Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN

NYERI PUNGGUNG BAWAH

DISUSUN OLEH
KELOMPOK VI
1. Dini Hermawati
2. Elviana
3. Fitriani
4. Hasbullah
5. Riska Amelia

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN (STIKES) MATARAM


PRODI S1 KEPERAWATAN
2015

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah menolong hamba-Nya


menyelesaikan makalah ini  dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Allah SWT
mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik.
Askep ini disusun agar pembaca dapat mengetahui proses pemecahan dan
pengayakan yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Askep ini
di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri
penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama
pertolongan dari Tuhan akhirnya Askep ini dapat terselesaikan.
Askep  ini memuat tentang “ Low Back Pain” . Penyusun juga mengucapkan
terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah banyak membantu penyusun agar
dapat menyelesaikan makalah  ini.
Semoga makalah  ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun makalah  ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon
untuk saran dan kritiknya.

                                                                                                                                  
                                                                                             Mataram, 20 Oktober 2015

                                                                                                       Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 4
B. Tujuan 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi 6
B. Anatomi Fisiologi 6
C. Etiologi 8
D. Faktor Resiko 9
E. Patofisiologi 9
F. Manifestasi Klinis 11
G. Penatalaksanaan 12
H. Pemeriksaan Diagnostik 13
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian 14
B. Diagnosa Keperawatan 17
C. Rencana Tindakan Keperawatan 17
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan 23
B. Saran 23

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Nyeri punggung bawah adalah perasaan nyeri di daerah lumbasakral dan
sakroiliakal, nyeri pinggang bawah ini sering disertai penjalaran ketungkai
sampai kaki. (Harsono, 2000).
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual maupun potensial.
Peraturan utama dalam merawat pasien dengan nyeri adalah bahwa semua nyeri
adalah nyata, meskipun penyebabnya tidak diketahui. Oleh karena itu, keberadaan
nyeri adalah berdasarkan hanya pada laporan pasien.
Low Back Pain adalah suatu tipe nyeri yang membutuhkan pengobatan
medis walaupun sering jika ada trauma secara tiba-tiba dan dapat menjadi kronik
pada masalah kehidupan seperti fisik,mental,social dan ekonomi (Barbara).
Low Back Pain adalah nyeri kronik didalam lumbal,biasanya disebabkan
oleh terdesaknya para vertebral otot, herniasi dan regenerasi dari nucleus
pulposus,osteoartritis dari lumbal sacral pada tulang belakang (Brunner,1999).
Low back pain dapat terjadi pada siapa saja yang mempunyai masalah
pada muskuloskeletal seperti ketegangan lumbosacral akut,ketidakmampuan
ligamen lumbosacral,kelemahan otot,osteoartritis,spinal stenosis serta masalh
pada sendi inter vertebra dan kaki yang tidak sama panjang.
Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan Low Back Pain
adalah nyeri kronik atau acut didalam lumbal yang biasanya disebabkan trauma
atau terdesaknya otot para vertebra atau tekanan,herniasi dan degenerasi dari
nuleus pulposus,kelemahan otot,osteoartritis dilumbal sacral pada tulang
belakang.

4
B. Tujuan
Tujuan umum
Agar mahasiswa dapat memahami tentang konsep asuhan keperawatan pada
skabies.
Tujuan khusus
1. Agar mahasiswa mampu memahami definisi dari Low back pain.
2. Agar mahasiswa mampu memahami Anatomi Fisiologi Low back pain.
3. Agar mahasiswa mampu memahami etiologi Low back pain.
4. Agar mahasiswa mampu memahami Faktor Resiko Low back pain
5. Agar mahasiswa mampu memahami patofisiologi Low back pain.
6. Agar mahasiswa mampu memahami manifestasi klinis Low back pain.
7. Agar mahasiswa mampu memahami Penatalaksanaan Low back pain.
8. Agar mahasiswa mampu memahami Pemeriksaan Diagnostik Low back pain
9. Agar mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan Low back pain.
10.

