S DENGAN
GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN “DIABETES MELITUS TIPE II”
DI RUANG SAKURA RSU IMELDA MEDAN
OLEH :
1. ADWIYAH
2. CUT TARI RAMADHANI
3. AMRI BOANG MANALU
4. BARZILAI BULOLO
5. FEBIYANA
6. HAPSAH RITONGA
7. HEMALIA AGUS PUTRI MRP
8. LARADUTA SIREGAR
9. LAURENTCEA PERDANA
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..............................................................................
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................
1.3 Tujuan .........................................................................................
1.3.1 Tujuan Umum..................................................................
1.3.2 Tujuan Khusus..................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Medis..................................................................
2.1.1 Pengertian DM.................................................................
2.1.2 Klasifikasi DM.................................................................
2.1.3 Penyebab DM...................................................................
2.1.4 Pemeriksaan Penunjang...................................................
2.1.5 Penatalaksanaan DM........................................................
2.1.6 Komplikasi.......................................................................
2.1.7 Patofisiologi.....................................................................
2.1.8 Pengertian ganggrene.......................................................
2.1.9 Klasifikasi Ganggrene......................................................
2.1.0 Cara Merawat Luka Ganggrene.......................................
2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN...................................
2.2.1 Pengkajian........................................................................
2.2.2 Masalah Keperawatan......................................................
2.2.3 Intervensi Keperawatan....................................................
2.2.4 Implementasi Keperawatan..............................................
2.2.5 Evaluasi............................................................................
..........................................................................................................................
BAB III LAPORAN KASUS
3.1 Resume.......................................................................................
3.2 Analisa Data...............................................................................
3.3 Diagnosa Keperawatan...............................................................
3.4 Rencana Asuhan Keperawatan...................................................
3.5 Implementasi dan Keperawatan.................................................
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan..............................................................................
4.2 Saran........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Diabetes melitus tipe II merupakan penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia dimana penyakit ini dapat menimbulkan gangguan
ke organ-organ tubuh lainnya karena terjadi defisiensi insulin atau kinerja
insulin yang kurang kuat untuk mempertahankan glukosa plasma yang normal
(Dipiro et al, 2005; PERKENI, 2011). Sekitar 90% dari populasi dunia
penderita diabetes melitus menderita diabetes melitus tipe II (Centers for
Disease Control, 2012). Berdasarkan data International Diabetes Federation
(IDF) tahun 2013, terdapat 382 juta orang di dunia menderita diabetes melitus
tipe II dengan kematian mencapai 4,6 juta orang.
Pada tahun 2011 Indonesia menduduki peringkat kesepuluh dunia dengan
jumlah penderita diabetes melitus tipe II sebanyak 6,6 juta orang dan pada
tahun 2030 diproyeksikan menempati posisi ke-9 dengan perkiraan sebanyak
10,6 juta orang dengan penderita terbanyak pada rentang usia 45-65 tahun dan
sebagian besar mengalami obesitas. Hal ini menggambarkan bahwa penyakit
diabetes melitus tipe II merupakan masalah yang serius dan berdampak negatif
terhadap kualitas hidup (PERKENI, 2011). Kualitas hidup merupakan
indikator kesehatan yang penting bagi penderita penyakit kronis seperti
diabetes melitus tipe II. Kualitas hidup yang dimaksud merupakan suatu
keadaan sejahtera yang dirasakan oleh penderita diabetes mellitus tipe II dan
bentuk respon emosional terhadap kepuasan hidup (Borrot & Bush, 2008).
Kualitas hidup ini merupakan muara akhir dari seluruh intervensi
kesehatan pada penderita diabetes melitus tipe II. Pasien harus berjuang agar
kualitas hidupnya membaik, karena kualitas hidup yang rendah serta masalah
status psikologis pasien dengan diabetes juga dapat mengganggu control
metabolisme yang memperburuk kondisi diabetes pasien (Shen et al., 1999).
