PENDAHULUAN
1
1.3. Tujuan Penulisan
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk memahami dan melakukan asuhan keperawatan
pada klien Tn.M di Rumah Sakit IPI di Ruangan ICU dengan gangguan sistem
pernapasan yang berhubungan dengan CHF.
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
3
2.1.2. Etiologi
Menurut (Price & Wilson, 2005) Gagal jantung adalah komplikasi tersering dari
segala jenis penyakit jantung kongenital maupun didapat. Mekanisme fisiologis yang
menyebabkan gagal jantung meliputi keadaan-keadaan yang:
1) Meningkatkan beban awal
2) Meningkatkan beban akhir, atau
3) Menurunkan kontraktilitas miokardium
Keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal meliputi regurgitasi aorta, dan
cacat septum ventrikel, dan beban akhir meningkat pada keadaan-keadaan seperti stenosis
aorta dan hipertensi sistemik. Kontraktilitas miokardium dapat menurunkan pada infark
miokardium dan kardiomiopati. Selain ketiga mekanisme fisiologi yang menyebabkan gagal
jantung, terdapat faktor-faktor fisiologis lain yang dapat menyebabkan jantung gagal bekerja
sebagai pompa. Faktor-faktor yang mengganggu pengisian ventrikel(misalnya: stenosis katub
atrioventrikularis) dapat menyebabkan gagal jantung. Keadaan-keadaan seperti perikarditis
konstriktif dan temponode jantung mengakibatkan gagal jantung melalui kombinasi beberapa
efek seperti gangguan pada pengisian ventrikel dan ejeksi ventrikel. Dengan demikian jelas
sekali bahwa tidak ada satupun mekanisme fisiologis atau kombinasi berbagai mekanisme
yang bertanggung jawab atas terjadinya gagal jantung. Efektivitas jantung sebagai pompa
dapat dipengaruhi oleh berbagai gangguan patofisiologis.Faktor-faktor yang dapat memicu
terjadinya gagal jantung melalui penekanan sirkulasi yang mendadak dapat berupa:
1) Disritmia
2) Infeksi sistemik dan paru-paru
3) Emboli paru
Disritmia akan mengganggu fungsi mekanis jantung dengan mengubah rangsangan
listrik melalui respons mekanis, respon mekanis yang sinkron dan efektif tidak akan
dihasilkan tanpa adanya ritme jantung yang stabil. Respon tubuh terhadap infeksi akan
memaksa jantung memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh yang meningkat. Emboli paru
secara mendadak akan meningkatkan resistensi terhadap ejeksi ventrikel kanan, memicu
terjadinya gagal jantung kanan. Penanganan gagal jantung yang efektif membutuhkan
pengenalan dan penanganan tidak saja terhadap mekanisme fisiologis penyakit yang
mendasari, tetapi juga terhadap faktor-faktor yang memicu terjadinya gagal jantung
4
2.1.3. Patofisiologi
5
2.1.4 Manefestasi Klinis
1) Gagal jantung kiri : kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri, karena
ventrikel kiri tidak mampu memompa darah yang datang dari
paru. Peningkatan tekanan dalam sirkulasi paru menyebabkan cairan
terdorong ke jaringan paru. Manifestasi klinis yang dapat terjadi meliputi :
dispnea, ortopnea, batuk, mudah lelah, takikardia, insomnia. Tanda fisik
yang berkaitan dengan kegagalan ventrikel kiri dapat dikenali dengan mudah
dibagian yang meliputi: bunyi jantung ketiga dan ke keempat(S3 dan S4)
serta crakles( bunyi gelembung atau berderak yang berasal dari pangkal paru
paru) pada paru paru. S4 atau gallop atrium, mengikuti kontraksi atrium
dan terdengar paling baik dengan bel stetoskop yang ditempelkan dengan
tepat pada apeks jantung. S3 terdengar pada awal distolik setelah bunyi
jantung kedua (S2) dengan klien pada posisi lateral kiri dan pada akhir
ekspirasi.(arif muttaqin, 2009)
a. Dispnea dapat terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli yang
mengganggu pertukaran gas. Dispnea bahkan dapat terjadi pada saat
istirahat atau dicetuskan oleh gerakan minimal atau sedang.
b. Ortopnea kesulitan bernafas saat berbaring, beberapa pasien hanya
mengalami ortopnea pada malam hari, hal ini terjadi bila pasien,
yang sebelumnya duduk lama dengan posisi kaki dan tangan di
bawah, pergi berbaring ke tempat tidur. Setelah beberapa jam cairan
yang tertimbun diekstremitas yang sebelumnya berada di bawah
mulai diabsorbsi, dan ventrikel kiri yang sudah terganggu, tidak
mampu mengosongkan peningkatan volume dengan adekuat.
Akibatnya tekanan dalam sirkulasi paru meningkat dan lebih lanjut,
cairan berpindah ke alveoli.
c. Batuk yang berhubungan dengan ventrikel kiri bisa kering dan tidak
produktif, tetapi yang tersering adalah batuk basah yaitu batuk yang
6
menghasilkan sputum berbusa dalam jumlah yang banyak, yang
kadang disertai bercak darah.
d. Mudah lelah dapat terjadi akibat curah jantung yang kurang
menghambat jaringan dari sirkulasi normal dan oksigen serta
menurunnya pembuangan sisa hasil katabolisme, juga terjadi akibat
meningkatnya energi yang digunakan untuk bernapas.
e. Insomnia yang terjadi akibat distress pernapasan dan batuk.
