Anda di halaman 1dari 40

TUGAS II ANALISA STRUKTUR 1

NAMA : ZOAR ANGEL MIKHAEL TUMALANG


NPM : 12122201200104
KELAS : B
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU
2022
Portal Sebagai Bagian dari Struktur Rangka
Kerangka (frame) terdiri dari sebuah balok
horisontal yang dihubungkan secara tegar dengan
dua buah kolom vertikal, adalah merupakan salah
satu komponen dasar dari banyak struktur
bergantung kepada apakah kolom-kolom tersebut
diberi sendi atau dijepit pada dasarnya (Salvadori
dan Levy,1992:142)

Struktur rangka adalah struktur yang terdiri atas


elemen-elemen linear, umumnya balok dan
kolom yang saling berhubungan
(Schodek,1998:362)
Struktur rangka portal persegi adalah struktur
yang dibentuk oleh batang-batang lurus dengan
tipe sambungan tertentu untuk mencapai
kesetimbangan dan kestabilan struktur yang
direncanakan (MacDonald, 2001:10)

Struktur rangka merupakan susunan (rakitan)


struktural dari semua jenis bagian struktur:
bagian-bagian struktur dua-gaya, dan elemen-
elemen struktur yang dibebani secara transversal
seperti balok-balok dan elemen-elemen struktur
yang dibebani secara transversal seperti balok-
balok dan elemen-elemen struktur yang terbentuk
tak teratur (Dishongh,2003:76).
Balok Grid atau Balok Silang
Balok silang atau balok grid adalah struktur bidang
yang dibentuk oleh balok menerus yang saling
bertemu atau bersilang
Post-and-Beam
Struktur portal sangat sederhana
dengan sambungan atau tumpuan
struktur antara balok dengan
kolom menggunakan tumpuan
sederhana (bebas)
Struktur Portal Kaku (Rigid Frame)
Struktur portal rangka kaku
(rigid frame) merupakan
struktur portal dengan
sambungan (joints) yang
dapat mencegah rotasi relatif
di antara elemen struktur
yang dihubungkannya
Post-and-Beam Vs Portal Kaku

Sistem Struktur post-and-beam (a1) dan portal kaku (b1)


Post-and-Beam Vs Portal Kaku

Perilaku deformasi akibat gaya P vertikal pada


struktur post-and-beam (a2) dan struktur portal (b2)
Perilaku deformasi akibat gaya K horisontal pada
struktur post-and-beam (a3) dan struktur portal (b3)
Struktur Plane Frame
adalah suatu sistem struktur dengan rangkaian batang-
batang berupa rangka (frame) yang menyokong suatu
sistem konstruksi dalam konfigurasi bidang (2 dimensi)

Bermacam-macam model Plane Frame


Salah satu aplikasi plane
frame pada gate
pemukiman

Gabungan plane frame


membentuk space frame
Struktur Space Frame
adalah struktur rangka (portal) dengan konfigurasi
3 dimensi (meruang)
Portal beton precast Portal beton cast in place

Struktur portal beton Struktur portal baja


Struktur portal Struktur portal persegi
lengkung berbahan kayu berbahan kayu
Gable Frame
yaitu struktur rangka segitiga pelana yang
terbuka
KONSTRUKSI PORTAL TIGA SENDI
• Dalam praktek sering kita jumpai portal
dengan dua perletakan sendi atau lebih, hal
ini termasuk Struktur Statis Tak Tentu (STT).
• Agar menjadi Struktur Statis Tentu (ST),
maka perlu ditambah perletakan sendi pada
bagian penghubung tersebut sehingga menjadi
Portal Tiga Sendi
• Sistem ini banyak kita jumpai pada struktur
rangka batang, rangka kaku pada bangunan
tinggi, jembatan-jembatan, bangunan
bentang lebar seperti stadion, gedung
pertemuan, dan lain-lain.
Portal tiga sendi model gable frame dengan detil konfigurasinya
Contoh Portal Tiga Sendi :

Q
1). 2).
C S D E
C S D

A A

B B
P
Q

3). S1
D E S2 C

A
S = Perletakan

B
P
Q
4).
A S1 E S 2 F S 3 D

B
C

5) Dan lain sebagainya………….