Peningkatan prevalensi diabetes melitus tipe II tentu akan diikuti oleh
peningkatan kejadian komplikasi. Ketika telah terjadi komplikasi, maka akan
berdampak pada penurunan kualitas hidup serta meningkatnya angka
kesakitan (Sudoyo, 2009; American Diabetes Association, 2010; International
Diabetes Federation, 2013).
Penderita diabetes melitus tipe II setelah menderita penyakit tersebut
mereka akan mengalami gangguan baik secara psikis, sosial, ekonomi serta
gangguan fisik karena harus menyesuaikan diri terhadap pola dan jenis
makanan yang dimakan, kebiasaan sehari-hari, biaya perawatan penyakit
dalam jangka panjang dan rutin serta adanya penurunan produktifitas kerja
akibat penyakit menjadi beban tersendiri bagi pasien dan mengalami gangguan
kecemasan akibat penyakit diabetes melitus yang bersifat long life diseasses
ataupun karena komplikasi lain yang ditimbulkannya dan keterbatasan
aktifitas karena komplikasi yang muncul (Anas dkk, 2008; Wahyu, 2010).
Komplikasi secara fisik dapat bersifat akut atau kronis, dimana diabetes
melitus merupakan penyebab utama kebutaan pada dewasa umur 20 sampai 74
tahun dan berperan dalam berkembangnya penyakit menjadi gagal ginjal
terminal. Kurang lebih 67.000 orang mengalami amputasi ekstremitas bawah
setiap tahunnya, dan 75% pasien meninggal dengan diabetes melitus tipe II
karena gangguan kardiovaskuler (Dipiro et al, 2005). Kondisi tersebut
berlangsung kronis dan bahkan sepanjang hidup pasien, dan hal ini
menyebabkan pengaruh negatif pada kualitas hidup pasien diabetes melitus
tipe II (Grigsby et al, 2002; Li,2008).
Faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup terkait kesehatan
diantaranya berupa karakteristik pasien seperti: usia, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, status sosial ekonomi, lama menderita dan komplikasi diabetes
melitus serta jenis terapi atau pengobatan yang diterima pasien (Peterson &
Bredow, 2004). Kualitas hidup penderita diabetes melitus tipe II dengan kadar
gula darah terkendali lebih tinggi daripada yang tidak terkendali. Pada
penderita diabetes melitus tipe II tanpa komplikasi dan penderita jenis kelamin
laki - laki memiliki kualitas hidup yang lebih tinggi (Sari, 2011). Tingkat
pendidikan dan status sosial ekonomi yang rendah juga berhubungan secara
bermakna dengan kualitas hidup penderita diabetes melitus tipe II, lamanya
menderita diabetes juga berpengaruh terhadap keyakinan pasien dalam
pengobatan yang tentunya akan menyebabkan pasien beresiko untuk
mengalami komplikasi, sehingga memberikan efek penurunan terhadap
kualitas hidup pasien yang berhubungan secara signifikan terhadap angka
kesakitan dan kematian, hal tersebut dapat mempengaruhi usia harapan hidup
pasien diabetes melitus tipe II (Issa, 2006).
Pasien diabetes melitus tipe II memerlukan terapi terus menerus dan harus
dilakukan seumur hidup sehingga efektifitas dan efek samping pengobatan
juga dapat berpengaruh terhadap kualitas hidup pasien. Penanganan awal
pasien diabetes melitus tipe II umumnya tidak memerlukan terapi pemberian
insulin, cukup dengan terapi antidiabetik oral baik tunggal maupun kombinasi.
Tetapi pada kasus tertentu penderita diabetes melitus tipe II apabila kadar
glukosa darah tidak terkontrol dengan baik juga memerlukan terapi pemberian
insulin (American Diabetes Association, 2010). Terapi dengan antidiabetik
oral maupun insulin memberikan efek mengontrol kadar gula darah dengan
mekanismenya masing-masing, namun juga dapat memberikan dampak yang
tidak diinginkan berupa efek samping yang dapat berakibat pada kualitas
hidup pasien (Sari, 2011).