5
BAB II
PEMBAHASAN
LOW BACK PAIN
A. Definisi
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual maupun potensial.
Peraturan utama dalam merawat pasien dengan nyeri adalah bahwa semua nyeri
adalah nyata, meskipun penyebabnya tidak diketahui. Oleh karena itu, keberadaan
nyeri adalah berdasarkan hanya pada laporan pasien.
Nyeri punggung bawah adalah perasaan nyeri di daerah lumbasakral dan
sakroiliakal, nyeri pinggang bawah ini sering disertai penjalaran ketungkai
sampai kaki. (Harsono, 2000).
Low Back Pain adalah nyeri kronik didalam lumbal,biasanya disebabkan
oleh terdesaknya para vertebral otot, herniasi dan regenerasi dari nucleus
pulposus,osteoartritis dari lumbal sacral pada tulang belakang (Brunner,1999).
B. Anatomi Fisiologi
 Guna kerangka.
1. Menahan seluruh bagian-bagian badan (Menopang tubuh).
2. Melindungi alat tubuh yang halus seperti otak,jantung dan paru-paru.
3. Tempat melekatnya otot-otot dan pergerakan tubuh dengan perantaraan
otot.
4. Tempat pembuatan sel-sel darah terutama sel darah merah.
5. Memberi bentuk pada bangunan tubuh.
 Ruas-ruas tulang belakang.
Bentuk dari tiap-tiap ruas tulang belakang pada umumnya sama,hanya ada
bedanya sedikit tergantung pada kerja yang ditanganinya. Ruas-ruas ini
terdiri atas beberapa bagian :
1. Badan ruas merupakan bagian yang terbesar,bentuknya tebal dan
kuat,terletak disebelah depan.
2. Lengkung luas Merupakan Bagian yang melingkari dan melindungi
lubang luas tulang belakang terletak di sebelah belang dan pada bagian ini
terdapat tonjolan yaitu :
a) Prosesus spinosus / taju duri.

6
Terdapat ditengah-tengah lengkung luas,menonjol kebelakang.
b) Prosesus tranversum / taju sayap.
Terdapat disamping kiri dan kanan lengkung luas.
c) Prosesus artikulasi / taju penyendi.
Membentuk persendian dengan ruas tulang belakang (vertebralis).
 Fungsi ruas tulang belakang.
1. Menahan kepela dan alat-alat tubuh yang lain..
2. Melindungi alat halus yang ada didalamnya (sum-sum belakang).
3. Tempat melekatnya tulang iga dan tulang pinggul.
4. Menentukan sikap tubuh.
Ruas-ruas tulang belakang ini tersusun dari atas kebawah dan diantara
masing-masing ruas dihubungkan oleh tulang rawan yang disebut cakram
antara ruas sehingga tulang belakang bias tegak dan membungkuk.
Disamping itu disebelah depan dan belakangnya terdapat kumpulan serabut-
serabut kenyal yang memperkuat kedudukan ruas tulang belakang.
Ditengah-tengah bagian ruas-ruas tulang belakang terdapat pula suatu
saluran yang disebut saluran sum-sum belakang (kanalis medulla spinalis)
yang didalamnya terdapat sum-sum tulang belakang.
 Bagian-bagian dari ruas tulang belakang.
1. Vertebra servikalis (tulang leher) 7 ruas mempunyai badan ruas kecil dan
lubang ruasnya besar. Pada tagu sayapnya terdapat lubang tempat lalunya
syarap yang disebut For Amentuam Versalis (Foramentuan Versorium).
Ruas pertama vertebra servikalis disebut Atlas yang memungkinkan
kepala berputar kekiri dan kekanan. Ruas kedua disebut prosesus ke 7
mempunyai taju yang disebut Prosesus Prominan,taju ruiasnya agak
panjang.
2. Vertebra Torakalis (tulang punggung) terdiri dari 12 ruas,badan ruasnya
besar dan kuat. Taju durinya panjang dan melengkung,pada daerah
bagian dataran sendi sebelah atas,bawah,kiri dan kanan ini membentuk
persendian dengan tulang iga.
3. Vertebra lumbalis (tulang pinggul) terdiri dari 5 ruas,badan ruasnya
besar,tebal dan kuat. Taju durinya agak picak bagi ruas dari ruas ke 5
agak menonjol disebut Promontorium.

