Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa nifas atau post partum disebut juga puerperium yang berasal
dari bahasa latin yaitu kata “Puer” yang artinya bayi dan “Parous” yang
berarti melahirkan. Nifas yaitu darah yang keluar dari rahim karena sebab
melahirkan atau setelah melahirkan. Darah nifas yaitu darah yang tertahan
tidak bisa keluar dari rahim dikarenakan hamil. Maka ketika melahirkan,
darah tersebut keluar sedikit demi sedikit. Darah yang keluar sebelum
melahirkan disertai tanda-tanda kelahiran, maka itu termasuk darah nifas
juga.
Masa nifas adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti semula (sebelum
hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari,
namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan. Waktu masa
nifas yang paling lama pada wanita pada umumnya 40 hari, dimulai sejak
melahirkan atau sebelum melahirkan (yang disertai tanda-tanda kelahiran).
Selama masa pemulihan tersebut berlangsung, ibu akan
mengalami banyak perubahan, baik secara fisik maupun psikologis
sebenarnya sebagian besar bersifat fisiologis, namun jika tidak dilakukan
pendampingan melalui asuhan kebidanan maka tidak menutup
kemungkinan akan terjadi keadaan patologis, untuk itu perlu diperiksakan
ke bidan atau dokter.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perubahan fisiologis masa nifas dan menyusi pada sistem
Reproduksi, Uterus, Vagina dan perineum?
2. Bagaimana perubahan fisiologis masa nifas dan menyusi pada sistem
Pencernaan?
3. Bagaimana perubahan fisiologis masa nifas dan menyusi pada sistem
Perkemihan?

1
4. Bagaimana perubahan fisiologis masa nifas dan menyusi pada system
Muskuloskeletal, Diastasis, Rektiabdominis ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui perubahan fisiologis masa nifas dan menyusi pada
sistem Reproduksi, Uterus, Vagina dan perineum
2. Untuk mengetahui perubahan fisiologis masa nifas dan menyusi pada
sistem Pencernaan.
3. Untuk mengetahui perubahan fisiologis masa nifas dan menyusi pada
sistem Perkemihan.
4. Untuk mengetahui perubahan fisiologis masa nifas dan menyusi pada
system Muskuloskeletal, Diastasis, Recti Abdominis.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sistem Reproduksi, Uterus, Vagina, Perineum


Dalam masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun eksterna akan

berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan

alat-alat genital ini dalam keseluruhannya disebut involusi (Ilmu

Kebidanan, Prof, Dr. dr. Sarwono Prawirohardjo, SpOG).

1. Perubahan Uterus

Uterus adalah organ yang mengalami banyak perubahan besar

karena telah mengalami perubahan besar selama masa kehamilan dan

persalinan. Pembesaran uterus tidak akan terjadi secara terus menerus,

sehingga adanya janin dalam uterus tidak akan terlalu lama. Bila adanya

janin tersebut melebihi waktu yang seharusnya, maka akan terjadi

kerusakan serabut otot jika tidak dikehendaki. Proses katabolisme akan

bermanfaat untuk mencegah terjadinya masalah tersebut. Proses

katabolisme sebagian besar disebabkan oleh dua faktor, yaitu :

a. Ischemia Myometrium

Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus-menerus dari

uterus setelah pengeluaran plasenta, membuat uterus relatif anemi

dan menyebabkan serat otot atropi.

b.  Autolysis

Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam

otot uterus. Enzim proteolitik dan makrofag akan memendekan

3
jaringan otot yang sempat mengendur hingga 10 kali panjangnya dari

semula dan 5 kali lebar dari semula selama kehamilan.

Akhir 6 minggu pertama persalinan :

 Berat uterus berubah dari 1000 gram menjadi 60 gram

 Ukuran uterus berubah dari 15 x 12 x 8 cm menjadi 8 x 6 x 4cm.

  Uterus secara berangsur-angsur akan menjadi kecil (involusi)


sehingga akhirnya kembali pada keadaan seperti sebelum hamil.

