PENATALAKSANAAN
KEGAWATDARURATAN PADA
KEHAMILAN (PERDARAHAN SEKUNDER)
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Emergency Kebidanan Komunitas
Dosen pengampu : Ranti Lestari, SST., M. Keb
Assalamu’alaikumWr. Wb.
Wassalamu’alaikum, Wr.Wb.
Kelompok 7
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..............................................................................................i
Daftar Isi........................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan......................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................1
C. Tujuan.................................................................................................1
BAB II Pembahasan.....................................................................................2
A. Pengertian...........................................................................................2
B. Jenis-Jenis Dan Cara Pemberiannya...................................................6
BAB III Simpulan.......................................................................................12
A. Kesimpulan.......................................................................................12
B. Saran.................................................................................................12
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perdarahan postpartum adalah perdarahan atau hilangnya darah
sebanyak lebih dari 500cc yang terjadi setelah anak lahir baik sebelum,
selama, atau sesudah kelahiran plasenta. Menurut waktu kejadiannya,
perdarahan postpartum sendiri dapat dibagi atas perdarahan postpartum
primer yang terjadi dalam 24 jam setelah bayi lahir, dan perdarahan
postpartum sekunder yang terjadi lebih dari 24 jam sampai dengan 6
minggu setalah kelahiran bayi.
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator
pelayanan kesehatan di suatu negara. Angka kematian ibu di Indonesia
sendiri masih sangat tinggi. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh
Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2005, angka kematian ibu saat
melahirkan adalah sebanyak 262 per 100.000 kelahiran hidup. Menurut
DepartemenKesehatan RI ( 2008 ) Angka Kematian Ibu (AKI)
mencapai 248 per 100.000 kelahiran hidup, dimana penyebab kematian
ibu terbanyak adalah perdarahan (28 %), eklampsia (24 %), komplikasi
puerperium (8 %), dan abortus (5 %). Hal tersebut tidak berbeda jauh
pada tahun 2003 angka kematian ibu adalah 307 per 100.000 kelahiran
hidup. Penyebab kematian ibu diantaranya perdarahan sebanyak 30 %
dari total kasus kematian, abortus 25 %, eklampsia 12 %, infeksi 5
%,partus lama 5 %,emboli obstetrik 3 %, komplikasi masa nifas 8 %,
dan penyebab lain 12 % (Siswono, 2005 ).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari perdarahan sekunder?
2. Apa penyebab dari perdarahan sekunder?
3. Bagaiamana tanda dan gejala perdarahan sekunder?
4. Komplikasi apa yang terjadi pada perdarahan sekunder?
5. Penatalaksaan apa yang harus dilakuakan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian perdarahan sekunder.
2. Untuk mengetahui penyebab dari perdarahan sekunder.
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala perdaraha sekunder.
4. Untuk mengetahui komplikasi perdarahan sekunder.
5. Untuk mengetahui penetalaksaan perdarahan sekunder.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Perdarahan post partum sekunder adalah perdarahan lebih dari 500
cc yang terjadi setelah 24 jam pertama setelah anak lahir, biasanya antara
hari ke 5 sampai 15 hari postpartum. Pada kenyataannya sangat sulit
untuk membuat determinasi batasan pascapersalinan dan akurasi jumlah
perdarahan murni yang terjadi. Batasan operasional untuk periode
pascapersalinan adalah periode waktu setelah bayi dilahirkan. Sedangkan
batasan jumlah perdarahan hanya merupakan hanya merupakan taksiran
secara tidak langsung dimana sebutkan sebagai perdarahan abnormal
yang menyebabkan perubahan tanda vital (pasien mengeluh lemah,
limbung, berkeringat dingin, menggigil, hiperpnea, sistolik < 90
mmHg,nadi >100 x/menit, kadar Hb < 8 g%) (PONEK 2008).
B. Penyebab
1. Sub Involusio
Sub involusio adalah kemacetan atau kelambatan involusio yang
disertai pemanjangan periode pengeluaran lokhea dan kadang-kadang
oleh perdarahan yang banyak.proses ini dapat diikuti oleh leukhore
yang berlangsung lama dan perdarahan uterus yang tidak teratur atau
berlebihan. uterus akan teraba lebih besar dan lebih lunak daripada
keadaan normalnya.
