Anda di halaman 1dari 57

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA Ny.

S DENGAN
GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN “DIABETES MELITUS TIPE II”
DI RUANG SAKURA RSU IMELDA MEDAN

OLEH :
1. ADWIYAH
2. CUT TARI RAMADHANI
3. AMRI BOANG MANALU
4. BARZILAI BULOLO
5. FEBIYANA
6. HAPSAH RITONGA
7. HEMALIA AGUS PUTRI MRP
8. LARADUTA SIREGAR
9. LAURENTCEA PERDANA

UNIVERSITAS IMELDA MEDAN


PRODI S1 KEPERAWATAN
T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat tuhan yang maha kuasa, karena
berkat dan rahmatnya, sehingga saya dapat menyelesaikan laporan kasus ini, dan
merupaka salah satu syarat untuk memenuhi tugas praktik klinik Keperawatan
Medikal Bedah di S1 Keperawatan Universitas Imelda Medan.
Adapun judul laporan kasus ini adalah “Asuhan Keperawatan Medikal
Bedah Pada Ny. S Dengan Gangguan Sistem Endokrin “Diabetes Melitus
Thype II” Di Ruang Sakura Rumah Sakit Imelda Medan Tahun 2022”.
Terwujudnya laporan kasus ini tidak terlepas dari bimbingan dan dorongan
dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada Bapak/ibu:
1. dr. H. Raja Imran Ritonga, MSc selaku ketua Yayasan Imelda Medan
2. Dr, dr. Imelda Liana Ritonga, S.Kp, MPd, MN selaku Rektor Universitas
Imelda Medan
3. Dr. Hedy Tan, MARS, MOG, Sp.OG selaku Direktur Rumah Sakit Imelda
Pekerja Indonesia.
4. Rostinah Manurung, S.Kep, NS., M,Kes selaku Ka.Prodi S1 Keperawatan
Imelda Medan
5. Nataria Silaban, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Pembimbing Akademik
6. Candra Meriani Damanik, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Preseptor Klinik rumah
sakit yang telah membimbing kami dalam laporan kasus ini
7. Seluruh rekan-rekan mahasiswa/I yang ikut berperan serta dalam
pembuatan/penyusunan laporan kasus ini
Akhir kata penulis berharap semoga dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca
pada umumnya dan bagi seluruh mahasiswa/I S1 Keperawatan Imelda Medan
pada khususnya, penulis mengucapkan banyak terima kasih