2) Gagal jantung kanan : bila ventrikel kanan gagal, yang menonjol adalah
kongesti visera dan jaringan perifer. Hal ini terjadi karena sisi kanan
jantung tidak mampu mengosongkan volume darah dengan adekuat
sehingga tidak dapat mengakomodasikan semua darah yang secara
normal kembali dari sirkulasi vena. Manifestasi klinis yang tampak dapat
meliputi edema ekstremitas bawah, peningkatan berat badan,
hepatomegali, distensi vena leher, asites, anoreksia, mual dan nokturia
a. Edema dimulai pada kaki dan tumit juga secara bertahap bertambah ke
tungkai, paha dan akhirnya ke genetalia eksterna serta tubuh bagian bawah.
b. Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi
akibat pembesaran vena di hepar. Bila proses ini berkembang, maka tekanan
dalam pembuluh darah portal meningkat sehingga cairan terdorong keluar
rongga abdomen, suatu kondisi yang dinamakan ascites. Pengumpulan cairan
dalam rongga abdomen ini dapat menyebabkan tekanan pada diafragma dan
distress pernafasan.
c. Anoreksia dan mual terjadi akibat pembesaran vena dan statis vena dalam
rongga abdomen.
d. Nokturia terjadi karena perfusi renal yang didukung oleh posisi penderita pada
saat berbaring. Diuresis terjadi paling sering pada malam hari karena curah
jantung membaik saat istirahat.
7
e. Kelemahan yang menyertai gagal jantung sisi kanan disebabkan karena
menurunnya curah jantung, gangguan sirkulasi, dan pembuangan produk
sampah
katabolisme yang tidak adekuat dari jaringan (Smeltzer, 2002).
3) Gagal jantung kanan : bila ventrikel kanan gagal, yang menonjol adalah
kongesti visera dan jaringan perifer. Hal ini terjadi karena sisi kanan
jantung tidak mampu mengosongkan volume darah dengan adekuat
sehingga tidak dapat mengakomodasikan semua darah yang secara
normal kembali dari sirkulasi vena. Manifestasi klinis yang tampak dapat
meliputi edema ekstremitas bawah, peningkatan berat badan,
hepatomegali, distensi vena leher, asites, anoreksia, mual dan nokturia
f. Edema dimulai pada kaki dan tumit juga secara bertahap bertambah ke
tungkai, paha dan akhirnya ke genetalia eksterna serta tubuh bagian bawah.
g. Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi
akibat pembesaran vena di hepar. Bila proses ini berkembang, maka tekanan
dalam pembuluh darah portal meningkat sehingga cairan terdorong keluar
rongga abdomen, suatu kondisi yang dinamakan ascites. Pengumpulan cairan
dalam rongga abdomen ini dapat menyebabkan tekanan pada diafragma dan
distress pernafasan.
h. Anoreksia dan mual terjadi akibat pembesaran vena dan statis vena dalam
rongga abdomen.
i. Nokturia terjadi karena perfusi renal yang didukung oleh posisi penderita pada
saat berbaring. Diuresis terjadi paling sering pada malam hari karena curah
jantung membaik saat istirahat.
j. Kelemahan yang menyertai gagal jantung sisi kanan disebabkan karena
menurunnya curah jantung, gangguan sirkulasi, dan pembuangan produk
sampah
katabolisme yang tidak adekuat dari jaringan (Smeltzer, 2002).
8
2.1.5. Pemeriksaan Diagnostik
1. EKG : mengukur kecepatan dan keteraturan danyut jantung, untuk
mengetahui hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis, iskemia
dan kerusakan pola mungkin terlihat
2. Ekokardiogram : Ekokardiogram menggunakan gelombang suara untuk
mengetahui ukuran dan bentuk jantung, serta menilai keadaan ruang jantung
dan fungsi katup jantung.
3. Foto rontgen dada : Foto rontgen dada digunakan untuk mengetahui adanya
pembesaran jantung, penimbunancairan di paru-paru atau penyakit paru
lainnya.
4. Sonogram : Dapat menunjukan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam
fungsi/struktur katub atau area penurunan kontraktilitas ventrikular.
5. Laboratorium:
- AGD: dapat terjadi asidosis metabolik dengan atau tanpa retensi C02.
- DPL: biasanya terdapat leukositosis. Laju endap darah (LED)
meningkat.
- Elektrolit: natrium dan klorida dapat menurun.
- Bilirubin: dapat meningkat.
- Kultur sputum: terdapat mikroorganisme.
- Kultur darah: bakteremia sementara.
9
1. Manajemen stress ditujukan untuk mengurangi stress karena stress
emosi dapat menghasilkan vasokontriksi yang meningkatkan tekanan
darah dan meningkatkian kerja jantung.