Involusi uterus atau pengerutan uterus adalah perubahan yang

merupakan proses kembalinya alat kandungan atau uterus dan jalan

lahir setelah bayi dilahirkan hingga mencapai keadaan seperti sebelum

hamil. Terjadi kontraksi uterus yang meningkat setelah bayi keluar. Hal

ini menyebabkan iskemia pada lokasi perlekatan plsenta (placental site)

sehingga jaringfan perlekatan antara plasenta dan dinding uterus,

mengalami nekrosis dan lepas.

Ukuran uterus mengecil kembali (setelah 2 hari pasca persalinan,

setinggi sekitar umbilicus, setelah 2 minggu masuk panggul, setelah 4

minggu kembali pada ukuran sebelum hamil). Jika sampai 2 minggu

postpartum, uterus belum masuk panggul, dicurigai ada subinvolusi.

Subinvolusi dapat disebabkan oleh infkesi atau perdarahan lanjut (late

postpartum haemorrhage). setelah persalinan bekas implantasi plasenta

berupa luka kasar dan menonjol ke dalam cavum uteri. Penonjolan

tersebut diameternya kira-kira 7,5cm. Sesudah 2 minggu diameternya

4
berkurang menjadi 3,5 cm. Pada minggu keenam mengecil lagi sampai

2,4cm, dan akhirnya akan pulih kembali.

2. Perubahan Vagina dan perineum

Pada awal masa nifas, vagina dan muara vagina membentuk suatu

lorong luas berdinding licin yang berangsur-angsur mengecil ukurannya

tapi jarang kembali ke bentuk nulipara. Rugae mulai tampak pada

minggu ketiga. Himen muncul kembali sebagai kepingan-kepingan

kecil jaringan, yang setelah mengalami sikatrisasi akan berubah

menjadi caruncule mirtiformis.  Estrogen pascapartum yang munurun

berperan dalam penipisan mukosa vagina dan hilangnya rugae. mukosa

vagina tetap atrofi pada wanita yang menyusui sekurang-kurangnya

sampai menstruasi dimulai kembali. Penebalan mukosa vagina terjadi

seiring pemulihan fungsi ovarium. Kekurangan estrogen menyebabkan

penurunan jumlah pelumas vagina dan penipisan mukosa vagina.

Kekeringan lokal dan rasa tidak nyaman saat koitus (dispareunia)

menetap sampai fungsi ovarium kembali normal dan menstruasi

dimulai lagi. Mukosa vagina memakan waktu 2-3 minggu untuk

sembuh tetapi pemulihan luka sub-mukosa lebih lama yaitu 4-6

minngu. Beberapa laserasi superficial yang dapat terjadi akan sembuh

relatif lebih cepat. Laserasi perineum sembuh pada hari ke-7 dan otot

perineum akan pulih pada hari ke5-6.

pada minggu ketiga vagina mengecil  dan timbul rugae (lipatan-

lipatan atau kerutan-kerutan) kembali. Ukuran vagina akan selalu lebih

5
besar dibandingkan keadaan saat sebelum persalinan. Perlukaan vagina

yang tidak dengan luka perineum tidak sering dijumpai. Mungkin

ditemukan setelah persalinan biasa, tapi lebih sering terjadi sebagai

akibat ekstraksi dengan cunam, terlebih apabila kepala janin harus

diputar. Robekan terdapat pada dinding lateral dan baru terlihat pada

pemeriksaan perineum.

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang

sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari

pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam

keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali pada

keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur

akan muncul kembali sementara labia menjadi lebih menonjol.

Setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya

tegang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Terjadi robekan

perineum hamper semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada

persalinan berikutnya. Robekan perineum umumnya terjadi di garis

tengan dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat,

sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa, kepala janin melewati

pintu panggul bawah dengan ukuran yang lebih besar daripada

sirkumferensia suboksipito bregmatika. Bila ada laserasi jalan keluar

atau luka bekas episiotomy (penyayatan mulut serambi kemaluan untuk

mempermudah kelahiran bayi) lakukanlah penjahitan dan perawatan

dengan baik.