7
4. Vertebra sakralis(ruas tulang kelangkang) terdiri dari 5, yang
membentuk sakrum atau tulang kelangkang.

C. Etiologi
1. Perubahan postur tubuh biasanya karena trauma primer dan sekunder.
a. Trauma primer seperti : Trauma secara spontan, contohnya kecelakaan.
b. Trauma sekunder seperti : Adanya penyakit HNP, osteoporosis, stenosis
spinal, spondilitis,osteoartritis.
2. Ketidak stabilan ligamen lumbosacral dan kelemahan otot.
3. Prosedur degenerasi pada pasien lansia.
4. Penggunaan hak sepatu yang terlalu tinggi.
5. Kegemukan.
6. Mengangkat beban dengan cara yang salah.
7. Keseleo.
8. Terlalu lama pada getaran.
9. Gaya berjalan.
10. Merokok.
11. Duduk terlalu lama.
12. Kurang latihan (oleh raga).
13. Depresi /stress.

8
14. Olahraga (golp,tennis,sepak bola).

D. Faktor Resiko
Faktor resiko secara fisiologi.
1. Umur ( 20 – 50 tahun ).
2. Kurangnya latihan fisik.
3. Postur yang kurang anatomis.
4. Kegemukan.
5. Scoliosis parah.
6. HNP.
7. Spondilitis.
8. Spinal stenosis ( penyempitan tulang belakang ).
9. Osteoporosis.
10. Merokok.

Faktor resiko dari lingkungan.


1. Duduk terlalu lama.
2. Terlalu lama pada getaran.
3. Keseleo atau terpelintir.
4. Olah raga ( golf,tennis,gymnastik,dan sepak bola ).
5. Vibrasi yang lama.

Faktor resiko dari psikososial.


1. Ketidak nyamanan kerja.
2. Depresi.
3. Stress.

E. Patofisiologi
Nyeri yang ada pada low Back Pain 2 macam
1. Nyeri Nosiseptif
Bangunan peka nyeri yang terdapat di punggung bawah adalah
periosteum, 1/3 bangunan luar annulus fibroseptor (bagian fibrosa dari diskus
intervertebralis) ligamentum kapsula artikularis, fasia dan otot. Semua
banguan tersebut mengandung nosiseptor yang peka terhadap berbagai

9
stimulus(mekanik, termal, kimiawi). Bila reseptor dirangsang oleh sebagian
stimulus lokal akan, dijawab dengan pengeluaran sebagai mediator inflamasi
dan substansia lainnya yang menyebabkan timbulnya persepsi nyeri.,
hiperalgesia maupun alodinia yang bertujuan mencegah pergerakan untuk
memungkinkan berlangsung proses penyembuhan. Salah satu mekanisme
untuk mencegah kerusakan yang lebih berat adalah spasme otot yang
membatasi pergerakan. Spasme otot ini menyebabkan iskemia dan sekaligus
menyebabkan munculnya titik picu (trigger points) yang merupakan salah satu
kondisi nyeri. Pembungkus syaraf juga, kaya akan nosiseptor yang merupakan
akhiran dari nervi nervorum yang juga berperan sebagai sumber nyeri
nosiseptif inflamasi, terutama nyeri yang dalam dan sulit dilokalisir. Berbagai
jenis rangsangan tadi akan mengantisipasi nosiseptor, langsung menyebabkan
nyeri dan sensitisasi menyebabkan hiperalgesia. Nyeri yang diakibatkan oleh
aktivitas nosiseptor ini disebut nyeri nosiseptif.