PELENGKUNG TIGA SENDI

2.1 UMUM

Struktur balok yang ditumpu oleh dua tumpuan dapat menahan momen yang ditimbulkan oleh beban-beban yang bekerja pada struktur
tersebut, ini berarti sebagian dari penempangnya dimuati dengan tekanan dan tarikan. Semakin panjang bentangan dari struktur balok
tersebut maka momen yang didukung oleh balok semakin besar, demikian halnya semakin besar jarak antara sumbu balok dengan garis
momen maka semakin besar momen yang timbul, sedangkan momen yang didukung oleh bagian/elemen balok tersebut tidak sama besar.
Hal ini yang mengakibatkan struktur balok tidak efektif untuk bentangan yang panjang. Disamping itu tidak semua jenis bahan yang
digunakan untuk struktur bangunan mampu menahan beban yang besar, misalnya beton, batu atau batu bata yang cukup getas.

Untuk mengatasi momen yang besar ini maka diusahakan supaya garis momen tersebut mendekati sumbu balok yang berarti momen yang
timbul semakin kecil, dengan pengertian diperlukan suatu struktur yang mampu untuk mendukung beban yang bekerja pada suatu
bentangan yang besar tetapi tidak menimbulkan momen yang besar atau dengan kata lain, membuat struktur yang mampu
mendistribusikan beban yang bekerja menjadi beban aksial dan beban geser pada struktur tersebut (mungkin ada momen tetapi sangat
kecil). Struktur balok yang mampu untuk menyebarkan beban tersebut yaitu menjadikan garis tekan mendekati sumbu balok dengan
membuat sumbu balok berbentuk pelengkung atau sebuah pelengkung parabola.

Pelengkung parabola, jika dibebani secara merata penuh, tidak akan menahan momen, asalkan reaksi perletakannya mampu menghalangi
translasi/pergeseran ke semua arah (baik vertical maupun horizontal). Oleh karena itu kedua tumpuan tersebut berupa perletakan sendi
yang masing-masing akan menghasilkan dua komponen, yaitu RV dan RH, sehingga semuanya ada empat komponen reaksi.

Persamaan statis/kesetimbangan yang ada hanya ada tiga,yaitu ∑ M = 0, ∑ V = 0, ∑ H = 0, karena itu struktur tersebut merupakan statis
tidak tertentu. Dengan memberi sendi pada pelengkung di antara kedua tumpuannya dengan syarat momen di tempat sendi tersebut
adalah nol. Dengan demikian diperoleh satu buah persamaan tambahan yang dapat digunakan untuk menghitung besarnya empat
komponen reaksi perletakan tadi. Pelengkung yang demikian disebut pelengkung tiga sendi, dimana sendi yang ketiga biasanya
ditempatkan pada puncak pelengkung.

2.2 PELENGKUNG TIGA SENDI SIMETRIS

Analisis struktur pada pelengkung tiga sendi dengan bentuk geometrinya simetris tetapi pembebanannya tidak harus simetris, dapat
dihitung/ diselesaikan dengan langkah-langkah perhitungan sebagai pedoman analisis struktur pelengkung tiga sendi yang simetris sebagai
berikut :

Pelengkung tiga sendi A – S – B seperti pada gambar II – 1(a) yang mempunyai tumpuan sama tingginya, dengan panjang bentang A-B
sama dengan L, puncak ketinggian sama dengan h , mendapat beban P dengan jarak a dari tumpuan A.

Dengan persamaan kesetimbangan : ∑ M B = 0 akan diperoleh RAV dan dengan persamaan ∑ MA = 0 akan didapatkan RBV sebagai
berikut :

● ∑ MB = 0 —› ( RAV ) ( L ) – ( P ) ( L – a ) = 0

P(L–a)
R AV = --------------
L
● ∑ MA = 0 —› (- RBV ) ( L ) – ( P ) ( a ) = 0

Pa
R BV = ------------
L
Gambar II – 1

Reaksi vertikal RAV dan RBV, adalah sama seperti pada persamaan struktur balok sederhana A–B. Perhitungan momen pada pelengkung
tiga sendi sama dengan perhitungan momen pada balok sederhana.