Gejala :
Nyeri tekan perut bawah dan pada uterus, kadang di persulit dengan
anemia dan demam.
2. Hematoma Vulva
Khususnya yang terbentuk dengan cepat dapat menyebabkan rasa
nyeri mencekam yang sering menjadi keluhan utama. Hematoma
dengan ukuran sedang dapat diserap spontan.jaringan yang melapisi
gumpalan hematoma dapat menghilang karena mengalami nekrosis
akibat penekanan sehingga terjadi perdarahan yamg banyak proses ini
dapat diikuti oleh leukhore yang berlangsung lama dan perdarahan
uterus yang tidak teratur atau berlebihan. uterus akan teraba lebih
besar dan lebih lunak daripada keadaan normalnya keadaan ini
mungkin disebabkan oleh kebocoran pembuluh darah yang
mengalami nekrosis akibat tekanan yang lama.
3. Sisa Plasenta
Sisa plasenta dan ketuban yang masih tertinggal dalam rongga rahim
dapat menimbulkan perdarahan postpartum dini atau perdarahan
pospartum lambat (biasanya terjadi dalam 6 – 10 hari pasca
persalinan). Pada perdarahan postpartum dini akibat sisa plasenta
ditandai dengan perdarahan dari rongga rahim setelah plasenta lahir
dan kontraksi rahim baik. Pada perdarahan postpartum lambat
gejalanya sama dengan subinvolusi rahim, yaitu perdarahan yang
berulang atau berlangsung terus dan berasal dari rongga rahim.
Perdarahan akibat sisa plasenta jarang menimbulkan syok.
Penilaian klinis sulit untuk memastikan adanya sisa plasenta, kecuali
apabila penolong persalinan memeriksa kelengkapan plasenta setelah
plasenta lahir. Apabila kelahiran plasenta dilakukan oleh orang lain
atau terdapat keraguan akan sisa plasenta, maka untuk memastikan
adanya sisa plasenta ditentukan dengan eksplorasi dengan tangan,
kuret atau alat bantu diagnostik yaitu ultrasonografi. Pada umumnya
perdarahan dari rongga rahim setelah plasenta lahir dan kontraksi
rahim baik dianggap sebagai akibat sisa plasenta yang tertinggal
dalam rongga rahim.
C. Tanda dan Gejala
1. Terjadi perdarahan berkepanjangan melampaui pengeluaran lokhea
normal
2. Terjadi perdarahan cukup banyak
3. Rasa sakit di daerah uterus
4. Pada palpasi fundus uteri masih dapat diraba lebih besar dari
seharusnya
5. Pada VT didapatkan uterus yang membesar, lunak dan dari ostium
uteri keluar darah.
6. Pucat
7. Lemah
8. Menggigil
9. Tekanan darah rendah ( sistolik < 90 mmHg )
10. Nadi cepat ( > 100x/m )
11. Anemia ( hb < 8 g% )
D. Komplikasi
Perdarahan postpartum yang tidak ditangani dapat mengakibatkan :
1. Syok hemoragie
Akibat terjadinya perdarahan, ibu akan mengalami syok dan
menurunnya kesadaran akibat banyaknya darah yang keluar. Hal ini
menyebabkan gangguan sirkulasi darah ke seluruh tubuh dan dapat
menyebabkan hipovolemia berat. Apabila hal ini tidak ditangani
dengan cepat dan tepat, maka akan menyebabkan kerusakan atau
nekrosis tubulus renal dan selanjutnya meruak bagian korteks renal
yang dipenuhi 90% darah di ginjal. Bila hal ini terus terjadi maka
akan menyebabkan ibu tidak terselamatkan.
2. Anemia
Anemia terjadi akibat banyaknya darah yang keluar dan
menyebabkan perubahan hemostasis dalam darah, juga termasuk
hematokrit darah. Anemia dapat berlanjut menjadi masalah apabila
tidak ditangani, yaitu pusing dan tidak bergairah dan juga akan
berdampak juga pada asupan ASI bayi.