2. Pembatasan aktifitas fisik untuk mengurangi beban kerja jantung.
Farmakologi
1. Diuretik : diberikan untuk memacu eksresi natrium dan air melalui ginjal,
penggunaan harus hati-hati karena efek samping hiponatremia dan
hipokalemia.
2. Digoxin : meningkatkan kontraktilitas dan memperlambat frekuensi jantung.
Obat ini tidak digunakan untuk kegagalan diastolik yang mana dibutuhkan
pengembangan ventrikel untuk relaksasi,
3. Isobarbide dinitrat : mengurangi preload dan afterload untuk disfungsi
sistolik, hindari vasodilator pada disfungsi sistolik.
4. Terapi vasodilator : digunakan untuk mengurangi tekanan terhadap
penyemburan darah oleh ventrikel.
2.1.7. Komplikasi
1. Trombosis vena dalam, karena pembentukan bekuan vena karena stasis darah.
2. Syok Kardiogenik, merupakan stadium akhir dari disfungsi ventrikel kiri atau
gagal jantung kongestif, terjadi bila vetrikel kiri mengalami kerusakan yang
sangat luas. Tanda syok kardiogenik adalah tekanan darah rendah, nadi cepat
dan lemah, hipoksia otak yang termanifestasi dengan adanya konfusi dan
agitasi, penurunan haluaran urin, serta kulit yang dingin dan lembab.
10
2.2. Konsep Dasar Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
1) Klien.
Nama, umur, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, golongan darah, pendidikan
terakhir, agama, suku, status perkawinan, pekerjaan, TB/BB, alamat. Pada kasus
2) Riwayat Kesehatan.
a. Riwayat Kesehatan Sekarang.
Gejala saat ini dan durasinya : adanya sesak nafas atau kesulitan bernafas,
nyeri dada dan kaitan nyeri dengan pernapasan: batuk, produktif atau tidak
produktif, warna, konsistensi sputum,
gejala lain: kesakitan pernapasan atas saat ini atau kesakitan akut lain;
penyakit kronik seperti DM, PPOK, atau penyakit jantung; medikasi saat ini;
alergi obat. (LeMone atal, 2016).
b. Riwayat kesehatan dahulu.
Dengan riwayat penyakit yang diderita klien yang berhubungan dengan
penyakit saat ini atau penyakit yang mungkin dapat dipengaruhi atau
memengaruhi penyakit yang diderita klien saat ini (Rohman & Walid, 2009).
11
c. Riwayat Kesehatan keluarga.
Riwayat kesehatan keluarga dihubungkan dengan kemungkinan adanya
penyakit keturunan,kecenderungan alergi dalam satu keluarga,penyakit yang
menular akibat kontak langsung antara anggota keluarga (Rohman & Walid,
2009).
3) Pemeriksaan fisik :
Tampilan, distress nyata, tingkat kesadaran : tanda-tanda vital, antara lain suhu;
warna aksesorius, pernapasan; suara paru. (LeMone. atal, 2016). Pemeriksaan
fisik dengan pendekatan persistem dimulai dari kepala Sampai ujung kaki dapat
lebih mudah.Dalam melakukan pemeriksaan fisik perlu dibekali kemampuan
dalam melakukan pemeriksaan fisik secara sistematis dan rasional. Teknik
pemeriksaan fisik perlu modalitas dasar yang digunakan meliputi: inspeksi,
palpasi, perkusi, dan auskultasi. (Mutaqqin, 2010)
a. Penampilan umum
Yaitu penampilan klien dimulai pada saat mempersiapkan klien untuk
pemeriksaan.
b. Kesadaran.
Status kesadaran dilakukan dengan dua penilaian yaitu kualitatif dan
kuantitatif, secara kualitatif dapat dinilai antara lain yaitu composmentis
mempunyai arti mengalami kesadaran penuh dengan memberikan respon yang
cukup terhadap stimulus yang diberikan, apatis yaitu mengalami acuh tak
acuh terhadap lingkungan sekitarnya, samnolen yaitu mengalami kesadaran
yang lebih rendah dengan ditandai tampak mengantuk bahwa untuk, sopor
mempunyai arti bahwa klien memberikan respon dengan rangsangan yang
kuat dan refleks pupil terhadap cahaya tidak ada. sedangkan penilaian
kesadaran terhadap kuantitatif dapat diukur melalui penilaian (GCS) Glasgow
Coma Scale dengan aspek membuka mata yaitu, 4 respon verbal yaitu 5 dan
respons motorik yaitu nilai 6 (Aziz alimul, 2009).
c. Tanda-Tanda Vital
12
Tanda-tanda vital merupakan pemeriksaan fisik yang rutin dilakukan dalam
berbagai kondisi klien.Pengukuran yang paling sering dilakukan adalah
pengukuran suhu, dan frekuensi pernafasan (Mutaqqin, 2010).Pada pasien
pneumonia biasanya mengalami demam suhu diatas 370c, pernapasan cepat
(Tachypnea).