Beberapa studi melaporkan, bahwa pengobatan diabetes melitus memiliki
dampak terhadap kualitas hidup. Pasien diabetes melitus tipe II yang
menggunakan antidiabetik oral memiliki kecemasan lebih tentang kondisi
mereka dibandingkan dengan pasien yang hanya menerima terapi diet saja.
Penelitian yang sama juga melaporkan bahwa pengobatan insulin pada pasien
diabetes melitus tipe II menyebabkan penurunan kepuasan dengan Health-
Related Quality of Life (HRQoL) dan menimbulkan dampak yang lebih besar
dari penyakit (Issa,2006). Sebuah studi baru-baru ini telah menunjukkan
bahwa terapi intensif awal dan agresif menyebabkan peningkatan kontrol
glikemik untuk mengurangi dampak dari diabetes melitus terhadap kualitas
hidup dengan memperlambat onset dan perkembangan komplikasi (Issa,
2006).
Di Indonesia, penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
kualitas hidup terkait kesehatan (Health-related Quality of Life/HRQoL)
penderita diabetes melitus tipe II masih jarang dilakukan. Evaluasi kualitas
hidup terkait kesehatan (HRQoL) perlu dilakukan agar beban akibat kesakitan
dapat dinilai dengan cepat dan penanganan penerita diabetes melitus tipe II
menjadi lebih komprehensif dengan mempertimbangkan aspek kesehatan
psikis selain aspek kesehatan fisik.
Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan diatas, dipandang perlu
dilakukan penelitian yang lebih mendalam untuk mengetahui pengaruh
karakteristik pasien dan terapi antidiabetik terhadap kualitas hidup terkait
kesehatan (HRQoL) pasien diabetes melitus tipe II.
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan uraian di atas, penulis merumuskan masalah “Bagaimanakah
gambaran pelaksanaan Asuhan Keperawatan Ny. S dengan Diabetes Melitus
di Rumah Sakit Imelda Pekerja Indonesia Ruang Sakura ?”
1. Bagaimanakah pengkajian Ny. S dengan Diabetes Melitus di Rumah
Sakit Imelda Pekerja Indonesia Ruang Sakura ?
2. Bagaimanakah diagnosa Ny. S dengan Diabetes Melitus di Rumah
Sakit Imelda Pekerja Indonesia Ruang Sakura ?
3. Bagaimanakah intervensi yang akan diterapkan Ny. S dengan Diabetes
Melitus di Rumah Sakit Imelda Pekerja Indonesia Ruang Sakura ?
4. Bagaimanakah implementasi keperawatan Ny. S dengan Diabetes
Melitus di Rumah Sakit Imelda Pekerja Indonesia Ruang Sakura ?
5. Bagaimanakah evaluasi dari tindakan keperawatan yang telah
dilakukan Ny. S dengan Diabetes Melitus di Rumah Sakit Imelda
Pekerja Indonesia Ruang Sakura ?
6. Bagaimanakah pendokumentasian Asuhan keperawatan Ny. S
Diabetes Melitus di Rumah Sakit Imelda Pekerja Indonesia Ruang
Sakura ?
7. Apakah faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pelaksanaan
diruang sakura Asuhan keperawatan Ny. S dengan Diabetes Melitus di
Rumah Sakit Imelda Pekerja Indonesia Ruang Sakura ?