3. Sindrom Sheehan
Hal ini terjadi karena, akibat jangka panjang dari perdarahan
postpartum sampai syok. Sindrom ini disebabkan karena
hipovolemia yang dapat menyebabkan nekrosis kelenjar hipofisis.
E. Penatalaksanaan
1. Pasang infus dan transfusi darah.
2. Tergantung dari sumber perdarahannya:
a. Perdarahan berasal dari perlukaan yang terbuka :
- Dijahit kembali
- Evaluasi kemungkinan terjadi hematoma
3. Perdarahan berasal dari bekas implantasi plasenta :
- Lakukan anesthesia dengan demikian kuretase dapat di
lakukan dengan aman dan bersih.
- Jaringan yang di dapatkan harus dilakukan pemeriksaan
untuk memperoleh kepastian.
4. Perawatan terapi sekunder perdarahan postpartum:
- Rehidrasi diteruskan sampai tercapai keadaan optimal
- Berikan antibiotika
- Berikan pengobatan suportif
- Gizi yang baik
- Vitamin dan praparat Fe
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Data Subjektif
Keluhan utama : Ibu masih mengeluarkan banyak darah dari kemaluannya
sampai berkali-kali ganti pembalut. Ibu mengatakan nyeri atau sakit pada
kemaluanya, lelah.
Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas terdahulu (jika ada) terdiri dari :
persalinan yang ke, umur anak, UK, jenis persalinan, penolong, BB/PB, JK,
komplikasi ibu dan bayi, lama masa laktasi.
Riwayat penggunaan kontrasepsi terdiri dari : jenis kontrasepsi yang pernah
digunakan, lama pemakaian dan keluhan selama pemakaian.
Riwayat sibling rivalry yaitu penerimaan kakak terhadap adiknya yang baru
lahir tersebut.
Kecukupan nutrisi terdiri dari : makan terakhir pukul berapa, jenis serta
porsi makanan, minum terakhir pukul berapa, jenis dan jumlah minuman
Eliminasi terdiri dari : terakhir eliminasi pukul berapa serta keluhannya.
Mobilisasi terdiri dari : apakah ibu dapat tidur miring kiri atau kanan, duduk
maupun berjalan
Rencana menyusui terdiri dari ada atau tidak pengalaman menyusui dan
rencana lama menyusui
Pengetahuan ibu mengenai : bahaya masa nifas 2-6 hari, cara memeriksa
kontraksi uterus, cara masase fundus uteri, cara mencegah hipotermi bayi,
cara menyusui dan senam nifas lanjutan .
Data Objektif
Pemeriksaan
Pemeriksaan fisik :
Wajah : oedema/pucat/normal
Mulut : pucat/kering/lembap
Dada dan aksila : kebersihan dan bentuk payudara, puting susu, pengeluaran
air susu, kelainan payudara.
Bounding skor
-Kebutuhan pasien
Deteksi Dini
Periksaan vital sign : Tekanan darah di bawah normal, nadi cepat lemah,
respirasi cepat, suhu meningkat
Pada saat pemeriksaan fisik, muka : pucat, bibir kering, TFU masih dapat
diraba lebih besar dari seharusnya, kontraksi lemah, kandung kemih penuh,
jumlah perdarahan > 500 cc, perdarahan aktif.
Perencanaan
Informed consent pada ibu dan keluarga atas tindakan yang akan dilakukan
Penatalaksanaan
Tindakan kebidanan ada yang dapat dikerjakan sendiri atau dibantu dan
dilimpahkan kepada pasien atau keluarga, kolaborasi dan dirujuk kepada
tenaga kesehatan yang lebih berwenang.
Tindakan yang dapat dilakukan oleh bidan terkait kasus HPP sekunder
adalah stabilkan kondisi pasien, menghentikan perdarahan sesuai penyebab
perdarahan, rujuk dan dampingi pasien.
Jika keadaan pasien kembali stabil dan perdarahan dapat dihentikan, maka
pertolongan pertama yang bidan berikan berhasil. Selanjutnya pasien
dirujuk untuk mendapatkan tindakan selanjutnya.