13
tidak efektif Ventilation
berhubungan dengan Respiratory status : kebutuhan oral /
obstruksi jalan nafas: airway patency tracheal
spasme jalan nafas, Kriteria Hasil suctioning
sekresi tertahan, Mendemonstrasikan Auskultasi suara
banyaknya mukus, batuk efektif dan suara nafas sebelum dan
adanya jalan nafas napas yang bersih, tidak sesudah suctioning
buatan, sekresi ada sianosis dan Informasikan pada
bronkus, adanya dyspneu (mampu klien dan keluarga
eksudat di alveolus, mengeluarkan sputum, tentang
adanya benda asing di mampu bernapas suctioning.
jalan nafas dengan mudah, tidak Minta klien nafas
ada pursed lips). dalam sebelum
Menunjukkan jalan suction dilakukan
napas yang paten (klien Berikan O2
idak merasa tercekik, dengan
irama napas, frekuensi menggunakan
pernapasan dalam nasal untuk
rentang normal, tidak memfasilitasi
ada suara napas suksion
abnormal) nasotrakeal
Mampu Gunakan alat yang
mengidentifikasi dan steril setiap
mencegah faktor yang melakukan
dapat menghambat jalan tindakan
napas. Monitor status
oksigen pasien
Hentikan suksion
dan berikan
14
oksigen apabila
pasien
menunjukan
bradikardi,
peningkatan
saturasi O2, dll -
Buka jalan nafas,
gunakan teknik
chin lift atau jaw
thurst bila perlu.
2 Gangguan pertukaran Respiratory Status: Gas Posisikan pasien
gas berhubungan exchange. untuk
dengan gangguan Keseimbangan asam memaksimalkan
kapasitas pembawa basa, elektroda. ventilasi.
oksigen darah. Respiratory Status: Pasang mayo bila
Ventilation. Vital Sign perlu.
Status. Lakukan
Setelah dilakukan fisioterapi dada
tindakan keperawatan jika perlu.
selam 3 x 24 jam Keluarkan secret
diharapkan gangguan dengan batuk atau
pertukaran gas teratasi suction.
dengan kriteria hasil: Auskultasi suara
Mendemontrasikan nafas, catat adanya
peningkatan ventilasi dan suara tambahan.
oksigenasi yang adekuat. Atur intake untuk
Memelihara kebersihan cairan
paru- paru dan bebas dari mengoptimalkan
tanda-tanda distress keseimbangan.
pernafasan. Monitor respirasi
15
Mendemonstrasikan dan status O2.
batuk efektif dan suara Catat pergerakan
nafas yang bersih, tidak dada, amati
ada sianosis dan dyspneu kesimetrisan,
(mampu mengeluarkan penggunaan otot
sputum, mampu bernafas tambahan, retraksi
dengan mudah, tidak ada otot
pursed lips). supraclavicular
dan intercostals.
Monitor suara
nafas, seperti
dengkur.
Monitor pola
nafas : bradipena,
takipenia,
kussmaul,
hiperventilasi.
Monitor TTV,
AGD, elektrolit
dan status mental.
Observasi sianosis
khususnya
membrane
mukosa.
3 Intoleransi aktivitas Energy consevation Airway Activity Therapy.
berhubungan dengan tolerance Kolaborasikan
isolasi respiratory: Setelah dilakukan tindakan dengan tenaga
tirah baringatau keperawatan selama 3 x 24 rehabilitasmedik
imobilisasi, kelemahan jam diharapkan intoleransi dalam
menyeluruh, ketidak aktivitas teratasi dengan merencanakan
16
seimbangan suplai O2 kriteria hasil: program terapi
dengan kebutuhan. Berpatisipasi dalam yang tepat
aktifitas fisik tanpa Bantu klien untuk
disertai peningkatan mengindentifikasi
tekanan darah, nadi dan aktivitas yang
RR. mampu dilakukan
Mampu melakukan Bantu untuk
aktifitas sehari (ADLs) memilih aktivitas
secara mandiri konsisten yang
Tanda tanda vital sesuai dengan
normal kemampuan fisik,
Energy psikomotor psikologi dan
Level kelemahan sosial
17
membuat jadwal
latihan diwaktu
luang
Bantu
pasien/keluarga
untuk
mengidentifikasi
kekurangan
dalam
beraktivitas
Sediakan
penguatan positif
bagi yang aktif
Monitor respon
fisik, emosi,
social dan
spiritual
4 Nutrisi kurang dari Nutritional status : food Nutrition management
kebutuhan tubuh and fluid Intake Kaji adanya alergi
berhubungan dengan Nutritional status : makanan
anoreksia, akibat nutrient intake Weight Kolaborasi dengan
toksin bakteri dan rasa kontrol. ahli gizi untuk
sputum Setelah dilakukan tindakan menentukan
keperawatan 3 x 24 jumlah kalori dan
jamdiharapakan ketidak nutrisi yang di
seimbangan nutrisi kurang butuhkan pasien
dari kebutuhan tubuh teratasi Anjurkan pasien
dengan kriteria hasil : untuk
Adanya peningkatan meningkatkan
berat badan sesuai
18
dengan tujuan intake
Berat badan ideal dengan Yakinkan diet
tinggi badan yang dimakan
Mampu mengidentifikasi mengandung
kebutuhan nutrisi tinggi serat untuk
Tidak ada tanda-tanda mencegah
malnutrisi konstipasi
Tidak terjadi penurunan Berikan makanan
berat badan yang berarti yang terpilih
(sudah di
konsultasikan
dengan ahli gizi)
Ajarkan pasien
bagaiamna
membuat catatan
makanan harian
Monitor jumlah
nutrisi dan
kandungan kalori
Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan
nutrisi yang
dibutuhkan
5 Hipertermi Thermoregulation Fever treatment.
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Monitor suhu
keperawatan 3 x 24 jam
19
proses infeksi. diharapkan hipertermia sesering mungkin.
teratasi dengan kriteri hasil : Monitor tekanan
Suhu tubuh dalam darah, nadi dan
rentang normal. RR.