1.3 Tujuan
Mendapatkan pengalaman nyata dalam melaksanakan Asuhan
keperawatan Ny. S dengan Diabetes Melitus tipe 2 di Rumah Sakit Imelda
Pekerja Indonesia Ruang sakura.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Dasar Medis
2.1.1. Pengertian
Diabetes mellitus adalah suatu penyakit metabolisme disebabkan
karena adanya gangguan pada hormon insulin yang dihasilkan di oleh sel
yang berada pada pangkreas. Pada umumnya pemeriksaan yang dilakukan
untuk penegakan diagnosa diabetes mellitus adalah pemeriksaan gula
darah, pada penderita diabetes mellitus akan di jumpai gula darah yang
tinggi (hiperglikemia), hal ini akan menyebabkan cairan didalam tubuh
mengandung gula berlebih (Priyoto, 2015).
Diabetes mellitus juga merupakan gangguan metabolism yang
ditandai dengan hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas
metabolisme karbohidrat, lemak,dan protein yang disebabkan oleh
penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau
keduanya dan menyebabkan komlikasi kronis mikrovaskular,
makrovaskular, dan neuropati. (Yuliana elin, 2009)
2.1.2. Klasifikasi Diabetes Mellitus
Berikut merupakan klasifikasi diabetes mellitus berdasarkan gejala klinis
atau medis (Priyoto, 2015):
1. Diabetes Mellitus (DM)
a. DM tipe I (Insulin dependen diabetes mellitus) yaitu diabetes
mellitus yang memiliki ketergantungan dalam terapi insulin
b. DM tipe 2 (Non insulin dependen diabetes mellitus) yaitu diabetes
mellitus yang tidak memiliki ketergantungan dalam terapi insulin
c. DMTM yaitu diabetes mellitus terkait malnutrisi
d. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan sindrom ataupun
kondisi tertentu
2. Diabetes Mellitus pada kehamilan (gestational DM)
DM gestational adalah sebuah kondisi terjadinya diabetes mellitus
hanya pada saat kehamilan, sementara pada sebelum kehamilan
gula darah penderita dalam keadaan normal.
2.1.3. Penyebab Diabetes Mellitus
Menurut Priyoto (2015) ada beberapa penyebab terjadinya diabetes
mellitus yaitu:
1. Riwayat keluarga (faktor keturunan)
Faktor keluarga atau keturunan memiliki hubungan yang sangat tinggi
untuk seseorang terkena DM, hal ini bisa diartikan jika didalam
keluarga memiliki penyakit DM misalnya salah satu dari orang tua
terkena penyakit DM, maka anaknya akan beresiko tinggi terkena DM
dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki penyakit DM didalam
keluarganya.
2. Obesitas
Obesitas atau kegemukan dapat menyebabkan tubuh menjadi resistensi
terhadap hormone insulin, karena sel-sel tubuh saling berebut dengan
jaringan lemak untuk menyerap insulin. Hal ini akan mengakibatkan
pancreas dipacu untuk memproduksi insulin sebanyak-banyaknya
sehingga organ pancreas mengalami kelelahan dan pada akhirnya akan
mengalami kerusakan.
3. Usia
Pada umumnya usia 40 tahun keatas memiliki gangguan fungsi organ-
organ vital yang mulai melemah dan mulai mengalami kepekaan
terhadap hormon insulin.
4. Kurang aktifitas fisik
Kurangnya aktifitas fisik dapat membuat tubuh mengalami kegemukan
dan dapat melemahkan kerja organ-organ tubuh khususnya organ
pankres yang memproduksi hormon insulin.
5. Stres yang lama
Kondisi stres menjadi faktor pemicu terjadinya diabetes mellitus, hal
ini dapat disebabkan karena jika seseorang stres maka tubuh bereaksi
terhadap stres dan akan mengakibatkan gangguan pembentukan
hormon insulin.
2.1.4. Pemeriksaan penunjang
1. Kadar Glukosa Darah
Tabel: kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik
sebagai patokan penyaring
2.1.7 Patofisiologi
2.1.7 Pengertian Gangrene
Gangren adalah luka yang terinfeksi disertai dengan adanya jaringan yang
mati.Komplikasi Diabetes Mellitus (DM) yang paling berbahaya adalah
komplikasi pada pembuluh darah.Pembuluh darah besar maupun kecil ataupun
kapiler penderita DM mudah menyempit dan tersumbat oleh gumpalan darah
(angiopati diabetik).