2. Nyeri Neuropatik
Nyeri neuropatik adalah nyeri yang didahului atau disebabkan oleh lesi
atau disfungsi primer pada system syaraf. Nyeri neuropatik yang sering
ditemukan pada LBP berupa penekanan atau jeratan radiks syaraf olehk arena 
Hernia Nukleus Pulposus (HNP), penyempitan kanalis spinalis, pembengkaan
artikulasio atau jaringan sekitarnya, fraktur mikro (misalnya penderita
osteoporosis), penekanan oleh tumor dan sebagainya. Penanganan pada radiks
saraf, terdapat 2 kemungkinan:
a) Penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus syaraf yang kaya
nosiseptor dari nervi nervorum, yang menimbulkan inflamasi, nyeri
dirasakan distribusi serabut syaraf tersebut. nyeri bertambah jika terdapat
peperangan serabut syarap, misalnya karena pergerakan.
b) Penekanan sampai mengenai serabut syaraf, sehingga ada kemungkinan
terjadi gangguan keseimbangan neuron sensorik melalui pelabuhan
molekuler. Perubahan molekuler menyebabkan aktivitas SSA menjadi
abnormal, timbul aktifitas ektopik (aktivitas di luar nosiseptor),
akumulasi saluran ion Natrium (SI-Na dan saluran ion baru di daerah
lesi).  Penumpukan SI-Na naupun saluran ion baru didaerah lesi
menyebabkan timbulnya mechsno-hot-sopt yang sangat peka terhadap

10
rangsangan mekanikal maupun termal(hiperagesia mekanikal dan
termal). Ditemukan juga pembentukan reseptor adrener menyebabkan
stress psikologi yang mampu memperberat nyeri. Aktivitas ektopik
menyebabkan timbulnya nyeri neuropatik baik yang sepontan seperti
parestesia, disestisia, nyeri seperti kesetrum dan sebagainya, yang
membedakan dengan nyeri inflamasi maupun yamg dibangkitkan seperti
hiperal dan alodinia. Terjadinya hiperalgesia dan alodinia pada nyeri
ncuropatik juga disebabkan oleh adanya fenomena wind-up, LTP dan
perubahan fenotip AB. Pada nyeri nosiseptif, inhibisi meningkat sedang
pada nyeri neuropatik terutama disebabkan penurunan reseptor opioid di
neuron  kornu dorsalis dan peningkatan cholesystokinin (CCK) yang
menghambat kerja reseptor opioid.
F. Manifestasi Klinis
 Perubahan dalam gaya berjalan.
1. Berjalan terasa kaku.
2. Tidak bias memutar punggung.
3. Pincang.
 Persyarafan
1. Ketika dites dengan cahaya dan sentuhan dengan peniti,pasien merasakan
sensasi pada kedua anggota badan,tetapi mengalami sensasi yang lebih
kuat pada daerah yang tidak dirangsang.
2. Tidak terkontrol Bab dan Bak.
 Nyeri.
1. Nyeri punggung akut maupun kronis lebih dari dua bulan.
2. Nyeri saat berjalan dengan menggunakan tumit.
3. Nyeri otot dalam.
4. Nyeri menyebar kebagian bawah belakang kaki.
5. Nyeri panas pada paha bagian belakang atau betis.
6. Nyeri pada pertengahan bokong.
7. Nyeri berat pada kaki semakin meningkat.

11
G. Penatalaksanaan
 Penata Laksanaan Keperawatan.
1. Informasi dan edukasi.
2. Pada NPB akut : Imobilisasi (lamanya tergantung kasus), pengaturan
berat badan, posisi tubuh dan aktivitas, modalitas termal (terapi panas
dan dingin) masase, traksi (untuk distraksi tulang belakang), latihan :
jalan, naik sepeda, berenang (tergantung kasus), alat Bantu (antara lain
korset, tongkat)
3. NPB kronik: psikologik, modulasi nyeri (TENS, akupuntur, modalitas
termal), latihan kondisi otot, rehabilitasi vokasional, pengaturan berat
badan posisi tubuh dan aktivitas.
 Penatalaksanaan Medis
1. Formakoterapi.
a) NPB akut: Asetamenopen, NSAID, muscle relaxant, opioid (nyeri
berat), injeksi epidural (steroid, lidokain, opioid) untuk nyeri
radikuler.
b) NPB kronik : antidepresan trisiklik (amitriptilin) antikonvulsan
(gabapentin, karbamesepin, okskarbasepin, fenitoin), alpha blocker
(klonidin, prazosin), opioid (kalau sangat diperlukan)
2. Invasif non bedah
a) Blok saraf dengan anestetik lokal (radikulopati)
b) Neurolitik (alcohol 100%, fenol 30 % (nyeri neuropatik punggung
bawah yang intractable)
3. Bedah
HNP (Hernia Nukleus Pulposus), indikasi operasi :
a) Skiatika dengan terapi konservatif selama lebih dari empat minggu:
nyeri berat/intractable / menetap / progresif.
b) Defisit neurologik memburuk.
c) Sindroma kauda.
d) Stenosis kanal : setelah terjadi konservatif tidak berhasil
e) Terbukti adanya kompresi radiks berdasarkan pemeriksaan
neurofisiologik dan radiologik.