Nadi dan RR dalam Monitor intake
rentang normal. dan out put.
Tidak ada perubahan Berikan anti
warna kulit dan tidak piretik.
ada pusing. Kompres pasien
pada lipatan paha
dan aksila.
Monitor tanda-
tanda hipertermi
dan hipotermi.
Tingkat kan intake
cairan dan nutrisi.
6 Resiko kekurangan Fluid balance. Fluid management.
volume cairan dengan Hydration. Pertahankan
intake oral tidak Nutritional status : food catatan intake dan
adekuat, takipneu, and fluid. output yang
demam, kehilangan Intake. adekuat.
volume cairan secara Setelah melakukan tindakan Monitor status
aktif, kegagalan keperawatan 3 x 24 jam hidrasi
mekanisme diharapkan resiko (kelembaban
pengaturan. kekurangan volume cairan membrane
teratasi dengan kriteria hasil mukosa, nadi
:- adekuat, tekanan
20
usia dan BB. Monitor vital sign.
TTV dalam batas Monitor masukan
normal. makanan/cairan
Tidak ada tanda-tanda dan hitung intake
dehidrasi. kalori harian.
Elastisitas turgor kulit Kolaborasikan
baik,membrane mukosa pemberian cairan
lembab, tidak ada rasa IV.
haus yang berlebihan. Monitor status
nutrisi.
Berikan cairan IV
pada suhu
ruangan.
Dorong
penggantian
nesogatrik sesuai
output.
Dorong keluarga
untuk membantu
pasien makan.
Tawarkan snack
( jus buah, buah
segar).
Hypovolemia
management.
Monitor status
cairan termasuk
intake dan ouput
cairan.
21
Monitor tingkat
Hb dan
hematokrit.
Monitor tanda
vital.
Monitor berat
badan.
Dorong pasien
untuk menambah
intake oral.
7 Ketidakefektifan pola Respiratory status Buka jalan nafas,
napas berhubungan airway patient Vital sign gunakan teknik
dengan apnea: status. chin lift atau jaw
ansietas, posisi tubuh, Setelah dilakukan tindakan thurst bila perlu.
deformitas dinding keperawatan 3 x 24 jam Posisikan pasien
dada, gangguan diharapkan ketidakefektifan untuk
koknitif, keletihan pola nafas teratasi dengan memaksimalkan
hiperventilasi, sindrom kriteria hasil : ventilasi
hipovnetilasi, obesitas, Mendemontrasikan batuk Indentifikasikan
keletihan otot spinal. efektif dan suara nafas pasien perlunya
yang bersih, tidak ada pemasangan alat
sianosis dan dyspneu jalan nafas buatan
(mampu mengeluarkan Pasang mayo bila
sputum, mampu bernafas perlu
dengan mudah, tidak ada keluarkan secret
pursed lips) dengan batuk atau
Menunjukkan jalan nafas suction
yang paten (klien tidak Auskultasi suara
merasa tercekik, irama nafas, catat adanya
nafas, frekuensi
22
pernafasan dalam suara tambahan -
rentang normal, tidak Lakukan suction
adasuara nafas abnormal) pada mayo
Tanda Tanda vital dalam Berikan pelembab
rentang normal (tekanan udara kasa basah
darah, nadi. Nacl lembab
Atur intake untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan
Monitor respirasi
dan status O2
Pertahankan jalan
nafas yang paten
23
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Resume
Tn. M, usia 50 tahun, agama islam, suku jawa, bahasa sehari- hari bahasa
indonesia, pekerjaan wiraswasta, No RM :26-33-03 pendidikan terakhir SLTP,
alamat : Jl. Suku 01 MEDAN TIMUR. Indentitas penanggung jawab : Ny. K,
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga, Hubungan dengan klien : kakak kandung. Ditinjau
dari pemeriksaan riwayat penyakit klien sebelumnya di IGD kakak klien mengatakan
bahwa klien memiliki riwayat penyakit AF. Klien masuk IGD Rumah Sakit Umum
Imelda Pekerja Indonesia Medan pada tanggal 28 Januari 2021, pukul 11:30 wib,
alasan klien masuk ke Rumah Sakit adalah klien mengatakan keluhan utama sesak
napas, keluarga klien mengatakan klien sesak napas sejak satu minggu yang lalu dan
semakin memburuk sejak 2 hari terakhir, batuk (+), demam disangkal, kaki bengkak
(+). Sebelumnya klien pernah di rawat di ruang sakura Rumah sakit Imelda Pekerja
Indonesia Medan selama 4 hari, lalu sudah boleh pulang kerumahnya. Kemudian
datang kembali ke IGD RSU IPI Medan seminggu kemudian. Di IGD RSU IPI klien
dilakukan pemeriksaan fisik, tanda-tanda vital: TD : 110/70 mmHg, HR: 130
kali/menit , RR : 28 kali/menit, Temp : 360C, dyspnoe: (+), skala nyeri 5 (nyeri
sedang) nyeri yang di rasakan di dada, TB : 170 cm, BB : 74 kg, IMT 25. Keadaan
umum compos mentis dengan nilai GCS 15. Klien dilakukan pemeriksaan EKG, CT
Head Scan dengan hasil kesimpulan : cardiomegali, pneumonia, pemeriksaan darah
lengkap elektrolit, ureum/urea-N, creatinin. Terapi yang diberikan selama di IGD
yaitu IVFD NaCl 0,9% 10 gtt/menit, injeksi furosemide 2 amp per 8 jam dengan O2
mask 8 liter/menit untuk membantu pernapasan. Rencana masuk keruangan ICU
dengan diagnosa awal : AF + CHF EC MR SEVERE.