Momen di C adalah :

MC = RAV (x) ± RAH (y)

tanda ± tergantung dari arah momen akibat R AH

Untuk mencari koordinat pada pelengkung tiga sendi yang berjarak x meter dari tumpuan, digunakan persamaan dasar parabola :

4 h (x) ( L – a )
y = ---------------------

Dimana : y : tinggi titik yang ditinjau dari tumpuan


h : tinggi puncak parabola dari tumpuan
x : jarak mendatar dari tumpuan terdekat
L : jarak mendatar dari dua buah tumpuannya

Untuk menghitung gaya geser dan gaya normal di setiap titik pada pelengkung tiga sendi, diperlukan kemiringan/garis singgung pada titik
tersebut. Gaya vertical V diuraikan menjadi gaya yang tegak lurus garis singgung di titik tersebut atau gaya geser (SF V) dan gaya yang
sejajar dengan garis singgung atau gaya normal (NF V), demikian pula gaya horizontal H diuraikan menjadi gaya geser (SF H) dan gaya
normal (NFH) seperti terlihat pada Gambar II – 1(b)

Uraian gaya vertikal V :


NF V
sin θ = ------ —› NFV = V sin θ
V …….. (1)

SFV
cos θ = ------ —› SFV = V cos θ
V

Uraian gaya horizontal H :

SFH
sin θ = ------ —› SFH = H sin θ
H
NFH ……… (2)
cos θ = ------ —› NFH = H cos θ
H

Dari uraian persamaan (1) dan (2), gaya geser pada titik ( x,y ) adalah :
SFx = SFV – SFH
SFx = V cos θ – H sin θ

sedangkan gaya normal pada titik ( x,y ) adalah :

NFx = NFV + NFH


NFx = V sin θ + H cos θ

Contoh (1) : Diketahui pelengkung tiga sendi A-S-B dengan beban dan ukuran seperti pada Gambar II – 2(a). Hitung reaksi tumpuan, gaya
geser, gaya normal dan momen di titik x (9,6).

Penyelesaian :

● Reaksi Tumpuan :
Misalkan reaksi tumpuan di A dan B mempunyai arah seperti pada gambar II – 2(a)

∑ MB = 0 —› RAV (36) + RAH (0) – (4)(18)(27) = 0


36 RAV + 0 – 1944 = 0

R AV = 54 T ( ↑ )

∑ MA = 0 —› - RBV (36) + RBH (0) + (4)(18)(9) = 0


- 36 RBV + 0 + 648 = 0

RBV = 18 T ( ↑ )
Kontrol terhadap ∑ V = 0
RAV + RBV – (4)(18) = 0
54 +18 – 72 = 0 …………….ok !

Gambar II – 2

Tinjau kesetimbangan bagian kiri, yaitu bagian AS

∑ MS kiri = 0 —› RAV (18) - RAH (8) – (4)(18)(9) = 0


(54)(18) – 8 RAH – 648 = 0
324 – 8 RAH = 0 —› RAH = 40,5 T (—›)

Tinjau kesetimbangan bagian kanan, yaitu bagian BS

∑ MS kanan = 0 —› - RBV (18) + RBH (8) = 0


- (18)(18) + 8 RBH = 0
- 324 + 8RBH = 0 —› RBH = 40,5 T (‹—)

Kontrol terhadap ∑ H = 0

RAH + RBH = 0

40,5 – 40,5 = 0 …………….ok !

Titik koordinat pada pelengkung tiga sendi yang berjarak x m dari tumpuan dapat dicari dengan menggunakan persamaan dasar
parabola ;
4 h (x) ( L – x )
y = ---------------------

Untuk h = 8 m dan L = 36 m, maka persamaan parabola menjadi,

4 (8)(x) ( 36 – x ) 32(x)(36 – x) 2
y = --------------------- = ---------------- = ---- ( 36x – x² )
(36)² 1296 81
Untuk titik x = 9 m, maka nilai y :

2
Y = 81 { (36)(9) – (9)² } = 6 m

dy 2
d x = 81 (36 – 2x)

dy 2 2 4
¿¿ d x ¿ x=9 = 81 { (36 – 2(9) } = 81 (18) = 9

4 4
tg θ = 9 —› θ = arctg 9 = 23,9625o —› sin θ = 0,4061
cos θ = 0,9138

Pada titik x (9,6), maka gaya vertikal, gaya horizontal, gaya geser, gaya normal dan momen adalah sebagai berikut :

◊ Gaya vertikal dan horizontal ( Vx dan Hx )

Vx = RAV – (4)(x) = 54 – (4)(9) = 18 T ( ↑ )

Hx = RAH = 40 T ( ‹— )

◊ Gaya geser ( SFx )

SFx = V cos θ – H sin θ

= (18)(0,9138) – (40,5)(0,4061) = 0,00135 ¿ 0 T

◊ Gaya normal ( NFx ) :


NFx = V sin θ + H cos θ

= (18)(0,4061) + (40,5)(0,9138) = 44,3186 T ( tekan )

◊ Momen ( Mx ) :

Mx = (54)(9) – (40,5)(6) – (4)(9)(4,5) = 81 Tm

2.3 PELENGKUNG TIGA SENDI TIDAK SIMETRIS

Pada pelaksanaan di lapangan, sering dihadapi persoalan struktur yang terjadi, bahwa suatu struktur pelengkng tiga sendi yang kedua
buah tumpuannya merupakan sendi yang tidak terletak pada level atau ketinggian yang sama, atau dengan istilah panjang batang
lengkungnya tidak sama. Pelengkung yang demikian disebut dengan pelengkung tiga sendi yang tidak simetris.