12
H. Pemeriksaan Diagnostik
1. Neurofisiologik
 Electromyography (EMG)
 Need EMG dan H-reflex  dianjurkan bila dugaan disfungsi radiks lebih
dari 3-4 minggu
 Bila diagnosis radikulapati sudah pasti secara pemeriksaan klinis,
pemeriksaan elektrofisiologik tidak dianjurkan.
 Somatosensory Evoked Potensial (SSEP). Berguna untuk stenosis kanal
dan mielopati spinal.
2. Radiologik
 Foto polos.
 Tidak direkomendasikan untuk evaluasi rutin penderita NPB.
 Direkomendasikan untuk menyampingkan adanya kelainan tulang.
 Mielografi, mielo-CT, CT-Scan, Magnetik Resonance Imaging (MRI)
 Diindikasikan untuk mencari penyebab nyeri antara lain tumor, HNP
perlengketan
 Discography tidak direkomendasikan pada NPB oleh karena invasive
3. Laboratorium
 Laju endap darah, darah perifer lengkap, C-reactif protein (CRP), faktor
rematoid, fosfatase alkali / asam, kalsium (atas indikasi)
 Urinalisa, berguna untuk penyakit non spesifik seperti infeksi, hematuri
 Likuor serebrospinal (atas indikasi)

13
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
C. Pengkajian
1. Identitas Klien
a. Nama :
TTL : -
Umur : -
Jenis kelamin :
Alamat : -
Agama : -
Suku : -
Pendidikan : -
Diagnosa medis :
b. Identitas penanggung jawab
Nama :
TTL : -
Umur : -
Jenis kelamin :
Alamat : -
Agama : -
Suku : -
Pendidikan : -
Hub.dengan pasien :
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat Penyakit
 Keluhan Utama (keluhan yang dirasakan pasien saat dilakukan
pengkajian)
 Riwayat penyakit sekarang
1. Diskripsi gejala dan lamanya
2. Dampak gejala terhadap aktifitas harian
3. Respon terhadap pengobatan sebelumnya
4. Riwayat trauma

14
 Riwayat Penyakit Sebelumnya
1. Immunosupression (supresis imun)
2. Penurunan berat badan tanpa penyebab yang jelas (kangker)
3. Nyeri yang menetap merupakan pertimbangan untuk kangker atau
infeksi.
4. Pemberatan nyeri di kala terbaraing (tumor instraspinal atau infeksi)
atau pengurangan nyeri (hernia nudeus pulposus / HNP)
5. Nyeri yang paling berat di pagi hari (spondiloartropati seronegatif:
ankylosing spondyli-tis, artristis psoriatic, spondiloartropati reaktif,
sindroma fibromialgia)
6. Nyeri pada saat duduk (HNP, kelainan faset sendi, stenosis kanal,
kelahinan otot paraspinal, kelainan sendi sakroilikal, spondilosis /
spondilolisis / spondilolistesis, NPB-spesifik)
7. Adanya demam (infeksi)
8. Gangguan normal (dismenore, pasca-monopause /andropause)
9. Keluhan visceral (referred pain)
10. Gangguan miksi
11. Saddle anesthesia
12. Kelemahan motorik ekstremitas bawah (kemungkinan lesi kauda
ekwina)
13. Lokasi dan penjalaran nyeri.

3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum
b. Pemeriksaan persistem
c. Sistem persepsi dan sensori
(pemeriksaan panca indera : penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecap,
perasa)
d. Sistem persarafan (Pemeiksaan neurologik)
·           Pemeriksaan motorik
·           Pemeriksaan sensorik.

