes-tetes
air di tepi daun yang tersusun teratur.[1]

Tingkat terjadinya gutasi sangat rendah dibandingkan dengan transpirasi.[1] Gutasi juga lebih
jarang diobservasi daripada transpirasi.[1] Titik-titik air di tepi daun yang terjadi akibat gutasi
di pagi hari sering disalahartikan sebagai embun.[1]

Daftar isi

 1 Mekanisme

 2 Kualitas air hasil gutasi

 3 Perbedaan gutasi dan transpirasi

 4 Efek gutasi bagi tanaman


 5 Referensi

Mekanisme
Pengeluaran air melalui proses gutasi terjadi akibat adanya tekanan positif akar.[1] Meskipun
ketika laju transpirasi rendah, akar terus menyerap air dan mineral sehingga air yang masuk
ke jaringan lebih banyak daripada yang dilepaskan keluar.[3] Kondisi yang tidak mendukung
terjadinya tekanan akar seperti suhu dingin dan tanah yang kering menghambat terjadinya
gutasi.[1] Kekurangan mineral juga diketahui memengaruhi proses gutasi.[1]

Bila transpirasi terjadi pada stomata, maka gutasi terjadi pada struktur khusus bernama
hidatoda.[1] Hidatoda seringkali disebut sebagai stomata air.[1] Hidatoda terletak di ujung dan
sepanjang tepi daun.[1] Oleh karena itulah, titik-titik air akan terlihat di ujung dan tepi daun.[1]

Gutasi biasanya terjadi pada malam hari, namun terjadi juga pada pagi hari.[1] Laju gutasi
paling tinggi ditemukan pada tumbuhan Colocasia nymphefolia.[4] Gutasi paling banyak
terjadi pada tumbuhan air, herba, dan rumput-rumputan.[4]

Kualitas air hasil gutasi


Titik-titik air yang keluar dari jaringan daun melalui proses gutasi bukanlah air murni.[1]
Berbagai senyawa diketahui terlarut di dalamnya.[1] Beberapa senyawa yang ditemukan
terlarut dalam titik-titik air tersebut adalah enzim, gula, asam amino, vitamin, serta mineral
seperti P, K, Na, Mg, dan Fe.[1]

Perbedaan gutasi dan transpirasi


Beberapa perbedaan utama gutasi dan transpirasi adalah:[3]

Faktor
Gutasi Transpirasi
Pembeda

Bentuk air Pelepasan air dari jaringan


Pelepasan air dari jaringan
yang tumbuhan dalam bentuk
tumbuhan dalam bentuk uap air
dilepaskan titik-titik air (cair)

Kualitas air Air mengandung senyawa-


yang senyawa terlarut dan Air murni
dilepaskan garam mineral

Air dilepaskan melalui


Air dilepaskan melalui stomata,
Mekanisme struktur hidatoda menuju
kutikula, dan/atau lentisel
ujung pembuluh daun

Regulasi Pembukaan hidatoda tidak Transpirasi melalui stomata diatur


aktivitas dapat diregulasi oleh sel penjaga

Waktu Pada malam atau pagi hari Pada saat ada sinar matahari
(melalui stomata) dan sepanjang
terjadi
hari (melalui kutikula atau lentisel)

Efek gutasi bagi tanaman


Gutasi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kelangsungan hidup tumbuhan.[1]
Namun kadangkala, gutasi diketahui dapat menyebabkan luka pada daun.[1] Hal ini
diakibatkan oleh penumpukan garam yang terjadi bila titik-titik air di tepi daun telah
menguap.[1] Kondisi tersebut membuat patogen seperti bakteri dan fungi dapat menyerang
jaringan daun.[1]

Referensi

1. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v (Inggris) Rajan, SS (1999),


Introductory Modern Biology, Anmol Publications PVT. LTD., p. 162,
ISBN 9788126102594 Missing or empty |title= (bantuan) (Gutasi
adalah... lihat di Penelusuran Buku Google)

2. ^ a b (Inggris) "Plant Physiology". Biology Questions and Answers.