Untuk menyelesaikan pelengkung tiga sendi yang tidak simetris, tidak dapat langsung digunakan persamaan parabola yang ada, tetapi
dengan syarat, yaitu memperpanjang panjang lengkung yang pendek sehingga menjadi pelengkung tiga sendi simetris (secara fiktif),
seperti pada contoh berikut :

Contoh (2) : Diketahui sebuah pelengkung tiga sendi A-S-B dengan beban dan ukuran seperti pada Gambar II – 3(a). Hitunglah reaksi-
reaksi tumpuan serta gaya geser, gaya normal dan momen pada titik x .
Gambar II - 3

Penyelesaian :

● Reaksi Tumpuan :

∑ MB = 0 —› RAV (60) - RAH (9) – (1)(40)(40) = 0


60 RAV – 9 RAH = 1600 ……………...... (1)

∑ MS kiri = 0 —› RAV (40) – RAH (12) - (1)(40)(20) = 0


40 RAV – 12 RAH = 800 …………….... (2)

Dari persamaan (1) dan (2), maka :

(1) . . . . . . . . . 60 RAV – 9 RAH = 1600


(2) x 1,5 . . . . . 60 RAV – 18 RAH = 1200
------------------------------- –
9 RAH = 400
RAH = 44,44 T ( —› )

RAV = 33,33 T ( ↑ )

∑V = 0
RAV – (1)(40) + RBV = 0

RBV = 40 – 33,33 = 6,67 T ( ↑ )


∑H = 0
RBH + RAH = 0 —› RBH = 44,44 T ( ‹— )

Dengan menggunakan persamaan parabola dasar, untuk h = 12 m, y = 9 m dan x = 60 m, maka panjang bentang pelengkug
yang simetris dapat dihitung sebagai berikut ( Gambar II – 3b )

4 h (x) ( L – x ) 4(12)(60)( L – 60 )
y = --------------------- ——› 9 = -------------------------
L² L²
9 L² = 2880 ( L – 60 ) —› L² = 320 L – 19200
L² – 320 L + 19200 = 0

– (–320) ± √ (–320)² – (4)(1)(19200)


L1&2 = --------------------------------------------------
2
L1 = 240 m —› tidak mungkin (tidak memenuhi)

L2 = 80 m (memenuhi)

Untuk h = 12 m dan L = 80 m, maka persamaan parabola dasar berubah menjadi :

(4)(12)(x)( 80 – x ) 48(x)(80 – x)
y = ------------------------ ——› y = --------------------
80² 6400
3840(x) – 48(x²)
y = --------------------- ——› y = 0,6 x – 0,0075 x²
6400

∂y/∂x = 0,6 – 0,015 x

Untuk x = 20 m, lihat Gambar II – 3(b) maka, nilai y adalah:

y = 0,6 x – 0,0075 x²
y = (0,6)(20) – 0,0075 (20)² = 9 m ——› titik X (20 , 9)

Nilai ∂y/∂x atau garis singgung pada titik X (20 , 9) adalah :

∂y/∂x = 0,6 – 0,015 (20)


∂y/∂x = 0,3 atau tg θ = 0,3 ——› θ = 16̊ 41´́
sin θ = 0,2873
cos θ = 0,9578

Besarnya gaya vertikal V dan gaya horizontal H pada titik X dapat dihitung :

V = 33,33 – (1)(20) = 13,33 T ( ↑ )


H = 44,44 T ( ‹— )

Setelah gaya vertikal dan gaya horizontal pada titik X (20 , 9) dapat ditentukan, maka gaya geser, gaya normal dan momen pada titik
tersebut dapat dicari.