24
Pada pukul 15.15 WIB klien tiba di ruang ICU dengan K/U sesak nafas berat
(+), batuk (+), suport dengan O2 mask 8 l/I, nyeri dada (+), TD : 136/78 mmHg, HR :
137x/menit, RR : 28x/menit, Temp : 36,8oC, SPO2: 98%, pasien rawatan dr. Sp.JP
rawat bersama dengan dr.Sp.P. a/u Ceftriaxone 1 gr/12 jam, Azitromycin 1x500 mg.
Dilakukan pemeriksaan fisik ditemukan data keadaan tampak pucat, lemas, kesadaran
compos mentis dengan nyeri 5 (nyeri sedang) terpasang O2 mask 8 liter/menit,
terpasang chateter (condom chateter), dan masih terpasang infuse dengan cairan Nacl
0,9% 20 gtt/menit. Tn. M mengeluh sesak napas dan nyeri dada saat batuk, pasien
bernapas dengan alat bantu napas dan terlihat kesulitan berbicara karena sesak napas
yang dialami. Pasien tidak mampu bergerak sendiri dan harus dibantu oleh keluarga
atau perawat.
Pada tanggal 29/01/2021 masih diruang ICU dilakukan pengkajian kembali
dengan hasil Sesak nafas ber (-)oedem pada ekstremitas bawah (+), batuk (+), TD :
88/64 mmHg, HR : 120 x/i, RR : 28 x/i, T : 37 0C, SPO2 : 98 %, R/T KSR 1x1,
UR/CR meningkat, konsul rawat bersama dengan dr.Sp.Pd. Inj meropenem 1 gr/12
jam. Kemudian pada tanggal 30/01/2021, sesak nafas ber (-), TD : 118/69 mmHg, HR
: 113 x/i, RR : 28 x/i, T : 370C, SPO2 : 99%. A/u cek urinalisa. Dari hasil
pemeriksaan di ruang ICU yang semakin membaik, dokter menyarankan untuk
pindah ruangan ke ruang Anggrek pada tanggal 30/01/2021.
Pada tanggal 31/01/2021 diruangan Anggrek dilakukan pemeriksaan kembali
dengan hasil sesak nafas ber (-), hemodinami relatif stabil, TD : 110/79 mmHg, HR :
126 x/i, RR : 20 x/i, T : 370C, SPO2 : 100%. Kemudian pada tanggal 01/02/2021 hasil
pemeriksaan sesak nafas ber(-), oedem pada ekstremitas bawah (+), batuk (+), badan
lemas, dengan TD : 100/90 mmHg, HR : 90 x/i, RR : 21 x/i, T : 36,5 0C. Pada tanggal
02/02/2021, didapatkan hasil pengkajian kembali, sesak nafas jika beraktivitas (+),
lemas (+), TD : 100/80 mmHg, HR : 78 x/i, RR : 22 x/i, T : 37 0C. Pada tanggal
03/02/2021, sesak nafas jika beraktivitas (+), lemas (+), TD : 100/70 mmHg, HR : 82
x/i, RR : 22 x/i, T : 370C.
25
A. Laboratorium
26
Meropenem 1 gr/ 12 jam Menangani berbagai Konstipasi atau
kondisi yang diderita sembelit, diare, mual
akibat adanya infeksi muntah, peradangan
bakteri pada lidah, infeksi
mulut akibat jamur,
gtal-gatal, ruam, sakit
kepala, perdarahan,
sesak napas.
Furosemide 1 ampul/ 8 jam Mengeluarkan Pusing, vertigo, mual
kelebihan cairan dalam muntah, diare,
tubuh melalui urine penglihatan buram,
sembelit
3 Obat Oral
Digoxin tablet 1x1 Obat yang digunakan Cemas, muntah,
untuk mengatasi kebingugan, sakit
beberapa jenis aritmia. kepala, penglihatan
kabur, mual, pusing,
diare
Simarc 1x2 mg tablet Pencegahan Hemorrage jaringan
thrombosis vena serta atau organ, kejang,
dampak lanjutan yang perdarahan saluran
ditimbulkannya. Untuk uterin, nekrosis pada
pengobatan penyakit kulit & jaringan lain.
yang berkenaan
dengan gangguan
penyumbatan koroner
ISDN 3x5 mg Untuk mencegah dan Pusing, sakit kepala,
meredakan angina mual muntah,
(nyeri dada) kelelahan.