6
B. Sistem Pencernaan
Sistem gastrointestinal selama kehamilan dipengaruhi oleh beberapa
hal, diantaranya tingginya kadar progesteron yang dapat mengganggu
keseimbangan cairan tubuh, meningkatkan kolestrol darah, dan
melambatkan kontraksi otot-otot polos. Pasca melahirkan, kadar
progesteron juga mulai menurun. Namun demikian, faal usus memerlukan
waktu 3-4 hari untuk kembali normal. Beberapa hal yang berkaitan dengan
perubahan pada sistem pencernaan, antara lain:

1. Nafsu Makan
Pasca melahirkan, biasanya ibu merasa lapar sehingga
diperbolehkan untuk mengkonsumsi makanan. Pemulihan nafsu
makan diperlukan waktu 3–4 hari sebelum faal usus kembali
normal. Meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan,
asupan makanan juga mengalami penurunan selama satu atau dua
hari.
2. Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus
cerna menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir.
Kelebihan analgesia dan anastesia bisa memperlambat
pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal.
3. Pengosongan Usus
Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini
disebabkan tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan
awal masa pascapartum, diare sebelum persalinan, enema sebelum
melahirkan, kurang makan, dehidrasi, hemoroid ataupun laserasi
jalan lahir. Sistem pencernaan pada masa nifas membutuhkan
waktu untuk kembali normal.

7
Beberapa cara agar ibu dapat buang air besar kembali
teratur, antara lain:

1. Pemberian diet / makanan yang mengandung serat.


2. Pemberian cairan yang cukup.
3. Pengetahuan tentang pola eliminasi pasca melahirkan.
4. Pengetahuan tentang perawatan luka jalan lahir.

Dalam buku Keperawatan Maternitas(2004), buang air


besar secara spontan bisa tertunda selama dua sampai tiga hari
setelah ibu melahirkan. Keadaan ini biasa disebabkan karena
tonus otot usus menurun.

Selama proses persalinan dan pada awal masa pascapartum,


diare sebelum persalinan, kurang makan, atau dehidrasi. Ibu
seringkali sudah menduga nyeri saat defekasi karena nyeri yang
dirasakannya di perineum akibat episiotomi, laserasi, atau
hemoroid. Kebiasaan buang air yang teratur perlu dicapai kembali
setelah tonus usus kembali ke normal.

C. Sistem Perkemihan
Hari pertama biasanya ibu mengalami kesulitan buang air kecil, selain
khawatir nyeri jahitan juga karena penyempitan saluran kencing akibat
penekanan kepala bayi saat proses melahirkan. Pasca melahirkan kadar
steroid menurun sehingga menyebabkan penurunan fungsi ginjal. Fungsi
ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita melahirkan.
Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam
sesudah melahirkan. Hal yang menyebabkan kesulitan buang air kecil pada
ibu postpartum, antara lain :

8
  Adanya odema trigonium yang menimbulkan obstruksi sehingga
terjadi etensi urin.
  Diaphoresis yaitu mekanisme tubuh untuk mengurangi cairan yang
terentasi dalam tubuh, terjadi selama 2 hari setelah melahirkan.
 Depresi dari sfinter uretra oleh karna penekanan kepala janin dan
spasme oleh iritasi muskulus sfinterani selama persalinan, sehingga
menyebabkan miksi tidak tertahankan

Terjadi diuresis yang sangat banyak dalam hari-hari pertama


puerperium. Diuresis yang banyak mulai segera setelah persalinan sampai
5 hari postpartum. Empat puluh persen ibu postpartum tidak mempunyai
proteinuri yang patologi dari segera setelah lahir sampai hari kedua
postpartum, kecuali ada gejala infeksi dan preeklamsi. dinding saluran
kencing memperlihatkan oedema dan hyperaemia. Kadang-kadang oedema
dari trigonum, menimbulkan obstruksi dari uretra sehingga terjadi retensio
urine. Kandung kencing dalam puerperium kurang sensitive dan
kapasitasnya bertambah, sehingga kandung kencing poenuh atau sesudah
kencing masih tinggal urine residual. sisa urine ini dan trauma pada
kandung kencing waktu persalinan memudahkan terjadinya infeksi.
Dilatasi ureter dan pyelum, normal kembali dalam waktu 2 minggu.