¤ Gaya Geser (SFX)

SFX = V cos θ – H sin θ


= (13,33)(0,9578) – (44,44)(0,2873) = 0 T

¤ Gaya Normal (NFX)

NFX = V sin θ + H cos θ


= (13,33)(0,2873) + (44,44)(0,9578) = 46,40 T

¤ Momen Lentur (MX)

MX = RAV (20) – RAH (9) - (0,5)(q)(20)²


= (13,33)(20) – (44,44)(9) – (0,5)(1)(20)² = 66,67 Tm

Contoh (3) : Struktur pelengkung tiga sendi A-S-B dan pembebanan seperti terlihat pada gambar II – 4. Hitung reaksi tumpuan, gaya
geser, gaya normal dan momen pada titik X yang berjarak 5 m di sebelah kiri dari tumpuan B.
Penyelesaian :

● Reaksi Tumpuan

∑ MB = 0 —› RAV (10) + RAH (5) – (5)(4) = 0


10 RAV + 5 RAH = 20 …………………… (1)

∑ MA = 0 —› (5)(1) – RBV (10) – RBH (5) = 0


10 RBV + 5 RBH = 5 …………………… (2)

∑ MS kanan = 0 —› (5)(2) – RBV (L/2) – RBH (6) = 0

Gambar II – 4

Untuk menghitung panjang bentang L, dengan persamaan parabola dasar pada titik (10 , 5)

4 h (x) ( L – x ) 4(6)(10)( L – 10 )
y = --------------------- ——› 5 = -------------------------
L² L²
5 L² = 240 L – 2400 ) ——› 5L² – 240 L + 2400 = 0

– (–240) ± √ (–240)² – (4)(5)(2400)


L1&2 = --------------------------------------------------
(2)(5)

L1 = 14,20 m, —› memenuhi

L2 = 33,79 m, tidak mungkin (tidak memenuhi)

Persamaan ∑ MS kanan = 0 dapat dituliskan menjadi

∑ MS kanan = 0 —› (5)(2) – RBV (L/2) – RBH (6) = 0


10 – RBV (7,1) – RBH (6) = 0
7,1 RBV + 6 RBH = 10 …………………. (3)

Dari persamaan (2) dan (3), maka

(2) x 6 . . . . . . . . . 60 RBV + 30 RBH = 30


(3) x 5 . . . . . . . . . 35,5 RBV + 30 RAH = 50
--------------------------------- –
24,5 RBV = - 20

RBV = - 0,81 T ( ↓ )

(2) . . . . . . . . . . . 10 RBV + 5 RBH = 5


5 RBH = 5 + 10 (0,81) = 13,16
R BH = 2,63 T (—›)
∑V = 0
RAV + RBV = 0

RAV + (- 0,81) = 0 ——› RAV = 0,81 T ( ↑ )

∑H = 0
RAH + RBH – 5 = 0
RAH + 2,63 – 5 = 0 ——› RAH = 2,37 T (—›)

Untuk h = 6 m dan L = 14,2 m, maka persamaan parabola dasar berubah menjadi :

(4)(6)(x)(14,2 – x ) 24(x)(14,2 – x)
y = ------------------------- ——› y = --------------------
(14,2)² 201,64
340(x) – 24(x²)
y = --------------------- ——› y = 1,69 x – 0,12 x²
201,64

∂y/∂x = 1,69 – 0,24 x

Untuk x = 5 m, lihat Gambar VI – 4 maka nilai y adalah :

y = 1,69 x – 0,12 x²
y = (1,69)(5) – 0,12 (5)² = 5,45 m ——› titik X (5 , 5,45)

Nilai ∂y/∂x atau garis singgung pada titik X (5 , 5,45) adalah :

∂y/∂x = 1,69 – 0,24 x = 1,69 – (0,24)(5) = 0,49

∂y/∂x = 0,49 atau tg θ = 0,49 ——› θ = 26̊ 6´́


sin θ = 0,44
cos θ = 0,89

Besarnya gaya vertikal V dan gaya horizontal H pada titik X dapat dihitung :

V = 0,81 T ( ↑ )
H = 2,37 T ( —› )

Setelah gaya vertikal dan gaya horizontal pada titik X dapat ditentukan, maka gaya geser, gaya normal dan momen pada titik tersebut
dapat dicari.

¤ Gaya Geser (SFX)

SFX = V cos θ – H sin θ


= (0,81)(0,89) – (- 2,37)(0,44) = 1,7637 T

¤ Gaya Normal (NFX)

NFX = V sin θ + H cos θ


= (0.81)(0,44) + (- 2,37)(0,89) = - 1,7529 T

¤ Momen Lentur (MX)

MX = RAV (20) – RAH (9) - (0,5)(q)(20)²


= (- 0,81)(5) + (2,63)(5,45) – (5)(1,45) = 3,0335 Tm

Anda mungkin juga menyukai