Medan, Februari 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..............................................................................
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................
1.3 Tujuan .........................................................................................
1.3.1 Tujuan Umum..................................................................
1.3.2 Tujuan Khusus..................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Medis..................................................................
2.1.1 Pengertian DM.................................................................
2.1.2 Klasifikasi DM.................................................................
2.1.3 Penyebab DM...................................................................
2.1.4 Pemeriksaan Penunjang...................................................
2.1.5 Penatalaksanaan DM........................................................
2.1.6 Komplikasi.......................................................................
2.1.7 Patofisiologi.....................................................................
2.1.8 Pengertian ganggrene.......................................................
2.1.9 Klasifikasi Ganggrene......................................................
2.1.0 Cara Merawat Luka Ganggrene.......................................
2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN...................................
2.2.1 Pengkajian........................................................................
2.2.2 Masalah Keperawatan......................................................
2.2.3 Intervensi Keperawatan....................................................
2.2.4 Implementasi Keperawatan..............................................
2.2.5 Evaluasi............................................................................
..........................................................................................................................
BAB III LAPORAN KASUS
3.1 Resume.......................................................................................
3.2 Analisa Data...............................................................................
3.3 Diagnosa Keperawatan...............................................................
3.4 Rencana Asuhan Keperawatan...................................................
3.5 Implementasi dan Keperawatan.................................................
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan..............................................................................
4.2 Saran........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Diabetes melitus tipe II merupakan penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia dimana penyakit ini dapat menimbulkan gangguan
ke organ-organ tubuh lainnya karena terjadi defisiensi insulin atau kinerja
insulin yang kurang kuat untuk mempertahankan glukosa plasma yang normal
(Dipiro et al, 2005; PERKENI, 2011). Sekitar 90% dari populasi dunia
penderita diabetes melitus menderita diabetes melitus tipe II (Centers for
Disease Control, 2012). Berdasarkan data International Diabetes Federation
(IDF) tahun 2013, terdapat 382 juta orang di dunia menderita diabetes melitus
tipe II dengan kematian mencapai 4,6 juta orang.
Pada tahun 2011 Indonesia menduduki peringkat kesepuluh dunia dengan
jumlah penderita diabetes melitus tipe II sebanyak 6,6 juta orang dan pada
tahun 2030 diproyeksikan menempati posisi ke-9 dengan perkiraan sebanyak
10,6 juta orang dengan penderita terbanyak pada rentang usia 45-65 tahun dan
sebagian besar mengalami obesitas. Hal ini menggambarkan bahwa penyakit
diabetes melitus tipe II merupakan masalah yang serius dan berdampak negatif
terhadap kualitas hidup (PERKENI, 2011). Kualitas hidup merupakan
indikator kesehatan yang penting bagi penderita penyakit kronis seperti
diabetes melitus tipe II. Kualitas hidup yang dimaksud merupakan suatu
keadaan sejahtera yang dirasakan oleh penderita diabetes mellitus tipe II dan
bentuk respon emosional terhadap kepuasan hidup (Borrot & Bush, 2008).
Kualitas hidup ini merupakan muara akhir dari seluruh intervensi
kesehatan pada penderita diabetes melitus tipe II. Pasien harus berjuang agar
kualitas hidupnya membaik, karena kualitas hidup yang rendah serta masalah
status psikologis pasien dengan diabetes juga dapat mengganggu control
metabolisme yang memperburuk kondisi diabetes pasien (Shen et al., 1999).
Peningkatan prevalensi diabetes melitus tipe II tentu akan diikuti oleh
peningkatan kejadian komplikasi. Ketika telah terjadi komplikasi, maka akan
berdampak pada penurunan kualitas hidup serta meningkatnya angka
kesakitan (Sudoyo, 2009; American Diabetes Association, 2010; International
Diabetes Federation, 2013).
Penderita diabetes melitus tipe II setelah menderita penyakit tersebut
mereka akan mengalami gangguan baik secara psikis, sosial, ekonomi serta
gangguan fisik karena harus menyesuaikan diri terhadap pola dan jenis
makanan yang dimakan, kebiasaan sehari-hari, biaya perawatan penyakit
dalam jangka panjang dan rutin serta adanya penurunan produktifitas kerja
akibat penyakit menjadi beban tersendiri bagi pasien dan mengalami gangguan
kecemasan akibat penyakit diabetes melitus yang bersifat long life diseasses
ataupun karena komplikasi lain yang ditimbulkannya dan keterbatasan
aktifitas karena komplikasi yang muncul (Anas dkk, 2008; Wahyu, 2010).
Komplikasi secara fisik dapat bersifat akut atau kronis, dimana diabetes
melitus merupakan penyebab utama kebutaan pada dewasa umur 20 sampai 74
tahun dan berperan dalam berkembangnya penyakit menjadi gagal ginjal
terminal. Kurang lebih 67.000 orang mengalami amputasi ekstremitas bawah
setiap tahunnya, dan 75% pasien meninggal dengan diabetes melitus tipe II
karena gangguan kardiovaskuler (Dipiro et al, 2005). Kondisi tersebut
berlangsung kronis dan bahkan sepanjang hidup pasien, dan hal ini
menyebabkan pengaruh negatif pada kualitas hidup pasien diabetes melitus
tipe II (Grigsby et al, 2002; Li,2008).
Faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup terkait kesehatan
diantaranya berupa karakteristik pasien seperti: usia, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, status sosial ekonomi, lama menderita dan komplikasi diabetes
melitus serta jenis terapi atau pengobatan yang diterima pasien (Peterson &
Bredow, 2004). Kualitas hidup penderita diabetes melitus tipe II dengan kadar
gula darah terkendali lebih tinggi daripada yang tidak terkendali. Pada
penderita diabetes melitus tipe II tanpa komplikasi dan penderita jenis kelamin
laki - laki memiliki kualitas hidup yang lebih tinggi (Sari, 2011). Tingkat
pendidikan dan status sosial ekonomi yang rendah juga berhubungan secara
bermakna dengan kualitas hidup penderita diabetes melitus tipe II, lamanya
menderita diabetes juga berpengaruh terhadap keyakinan pasien dalam
pengobatan yang tentunya akan menyebabkan pasien beresiko untuk
mengalami komplikasi, sehingga memberikan efek penurunan terhadap
kualitas hidup pasien yang berhubungan secara signifikan terhadap angka
kesakitan dan kematian, hal tersebut dapat mempengaruhi usia harapan hidup
pasien diabetes melitus tipe II (Issa, 2006).
Pasien diabetes melitus tipe II memerlukan terapi terus menerus dan harus
dilakukan seumur hidup sehingga efektifitas dan efek samping pengobatan
juga dapat berpengaruh terhadap kualitas hidup pasien. Penanganan awal
pasien diabetes melitus tipe II umumnya tidak memerlukan terapi pemberian
insulin, cukup dengan terapi antidiabetik oral baik tunggal maupun kombinasi.
Tetapi pada kasus tertentu penderita diabetes melitus tipe II apabila kadar
glukosa darah tidak terkontrol dengan baik juga memerlukan terapi pemberian
insulin (American Diabetes Association, 2010). Terapi dengan antidiabetik
oral maupun insulin memberikan efek mengontrol kadar gula darah dengan
mekanismenya masing-masing, namun juga dapat memberikan dampak yang
tidak diinginkan berupa efek samping yang dapat berakibat pada kualitas
hidup pasien (Sari, 2011).
Beberapa studi melaporkan, bahwa pengobatan diabetes melitus memiliki
dampak terhadap kualitas hidup. Pasien diabetes melitus tipe II yang
menggunakan antidiabetik oral memiliki kecemasan lebih tentang kondisi
mereka dibandingkan dengan pasien yang hanya menerima terapi diet saja.
Penelitian yang sama juga melaporkan bahwa pengobatan insulin pada pasien
diabetes melitus tipe II menyebabkan penurunan kepuasan dengan Health-
Related Quality of Life (HRQoL) dan menimbulkan dampak yang lebih besar
dari penyakit (Issa,2006). Sebuah studi baru-baru ini telah menunjukkan
bahwa terapi intensif awal dan agresif menyebabkan peningkatan kontrol
glikemik untuk mengurangi dampak dari diabetes melitus terhadap kualitas
hidup dengan memperlambat onset dan perkembangan komplikasi (Issa,
2006).
Di Indonesia, penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
kualitas hidup terkait kesehatan (Health-related Quality of Life/HRQoL)
penderita diabetes melitus tipe II masih jarang dilakukan. Evaluasi kualitas
hidup terkait kesehatan (HRQoL) perlu dilakukan agar beban akibat kesakitan
dapat dinilai dengan cepat dan penanganan penerita diabetes melitus tipe II
menjadi lebih komprehensif dengan mempertimbangkan aspek kesehatan
psikis selain aspek kesehatan fisik.
Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan diatas, dipandang perlu
dilakukan penelitian yang lebih mendalam untuk mengetahui pengaruh
karakteristik pasien dan terapi antidiabetik terhadap kualitas hidup terkait
kesehatan (HRQoL) pasien diabetes melitus tipe II.
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan uraian di atas, penulis merumuskan masalah “Bagaimanakah
gambaran pelaksanaan Asuhan Keperawatan Ny. S dengan Diabetes Melitus
di Rumah Sakit Imelda Pekerja Indonesia Ruang Sakura ?”
1. Bagaimanakah pengkajian Ny. S dengan Diabetes Melitus di Rumah
Sakit Imelda Pekerja Indonesia Ruang Sakura ?
2. Bagaimanakah diagnosa Ny. S dengan Diabetes Melitus di Rumah
Sakit Imelda Pekerja Indonesia Ruang Sakura ?
3. Bagaimanakah intervensi yang akan diterapkan Ny. S dengan Diabetes
Melitus di Rumah Sakit Imelda Pekerja Indonesia Ruang Sakura ?
4. Bagaimanakah implementasi keperawatan Ny. S dengan Diabetes
Melitus di Rumah Sakit Imelda Pekerja Indonesia Ruang Sakura ?
5. Bagaimanakah evaluasi dari tindakan keperawatan yang telah
dilakukan Ny. S dengan Diabetes Melitus di Rumah Sakit Imelda
Pekerja Indonesia Ruang Sakura ?
6. Bagaimanakah pendokumentasian Asuhan keperawatan Ny. S
Diabetes Melitus di Rumah Sakit Imelda Pekerja Indonesia Ruang
Sakura ?
7. Apakah faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pelaksanaan
diruang sakura Asuhan keperawatan Ny. S dengan Diabetes Melitus di
Rumah Sakit Imelda Pekerja Indonesia Ruang Sakura ?
1.3 Tujuan
Mendapatkan pengalaman nyata dalam melaksanakan Asuhan
keperawatan Ny. S dengan Diabetes Melitus tipe 2 di Rumah Sakit Imelda
Pekerja Indonesia Ruang sakura.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Dasar Medis
2.1.1. Pengertian
Diabetes mellitus adalah suatu penyakit metabolisme disebabkan
karena adanya gangguan pada hormon insulin yang dihasilkan di oleh sel
yang berada pada pangkreas. Pada umumnya pemeriksaan yang dilakukan
untuk penegakan diagnosa diabetes mellitus adalah pemeriksaan gula
darah, pada penderita diabetes mellitus akan di jumpai gula darah yang
tinggi (hiperglikemia), hal ini akan menyebabkan cairan didalam tubuh
mengandung gula berlebih (Priyoto, 2015).
Diabetes mellitus juga merupakan gangguan metabolism yang
ditandai dengan hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas
metabolisme karbohidrat, lemak,dan protein yang disebabkan oleh
penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau
keduanya dan menyebabkan komlikasi kronis mikrovaskular,
makrovaskular, dan neuropati. (Yuliana elin, 2009)
2.1.2. Klasifikasi Diabetes Mellitus
Berikut merupakan klasifikasi diabetes mellitus berdasarkan gejala klinis
atau medis (Priyoto, 2015):
1. Diabetes Mellitus (DM)
a. DM tipe I (Insulin dependen diabetes mellitus) yaitu diabetes
mellitus yang memiliki ketergantungan dalam terapi insulin
b. DM tipe 2 (Non insulin dependen diabetes mellitus) yaitu diabetes
mellitus yang tidak memiliki ketergantungan dalam terapi insulin
c. DMTM yaitu diabetes mellitus terkait malnutrisi
d. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan sindrom ataupun
kondisi tertentu
2. Diabetes Mellitus pada kehamilan (gestational DM)
DM gestational adalah sebuah kondisi terjadinya diabetes mellitus
hanya pada saat kehamilan, sementara pada sebelum kehamilan
gula darah penderita dalam keadaan normal.
2.1.3. Penyebab Diabetes Mellitus
Menurut Priyoto (2015) ada beberapa penyebab terjadinya diabetes
mellitus yaitu:
1. Riwayat keluarga (faktor keturunan)
Faktor keluarga atau keturunan memiliki hubungan yang sangat tinggi
untuk seseorang terkena DM, hal ini bisa diartikan jika didalam
keluarga memiliki penyakit DM misalnya salah satu dari orang tua
terkena penyakit DM, maka anaknya akan beresiko tinggi terkena DM
dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki penyakit DM didalam
keluarganya.
2. Obesitas
Obesitas atau kegemukan dapat menyebabkan tubuh menjadi resistensi
terhadap hormone insulin, karena sel-sel tubuh saling berebut dengan
jaringan lemak untuk menyerap insulin. Hal ini akan mengakibatkan
pancreas dipacu untuk memproduksi insulin sebanyak-banyaknya
sehingga organ pancreas mengalami kelelahan dan pada akhirnya akan
mengalami kerusakan.
3. Usia
Pada umumnya usia 40 tahun keatas memiliki gangguan fungsi organ-
organ vital yang mulai melemah dan mulai mengalami kepekaan
terhadap hormon insulin.
4. Kurang aktifitas fisik
Kurangnya aktifitas fisik dapat membuat tubuh mengalami kegemukan
dan dapat melemahkan kerja organ-organ tubuh khususnya organ
pankres yang memproduksi hormon insulin.
5. Stres yang lama
Kondisi stres menjadi faktor pemicu terjadinya diabetes mellitus, hal
ini dapat disebabkan karena jika seseorang stres maka tubuh bereaksi
terhadap stres dan akan mengakibatkan gangguan pembentukan
hormon insulin.
2.1.4. Pemeriksaan penunjang
1. Kadar Glukosa Darah
Tabel: kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik
sebagai patokan penyaring

Kadar glukosa darah sewaktu (mg/dl)


Kadar glukosa darah DM Belum pasti DM
sewaktu
Plasma vena  200 100-200
Darah kapiler  200 80-100
Kadar glukosa darah puasa (mg/dl)
Kadar glukosa darah DM Belum pasti DM
puasa
Plasma vena  120 110-120
Darah kapiler  110 90-110

2. Kriteria diagnostik WHO untuk DM pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan


- Glukosa plasma sewaktu diatas 200 mg/dl (11,1 mmol/L)
- Glukosa plasma puasa diatas 140 mg/dl (7,8 mmol/L)
- Glukosa plasma dari sample yang diambil 2jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 kg karbohidrat (2 jam post prandial(pp) lebih 200 mg/dl)
3. Tes laboratorium DM
Jenis tes pada paien DM dapat berupa tes saring, tes diasnostik, tes
pemantauan terapi dan tes untuk mendeteksi komplikasi

