Anda di halaman 1dari 10

PENTINGNYA PANCASILA DALAM KEHIDUPAN

BERBANGSA DAN BERNEGARA

Oleh : Syamsudin

Stainu pacitan

murtiyaningsih@gmail.com

Abstrak

Pancasila sebagai dasar negara, dan sebagai ideologi mempunyai nilai nilai yang
harus diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
mempelajari isi dari sila-sila pancasila menunjukkan bahwa pancasila mengandung
nilai nilai kehidupan bermasyarakat. Nilai nilai yang terkandung dalam pancasila
secara garis besar terbagi atas beberapa tingkatan. yang pertama adalah nilai Dasar,
nilai instrumental, dan nilai praktis. Selain nilai yang terkandung di dalam
pancasila terdapat juga moral, dan norma. Diterimanya pancasila sebagai
pandangan hidup dan dasar negara membawa konsekuensi logis bahwa nilai nilai
pancasila harus selalu dijadikan landasan pokok, landasan fundamental bagi
pengaturan serta penyelenggaraan negara. Meskipun pancasila terdiri atas lima sila
berbeda, tetapi kelimanya merupakan satu kesatuan yang utuh. setiap sila dari
pancasila itu tidak dapat berdiri sendiri. kelima sila itu bersama sama menyusun
satu pengertian yang utuh yaitu pancasila sebagai dasar negara Indonesia.

Selain itu pancasila juga mempunyai fungsi untuk mempersatukan bangsa


Indonesia dengan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. bangsa Indonesia yang
memiliki berbagai macam suku bangsa, ras, agama, dan berbagai macam
kebudayaan sangat membutuhkan sekali alat atau sarana untuk mengikat
keberagaman tersebut.

Kata Kunci: Pancasila, Kehidupan Berbangsa dan Bernegara


A. Latar Belakang

Setiap bangsa dan negara yang ingin berdiri kokoh dan kuat, tidak mudah
terombang-ambing oleh persoalan hidup berbangsa dan bernegara yang rumit dan
keras, hal tersebut menyebabkan pentingnya suatu dasar dan ideologi negara yang
kokoh dan kuat pula. Tanpa itu suatu bangsa akan sangat rapuh.

Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Pancasila terdiri dari dua
kata dari Sansekerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas. Pancasila
merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi
seluruh rakyat Indonesia. Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan
Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia,
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan tercantum pada
paragraph ke-4 Preambule (Pembukaan) Undang-undang Dasar 1945. Dalam
upaya merumuskan Pancasila sebagai dasar Negara yang resmi, terdapat usulan-
usulan pribadi yang dikemukakan dalam Badan Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia yaitu :

■ Lima Dasar oleh Muhammad Yamin, yang berpidato pada tanggal 29 Mei 1945.
Yamin merumuskan lima dasar sebagai berikut: Peri Kebangsaan, Peri
Kemanusiaan, Peri Ketuhanan, Peri Kerakyatan, dan Kesejahteraan Rakyat. Dia
menyatakan bahwa kelima sila yang dirumuskan itu berakar pada sejarah,
peradaban, agama, dan hidup ketatanegaraan yang telah lama berkembang di
Indonesia. Mohammad Hatta dalam memoarnya meragukan pidato Yamin tersebut.
[1]

■ Pancasila oleh Soekarno yang dikemukakan pada tanggal 1 Juni 1945. Soekarno
mengemukakan dasar-dasar sebagai berikut:

Kebangsaan; Internasionalisme; Mufakat, dasar perwakilan, dasar


permusyawaratan; Kesejahteraan; Ketuhanan. Nama Pancasila itu diucapkan oleh
Soekarno dalam pidatonya padatanggal 1 Juni itu, katanya:

“Sekarang banyaknya prinsip: kebangsaan, internasionalisme, mufakat,


kesejahteraan, dan ketuhanan, lima bilangannya. Namanya bukan Panca Dharma,
tetapi saya namakan ini dengan petunjuk seorang teman kita ahli bahasa namanya
ialah Pancasila. Sila artinya azas atau dasar, dan diatas kelima dasar itulah kita
mendirikan negara Indonesia, kekal dan abadi.” Setelah Rumusan Pancasila
diterima sebagai dasar Negara secara resmi beberapa dokumen penetapannya ialah:

■ Rumusan Pertama : Piagam Jakarta (Jakarta Charter) – tanggal 22 Juni 1945

■ Rumusan Kedua : Pembukaan Undang-undang Dasar – tanggal 18 Agustus 1945

■ Rumusan Ketiga : Mukaddimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat – tanggal


27 Desember 1949

■ Rumusan Keempat : Mukaddimah Undang-undang Dasar Sementara - tanggal 15


Agustus 1950

■ Rumusan Kelima : Rumusan Kedua yang dijiwai oleh Rumusan Pertama


(merujuk Dekrit Presiden 5 Juli 1959)

Pada tanggal 30 September 1965, adalah awal dari Gerakan 30 September


(G30SPKI). Pemberontakan ini merupakan wujud usaha mengubah unsur
Pancasila menjadi ideologi komunis. Hari itu, enam Jendral dan berberapa orang
lainnya dibunuh sebagai upaya kudeta. Namun berkat kesadaran untuk
mempertahankan Pancasila maka upaya tersebut mengalami kegagalan. Maka 30
September diperingati sebagai Hari Peringatan Gerakan 30 September G30S-PKI
dan tanggal 1 Oktober ditetapkan sebagai Hari Kesaktian Pancasila, memperingati
bahwa dasar Indonesia, Pancasila, adalah sakti, tak tergantikan.

B. Kegunaan Filsafat dan filsafat Pancasila

Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakekat dari segala sesuatu
untuk memperoleh kebenaran. Filsafat mempertanyakan apa hakekat atau esensi
dari sasuatu. Dengan cara itu jawaban yang akian diberikan barupa kebenaran yang
hakiki. Pancasila bukanlah hasil pemikiran yang secara spontan timbul dalam
sidang BPUPKI tanggal 1 juni 1959 tapi oleh Bung Karno telah dipikirkan secara
mendalam selama bertahun-tahun. Dan telah memenuhi syarat kefilsafatan, antara
lain melalui deskpripsi, berpikir kritis, evaluatif, dan abstraksi. (Sutono, 1943:48).

Kegunaan teoritik bahwa dengan mempelajari filsafat orang bertambah


pengetahuanya. Bahkan ia mampu mempelajari segala sesuatu dengan cara yang
baik, mendalam dan lebih luas. Bagi bangsa Indonesia, filsafat Pancasila sangat
berguna, selain manusia sebagai perseorangan juga sebagai warga suatu
masyarakat bangsa mendukung cita-cita ataupun tujuan nasional, karena filsafat
pancasila adalah landasan dasarnya, juga landasan dasar berpikir segenap bangsa
dan negara Indonesia.

Filsafat pancasila dapat didefinisikan sebagai refleksi kritis dan rasional tentang
pancasila sebagai dasar Negara dan kenyataan budaya bangsa, dengan tujuan untuk
mendapatkan pokok-pokok pengertiannya yang mendasar dan menyeluruh.
Pancasila dikatakan sebagai filsafat, karena pancasila merupakan hasil perenungan
jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh the founding fathers Indonesia, yang
dituangkan dalam suatu sistem.

Pengertian filsafat pancasila secara umum adalah hasil berfikir atau hasil
pemikiran yang sedalam-dalamnya dari bangsa Indonesia yang dianggap,
dipercaya dan diyakini sebagai kenyataan, norma-norma dan nilai-nilai yang benar,
adil, dan bijaksana dan paling sesuai dengan kehidupan dan kepribadian bangsa
Indonesia.

Falsafat pancasila dapat digolongkan sebagai filsafat praktis, sehingga filsafat


pancasila tidak hanya mengandung pemikiran yang sedalam-dalamnya atau tidak
hanya bertujuan mencari, tetapi hasil pemikiran yang berwujud filsafat pancasila
tersebut digunakan sebagai pedoman hidup sehari-hari agar hidup bangsa
Indonesia dapat mencapai kebahagiaan lahir dan batin, baik di dunia maupun di
akhirat. Filsafat ataupun filsafat pancasila memiliki kegunaan yang dapat dirasakan
oleh setiap pemegangnya. Diantara kegunaan itu adalah :

a)Filsafat Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia.