15
Straight leg Raising (SLR), test laseque (iritasi radisks L5 atau S 1)
cross laseque(HNP median) Reverse Laseque (iritasi radik lumbal
atas)
·           Sitting knee extension (iritasi lesi iskiadikus)
·           Pemeriksaan system otonom
·           Tanda Patrick (lasi coxae) dan kontra Patrick (lesi sakroiliaka)
·           Tes Naffziger
·           Tes valsava.
e. Sistem pernafasan
(Nilai frekuensi nafas, kualitas, suara, dan jalan nafas.)
f. Sistem kardiovaskuler
(Nilai tekanan darah, nadi, irama, kualitas, dan frekuensi)
g. Sistem Gastrointestinal
(Nilai kemampuan menelan,nafsu makan, minum, peristaltic dan eliminasi)
h. Sistem Integumen
(Nilai warna, turgor, tekstur dari kulit pasien )
i. Sistem Reproduksi
( Untuk pasien wanita )
j. Sistem Perkemihan
(Nilai Frekuensi Bak, warna, bau, volume )
4. Pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
b. Pola aktifitas dan latihan
(Cara berjalan : pincang, diseret, kaku (merupakan indikasi untuk
pemeriksaan neurologis))
c. Pola nutrisi dan metabolisme
d. Pola tidur dan istirahat
(Pasien LBP sering mengalami gangguan pola tidur  dikarenakan menahan
nyeri yang hebat)
e. Pola kognitif dan perceptual
(Prilaku penderita apakah konsisten dengan keluhan nyerinya (kemungkinan
kelainan psikiatrik))
f. Persepsi diri/konsep diri
g. Pola toleransi dan koping stress

16
(Nyeri yang timbul hampir pada semua pergerakan daerah lumbal sehingga
penderita berjalan sangat hati-hati untuk mengurangi rasa sakit tersebut
(kemungkinan infeksi. Inflamasi, tumor atau fraktur)
h. Pola seksual reproduksi
i. Pola hubungan dan peran
j. Pola nilai dan keyakinan

D. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen injuri (fisik muskuloskeletal)  dan system syaraf    vascular)
2. Kerusakan mobilitas fisik b.d nyeri, kerusakan muskula skeletal, kekakuan sendi,
kontraktur)
3. Gangguan pola tidur b.d nyeri, tidak nyaman
4. Defisit self care b.d nyeri

D. Rencana Tindakan Keperawatan


Diagnosa
No Tujuan Rencana Tindakan Keperawatan
Keperawatan
1. Nyeri akut b/d Setelah dilakukan Manajemen nyeri (1400)
agen injuri (fisik, tindakan keperawatan 1. Lakukan pengkajian nyeri 
kelainan muskulo selama … x 24 jam nyeri secara kom-prehensif (lokasi,
skeletal dan system berkurang / hilang karateristik, durasi, frekuensi,
syaraf vaskuler dengan kriteria : kualitas, dan faktor presipitasi).
2. Observasi reaksi non verbal dari
Batasan Tingkat nyeri (2102) ketidaknyamanan.
karakteristik : a. Melaporkan nyeri 3. Gunakan teknik komunikasi
 Verbal ber-kurang / hilang terapetik untuk mengetahui
o Menarik nafas b. Frekuensi nyeri pengalaman nyeri klien.
pan-jang, berku-rang / hilang 4. Kaji kultur / budaya yang 
merintih c. Lama nyeri mempengaruhi respon nyeri.
o Mengeluh nyeri berkurang 5. Evaluasi pengalaman nyeri

 Motorik d. Ekspresi oral masa lampau.

o Menyeringaika berkurang / hilang 6. Evaluasi bersama klien dan tim


e. Ketegangan otot kesehatan lain tentang ketidak
n wajah.