2011. Diakses tanggal 08-07-2011.

3. ^ a b (Inggris) Rao, DK; Kaur, JJ (2006), Biology 10, Delhi: Ratna


Sagar, p. 66, ISBN 9788183323789 Missing or empty |title= (bantuan)
(Perbedaan transpirasi dan gutasi lihat di Penelusuran Buku Google)

4. ^ a b (Inggris) Soni, NK (2010), Fundamentals Of Botany Volume 2,


Tata McGraw-Hill Education, p. 147, ISBN 9780070681774 Missing or
empty |title= (bantuan) (Hidatoda sering ditemukan pada... lihat di
Penelusuran Buku Google)

Hidatod
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

(Dialihkan dari Hidatoda)

Belum Diperiksa

Hidatod adalah struktur yang terlibat dalam proses gutasi pada daun.[1] Hidatod terdapat pada
sepanjang tepi dan ujung daun.[2] Ciri utama hidatod adalah terdapatnya banyak pembuluh
xilem.[2]

Daftar isi

 1 Struktur

 2 Jenis-jenis hidatod
o 2.1 Hidatod epitem

o 2.2 Hidatod aktif

 3 Referensi

Struktur
Setiap hidatod terbuka membentuk struktur pori pada epidermis daun.[1] Bagian dalam pori
tersebut disebut epitem, yang tersusun dari sel parenkim.[1] Epitem tersebut biasanya
menempati bagian ujung pembuluh. Bagian sekeliling epitem terdiri atas jaringan klorenkim.
[1]
Struktur hidatod yang sempurna terdiri atas 3 bagian, yaitu pembuluh xilem, epitem, dan
sel penjaga.[3] Banyak juga struktur hidatod yang memiliki lapisan tambahan berupa sel yang
kaya tanin dan terletak di sekitar pembuluh daun.[3] Hidatod sering ditemukan pada tanaman
air, herba, dan rumput-rumputan.[4]

Jumlah hidatod selalu lebih sedikit daripada stomata.[3] Rata-rata jumlah hidatod per mm2
adalah kurang dari 1 hingga lebih dari 20.[3] Ukuran hidatod sendiri 2 kali lebih besar
daripada stomata.[3] Struktur hidatod mudah diamati di bawah mikroskop cahaya dan mudah
dibedakan dari stomata maupun sel-sel lain di sekitarnya.[3]

Jenis-jenis hidatod
Botanis bernama Gottlieb Haberlandt adalah orang yang menemukan terdapatnya dua jenis
hidatod, yaitu:[1]

Hidatod epitem

Pada hidatod epitem, pelepasan air dari jaringan tumbuhan terjadi akibat adanya daya dorong
dari tekanan akar.[1]

Hidatod aktif

Pada hidatod aktif, pengeluaran air dari jaringan tumbuhan terjadi akibat daya dorong yang
dibentuk oleh sel-sel pembentuk epitem.[1]

Referensi

1. ^ a b c d e f g (Inggris) Rajan, SS (1999), Introductory Modern


Biology, Anmol Publications PVT. LTD., p. 162, ISBN 9788126102594
Missing or empty |title= (bantuan) (lihat di Penelusuran Buku Google)

2. ^ a b (Inggris) Peterson, RL; Peterson, CA; Melville, LH (2008),


Teaching Plant Anatomy Through Creative Laboratory Exercises, NRC
Research Press, p. 58, ISBN 9780660197982 Missing or empty |title=
(bantuan) (memiliki banyak pembuluh xilem lihat di Penelusuran Buku
Google)

3. ^ a b c d e f (Inggris) von Willert, DJ (1992), Life strategies of


succulents in deserts: with special reference to the Namib desert, CUP
Archive, p. 203, ISBN 9780521244688 Missing or empty |title= (bantuan)
(hidatod sempurna lihat di Penelusuran Buku Google)