2.1.5. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus


Prinsip penatalaksanaan diabetes mellitus sesuai dengan Konsensus
Pengobatan Diabetes Mellitus di Indonesia tahun 2006 dengan tujuan
untuk meningkatkan kualitas hidup penderita diabetes mellitus (Fatimah
Noor, 2015).
1. Diet
Prinsip pengaturan diet pada penderita diabetes mellitus hampir sama
dengan diet yang dianjurkan pada masyarakat umum yaitu makanan
seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-
masing individu namun, diet pada penderita diabetes mellitus lebih
ditekankan pada pentingnya keteraturan makan yaitu jadwal makan,
jenis dan jumlah makanan, terutama pada penderita yang
menggunakan obat penurun gula darah atau insulin. Diet yang
dianjurkan pada penderita diabetes mellitus adalah makanan dengan
komposisi seimbang dengan karbohidrat 60-70%, lemak 20-25% dan
protein 10-15%.
2. Olahraga (Exercise)
Penderita dianjurkan untuk melakukan olahraga secara teratur (3-4 kali
seminggu) dengan waktu kurang lebih 30 menit, seperti olahraga
ringan dengan jalan kaki selama 30 menit perhari.Disarankan untuk
menghindari kebiasaan hidup kurang gerak atau bermalas-malasan.
3. Obat-obatan
a. Antidiabetik oral
Obat golongan ini ditambahakan bila setelah 4-8 minggu upaya
diet dan olah raga dilakukan, namun kadar gula darah penderita
tetap berada di atas 200 mg% dan HbA1c di atas 8%. Pemilihan
obat antidiabetik oral ini merupakan indikasi untuk menentukan
keberhasilan terapi diabetes, pemilihan antidiabetik oral yang
digunakan harus dipertimbangkan dari tingkat keparahan penyakit
diabetes mellitus dan penyakit penyerta yang ada. Obat
hipoglikemik oral merupakan golongan sulfonylurea, biguanid,
inhibitor alfa glukosidase dan insulin sentizing.
b. Insulin
Insulin adalah protein kecil dengan berat molekul 5808 pada
manusia.Kandungan yang ada pada insulin yaitu 51 asam amino
yang disusun di dalam dua rantai yang berhubungan dengan
jembatan disulfide, dan terdapat perbedaan dari kedua rantai
tersebut.Bagi penderita yang tidak terkontrol dengan pengaturan
diet atau pemberian hipoglikemia oral, kombinasi insulin serta
obat lainnya dapat efektif digunkan. Insulin berfungsi untuk
menaikkan pengambilan glukosa kedalam sel, menaikkkan
penguraian glukosa dengan cara oksidatif, menaikkan
pembentukan glukosa pada hati dan otot serta mencegah terjadinya
penguraian glikogen, merangsang terjadinya pembentuka protein
dan lemak melalui glukosa.

2.1.6. Komplikasi Diabetes Mellitus


Komplikasi Diabetes Mellitus menurut Hasdianah (2012):
1. Nefrotik diabetic
Nefrotik diabetik merupakan penyakit nefritis (ginjal) yang disebabkan
oleh diabetes mellitus, hal ini terjadi karena kebocoran selaput
penyaring darah. Tingginya kadar gula darah didalam tubuh akan
merusak selaput penyaringan darah secara perlahan-lahan. Gula yang
tinggi dalam darah juga akan bereaksi dengan protein sehingga dapat
mengubah struktur dan fungsi sel, termasuk juga membrane basal di
glomerulus. Akibatnya, penghalan protein rusak dan terjadilah
kebocoran protein ke urin (albuminuria).
2. Neuropati
Tingginya kadar gula dalam darah perlahan-lahan dapat menyebabkan
luka pada dinding pembuluh darah kecil atau kapiler, hal ini dapat
menyebabkan gangguan pada saraf karena pembuluh darah merupakan
organ penting yang menjaga kesehatan saraf.
3. Gastropati Diabetic
Gastropati diabetic merupakan komplikasi penyakit diabetes mellitus
berupa gangguan pada otot dan saraf pada perut (neuromuscular).
4. Retinopati diabetes
Retinopati diabetes atau penyakit mata diabetes merupakan salah satu
komplikasi dari penyakit diabetes berupa kerusakan pada retina mata
akibat kerusakan dari pembuluh darah. Penyakit retinopati diabetes
akan berdampak buruk terhadap penglihatan dan apabila penyakit ini
tidak ditangani segera, akan menyebabkan penderita mengalami
kebutaan secara permanen
5. Kaki diabetic
Kaki diabetik merupakan komplikasi yang terjadi akibat adanya
kerusakan saraf pada daerah kaki dan buruknya liran darah ke kaki
disebabkan karena tingginya gula dalam darah.Hal ini dapat
menimbulkan luka dan lecet pada daerah kaki yang dapat terjadinya
infeksi dan bahkan dapat mengalami kerusakan yang buruk sehingga
kaki penderita harus diamputasi.

2.1.7 Patofisiologi
2.1.7 Pengertian Gangrene

Gangren adalah luka yang terinfeksi disertai dengan adanya jaringan yang
mati.Komplikasi Diabetes Mellitus (DM) yang paling berbahaya adalah
komplikasi pada pembuluh darah.Pembuluh darah besar maupun kecil ataupun
kapiler penderita DM mudah menyempit dan tersumbat oleh gumpalan darah
(angiopati diabetik).
Jika sumbatan terjadi di pembuluh darah sedang atau besar di tungkai
(makroangopati diabetik) tungkai akan lebih mudah mengalami gangren diabetik,
yaitu luka pada kaki yang merah kehitam-hitaman dan berbau busuk. Bila
sumbatan terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar, penderita DM akan
merasa tungkainya sakit sesudah ia berjalan pada jarak tertentu, karena aliran
darah ke tungkai tersebut berkurang dan disebut claudicatio intermitten.

2.1.8 Klasifikasi Gangrene


Gangren diabetik diklasifikasikan menjadi lima tingkatan, yaitu :
Tingkat 0        Resiko tinggi untuk mengalami luka pada kaki
       Tidak ada luka
Tingkat 1        Luka ringan tanpa adanya infeksi, biasanya luka yang terjadi akibat
kerusakan saraf
       Kadang timbul kalus
Tingkat 2        Luka yang lebih dalam, sering kali dikaitkan dengan peradangan
jaringan disekitarnya
       Tidak ada infeksi pada tulang dan pembentukan abses
Tingkat 3        Luka yang lebih dalam hingga ke tulang dan terbentuk abses
Tingkat 4        Gangren yang terlokalisasi, seperti pada jari kaki, bagian depan kaki
atau tumit
Tingkat 5 Gangren pada seluruh kaki
Klasifikasi gangren diabetik lain (gabungan dari klasifikasi Wagner dan
Liverpool) :
Stadium Grade
0 1 2 3
A        Tanpa tukak Luka superficial Luka sampai Luka sampai
atau pasca tidak sampai tendom tendon atau tulang dan sendi
tukak kapsul sensi atau kapsul sendi
       Kulit tulang
intak/utuh
B ………………………………………dengan
infeksi………………………….
C …………………………dengan
iskemia………………………………………
D …………………………dengan infeksi dan
iskemia…………………………