17
o Langkah yang berku-rang / hilang efektifan kontrol nyeri masa
ter-seok-seok f. Dapat istirahat lampau.
o Postur yang g. Skala nyeri berkurang 7. Bantu klien dan keluarga untuk
kaku / tidak / menurun mencari dan menemukan
stabil dukungan.
o Gerakan yang 8. Kontrol  lingkungan yang dapat
amat lambat mempengaruhi nyeri (suhu
atau terpaksa Kontrol Nyeri (1605) ruangan, pencahayaan, dan
o Respon a. Mengenal faktor- kebisingan)

autonom faktor penyebab 9. Kurangi faktor presipitasi nyeri.

o Perubahan vital b. Mengenal onset nyeri 10. Pilih dan lakukan penanganan

sign c. Jarang / tidak pernah nyeri (farmokologi, non


melakukan tindakan farmakologi dan inter-personal)
pertolongan dengan 11. Kaji tipe dan sumber nyeri
non  analgetik untuk me-nentukan intervensi.
d. Jarang / tidak pernah 12. Ajarkan tentang teknik non
menggunakan farmakologi.
analgetik 13. Berikan analgetik untuk
e. Jarang / tidak pernah mengurangi nyeri.
melaporkan  nyeri 14. Evaluasi keefektifan kontrol
kepa-da tim nyeri
kesehatan. 15. Tingkatkan istirahat
f. Nyeri terkontrol 16. Kolaborasi dengan dokter jika
            ada keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil.
Tingkat kenyamanan 17. Monitor penerimaan klien
(2100) tentang mana-jemen nyeri.
a. Klien melaporkan
kebu-tuhan istirahat Andministrasi  Analgetik (2210)
tidur tercukupi 1. Tentukan lokasi, karateristik
b. Melaporkan kondisi kualitas, dan derajat nyeri
fisik baik sebagai pemberian obat.
c. Melaporkan kondisi 2. Cek instruksi dokter tentang
psikis baik jenis obat, dosis dan fekkuensi.
18
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgenik yang diperlukan
                                 atau kombinasi dari analgetik
            ketika pemberian lebih dari satu.
            5. Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya
nyeri.
6. Tentukan analgetik pilihan rute
pemberian dan dosis optimal.
7. Pilih rute pemberian secara iv-
im untuk pengobatan nyeri
secara teratur
8. Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
pertama kali
9. Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat.
10. Evaluasi efektifitas analgesik
tanda dan gejala (efek
sampingan)
2 Kerusakan  Setelah dilakukan 1. Koreksi tingkat kemampuan
mobilitas fi-sik b.d tindakan keperawatan mobilisasi de-ngan sekala 0-4 :
nyeri, kerusakan selama … X 24 jam klien
0 : Klien tidak tergantung pada orang
muskuloskeletal, mampu mencapai lain
keka-kuan sendi mobilitas fisik dengan  1 : Klien butuh sedikit bantuan
atau kon-traktur kri-teria :  2 : Klien butuh bantuan
sederhana
Batasan Mobility Level (0208) :  3 : Klien butuh bantuan banyak
karakteristik : a. Klien dapat  4 : Klien sangat tergantung pada
 Postur tubuh melakukan mobilitas pemberian pelayanan
kaku tidak stabil. secara bertahap 2. Atur posisi klien
 Jalan terseok- dengan tanpa 3. Bantu klien melakukan
seok merasakan nyeri. perubahan gerak.

19
 Gerak lambat b. Penampilan seimbang 4. Observasi / kaji terus
 Membatasi c. Menggerakkan otot kemampuan gerak motorik,
perubahan ge-rak dan sendi keseimbangan
yang mendadak d. Mampu pindah 5. Ukur tanda-tanda vital sebelum
atau cepat tempat tanpa bantuan dan sesudah melakukan latihan.
 Sakit berbalik e. Berjalan tanpa 6. Anjurkan keluarga klien untuk
bantuan melatih dan memberi motivasi.
7. Kolaborasi dengan tim
kesehatan lain (fisioterapi untuk
pemasangan korset)
8. Buat posisi seluruh persendian
dalam letak anatomis dan
nyaman dengan memberikan
penyangga pada lekukan
lekukan sendi serta pastikan
posisi punggung lurus.
3. Gangguan pola Setelah dilakukan Peningkatan Tidur / Sleep
tidur b.d nyeri, tindakan keperawatan Enhancement (1850)
tidak nyaman selama … X 24 jam klien 1. Kaji  pola tidur / pola aktivitas
dapat terpenuhi 2. Anjurkan klien tidur secara
Batasan kebutuhan tidurnya teratur
karakteristik : dengan criteria : 3. Jelaskan tentang pentingnya
 Pasien menahan tidur yang cukup  selama sakit
sa-kit (merintih, Tidur (0004) dan terapi.
me-nyeringai) a. Jumlah jam tidur 4. Monitor pola tidur dan catat
 Pasien cukup keadaan fisik, psykososial yang
mengungkapkan b. Pola tidur normal mengganggu tidur
tidak bisa tidur c. Kualitas tidur cukup 5. Diskusikan pada klien dan
karena nyeri d. Tidur secara teratur keluarga tentang tehnik
e. Tidak sering peningkatan pola tidur
terbangun
f. Tanda  vital dalam Manajemen lingkungan (6480)
batas normal 1. Batasi pengunjung