Jika sumbatan terjadi di pembuluh darah sedang atau besar di tungkai
(makroangopati diabetik) tungkai akan lebih mudah mengalami gangren diabetik,
yaitu luka pada kaki yang merah kehitam-hitaman dan berbau busuk. Bila
sumbatan terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar, penderita DM akan
merasa tungkainya sakit sesudah ia berjalan pada jarak tertentu, karena aliran
darah ke tungkai tersebut berkurang dan disebut claudicatio intermitten.
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Resume
Ny.S berumur 60 tahun, tanggal lahir 22 November 1961, suku Melayu,
Bangsa Indonesia, agama Islam, bekerja sebagai ibu rumah tangga, Bahasa yang
di gunakan Bahasa Indonesia. Alamat Jln. Suluh No. 106 Kecamatan Medan
Tembung. Penanggung jawab dari pasien adalah Ny.W berumur 25 tahun, bekerja
sebagai ibu rumah tangga, hubungan keluarga adalah anak dari pasien, alamat Jln.
Suluh No. 106 Kecamatan Medan Tembung. Masuk IGD RS Imelda pada tanggal
23 Januari 2022 pukul 14.00 wib, dengan keluhan Ibu jari, jari manis, dan jari
kelingking kaki kanan terdapat luka gangrene ,warna kulit sekitar gangrene hitam,
tidak dapat digerakan, berdenyut,dan kebas pada kaki, dialami sudah 3 hari ini.
TD : 150/90 mmHg, HR : 88 ×/menit, RR : 20×/menit, T: 36,5 0C, KGD: 446
mg/dL, BB : 33 kg, TB : 148 cm, IMT: 15, skala nyeri 3 (nyeri ringan). Terapi
yang di berikan : IVFD Nacl 0,9%, Glimepiride 1x1.
Riwayat penyakit berdasarkan wawancara, pasien mengatakan sudah dari
tahun 2006 hingga sekarang mengalami penyakit Diabetes Militus, pasien
megatakan ayah dari pasien juga mengalami penyakit yang sama yaitu Diabetes
Militus. Pasien mengatakan mengkomsumsi obat Metformin, dan glibenclamide.
Pasien pernah berobat di Puskesmas Sering, RS Riski, dan pernah menjalani
operasi amputasi di bagian jari kelingking kaki kiri di RS Imelda pada tahun 2020.
Pasien megatakan asal mula pertama kali terkena luka pada kakinya pada saat
pasien membersihkan halaman rumah, kaki pasien terkena duri-duri halus, dan
dari hari kehari kaki pasien menjadi bernanah, berbau, dan menghitam.
Dari hasil pengkajian di ruangan sakura pada tanggal 24 Januari 2022
pukul 18.20 WIB, keadaan umum pasien lemas, dilakukan pengkajian fisik
dengan hasil: TD : 154/88 mmHg, HR : 90 ×/menit, RR : 22×/menit, T: 36,7 oC,
KGD: 446 mg/dL, GCS 15 composmentis. Pasien mengeluh kaki kanan sulit
digerakkan, pasien tidak bisa berdiri dan berjalan, sakit bila digerakkan, ibu jari,
jari manis,dan jari kelingking kaki kanan terdapat luka gangrene, menghitam
dengan luas luka, ibu jari panjang ±5 cm, lebar ±2 cm, jari manis panjang ±4 cm,
lebar ±1 cm, jari kelingking ±3 cm, lebar ±1 cm, berdenyut dan kebas pada kaki.
Terapi yang di berikan : IVFD Nacl 0,9%, Cilostazol 1x10 mg, Noverapid 3x8
unit, Metrodinazole,Channa 2×2.