2.1.9. Cara merawat luka gangren


1. Persiapan
Persiapan Alat dan Bahan:
1. Pinset anatomi 1 buah dan pinset
cirurgis 1 buah 10.   Sarung tangan satu pasang
2.   Gunting Arteri 1 11.   Spuit 50 cc
3. Cucing 12.    Kassa
4.  Persegi satu buah 13.    Alkohol 70
5.  Kom satu buah 14.    Metronidazole powder
6.  Bengkok 15.    Duoderm gel
7.  Larutan NaCl 0,9 % 16.    Kaltostat, Aquacel
8. Pembalut Duoderm CGF 17.    Duoderm Paste
9. Duk steril
2. Persiapan Pasien
Pasien diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan dan klien
disiapkan pada posisi yang nyaman.
3. Cara Perawatan Luka :
a. Letakkan cucing (dua buah), kapas, kassa, pinset anatomis,
gunting di atas duk steril.
b. Isi cucing dengan kapas dan larutan NaCl
c. Cuci luka dengan cairan NS (NaCl 0,9%) sambil digosok secara
lembut dengan tangan yang terbungkus sarung tangan
d. Jika luka berongga gunakan tube (NSV bayi atau folley kateter
anak) & spuit 50 cc
e. Keringkan luka dengan kassa secara lembut (ditutul), jangan
digosok.
f. Bersihkan kulit utuh sekeliling luka dengan alkohol 70% (radius
3-5cm dari tepi luka)
g. Taburi dasar luka dengan metronidazole powder (500 mg) secara
merata untuk mengurangi bau pada luka.
h. Isi rongga luka/dasar luka dengan Duoderm Hydroactive gel
sampai 1/2 kedalaman rongga luka
i. Campurkan Duoderm Hydroactive gel dengan metronidazole
powder (500mg) dalam cucing steril.
j. Isikan ke dalam luka sampai terisi ½ kedalaman luk
k. Tutup luka dengan absorbent dressing
l. Kaltostat
m. Aquacel
n. Masukkan Kaltostat rope / Aquacel (absorbent as primary
dressing) ke dalam rongga luka (fill dead space) & di atas luka
untuk mengabsorbsi exudate yg berlebihan
o. Sisakan 1 cm absorbent dari tepi rongga luka.
p. Tutup dengan pembalut: Duoderm CGF Extrathin secara tepat
untuk memberikan moist environment. Jangan menarik pembalut.
q. Berikan penekanan ringan secara merata pada pembalut selama 30
detik agar melekat rata dipermukaan kulit
r. Jika warna dasar luka merah (granulasi) namun masih cekung beri
Duoderm Paste secara merata diatas permukaan luka.
s. Tutup absorbent jika perlu.
t. Tutup dengan Duoderm CGF secara tepat
u. Ganti pembalut jika telah jenuh oleh exudate.
v. Jadwal penggantian balutan dapat ditentukan setiap 3 - 7 hari
sekali, tergantung warna dasar luka dan jumlah exudates
2.2 Teori keperawatan
2.2.1 Pengkajian
Pengumpulan data antara lain meliputi :
1) Biodata
Informasi yang harus ditanyakan meliputi (nama, tempat tanggal lahir, umur,
jenis kelamin, alamat, agama suku, pendidikan, pekerjaan, status, tanggal
masuk, tanggal pengkajian, diagnosa medis (Purwaningsih, 2012).
2) Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan klien saat pengkajian pertama kalinya klien
mengalami nyeri, perdarahan, kemerahan, dan hematoma dengan di
Diaknosa Diabetes Melitus serta adanya luka yang lama sembuh sampai
membusuk dan berbau (Susilowati, 2014).
b. Riwayat kesehatan sekarang
Data yang berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya dan
apa saja upaya yang dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya
(Purwaningsih, 2012).
c. Riwayat penyakit dahulu
Berisi tentang riwayat penyakit Diabetes Melitus atau penyakit-penyakit
lainya seperti penyakit pankreas (Kasron, 2012).
d. Riwayat kesehatan keluarga
Adanya anggota keluarga yang mempunyai riwayat penyakit Diabetes
Melitus karena Diabetes melitus merupakan penyakit yang dapat
diturunkan (Kasron, 2012).
e. Riwayat psikososial
Berisi tentang riwayat adanya pasien stres fisik maupun emosional karena
dengan adanya stres dapat mempengaruhi peningkatan hormon stres
seperti kortisol, epinefrin, glukagon yang menyebabkan kadar gula darah
meningkat (Purwaningsih, 2012).
f. Pola aktifitas dan latihan
Berisi tentang gambaran aktifitas sehari-hari seperti fungsi pernafasan dan
sirkulasi, pada pasien Diabetes Melitus yang mengalami luka pada kaki
atau tungkai bawah penderita akan tidak mampu melakukan aktifitas
sehari-hari secara normal dan penderita akan merasakan mudah lelah
(Purwaningsih, 2012).
g. Status kesehatan umum
Berisi tentang keadaan penderita, kesadaran, tanda-tanda vital, gula darah
jika didapatkan hipoglikemia gejala yang muncul pasien akan mengalami
takikardi, palpitasi, namun jika sebaliknya pasien mengalami
hiperglikemia pasien akan mengalami neuropati diabetikum, dan harus
dilihat dari bentuk badan karena penderita Diabetes Melitus cenderung
mengalami penurunan berat badan (Kasron, 2012).
h. Pola metabolic nutrisi
Pada penderita Diabetes Melitus cenderung mengalami peningkatan nafsu
makan tetapi berat badan akan semakin turun, karena glukosa didalam
darah tidak bisa dihantar oleh insulin ke sel-sel tubuh sehingga sel
mengalami penurunan massa. Pada pengkajian intake cairan terkaji
sebanyak 2500-4000 cc/hari (Kasron, 2012).
i. Pola eliminasi
Berisi data tentang eliminasi dan BAB, jumlah urin yang banyak dijumpai
baik volume maupun frekuensi pada frekuensi biasa lebih dari 10 x /hari
dengan volume mencapai 2500-3000cc /hari. Untuk warna tidak berubah
dan untuk bau terdapat unsure aroma gula (Purwaningsih, 2012).
j. Pola tidur dan istirahat
Penderita Diabetes Melitus akan mengalami perubahan pola tidur karena
terjadi (poliuria) penderita akan sering kencing pada malam hari yang
mengakibatkan terganggunya pola tidur dan istirahat pasien
(Purwaningsih, 2012).
k. Pola konsep diri
Penurunan harga diri yang dialami penderita Diabetes Melitus dikarenakan
mengalami perubahan fungsi dan struktur tubuh, lamanya perawatan,
banyaknya biaya yang dikeluarkan, serta pengobatan mengakibatkan klien
mengalami gangguan peran pada keluarga dan menimbulkan kecemasan
(Kasron, 2012).
l. Pola nilai keyakinan
Untuk menemukan bagaimana tenaga kesehatan yang menangani kasus
Diabetes Melitus dalam memberikan motivasi dan dukungan pada
penderita (Susilowati, 2014).
3) Pemeriksaan fisik
a. Tanda-tanda vital
1. Tekanan darah : Penderita Diabetes akan mengalami peningkatan
tekanan darah karena adanya gangguan penanganan insulin.
2. Nadi : Kaji adanya sirkulasi yang adekuat pada klien Diabetes Melitus
akan terjadi bradikardia atau takikardi.
3. Pernafasan : adanya frekuensi pernafasan yang meningkat nafas dalam
atau hiperventilasi (bila terjadi gangguan asam basa/asidosis metabolic
akibat penumpukan benda keton dalam tubuh ).
Suhu : pada penderita Diabetes Melitus suhu normal berkisaran 36,5-
37,5 o C (Kasron, 2012).
b. Kepala dan rambut
1. Inspeksi: kaji bentuk kepala warna rambut, kebersihan, persebaran
warna rambut dan adanya lesi atau tidak.
2. Palpasi: raba adanya massa dan nyeri tekan
c. Mata
1. Inspeksi: kaji reflek cahaya konjungtiva anemis atau tidak, penglihatan
kabur atau tidak, dan kesimetrisan bola mata.
2. Palpasi: kaji ada tidaknya nyeri tekan (Rohman& Walid, 2011 ).
d. Hidung
1. Inspeksi: kaji bentuk hidung, lubang hidung, persebaran warna kulit,
kesimetrisan dan adanya pernafasan cuping hidung.
2. Palpasi: kaji ada tidaknya nyeri tekan pada sinus (Susilowati, 2014).
e. Mulut
1. Inspeksi: kaji mukosa bibir, lidah terasa tebal, gigi mudah goyah,
terdapat caries dentis, ada tidaknya perdarahan pada gusi, dan apakah
adanya peradangan pada tonsil.
2. Palpasi: kaji reflek menghisap dan menelan (Purwaningsih, 2012).
f. Telinga
1. Inspeksi: kaji ada tidaknya serumen, kesimetrisan dan kebersihan
telinga.
2. Palpasi: ada tidaknya nyeri tekan pada tragus (Rohman& Walid,
2011).
g. Leher
1. Inspeksi: kaji persebaran kulit dan adanya benjolan.
2. Palpasi: kaji adanya pembesaran kelenjar tiroid, ada tidaknya
pembesaran kelenjar linfe, dan ada tidaknya bendungan fena jugularis
(Kasron, 2012).
h. Paru-paru
1. Inspeksi: persebaran warna kulit, kesimetrisan dada, warna kulit,
bentuk, nyeri dada, dan pergerakan dinding dada.
2. Palpasi: kaji getaran taktil fremitus
3. Perkusi: suara pekak pada paru jika paru terisi cairan.
4. Auskultasi: adanya suara nafas tambahan (Sudart, 2012).
i. Jantung
1. Inspeksi: kaji adanya ictus kordis, detak pulmonal merupakan detak
jantung yang apabila teraba pada BJ 2 maka dikataka normal.
2. Perkusi: suara jantung terdengar pekak.
3. Auskultasi: nada S1 S2 dan lub dup (Kasron, 2012).
j. Abdomen
1. Inspeksi: kaji persebaran warna kulit, ada tidaknya bekas luka dan
bentuk abdomen.
2. Auskultasi: peristaltik usus, bising usus terdengar 5-30x menit.
3. Perkusi: terdengar suara timpani kaji adanya asites.
4. Palpasi: kaji ada tidaknya pembesaran hepar kaji ada tidaknya nyeri
tekan (Rohman& Walid, 2011).
k. Extremitas
1. Inspeksi: kaji persebaran warna kulit, turgor kulit kembali <2detik,
akral hangat, sianosis, produksi keringat (menurun atau tidak) pada
penderita Diabetes dilihat adanya luka pada extremitas, kedalaman
luka, luas luka, adanya nekrosis (jaringan mati atau tidak ) adanya
edema, adanya pus dan bau luka.
2. Palpasi: kaji kekuatan otot ada tidaknya piting edema (Purwaningsih,
2012).
l. Kulit dan kuku
1. Inspeksi: lihat adanya luka, warna luka, dan edema, kedalaman luka,
ada tidaknya nekrosis, adanya pus atau tidak.
2. Palpasi: akral teraba dingin, kulit pecah-pecah, pucat, kulit kering,
pada ulkus terbentuk kalus yang tebal atau juga bisa teraba lembek
(Kasron, 2012).
2.2.2 Masalah Keperawatan
1. Diagnosa keperawatan
Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan neuropati perifer, suhu
lingkungan yang ekstrim Gangguan Integritas Kulit ditandai dengan,
perubahan pigmentasi, faktor mekanik, imobilitas, dan penurunan
sensabilitas.
Batasan karakteristik
Batasan mayor:
a. Gangguan perfusi jaringan perifer
Batasan minor:
a. Kerusakan lapisan kulit
b. Luka pada extremitas
c. Hematoma
d. Kemerahan
e. Kadar gula sewaktu darah lebih dari 126 mg/dl
f. Perubahan status nutrisi
(SDKI, Subekti, 2016, 2012)