20
2. Jaga lingkungan dari bising
Rest (0003) 3. Tidak melakukan tindakan
a. Istirahat Cukup keperawatan pada saat klien
b. Kualitas istirahat baik tidur
c. Istirahat fisik cukup
d. Istirahat psikis cukup
Anxiety control (1402) Anxiety Reduction (5820)
a. Tidur   adekuat 1. Jelaskan semua prosedur
b. Tidak ada manifestasi termasuk pera-saan yang
fisik mungkin dialami selama men-
c. Tidak ada manifestasi jalani prosedur
perilaku 2. Berikan objek yang dapat
d. Mencari informasi memberikan rasa aman
untuk mengurangi 3. Berbicara dengan pelan dan
cemas tenang
e. Menggunakan teknik 4. Membina hubungan saling
re-laksasi untuk percaya
mengu-rangi cemas 5. Dengarkan  klien  dengan penuh
f. Berinteraksi sosial perhatian
6. Ciptakan suasana saling percaya
7. Dorong orang tua
mengungkapkan pera-saan,
persepsi dan cemas secara
verbal
8. Berikan peralatan / aktivitas
yang  meng-hibur untuk
mengurangi ketegangan
9. Anjurkan untuk menggunakan
teknik re-laksasi
10. Berikan lingkungan yang tenang
11. Batasi pengunjung
4. Defisit srlf care b.d Seteleh dilakukan Self care assistance ;
nyeri tindakan keperawatan
1. Monitor kemampuan klien

21
pada pasien selama   3 x
untuk perawatan diri yang
24 jam diharapkan
mandiri
kebutuhan perawatan diri
2. Monitor kebutuhan klien untuk
pasien dapat terpenuhi,
alat-alat bantu
dengan kriteria hasil :
3. Sediakan bantuan sampai klien
a. klien terbebas dari
mampu secara utuh untuk
bau badan
memenuhi perawatan dirinya
b. Menyatakan
4. Dorong klien untuk melakukan
kenyamanan terhadap
aktivitas yang mandiri sesuai
pemenuhan
kemampuan
kebutuhan perawatan
diri

22
BAB IV PENUTUP
C. Kesimpulan
Nyeri punggung bawah adalah perasaan nyeri di daerah lumbasakral dan
sakroiliakal, nyeri pinggang bawah ini sering disertai penjalaran ketungkai
sampai kaki. (Harsono, 2000).
Faktor Resiko
Faktor resiko secara fisiologi.
Faktor resiko dari lingkungan.
Faktor resiko dari psikososial.
Patofisiologi
Nyeri yang ada pada low Back Pain 2 macam
1. Nyeri Nosiseptif
2. Nyeri Neuropatik
Penanganan pada radiks saraf, terdapat 2 kemungkinan:
a) Penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus syaraf
b) Penekanan sampai mengenai serabut syaraf,
Manifestasi Klinis
 Perubahan dalam gaya berjalan.
 Persyarafan.
 Nyeri.
Pemeriksaan Diagnostik
4. Radiologik
5. Laboratorium

D. Saran
Kepada mahasiswa (khususnya mahasiswa perawat) atau pembaca disarankan agar
dapat mengambil pelajaran dari makalah ini sehingga apabila terdapat tanda dan gejala
penyakit LBP dalam masyarakat maka kita dapat melakukan tindakan yang tepat agar
penyakit tersebut tidak berlanjut ke arah yang lebih buruk. Makalah ini juga dapat
dijadikan referensi awal untuk bahan belajar dan tugas.

23

Anda mungkin juga menyukai