Pola makan pasien selama di rawat 3 kali sehari, pasien tidak memiliki
riwayat alergi terhadap makanan,diet yang dihabiskan ½ porsi dari porsi yang
disajikan, kebiasaan tidur 6 jam/ hari, mandi 2× sehari, Pola minum sehari-sehari,
pasien mengatakan minum air putih ± 1,5 Liter/hari atau 6 gelas/hari. Pola
eliminasi, BAB 2x1 dan BAK terpasang kateter.
Pada tanggal 26 januari 2022 pukul 10.00 wib pasien dipindahkan
keruangan ICU, Indikasi pasien dipindahkan penurunan kesadaran Semnolen GCS
9, dengan diagnosa medis : Asidosis Metabolik, hasil pemeriksaan PH : 7.040
mmHg, PCO2 : 48,9 mmHg, PO2 : 123 mmol/L, HCO3 : 13.2 mmol/L, CO2
Total : 14,7 mmol/L, Base Excess : -17,6 mmol/L, O2 Saturated : 98,0%,. Terapi
yang di berikan : Meylon 3 fls (150cc Nacl 0,9%) 12 tetes/menit, O2: Nasal Kanul
5 liter/menit, TD: 110/70, HR: 68x/menit, RR:28x/menit, T: 37,4OC . Pada tanggal
29 januari 2020 pukul 16.12 wib Pasien meninggal dunia.
Tabel KGD
HARI/TANGGAL JAM KGD
SAKURA
Minggu, 23/01/2022 14.51 wib 446 mg/dl
Senin, 24/01/2022 08.20 wib 149 mg/dl
Selasa, 25/01/2022 09.50 wib 217 mg/dl
Rabu, 26/01/2022 07.24 wib 385 mg/dl
ICU
Kamis, 27/01/2022 04.00 Wib 79 mg/dl
05.00 Wib 72 mg/dl
Jumat, 28/01/2022 08.00 Wib 119 mg/dl
09. 35 Wib 145 mg/dl
14.00 Wib 157 mg/dl
17.00 Wib 189 mg/dl
18.00 Wib 174 mg/dl
Sabtu, 29/01/2022 01.00 Wib 190 mg/dl
04.00 Wib 203 mg/dl
06.00 Wib 189 mg/dl
10.00 Wib 235 g/dlm
Luka pada ibu jari, jari manis,dan jari kelingking kaki kanan terdapat luka
gangrene, menghitam dengan luas luka, ibu jari panjang ±5 cm, lebar ±2 cm, jari
manis panjang ±4 cm, lebar ±1 cm, jari kelingking ±3 cm, lebar ±1 cm,
selera makan
- Keluarga mengatakan,
pasien hanya
menghabiskan ½ porsi
dari porsi yang disajikan
Ds:
- Nafsu makan pasien
menurun
- Diet yang dihabiskan ½
porsi dari porsi yang
disajikan
- Kulit kering
- BB : 33 kg
- TB : 148 cm
IMT : 15
Kolaborasi :
- Kolaborasi
pemberian
insulin
4 Infeksi Setelah dilakukan tintdakan Observasi
berhubungan keperawatan selama 1x 24 - Monitor tanda dan
jam maka Risiko infeksi gejala infeksi lokal
dengan
menurun dengan kriteria dan sistematik
peningkatan hasil : Terapetik
leukosit ditandai - Pasien bebas dari - Berikan perawatan
tanda dan gejala kulit pada area
dengan terdapat
infeksi edema
luka gangrene - Menujukan - Cuci tangan
pada kaki bagian kemampuan untuk sebelum dan
mencegah timbulnya sesudah kontak
kanan, Leukosit :
infeksi dengan pasien
15,3 10 *3/ Ul Jumlah leukosit dalam batas dan lingkungan
normal pasien
Edukasi
- Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
Ajarkan cara
memeriksa
kondisi luka
Kolaborasi
Kolaborasi
pemberian
analgetik Perawatan
luka
3.6 Implementasi dan Evaluasi
1 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan Perubahan membran Alveolus-Kapiler yang ditandai dengan penurunan
kesadaran
No Hari/Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi
1 Rabu,26 januari Gangguan pertukaran - Monitor frekuensi kedalaman dan Subjektif :
2022 gas berhubungan upaya nafas
dengan Perubahan - Monitor pola nafas Objektif :
membran Alveolus- Monitor adanya sumbatan jalan - Pasien tampak sesak
Kapiler yang ditandai nafas - Kesadaran menurun
dengan penurunan - Monitor saturasi oksigen - Somnolen GCS 9
kesadaran - Monitor AGD - Terpasang O2: Nasal Kanul 5
- Kolaborasi penentuan dosis liter/menit,
oksigen - PH: 7.040 mmHg
- PCO2: 48,9 mmHg
- PO2: 123 mmol/L
- RR:28 kali/menit
- SPO2 : 98%
Assessment:
Masalah belum teratasi
Planning :
Intervensi dilanjutkan
- Monitor frekuensi kedalaman dan
upaya nafas
- Monitor pola nafas
Monitor adanya sumbatan jalan
nafas
- Monitor saturasi oksigen
- Kolaborasi penentuan dosis oksigen
Planning:
Intervensi di lanjutkan
- Monitor tanda dan gejala
hiperglikemia
- Berikan asupan cairan oral
2 Selasa25-01-2022 - Mengidentifikasi Subjektif :
kemungkinan penyebab - Pasien mengatakan sering
hiperglikemia merasa haus
- Memonitor tanda dan gejala
hiperglikemia Objektif :
- Memberikan asupan cairan - Urine 800 cc terpasang
oral kateter.
- Menganjurkan kepatuhan - Klien tampak lelah
terhadap diet - KGD: 217 mg/dl
- Mengkolaborasi kan pemberian
insulin sebanyak 8 unit Assesment :
Masalah belum teratsi
Planning :
Intervensi dilanjutkan
- Memonitor tanda dan
gejala hiperglikemia
- Mengkolaborasi kan
pemberian insulin
3 Infeksi berhubungan dengan peningkatan Leukosit ditandai dengan tampak luka gangrene pada kaki bagian kaki kanan,
Leukosit : 15,3 10 *3/ Ul
No Hari/Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi
1 Senin,24-01-2022 Infeksi berhubungan - Monitor tanda dan gejala infeksi Objektif :
dengan peningkatan lokal dan sistematik - Pasien mengatakan ada luka pada
- Berikan perawatan luka
Leukosit ditandai kaki sebelah kanan
- Cuci tangan sebelum dan sesudah
dengan tampak luka kontak dengan pasien dan Subjektif:
gangrene pada kaki lingkungan pasien - Tampak luka gangrene pada kaki
- Kolaborasi pemberian analgetik
bagian kaki kanan, bagian kanan
Perawatan luka
Leukosit : 15,3 10 *3/ - Warna kulit sekitar luka menghitam,
Ul nekrosis
- Luas luka panjang ±5 cm, lebar ±2
cm , jari manis panjang ±4 cm,
lebar ±1 cm, jari kelingking ±3 cm,
lebar ±1 cm
- Leukosit : 15,3 10 *3/ Ul
(24-01-2022, 14.51 wib)
Assessment:
Masalah belum teratasi
Planning:
Intervensi dilanjutkan
- Berikan perawatan luka
- Kolaborasi pemberian analgetik
Perawatan luka
2 Selasa,25-01- - Monitor tanda dan gejala infeksi Objektif :
2022 lokal dan sistematik - Pasien mengatakan ada luka pada
- Berikan perawatan luka
kaki sebelah kanan
- Cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien dan Subjektif:
lingkungan pasien - Tampak luka gangrene pada kaki
- Kolaborasi pemberian analgetik
bagian kanan
Perawatan luka
- Warna kulit sekitar luka menghitam,