2.3 Rencana Asuhan Keperawatan


Tabel 2.1 Rencana keperawatan Klien Diabetes Melitus
Tujuan Kreteria hasil Intervensi Rasional
Tupan: Menurut Tim Menurut Tim Pokja 1. Memastikan
Dapat Pokja SLKI SIKI DPP PPNI sirkulasi pada
mempertahankan DPP PPNI Perawatan integritas daerah luka
integritas kulit 1. Perfusi kulit :1.11353 normal
yang baik setelah jaringan Monitor: 2. Untuk
dilakukan asuhan meningkat 1. Monitor memaksimalk
keperawatan (warna luka, perubahan an
3x24 jam. sensabilitas sirkulasi (dengan penyembuhan
Tupen : baik) mengukur tanda- luka
Kadar gula 2. Perdarahan tanda vital) 3. Mencegah
kembali normal sedang 2. Monitor terjadinya
setelah di lakukan 3. Kemerahan perubahan status lesi
asuhan sedang nutrisi 4. Mengurangi
keperawatan 4. Hematoma 3. Monitor adanya kulit
selama 1x24 jam. menurun penurunan kering dan
5. .Nekrosis kelembapan retak
menurun Terapeutik: 5. Untuk
6. Suhu tubuh 4. Gunakan produk melembabkan
membaik berbahan kulit dan
7. Sensasi petrolium atau mencegah
meningkat minyak pada kulit terjadinya
kering Edukasi : lesi
5. Anjurkan 6. Untuk
mengguanakan mengetahui
pelembab (mis. perkembanga
Lotion,serum) n luka
Perawatan luka: 7. Untuk
1.14564 mengetahui
6. Monitor terdapat
karakteristik luka infeksi atau
(mis. Drainase tidak
warna, ukuran, 8. Agar
bau) mengurangi
7. Monitor tanda- rasa nyeri dan
tanda infeksi tidak
8. Lepaskan balutan merusak
dan plester secara jaringan
berlahan granulasi
9. Bersihkan dengan 9. Untuk
cairan NaCl atau membersihka
pembersih non n luka
toksik 10. Agar
10. Bersihkan mempercep
jaringan nekrotik at
11. Berikan salep tumbuhnya
yang sesuai jaringan
kekulit/lesi,jika baru
perlu 11. Sebagai
12. Pasang balutan antibiotic
sesuai dengan dan
jenis luka mempercep
13. Pertahankan at
tehnik steril pada tumbuhnya
saat perawatan jaringan
luka baru
14. Ganti balutan 12. Untuk
sesuai jumlah menutup
exsudat dan luka yang
drainase terbuka
15. Edukasi 13. Mencegah
perawatan kulit terjadinya
16. Anjurkan mika infeksi
miki(bila perlu) 14. Mencegah
17. Edukasi pola berkembang
perilaku nya bakteri
kebersihan 15. Mencegah
18. Edukasi 5 pilar terjadinya
DM lesi pada
19. Kolaborasi kulit
dengan dokter 16. Mencegah
dan ahli gizi terjadinya
dalam pemberian ulkus
terapi dan diet dekubitus
20. Pemeriksaan gula dan
darah mengontrol
kelembapan
kulit
17. Menjaga
kebersihan
tubuh dan
mencegah
terjadinya
infeksi
18. Menjaga
kesetabilan
kadar gula
darah
19. Agar
mempercep
at
penyembuh
an luka
20. Untuk
mengetahui
nilai kadar
gula darah

2.4 Implementasi Keperawatan


Adalah tindakan keperawatan dari sebuah perencanaan yang langsung
diberikan kepada penderita. Tindakan keperawatan dibagi menjadi dua macam
yaitu tindakan (dependen) atau disebut juga kolaborasi, tindakan kolaborasi
adalah tindakan yang berdasarkan hasil keputusan bersama, yang kedua
tindakan (independen) disebut juga dengan tindakan mandiri (Wartonah,
2012). Dalam penelitian ini penulis menggunakan implementasi keperawatan
sebagai perencanaan yang sudah ditentukan pada klien Diabetes Melitus
dengan Gangguan Integritas Kulit.
2.5 Evaluasi keperawatan
Evaluasi adalah sebuah tindakan keperawatan yang terahir untuk
mengetahui antara intervensi hasil dari asuhan keprawatan yang telah
diberikan (Nikmatur& Saiful, 2012). Dengan tujuan membandingkan dan hasil
implementasi keperawatan. Pada klien Diabetes Melitus diharapkan
menunjukan hasil yang semakin baik dengan ciri-ciri :
1. Perfusi jaringan meningkat(warna luka, sensabilitas baik)
2. Perdarahan sedang
3. Kemerahan sedang
4. Hematoma menurun
5. Nekrosis menurun
6. Suhu kulit membaik
7. Sensasi meningkat
(SLKI, 2018)

BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Resume
Ny.S berumur 60 tahun, tanggal lahir 22 November 1961, suku Melayu,
Bangsa Indonesia, agama Islam, bekerja sebagai ibu rumah tangga, Bahasa yang
di gunakan Bahasa Indonesia. Alamat Jln. Suluh No. 106 Kecamatan Medan
Tembung. Penanggung jawab dari pasien adalah Ny.W berumur 25 tahun, bekerja
sebagai ibu rumah tangga, hubungan keluarga adalah anak dari pasien, alamat Jln.
Suluh No. 106 Kecamatan Medan Tembung. Masuk IGD RS Imelda pada tanggal
23 Januari 2022 pukul 14.00 wib, dengan keluhan Ibu jari, jari manis, dan jari
kelingking kaki kanan terdapat luka gangrene ,warna kulit sekitar gangrene hitam,
tidak dapat digerakan, berdenyut,dan kebas pada kaki, dialami sudah 3 hari ini.
TD : 150/90 mmHg, HR : 88 ×/menit, RR : 20×/menit, T: 36,5 0C, KGD: 446
mg/dL, BB : 33 kg, TB : 148 cm, IMT: 15, skala nyeri 3 (nyeri ringan). Terapi
yang di berikan : IVFD Nacl 0,9%, Glimepiride 1x1.
Riwayat penyakit berdasarkan wawancara, pasien mengatakan sudah dari
tahun 2006 hingga sekarang mengalami penyakit Diabetes Militus, pasien
megatakan ayah dari pasien juga mengalami penyakit yang sama yaitu Diabetes
Militus. Pasien mengatakan mengkomsumsi obat Metformin, dan glibenclamide.
Pasien pernah berobat di Puskesmas Sering, RS Riski, dan pernah menjalani
operasi amputasi di bagian jari kelingking kaki kiri di RS Imelda pada tahun 2020.
Pasien megatakan asal mula pertama kali terkena luka pada kakinya pada saat
pasien membersihkan halaman rumah, kaki pasien terkena duri-duri halus, dan
dari hari kehari kaki pasien menjadi bernanah, berbau, dan menghitam.
Dari hasil pengkajian di ruangan sakura pada tanggal 24 Januari 2022
pukul 18.20 WIB, keadaan umum pasien lemas, dilakukan pengkajian fisik
dengan hasil: TD : 154/88 mmHg, HR : 90 ×/menit, RR : 22×/menit, T: 36,7 oC,
KGD: 446 mg/dL, GCS 15 composmentis. Pasien mengeluh kaki kanan sulit
digerakkan, pasien tidak bisa berdiri dan berjalan, sakit bila digerakkan, ibu jari,
jari manis,dan jari kelingking kaki kanan terdapat luka gangrene, menghitam
dengan luas luka, ibu jari panjang ±5 cm, lebar ±2 cm, jari manis panjang ±4 cm,
lebar ±1 cm, jari kelingking ±3 cm, lebar ±1 cm, berdenyut dan kebas pada kaki.
Terapi yang di berikan : IVFD Nacl 0,9%, Cilostazol 1x10 mg, Noverapid 3x8
unit, Metrodinazole,Channa 2×2.
Pola makan pasien selama di rawat 3 kali sehari, pasien tidak memiliki
riwayat alergi terhadap makanan,diet yang dihabiskan ½ porsi dari porsi yang
disajikan, kebiasaan tidur 6 jam/ hari, mandi 2× sehari, Pola minum sehari-sehari,
pasien mengatakan minum air putih ± 1,5 Liter/hari atau 6 gelas/hari. Pola
eliminasi, BAB 2x1 dan BAK terpasang kateter.
Pada tanggal 26 januari 2022 pukul 10.00 wib pasien dipindahkan
keruangan ICU, Indikasi pasien dipindahkan penurunan kesadaran Semnolen GCS
9, dengan diagnosa medis : Asidosis Metabolik, hasil pemeriksaan PH : 7.040
mmHg, PCO2 : 48,9 mmHg, PO2 : 123 mmol/L, HCO3 : 13.2 mmol/L, CO2
Total : 14,7 mmol/L, Base Excess : -17,6 mmol/L, O2 Saturated : 98,0%,. Terapi
yang di berikan : Meylon 3 fls (150cc Nacl 0,9%) 12 tetes/menit, O2: Nasal Kanul
5 liter/menit, TD: 110/70, HR: 68x/menit, RR:28x/menit, T: 37,4OC . Pada tanggal
29 januari 2020 pukul 16.12 wib Pasien meninggal dunia.