27
KSR 1x1 Mencegah Mual, muntah, perut
hipokalemia kembung, sakit perut,
(menurunnya kadar diare, peradangan
kalium dalam darah) gastrointestinal.
Arixtra 2,5 mg/hari Mengobati pembekuan Anemia, perdarahan,
darah pada kaki dan purpura, edema
paru-paru.
Bisoprolol 1x5 mg Mengobati hipertensi Pusing, mual, muntah,
tau tekanan darah kelelahan, denyut
tinggi, angina pectoris, jantung lambat,
aritmia dan gagal konstipasi, diare, jari
jantung. kaki dan tangan terasa
dingin.
28
dan aktivitas dibantu.
Klien terlihat lemah
4 DS : Peningkatan Ketidakefektifan
Klien mengatakan sesak produksi sekret bersihan jalan
saat bernapas napas
DO : Penyumbatan
bernapas bronchial
29
3.3 Diagnosa Keperawatan
30
3.4 Asuhan Keperawatan
3.4.1 Intervensi
31
nyeri)
32
jam diharapkan intoleransi dalam
aktivitas teratasi dengan merencanakan
kriteria hasil: program terapi
Berpatisipasi dalam yang tepat
aktifitas fisik tanpa Bantu klien untuk
disertai peningkatan mengindentifikasi
tekanan darah, nadi dan aktivitas yang
RR. mampu dilakukan
Mampu melakukan Bantu untuk
aktifitas sehari (ADLs) mengindentifikasi
secara mandiri dan mendapatkan
Tanda tanda vital sumber yang
normal diperlukan untuk
Energy psikomotor aktivitas yang
Level kelemahan diinginkan
33
Monitor respon
fisik, emosi, social
dan spiritual.
4 Ketidakefektifan Respiratory status : Airway Suction.
bersihan jalan napas Ventilation kebutuhan oral /
berhubungan dengan Respiratory status : tracheal
penyumbatan sekret di airway patency suctioning
trakea bronkial Auskultasi suara
Kriteria Hasil
nafas sebelum dan
Mendemonstrasikan
sesudah suctioning
batuk efektif dan suara
Informasikan pada
napas yang bersih, tidak
klien dan keluarga
ada sianosis dan
tentang suctioning.
dyspneu(mampu
Minta klien nafas
mengeluarkan sputum,
dalam sebelum
mampu bernapas
suction dilakukan
dengan mudah, tidak
Berikan O2
ada pursed lips).
dengan
Menunjukkan jalan
menggunakan
napas yang paten (klien
nasal untuk
idak merasa tercekik,
memfasilitasi
irama napas, frekuensi
suksion
pernapasan dalam
nasotrakeal
rentang normal, tidak
Gunakan alat yang
ada suara napas
steril setiap
abnormal)
melakukan
Mampu
tindakan
mengidentifikasi dan
Monitor status
mencegah faktor yang
oksigen pasien
dapat menghambat jalan
34
napas. Hentikan suksion
dan berikan
oksigen apabila
pasien menunjukan
bradikardi,
peningkatan
saturasi O2, dll
Buka jalan nafas,
gunakan teknik
chin lift atau jaw
thurst bila perlu.
35
3.4.2 Implementasi dan Evaluasi
penanganan - Pasein
Analisa Analisa
nyeri memaplik
Masalah belum Masalah belum
asikan
Mengkaji tipe teratasi teratasi
teknik
dan sumber Planning Planning
napas
nyeri untuk Intervensi Intervensi
dalam
menentukan diteruskan diteruskan
Melakuka Melakuka Analisa
36
intervensi n n Intervensi
Meningkatka pengkajian pengkajian diteruskan
n istirahat nyeri nyeri Planning
Melakukan secara secara Melakuk
kolaborasi komprehe komprehe an
dengan nsif. nsif. pengkaji
dokter Mengobse Memilih an nyeri
rvasi dan secara
reaksi melakukan kompreh
nonverbal penangana ensif.
dari n nyeri Memilih
ketidaknya Meningkat dan
manan kan melakuk
Memilih istirahat an
dan Melakuka penangan
melakukan n an nyeri
penangana kolaborasi Meningk
n nyeri dengan atkan
Mengkaji dokter istirahat
tipe dan Mengajark Melakuk
sumber an pasien an
nyeri teknik kolabora
untuk napas si dengan
menentuka dalam dokter
n Mengajar
intervensi kan
Meningkat pasien
kan teknik
istirahat napas
37
Melakukn dalam
kolaborasi
dengan
dokter
38
tentang n jumlah n jumlah Planning
kebutuhan kalori dan kalori dan Intervensi
nutrisi. nutrisi yang nutrisi yang dilanjutkan
Mengkaji di butuhkan di butuhkan Melakuka
kemampuan pasien pasien n
pasien untuk Menganjur Menganjur Kolaboras
mendapatkan kan pasien kan pasien i dengan
nutrisi yang untuk untuk ahli gizi
dibutuhkan meningkatk meningkatk untuk
an intake an intake menentuk
Memberika Memberika an jumlah
n makanan n informasi kalori dan
yang tentang nutrisi
terpilih kebutuhan yang di
(sudah di nutrisi. butuhkan
konsultasik Ajarkan pasien
an dengan pasien Memberik
ahli gizi) makan an
Memberika sedikit tapi informasi
n informasi sering tentang
tentang kebutuhan
kebutuhan nutrisi.