nekrosis
- Luas luka panjang ±5 cm, lebar ±2
cm , jari manis panjang ±4 cm,
lebar ±1 cm, jari kelingking ±3 cm,
lebar ±1 cm
Assessment:
Masalah belum teratasi
Planning:
Intervensi dilanjutkan
- Berikan perawatan luka
- Kolaborasi pemberian analgetik
Perawatan luka
Assessment:
Masalah belum teratasi
Planning:
Intervensi dihentikan
- Pasien di nyatakan meninggal dunia
pukul 16.30 wib
4 Defisit nutrisi berhubungan dengan kurang asupan nutrisi di tandai dengan nafsu makan menurun
No Hari/Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi
4 Senin,24-01- Defisit nutrisi - Monitor berat badan Subjektif :
2022 berhubungan dengan - Monitor jumlah kalori sehari- - Pasien mengatakan tidak selera
kurang asupan nutrisi hari makan
di tandai dengan - Sediakan makanan yang tepat
- Keluarga mengatakan, pasien hanya
nafsu makan menurun sesuai kondisi pasien
- Berikan pujian pada menghabiskan ½ porsi dari porsi
pasien/keluarga untuk yang disajikan
peningkatan yang di capai.
- Jelaskan jenis makanan yang Objektif :
bergizi tinggi, namun tetap - Nafsu makan pasien menurun
terjangkau.
- Diet yang dihabiskan ½ porsi dari
- Kolaborasi dengan ahli gizi
porsi yang disajikan
- Kulit kering
- BB : 33 kg
- TB : 148 cm
- IMT : 15
Assessment:
Masalah belum teratasi
Planning :
Intervensi dilanjutkan
- Monitor berat badan
- Sediakan makanan yang tepat sesuai
kondisi pasien
- Jelaskan jenis makanan yang bergizi
tinggi, namun tetap terjangkau.
- Kolaborasi dengan ahli gizi
Selasa,25-01- - Monitor berat badan Subjektif :
2022 - Sediakan makanan yang tepat
sesuai kondisi pasien - Pasien mengatakan tidak selera makan
- Jelaskan jenis makanan yang - Keluarga mengatakan, pasien hanya
bergizi tinggi, namun tetap
menghabiskan 6 sendok makan dari
terjangkau.
- Kolaborasi dengan ahli gizi porsi yang disajikan
Objektif :
- Nafsu makan pasien menurun
- Kulit kering
- BB : 33 kg
- TB : 148 cm
IMT : 15
Assessment :
Masalah belum teratasi
Planning :
Intervensi dilanjutkan
- Intervensi dilanjutkan
- Monitor berat badan
- Sediakan makanan yang tepat sesuai
kondisi pasien
- Jelaskan jenis makanan yang bergizi
tinggi, namun tetap terjangkau.
- Kolaborasi dengan ahli gizi
Rabu, 26-01- - Monitor berat badan Subjektif :
2022 - Sediakan makanan yang tepat - Pasien mengatakan tidak selera makan
sesuai kondisi pasien
- Keluarga mengatakan, pasien hanya
- Jelaskan jenis makanan yang
bergizi tinggi, namun tetap menghabiskan 4 sendok makan dari
terjangkau porsi yang disajikan
- Kolaborasi dengan ahli gizi
Objektif :
- Nafsu makan pasien menurun
- Kulit kering
- BB : 33 kg
- TB : 148 cm
IMT : 15
Assessment :
Masalah belum teratasi
Planning :
Intervensi dilanjutkan
- Intervensi dilanjutkan
- Monitor berat badan
- Sediakan makanan yang tepat sesuai
kondisi pasien
- Jelaskan jenis makanan yang bergizi
tinggi, namun tetap terjangkau.
- Kolaborasi dengan ahli gizi