Hasil Pemeriksaan Laboratorium


JENIS HASIL UNIT/SATUAN ANGKA METODE
PEMERIKSAAN NORMAL
HEMATOLOGI 10,0 g/dl P: 13-18 canggih
Darah Lengkap w: 12-16
Hemoglobin
Leukosit 15,3 10 *3/ uL 4-11
Jumlah Trombosit 199.000 / mm3 140.000-
450.000
Hematokrit 27,9 % P:42-56 w:
36-47
Eritrosit 3,49 Juta/ mm3 P:4.50-4,60
w: 4,10-
5,10
MCV 80,0 um3 81-99
MCH 28,7 Pgr 27,0-31,0
MCHC 35,8 g/dl 32,0-36,0
RDW 14,2 % 11,5-15,0
panjang ±5
cm, lebar
±2 cm.
PDW 13,8 % 10,0-18,0
MPV 10.0 um3 6,5-11,0
PCT 0.20 % 0,100-0,500
Hitung Jenis
Leukosit
Eosinofil 2.0 % 1-3
Basofil 0 % 0-1
Netrofit (abs) 12,9 10 *3 / Ul 1,56 – 6,13
Neutrofit 83,5 % 50-70
Limfosit 8.4 % 20-40
Monosit 6.1 % 2-8
Limfosit (abs) 1.2 10 *3 / Ul 1,8 – 3,74
Masa Pendarahan 4’ Menit 2’ – 6”
Masa Pembekuan 8’30” Menit 6’ – 12” Sederhana

Tabel KGD
HARI/TANGGAL JAM KGD
SAKURA
Minggu, 23/01/2022 14.51 wib 446 mg/dl
Senin, 24/01/2022 08.20 wib 149 mg/dl
Selasa, 25/01/2022 09.50 wib 217 mg/dl
Rabu, 26/01/2022 07.24 wib 385 mg/dl
ICU
Kamis, 27/01/2022 04.00 Wib 79 mg/dl
05.00 Wib 72 mg/dl
Jumat, 28/01/2022 08.00 Wib 119 mg/dl
09. 35 Wib 145 mg/dl
14.00 Wib 157 mg/dl
17.00 Wib 189 mg/dl
18.00 Wib 174 mg/dl
Sabtu, 29/01/2022 01.00 Wib 190 mg/dl
04.00 Wib 203 mg/dl
06.00 Wib 189 mg/dl
10.00 Wib 235 g/dlm

Luka pada ibu jari, jari manis,dan jari kelingking kaki kanan terdapat luka
gangrene, menghitam dengan luas luka, ibu jari panjang ±5 cm, lebar ±2 cm, jari
manis panjang ±4 cm, lebar ±1 cm, jari kelingking ±3 cm, lebar ±1 cm,

3.2 Analisa Data


No Data Penyebab Masalah
1 Ds: Perubahan Gangguan
Do: membran pertukaran gas
- Pasien tampak sesak Alveolus-Kapiler
- Kesadaran menurun
- Terpasang O2: Nasal
Kanul 5 liter/menit,
- PH: 7.040 mmHg
- PCO2: 48,9 mmHg
- PO2: 123 mmol/L
- TD : 110/70 mmHg
- HR: 68 kali/menit
- RR: 28 kali/menit

2 Do: Kurang asupan Defisit nutrisi


- Pasien mengatakan tidak makanan

selera makan
- Keluarga mengatakan,
pasien hanya
menghabiskan ½ porsi
dari porsi yang disajikan
Ds:
- Nafsu makan pasien
menurun
- Diet yang dihabiskan ½
porsi dari porsi yang
disajikan
- Kulit kering
- BB : 33 kg
- TB : 148 cm
IMT : 15

3 Ds: Resistensi insulin Ketidakstabilan


- Pasien mengatakan gula darah

badan lemah dan letih


- Pasien mengatakan
sering merasa haus
Do:
- Pasien tampak lelah
- Pasien tampak sering
minum
- TD: 154/88 mmHg
- RR: 22x/menit
- HR: 90x/menit
- T : 36,70C
- KGD: 446 mg/Dl

4 Ds: Peningkatan Infeksi


- Pasien mengatakan ada Leukosit

luka pada kaki sebelah


kanan
Do:
- Tampak luka gangrene
pada kaki bagian kanan
- Warna kulit sekitar luka
menghitam, nekrosis
- Luas luka panjang ±5
cm, lebar ±2 cm , jari
manis panjang ±4 cm,
lebar ±1 cm, jari
kelingking ±3 cm, lebar
±1 cm
- Leukosit : 15,3 10 *3/ Ul
(23-01-2022, 14.51 wib)
- Leukosit : 37,7 10 *3/ Ul
(26-01-2022, 11,12 wib)
- Leukosit : 24,5 10 *3/ Ul
(29-01-2022, 07.45 wib)

3.3 Diagnos Keperawatan


1 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan Perubahan membran
Alveolus-Kapiler yang ditandai dengan penurunan kesadaran.
2 Defisit nutrisi berhubungan dengan kurang asupan nutrisi di tandai dengan
nafsu makan menurun
3 Ketidakstabilan gula darah berhubungan dengan Resistensi insulin
ditandai dengan Pasien mengatakan badan lemah dan letih, KGD: 446
mg/dL
4 Infeksi berhubungan dengan peningkatan Leukosit ditandai dengan
tampak luka gangrene pada kaki bagian kaki kanan, Leukosit : 15,3 10 *3/
Ul

3.5 Rencana Keperawatan


No Diagnosa Tujuan Intervensi
1 Gangguan Setelah dilakukan tindakan Observasi :
pertukaran gas keperawatan, 1 x 24 jam - Monitor
maka ketidakstabilan gula frekuensi
berhubungan
darah teratasi dengan kriteria kedalaman dan
dengan Perubahan hasil : upaya nafas
membran Alveolus- - PCO2 membaik - Monitor pola
- PO2 membaik nafas
Kapiler yang
- pH arteri membaik - Monitor adanya
ditandai dengan - pola nafas membaik sumbatan jalan
penurunan nafas
- Monitor saturasi
kesadaran.
oksigen
- Monitor agd
Treupatik
- Atur interval
pemantauan
respirasi sesuai
kondisi
Edukasi
- Jelaskan tujuan
dn prosedur
pemantauan
Kolaborasi
- Kolaborasi
penentuan dosis
oksigen
- Kolaborasi
penggunaan
oksigen saat
aktivitas
dan/tidur
2 Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan Observasi :
berhubungan keperawatan, 1 x 24 jam - Monitor berat
dengan kurangnya maka ketidakstabilan gula badan
asupan nutrisi di darah teratasi dengan kriteria - Monitor
tandai dengan hasil : jumlah kalori
nafsu makan - Porsi makan sehari-hari
menurun. meningkat - Monitor
- Nafsu makan albumin,
membaik limfosit,
- Berat badan membaik elektrolit
- Makanan/minuman serum
sesuai dengan tujuan Teraupetik :
kesehatan - Sediakan
makanan
yang tepat
sesuai kondisi
pasien
- Berikan
pujian pada
pasien/keluar
ga untuk
peningkatan
yang di capai.
Edukasi :
- Jelaskan jenis
makanan
yang bergizi
tinggi, namun
tetap
terjangkau.
Kolaborasi :
Kolaborasi dengan
ahli gizi
3 Ketidakstabilan Setelah dilakukan tindakan Observasi :
gula darah keperawatan, 1 x 24 jam - Identifikasi
berhubungan maka ketidakstabilan gula kemungkinan
dengan Resistensi darah teratasi dengan kriteria penyebab
insulin ditandai hasil : hiperglikemia
dengan Pasien - Kestabilan kadar glukosa - Monitor tanda dan
mengatakan badan darah membaik gejala
lemah dan letih, - Status nutrisi membaik hiperglikemia
KGD: 446 mg/dL - Tingkat pengetahuan Terapeutik :
meningkat - Berikan asupan
cairan oral
Edukasi :
- Ajurkan kepatuhan
terhadap diet dan
olah raga