4. ^ (Inggris) Soni, NK (2010), Fundamentals Of Botany Volume 2,


Tata McGraw-Hill Education, p. 147, ISBN 9780070681774 Missing or
empty |title= (bantuan) (sering ditemukan pada... lihat di Penelusuran
Buku Google)

Pada tanaman muda, kontribusi tekanan akar terhadap translokasi bahan organik
dan anorganik terlarut dapat dilihat bila transpirasinya rendah, misal peristiwa
gutasi pada pagi hari, di mana suhu rendah dan transpirasi rendah. Gutasi
mengindikasikan betapa intensifnya metabolisme dan tingginya tekanan akar.
Penyerapan nutrien (air dan ion terlarut) ke dalam jaringan pembuluh akan
meningkatkan kepekatan, pada sel umumnya akan meningkatkan turgor, tetapi
pada jaringan pembuluh yang dinding selnya mengalami penebalan akan
meningkatkan tekanan hidrostatik dan air akan mengalir ke atas.

http://www.kompasiana.com/ikpj/pengaruh-tekanan-akar-terhadap-proses-
naiknya-air-pada-tanaman_54ff41d0a33311954a50fa51

Berdasarkan hasil pengamatan


perkecambahan spora jamur
Colletotrichum
capsici
yang dilakukan selama 24 jam
didapatkan bahwa perkecambahan tertinggi
terjadi pada air gutasi dengan persentasi
spora yang berkecambah sebanyak 22,67%,
sedangkan perkecambahan yang terendah
terjadi pada air zam zam dengan persentase
spora yang berkecambah sebanyak 17,64%.
Perkecambahan spora
Colletotrichum
capsici
yang tinggi terjadi pada air gutasi
disebabkan karena kandungan yang ada di
dalam air gutasi.
Menurut Utami (2012) air yang keluar
melalui peristiwa gutasi ini tidak hanya
berupa air saja, melainkan air beserta zat
zat yang terlarut didalamnya yang berupa
garam mineral, gula, asam amino dan juga
vitamin. Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Boyyete dan
Hoagland, (2012) bahwa kandungan gula
mampu menstimulasi perkecambahan
jamur
Colletotrichum capsici
.
hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan Mizuno
et, al.
(2011) bahwa pada air gutasi
mengandung Ni, Mn, K, Mg, Ca
Hasil pengamatan perkecambahan
spora diatas buah cabai dapat dilihat pada
Gambar 4.5. Berdasarkan Gambar 4.5.
perkecambahan spora
Colletotrichum
capsici
tertinggi dengan waktu pengamatan
24 jam terjadi pada air gutasi yaitu
sebanyak 41,15% dan pada air zam zam
sebanyak 24,76%
Tekanan akar tampak pada sebagian besar tumbuhan, tapi ini terjadi hanya jika tanah cukup
lembab, dan bila kelembaban udara tinggi; artinya, ketika transpirasi sedang sangat rendah.
Tetesan air akan terlihat keluar dari bukaan (hidatoda) pada ujung atau tepi daun rerumputan.
Fenomena ini disebut gutasi. Jika tumbuhan ditempatkan dalam kondisi atmosfer yang cukup
kering, atau di tanah yang berkelembaban rendah, atau sekaligus dalam kedua keadaan
tersebut, maka tekanan akar tidak muncul sebab air dalam batangnya berada di bawah
tegangan dan bukan di bawah tekanan.
Kapilaritas merupakan interaksi antara antara permukaan-singgung dari suatau bahan cair dan
bahan padat, sehingga permukaan zat cair tersebut berubah bentuk, dari datar menjadi agak
mengerut. Kapilaritas menyebabkan naiknya cairan ke dalam tabung yang sempit, yang
terjadi karena zat cair tersebut membasahi dinding tabung (dengan daya adesi) lalu tertarik ke
atas. (Frank & Cleon, 1995: 103-104)
Salisbury F. B & Ross C. W. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid I. Bandung: ITB

Anda mungkin juga menyukai