nutrisi. Ajarkan
Mengkaji pasien
kemampua makan
n pasien sedikit
untuk tapi sering
mendapatk
an nutrisi
yang
39
dibutuhkan
3. Intoleransi Activity Therapy Subjektif Subjektif Subjektif
aktivitas Melakukan - - -
berhubung Kolaborasi Objektif Objektif Objektif
an dengan dengan tenaga Pasien terlihat Pasien mulai Pasien sudah
imobilisas rehabilitas lemah bisa mengatur bisa
i. medic dalam Analisa posisi nyaman mengatur
merencanakan Masalah belum Analisa posisi secara
program terapi teratasi Masalah belum perlahan
yang tepat Planning teratasi Analisa
Membantu Intervensi Planning Masalah
klien untuk dilanjutkan Membantu belum
mengindentifi Membantu klien untuk teratasi
kasi aktivitas klien untuk mengindent Planning
yang mampu mengindent ifikasi Membant
dilakukan ifikasi aktivitas u klien
Membantu aktivitas yang untuk
untuk yang mampu menginde
mengindentifi mampu dilakukan ntifikasi
kasi dan dilakukan Membantu aktivitas
mendapatkan Membantu untuk yang
sumber yang untuk mengindent mampu
diperlukan mengindent ifikasi dan dilakukan
untuk aktivitas ifikasi dan mendapatk Membant
yang mendapatk an sumber u untuk
diinginkan an sumber yang menginde
Membantu yang diperlukan ntifikasi
untuk diperlukan untuk dan
mengidentifik untuk aktivitas mendapat
asikan aktivitas yang kan
40
aktivitas yang yang diinginkan sumber
sesuai diinginkan Membantu yang
Membantu Membantu untuk diperluka
klien untuk untuk mengidenti n untuk
membuat mengidenti fikasikan aktivitas
jadwal latihan fikasikan aktivitas yang
diwaktu luang aktivitas yang sesuai diinginka
Membantu yang sesuai n
pasien/keluarg Membantu Membant
a untuk pasien/kelu u untuk
mengidentifik arga untuk mengiden
asi mengidenti tifikasika
kekurangan fikasi n aktivitas
dalam kekurangan yang
beraktivitas. dalam sesuai
Memonitor beraktivitas
respon fisik, .
emosi, social
dan spiritual.
4. Ketidakefe Airway Suction. Subjektif Subjektif Subjektif
ktifan kebutuhan Pasein Pasein Pasein
bersihan oral / tracheal mengeluh mengeluh mengeluh
jalan suctioning sesak saat sesak saat sesak saat
napas Mengauskulta bernapas bernapas bernapas
berhubung si suara nafas Objektif Objektif Objektif
an dengan sebelum dan - Pasein - Pasein - Pasein
penyumba sesudah terlihat terlihat terlihat
tan sekret suctioning sesak sesak sesak
di trakea Menginforma - Pasein - Pasein - Pasein
bronkial sikan pada terpasang terpasang terpasang
41
klien dan NRM NRM NRM
keluarga - RR - RR - RR
tentang 30x/menit 22x/menit 22x/meni
suctioning. t
Analisa Analisa
Meminta
Masalah belum Masalah belum Analisa
klien nafas
teratasi teratasi Masalah
dalam
Planning Planning belum
sebelum
Intervensi Intervensi teratasi
suction
dilanjutkan dilanjutkan Planning
dilakukan
Posisikan Posisikan Intervensi
Memberikan
klien semi klien semi dilanjutkan
O2 dengan
fowler fowler Posisikan
menggunakan
Pantau Pantau klien
nasal untuk
TTV TTV semi
memfasilitasi
Pantau Pantau fowler
suksion
kebutuhan kebutuhan Pantau
nasotrakeal
oksige oksige TTV
Menggunaka
pasien pasien Pantau
n alat yang
Anjurkan Anjurkan kebutuha
steril setiap
pasien minum air n oksige
melakukan
minum air hangat pasien
tindakan
hangat Anjurkan
Memonitor
minum
status oksigen
air
pasien
hangat
Menghentikan
suksion dan
berikan
oksigen
apabila pasien
42
menunjukan
bradikardi,
peningkatan
saturasi O2,
dll
Membuka
jalan nafas,
gunakan
teknik chin lift
atau jaw thurst
bila perlu.
BAB IV
43
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
44
Nurarif & Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Dianosa
Medis & Nanda NIC-NOC. Jilid 2. Jogjakarta: Mediaction.
Mulyana, R. 2019. Terapi Antibiotika Pada Pasien CHF Usia Lanjut. Jurnal
Kesehatan Andalas. 2019.
Jurnal Nasional Teknik Elektro dan Teknologi Informasi. Vol. 9, No. 2, Mei 2020.
ISSN 2301-4156
45