Kolaborasi :
- Kolaborasi
pemberian
insulin
4 Infeksi Setelah dilakukan tintdakan Observasi
berhubungan keperawatan selama 1x 24 - Monitor tanda dan
jam maka Risiko infeksi gejala infeksi lokal
dengan
menurun dengan kriteria dan sistematik
peningkatan hasil : Terapetik
leukosit ditandai - Pasien bebas dari - Berikan perawatan
tanda dan gejala kulit pada area
dengan terdapat
infeksi edema
luka gangrene - Menujukan - Cuci tangan
pada kaki bagian kemampuan untuk sebelum dan
mencegah timbulnya sesudah kontak
kanan, Leukosit :
infeksi dengan pasien
15,3 10 *3/ Ul Jumlah leukosit dalam batas dan lingkungan
normal pasien
Edukasi
- Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
Ajarkan cara
memeriksa
kondisi luka
Kolaborasi
Kolaborasi
pemberian
analgetik Perawatan
luka
3.6 Implementasi dan Evaluasi
1 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan Perubahan membran Alveolus-Kapiler yang ditandai dengan penurunan
kesadaran
No Hari/Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi
1 Rabu,26 januari Gangguan pertukaran - Monitor frekuensi kedalaman dan Subjektif :
2022 gas berhubungan upaya nafas
dengan Perubahan - Monitor pola nafas Objektif :
membran Alveolus- Monitor adanya sumbatan jalan - Pasien tampak sesak
Kapiler yang ditandai nafas - Kesadaran menurun
dengan penurunan - Monitor saturasi oksigen - Somnolen GCS 9
kesadaran - Monitor AGD - Terpasang O2: Nasal Kanul 5
- Kolaborasi penentuan dosis liter/menit,
oksigen - PH: 7.040 mmHg
- PCO2: 48,9 mmHg
- PO2: 123 mmol/L
- RR:28 kali/menit
- SPO2 : 98%
Assessment:
Masalah belum teratasi
Planning :
Intervensi dilanjutkan
- Monitor frekuensi kedalaman dan
upaya nafas
- Monitor pola nafas
Monitor adanya sumbatan jalan
nafas
- Monitor saturasi oksigen
- Kolaborasi penentuan dosis oksigen

Kamis,27-01-2022 - Monitor frekuensi kedalaman dan Subjektif :


upaya nafas
- Monitor pola nafas Objektif :
Monitor adanya sumbatan jalan - Pasien tampak sesak
nafas - Kesadaran menurun
- Monitor saturasi oksigen - Somnolen GCS 9
- Kolaborasi penentuan dosis - Terpasang O2: Nasal Kanul 5
oksigen liter/menit,
- RR:26 kali/menit
- SPO2 : 100%
Assessment:
Masalah belum teratasi
Planning :
Intervensi dilanjutkan
- Monitor frekuensi kedalaman dan
upaya nafas
- Monitor pola nafas
Monitor adanya sumbatan jalan
nafas
- Monitor saturasi oksigen
- Kolaborasi penentuan dosis oksigen

Jumat, 28-01-2022 - Monitor frekuensi kedalaman dan Subjektif :


upaya nafas
- Monitor pola nafas Objektif :
Monitor adanya sumbatan jalan - Pasien tampak sesak
nafas - Kesadaran menurun
- Monitor saturasi oksigen - Somnolen GCS 9
- Kolaborasi penentuan dosis - Terpasang O2: Nasal Kanul 5
oksigen liter/menit,
- RR:29 kali/menit
- SPO2 : 95%
Assessment:
Masalah belum teratasi
Planning :
Intervensi dilanjutkan
- Monitor frekuensi kedalaman dan
upaya nafas
- Monitor pola nafas
Monitor adanya sumbatan jalan
nafas
- Monitor saturasi oksigen
Sabtu,29-01-2022 - Monitor frekuensi kedalaman dan Subjektif :
upaya nafas
- Monitor pola nafas Objektif :
Monitor adanya sumbatan jalan - Pasien tampak sesak
nafas - Kesadaran menurun
- Monitor saturasi oksigen - Sopor GCS 6
- Kolaborasi penentuan dosis - Terpasang O2: Nasal Kanul 5
oksigen liter/menit,
- RR:26 kali/menit
- SPO2 : 90%
Assessment:
Masalah belum teratasi
Planning :
Intervensi dihentikan
- Pasien dinyatakan meninggal dunia
Pukul 16.12 wib.
2 Ketidakstabilan gula darah berhubungan dengan Resistensi insulin ditandai dengan Pasien mengatakan badan lemah dan
letih, KGD: 446 mg/dL

No Hari/Tangal Diagnosa Implementasi Evaluasi


1 Senin 24-01-2022 Ketidakstabilan gula darah - mengidentifikasi Subjektif :
berhubungan dengan Resistensi kemungkinan penyebab - Keluarga mengatakan
insulin ditandai dengan Pasien hiperglikemia pasien sering merasa haus
mengatakan badan lemah dan - Memonitor tanda dan gejala
letih, KGD: 446 mg/dL hiperglikemia
- Memberikan asupan cairan Objektif:
oral - KGD: 446 mg/dL
- Menganjurkan kepatuhan - Urine 900cc terpasang
terhadap diet kateter
- Mengkolaborasi kan - Pasien tampak lelah
pemberian insulin sebanyak 8 unit
Assessment :
Masalah belum teratasi

Planning:
Intervensi di lanjutkan
- Monitor tanda dan gejala
hiperglikemia
- Berikan asupan cairan oral
2 Selasa25-01-2022 - Mengidentifikasi Subjektif :
kemungkinan penyebab - Pasien mengatakan sering
hiperglikemia merasa haus
- Memonitor tanda dan gejala
hiperglikemia Objektif :
- Memberikan asupan cairan - Urine 800 cc terpasang
oral kateter.
- Menganjurkan kepatuhan - Klien tampak lelah
terhadap diet - KGD: 217 mg/dl
- Mengkolaborasi kan pemberian
insulin sebanyak 8 unit Assesment :
Masalah belum teratsi

Planning :
Intervensi dilanjutkan
- Memonitor tanda dan
gejala hiperglikemia
- Mengkolaborasi kan
pemberian insulin

3 Rabu 26-01-2022 - Mengidentifikasi Subjektif :


kemungkinan penyebab - Keluarga mengatakan
hiperglikemia sudah teratur minum obat
- Memonitor tanda dan gejala Objektif :
hiperglikemia - KGD :385 mg/dl
- Memberikan asupan cairan oral - Klien tampak lelah
- Menganjurkan kepatuhan terhadap - Urine 850 cc terpasang kateter
diet Assesment :
- Mengkolaborasi kan pemberian Masalah belum teratasi
insulin sebanyak 8 unit Planning :
Intervensi dilanjutkan
- Memonitor tanda dan
gejala hiperglikemia
- Mengkolaborasi kan
pemberian insulin
4 Kamis 27-01-2022 - Mengidentifikasi Subjektif :
kemungkinan penyebab
hiperglikemia Objektif :
- Memonitor tanda dan gejala - Pasien tampak lemah
hiperglikemia - Urine 170 cc terpasang kateter
- Memberikan asupan cairan oral - KGD : 72 mg/dL
- Menganjurkan kepatuhan terhadap Assesment :
diet - Masalah belum teratasi
- Mengkolaborasi kan pemberian Planning :
insulin sebanyak 8 unit Intervensi dilanjutkan
- Memonitor tanda dan
gejala hiperglikemia
- Mengkolaborasi kan
pemberian insulin
5 Jumat 28-01-2022 - Mengidentifikasi Subjektif :
kemungkinan penyebab
hiperglikemia Objektif :
- Memonitor tanda dan gejala - Pasien tampak lemah
hiperglikemia - Urine 20 cc terpasang kateter
- Memberikan asupan cairan oral - KGD : 174 mg/dL
- Menganjurkan kepatuhan terhadap Assesment :
diet Masalah belum teratasi
- Mengkolaborasi kan Planning :
pemberian insulin sebanyak 8 unit Intervensi dilanjutkan
- Memonitor tanda dan gejala
hiperglikemia
- Mengkolaborasi kan
pemberian insulin
6 Sabtu 29-01-2022 - Mengidentifikasi Subjektif :
kemungkinan penyebab
hiperglikemia Objektif :
- Memonitor tanda dan gejala - KGD pasien 235 mg/dl
hiperglikemia - Wajah, kuku pasien tampak
- Memberikan asupan cairan oral pucat
- Menganjurkan kepatuhan terhadap Assesment :
diet Masalah belum teratasi
- Mengkolaborasi kan Planning :
pemberian insulin sebanyak 8 unit Intervensi di hentikan
- Pasien di nyatakan meninggal
pada pukul 16.30 wib

3 Infeksi berhubungan dengan peningkatan Leukosit ditandai dengan tampak luka gangrene pada kaki bagian kaki kanan,
Leukosit : 15,3 10 *3/ Ul
No Hari/Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi
1 Senin,24-01-2022 Infeksi berhubungan - Monitor tanda dan gejala infeksi Objektif :
dengan peningkatan lokal dan sistematik - Pasien mengatakan ada luka pada
- Berikan perawatan luka
Leukosit ditandai kaki sebelah kanan
- Cuci tangan sebelum dan sesudah
dengan tampak luka kontak dengan pasien dan Subjektif:
gangrene pada kaki lingkungan pasien - Tampak luka gangrene pada kaki
- Kolaborasi pemberian analgetik
bagian kaki kanan, bagian kanan
Perawatan luka
Leukosit : 15,3 10 *3/ - Warna kulit sekitar luka menghitam,
Ul nekrosis
- Luas luka panjang ±5 cm, lebar ±2
cm , jari manis panjang ±4 cm,
lebar ±1 cm, jari kelingking ±3 cm,
lebar ±1 cm
- Leukosit : 15,3 10 *3/ Ul
(24-01-2022, 14.51 wib)
Assessment:
Masalah belum teratasi
Planning:
Intervensi dilanjutkan
- Berikan perawatan luka
- Kolaborasi pemberian analgetik
Perawatan luka
2 Selasa,25-01- - Monitor tanda dan gejala infeksi Objektif :
2022 lokal dan sistematik - Pasien mengatakan ada luka pada
- Berikan perawatan luka
kaki sebelah kanan
- Cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien dan Subjektif:
lingkungan pasien - Tampak luka gangrene pada kaki
- Kolaborasi pemberian analgetik
bagian kanan
Perawatan luka
- Warna kulit sekitar luka menghitam,
nekrosis
- Luas luka panjang ±5 cm, lebar ±2
cm , jari manis panjang ±4 cm,
lebar ±1 cm, jari kelingking ±3 cm,
lebar ±1 cm
Assessment:
Masalah belum teratasi
Planning:
Intervensi dilanjutkan
- Berikan perawatan luka
- Kolaborasi pemberian analgetik
Perawatan luka