D. Sistem Muskuloskeletal, Diastasis, Recti Abdominis


1. Dinding perut dan Peritoneum
a.  Setelah persalinan, dinding perut longgar karena direnggang
begitu lama, tetapi biasanya pulih kembali dalam 6 minggu
b. Hari pertama abdomen mononjol masih seperti masih seperti
mengandung 2 minggu menjadi rilex, 6 minggu kembali seperti
sebelum hamil.
c.  Kadang-kadang pada wanita terjadi diastasis dari otot-otot
rectus abdominis sehingga sebagian dari dinding perut di garis
tengah hanya terdiri dari peritoneum, fascia tipis dan kulit.
Tempat yang lemah ini menonjol kalau berdiri atau mengejan.

9
d.  Bila kekuatan otot dinding perut tidak dicapai kembali, tidak
ada kekuatan otot yang menyokong kehamilan berikutnya,
sulitnya penurunan bagian terendah janin saat mengandung dan
partus.
e.  Pengembalian tonus otot dengan latihan fisik dan ambulasi dini,
secara alami dengan menurunnya progesteron.
2. Diastasis Recti Abdominis
      Pada sebagian perempuan, kehamilan dapat menyebabkan
pemisahan perut (diastasis recti), suatu kondisi dimana kedua sisi
kanan dan kiri dari M. rektus abdominis “The Six-Pack” otot-otot
menyebar terpisah di garis tengah tubuh, linea alba . Pemisahan
terjadi karena tanggapan terhadap kekuatan rahim menekan dinding
perut ketika hamil dan hormon melunakkan jaringan ikat. Diastasis
recti mengurangi integritas dan kekuatan fungsional dinding perut
serta dapat memperburuk nyeri punggung bawah dan ketidakstabilan
pelvis.

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium adalah
masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta lepas dari Rahim,
sampai 6 minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-
organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan
seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan. Dalam
masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun eksterna akan berangsur-
angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil.

Pada masa nifas ini, terjadi perubahan-perubahan anatomi dan


fisiologis pada ibu. Perubahan fisiologis yang terjadi sangat jelas,
walaupun dianggap normal, di mana proses-proses pada kehamilan
berjalan terbalik. Banyak faktor, termasuk tingkat energi, tingkat
kenyamanan, kesehatan bayi baru lahir dan perawatan serta dorongan
semangat yang diberikan oleh tenaga kesehatan, baik dokter, bidan
maupun perawat ikut membentuk respon ibu terhadap bayinya selama
masa nifas ini. Adapun perubahan yang terjadi adalah sebagai berikut :

1. Uterus
2. Vagina
3. Perineum
4. Sistem pencernaan
5. Sistem perkemihan
6. Sistem musculoskeletal, diastasis, Recti Abdominis

Perubahan-perubahan tersebut ada yang bersifat fisiologis dan


patologis. Oleh karena itu, tenaga kesehatan terutama bidan harus

11
memehami perubahan-perubahan tersebut agar dapat memberikan
penjelasan dan intervensi yang tepat kepada pasien.

B.   Saran

Untuk memberikan asuhan yang menguntungkan terhadap ibu,


bayi dan keluarganya, seorang bidan atau perawat harus memahami dan
memiliki pengetahuan tentang perubahan-perubahan anatomi dan
fisiologis dalam masa nifas ini dengan baik

12
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, 2015. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.

Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui. Yogyakarta : Pustakabarupres

Bambang, W. 2014. Masa Nifas.

Bobak Irene, Lowdermik Deitra Leonard, Jensen Margaret Duncan. 2005.

Keperawatan Maternitas.Jakarta:EGC

Masiroh, S. (2013) Keperawatan Obstretri dan Ginekologi. Yogyakarta Imperium

Rahmawati, Anita.dkk. 2013. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta : Fitramaya.

Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika

(hlm: 53-57).

Walyani, E dan Purwoastuti, E. (2015)

13

Anda mungkin juga menyukai