3 Rabu 26-01-2022 - Monitor tanda dan gejala infeksi Objektif :


lokal dan sistematik - Pasien mengatakan ada luka pada
- Berikan perawatan luka
kaki sebelah kanan
- Cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien dan Subjektif:
lingkungan pasien - Tampak luka gangrene pada kaki
- Kolaborasi pemberian analgetik
bagian kanan
Perawatan luka
- Warna kulit sekitar luka menghitam,
nekrosis
- Luas luka panjang ±5 cm, lebar ±2
cm , jari manis panjang ±4 cm,
lebar ±1 cm, jari kelingking ±3 cm,
lebar ±1 cm
Assessment:
Masalah belum teratasi
Planning:
Intervensi dilanjutkan
- Berikan perawatan luka
4 Kamis 27-01- - Monitor tanda dan gejala infeksi Objektif :
2022 lokal dan sistematik - Pasien mengatakan ada luka pada
- Berikan perawatan luka
kaki sebelah kanan
- Cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien dan Subjektif:
lingkungan pasien - Tampak luka gangrene pada kaki
- Kolaborasi pemberian analgetik
bagian kanan
Perawatan luka
- Warna kulit sekitar luka menghitam,
nekrosis
- Luas luka panjang ±5 cm, lebar ±2
cm , jari manis panjang ±4 cm,
lebar ±1 cm, jari kelingking ±3 cm,
lebar ±1 cm
Assessment:
Masalah belum teratasi
Planning:
Intervensi dilanjutkan
- Berikan perawatan luka
5 Jumat 28-01-2022 - Monitor tanda dan gejala infeksi Objektif :
lokal dan sistematik - Pasien mengatakan ada luka pada
- Berikan perawatan luka
kaki sebelah kanan
- Cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien dan Subjektif:
lingkungan pasien - Tampak luka gangrene pada kaki
- Kolaborasi pemberian analgetik
bagian kanan
Perawatan luka
- Warna kulit sekitar luka menghitam,
nekrosis
- Luas luka panjang ±5 cm, lebar ±2
cm , jari manis panjang ±4 cm,
lebar ±1 cm, jari kelingking ±3 cm,
lebar ±1 cm
Assessment:
Masalah belum teratasi
Planning:
Intervensi dilanjutkan
- Berikan perawatan luka
6 Sabtu 29-01-2022 - Monitor tanda dan gejala infeksi Objektif :
lokal dan sistematik - Pasien mengatakan ada luka pada
- Berikan perawatan luka
kaki sebelah kanan
- Cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien dan Subjektif:
lingkungan pasien - Tampak luka gangrene pada kaki
- Kolaborasi pemberian analgetik
bagian kanan
Perawatan luka
- Warna kulit sekitar luka menghitam,
nekrosis
- Luas luka panjang ±5 cm, lebar ±2
cm , jari manis panjang ±4 cm,
lebar ±1 cm, jari kelingking ±3 cm,
lebar ±1 cm
- Leukosit : 24,5 10 *3/ Ul
(29-01-2022, 07.45 wib

Assessment:
Masalah belum teratasi
Planning:
Intervensi dihentikan
- Pasien di nyatakan meninggal dunia
pukul 16.30 wib

4 Defisit nutrisi berhubungan dengan kurang asupan nutrisi di tandai dengan nafsu makan menurun
No Hari/Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi
4 Senin,24-01- Defisit nutrisi - Monitor berat badan Subjektif :
2022 berhubungan dengan - Monitor jumlah kalori sehari- - Pasien mengatakan tidak selera
kurang asupan nutrisi hari makan
di tandai dengan - Sediakan makanan yang tepat
- Keluarga mengatakan, pasien hanya
nafsu makan menurun sesuai kondisi pasien
- Berikan pujian pada menghabiskan ½ porsi dari porsi
pasien/keluarga untuk yang disajikan
peningkatan yang di capai.
- Jelaskan jenis makanan yang Objektif :
bergizi tinggi, namun tetap - Nafsu makan pasien menurun
terjangkau.
- Diet yang dihabiskan ½ porsi dari
- Kolaborasi dengan ahli gizi
porsi yang disajikan
- Kulit kering
- BB : 33 kg
- TB : 148 cm
- IMT : 15
Assessment:
Masalah belum teratasi
Planning :
Intervensi dilanjutkan
- Monitor berat badan
- Sediakan makanan yang tepat sesuai
kondisi pasien
- Jelaskan jenis makanan yang bergizi
tinggi, namun tetap terjangkau.
- Kolaborasi dengan ahli gizi
Selasa,25-01- - Monitor berat badan Subjektif :
2022 - Sediakan makanan yang tepat
sesuai kondisi pasien - Pasien mengatakan tidak selera makan
- Jelaskan jenis makanan yang - Keluarga mengatakan, pasien hanya
bergizi tinggi, namun tetap
menghabiskan 6 sendok makan dari
terjangkau.
- Kolaborasi dengan ahli gizi porsi yang disajikan
Objektif :
- Nafsu makan pasien menurun
- Kulit kering
- BB : 33 kg
- TB : 148 cm
IMT : 15
Assessment :
Masalah belum teratasi
Planning :
Intervensi dilanjutkan
- Intervensi dilanjutkan
- Monitor berat badan
- Sediakan makanan yang tepat sesuai
kondisi pasien
- Jelaskan jenis makanan yang bergizi
tinggi, namun tetap terjangkau.
- Kolaborasi dengan ahli gizi
Rabu, 26-01- - Monitor berat badan Subjektif :
2022 - Sediakan makanan yang tepat - Pasien mengatakan tidak selera makan
sesuai kondisi pasien
- Keluarga mengatakan, pasien hanya
- Jelaskan jenis makanan yang
bergizi tinggi, namun tetap menghabiskan 4 sendok makan dari
terjangkau porsi yang disajikan
- Kolaborasi dengan ahli gizi
Objektif :
- Nafsu makan pasien menurun
- Kulit kering
- BB : 33 kg
- TB : 148 cm
IMT : 15
Assessment :
Masalah belum teratasi
Planning :
Intervensi dilanjutkan
- Intervensi dilanjutkan
- Monitor berat badan
- Sediakan makanan yang tepat sesuai
kondisi pasien
- Jelaskan jenis makanan yang bergizi
tinggi, namun tetap terjangkau.
- Kolaborasi dengan ahli gizi

Kamis, 27-01- - Monitor berat badan Subjektif :


2022 - Sediakan makanan yang tepat Objektif :
sesuai kondisi pasien
- Terpasang NGT
- Jelaskan jenis makanan yang
bergizi tinggi, namun tetap - Diet Sonde sebanyak 250 cc
terjangkau - Kulit kering
- Kolaborasi dengan ahli gizi
- BB : 33 kg
- TB : 148 cm
IMT : 15
Assessment :
Masalah belum teratasi
Planning :
Intervensi dilanjutkan
- Intervensi dilanjutkan
- Monitor berat badan
- Monitor berat badan
- Sediakan makanan yang tepat sesuai
kondisi pasien
- Kolaborasi dengan ahli gizi

Jumat, 28-01- - Monitor berat badan Subjektif :


2022 - Sediakan makanan yang tepat Objektif :
sesuai kondisi pasien - Terpasang NGT
- Jelaskan jenis makanan yang
- Diet Sonde sebanyak 250 cc
bergizi tinggi, namun tetap
terjangkau - Kulit kering
- Kolaborasi dengan ahli gizi - BB : 33 kg
- TB : 148 cm
IMT : 15
Assessment :
Masalah belum teratasi
Planning :
Intervensi dilanjutkan
- Intervensi dilanjutkan
- Monitor berat badan
- Monitor berat badan
- Sediakan makanan yang tepat sesuai
kondisi pasien
- Kolaborasi dengan ahli gizi

Sabtu,29-01- - Monitor berat badan Subjektif :


2022 - Sediakan makanan yang tepat Objektif :
sesuai kondisi pasien
- Jelaskan jenis makanan yang - Terpasang NGT
bergizi tinggi, namun tetap - Diet Sonde sebanyak 100cc
terjangkau
- Kulit kering
- Kolaborasi dengan ahli gizi
- BB : 33 kg
- TB : 148 cm
- IMT : 15
Assessment :
Masalah belum teratasi
Planning :
Intervensi dihentikan
Pasien di nyatakan meninggal dunia pukul
16.30 wib

Anda mungkin juga menyukai