Pancasila dirumuskan oleh The Founding Fathers dan lahir dari ways of life bangsa
Indonesia, melalui penelitian dan penyelidikan kesepakatan yang ada pada siding
BPUPKI. Dalam pidatonya Bung Karno 1 juni 1945 mengatakan, bahwa mengenai
pentingnya satu weltanschauung (alat pemersatu bangsa) lebih kurang beliau
mengatakan :” we want to estabilished a state not for a single individual or for onr
group even not for aristocration, but we want to estabilished a state one for all and
all for all”. Demikian pula dengan berbagai masukan dari para The foundings
Fathers kita yang lain seperti Mr. Mohammad Yamin, Ki Hadi Bagoes Koesoemo,
Mr. Soepomo, dan lain-lain juga menghendaki adanya satu Philloosophy
Groundslag / filsafat dasar sebuah Negara, hingga diberikanlah nama mengenai
philosophy Grounslag/filsafat dasar Bangga dan Negara Indonesia adalah
PANCASILA.

b)Filsafat Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia.

Prinsip-prinsip dasar kehidupan bangsa Indonesia ditemukan oleh para peletak


dasar Negara tersebut yang diangkat dari dasar filsafathidup bangsa Indonesia,
yang kemudian diabstraksikan menjadi prinsip dasar filsafat Negara, yaitu
pancasila. Hal inilah sebagai suatu alasan ilmiah rasional dalam ilmu filsafat
bahwa salah satu lingkup pengertian filsafat adalah fungsinya sebagai suatu
pandangan hidup suatu masyarakat atau bangsa tertentu (Harold Titus, 1984).
Berdasarkan suatu kenyataan sejarah tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
filsafat pancasila sebagai suatu pandangan hidup bangsa Indonesia, merupakan
suatu kenyataan obyektif yang hidup dan berkembang dalam suatu masyarakat
Indonesia.

c) Filsafat Pancasila Sebagai Sumber dari hukum dasar Indonesia.

Sebagaimana terkandung dalam pembukaan UUD 1945 alenia IV, susunan tersebut
menunjuk bahwa pancasila merupakan dasar, kerangka dan pedoman bagi Negara
dan tertib hukum Indonesia, yang pada hakekatnya tersimpul salam asas
kerohanian Pancasila. Dengan demikian konsekuensinya pancasila asas yang
mutlak bagi adanya tertib hukum Indonesia yang pada akhirnya perlu
direalisasikan dalam setiap aspek penyelenggaraan Negara. Dalam pengertian
inilah maka pancasila berkedudukan sebagai sumber dari hukum dasar Indonesia,
atau dengan kata lain perkataan sebagai sumber tertib hukum Indonesia yang
tercantum dalam ketentuan tertib hukum tertinggi. Yaitu pembukaan UUD 1945.

Pancasila sebagai dasar filsafat negara Indonesia pada hakikatnya adalah


sebagaimana nilai-nilainya yang bersifat fundamental menjadi suatu sumber dari
segala sumber hokum dalam negara Indonesia, menjadi wadah yang fleksibel bagi
paham-paham positif untuk berkembang dan menjadi dasar ketentuan yang
menolak faham-faham yang bertentangan seperti Atheisme dan segala bentuk
kekafiran tak beragama, Kolonialisme, Diktatorisme, Kapitalis, dan lain-lain.
Istilah filsafat dipergunakan dalam berbagai konteks tapi kita harus tahu dulu apa
itu filsafat dan fungsi filsafat serta kegunaan filsafat dengan uraian yang singkat ini
saya mengharapkan agar timbul kesan pada diri kita bahwa filsafat adalah suatu
yang tidak sukar dan dapat di pelajari oleh semua orang di samping itu saya
menghrapkan agar kita tak beranggapan filsafat sebagai suatu hasil potensi belaka
dan tidak berpijak realita dengan cara ini saya mengharapkan dapat menggunakan
sebagai modal untuk mempelajari pancasila dari sudut pandang filsafat. Dan kita
mengenal filsafat pancasila dari sejarah pelaksanaannya diantara bangsa-bangsa
barat tersebut bangsa belandalah yang akhirnya dapat memegang peran sebagai
penjajah yang benar-benar yang menghancurkan rakyat Indonesia mengingat
keadaan perjuangan bangsa Indonesia kita harus mengetahui perjuangan sebelum
tahun 1900. Sebenarnya sejak waktu itu pula mempertahankan kemerdekaan
dengan cara bermacam-macam perlawanan rakyat Indonesia untuk menentang
kolonialisme, belanda telah berjalan dengan hebat. Akan tetapi masih berjalan
sendiri-sendiri dan belum ada kerja sama melalui organisasi yang teratur. Dan kita
harus mengetahui unsur-unsur Pancasila yang menjiwai perlawanan terhadap
kolonialisme jika perjuangan bangsa Indonesia mengetahui dan teliti dengan
seksama maka unsur-unsur pancasila merupakan semangat dan jiwa perjuangan
tersebut kita harus menganalisa dalam pembahasan seperti:

1. Apa unsur – unsur keTuhanan dalam penjajahan belanda.

2. Unsur kemanusiaan dalam penjajahan belanda yang menghancurkan rakyat


indonesia dengan tidak ada perikemanusiaan, suatu siksaaan yang di derita rakyat
Indonesia.

3. Unsur persatuan terhadap penjajahan belanda yang memecah belah persatuan.

4. Unsur kerakyatan terhadap penjajahan belanda tentang kebebasan untuk


mendapatkan pendidikan dan seolah olah rakyat kecil tidak ada artinya.

5. Unsur yang terakhir yaitu keadilan tentang penjajahan belanda tidak ada
keadilan untuk mendapatkan kebutuhan kebebasan hak.

C. Pentingnya Pancasila Bagi Kehidupan Berbangsa Dan Bernegara Di Era


Globalisasi

1. Fenomena Globalisasi
Globalisasi adalah fenomena dimana batasan-batasan antar negara seakan
memudar karena terjadinya berbagai perkembangan di segala aspek kehidupan,
khususnya di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan terjadinya
perkembangan berbagai aspek kehidupan khususnya di bidang iptek maka manusia
dapat pergi dan berpindah ke berbagai negara dengan lebih mudah serta
mendapatkan berbagai informasi yang ada dan yang terjadi di dunia. Namun
fenomena globalisasi ini tidak selalu memberi dampak positif, berbagai perubahan
yang terjadi akibat dari globalisasi sudah sangat terasa, baik itu di bidang politik,
ekonomi, sosial, budaya dan teknologi informasi. Berbagai dampak negatif terjadi
dikarenakan manusia kurang bisa memfilter dampak dari globalisasi sehingga lebih
banyak mengambil hal-hal negative dari pada hal-hal positif yang sebenarnya bisa
lebih banyak kita dapatkan dari fenomena globalisasi ini.

2. Pancasila Sebagai Pedoman Dalam Menghadapi Globalisasi

Pancasila sebagai dasar negara Indonesia yang sudah ditentukan oleh para pendiri
negara ini haruslah menjadi sebuah acuan dalam menjalankan kehidupan
berbangsa dan bernegara, berbagai tantangan dalam menjalankan ideologi
pancasila juga tidak mampu untuk menggantikankan pancasila sebagai ideologi
bangsa Indonesia, pancasila terus dipertahankan oleh segenap bangsa Indonesia
sebagai dasar Negara, itu membuktikan bahwa pancasila merupakan ideologi yang
sejati untuk bangsa Indonesia. Oleh karena itu tantangan di era globalisasi yang
bisa mengancam eksistensi kepribadian bangsa, dan kini mau tak mau suka tak
suka bangsa Indonesia berada di pusaran arus globalisasi dunia. Tetapi harus
diingat bahwa bangsa dan negara Indonesia tak mesti kehilangan jatidiri, kendati
hidup ditengah-tengah pergaulan dunia. Rakyat yang tumbuh di atas kepribadian
bangsa asing mungkin saja mendatangkan kemajuan, tetapi kemajuan tersebut akan
membuat rakyat tersebut menjadi asing dengan dirinya sendiri. Mereka kehilangan
jatidiri yang sebenarnya sudah jelas tergambar dari nilai-nilai luhur pancasila.
Dalam arus globalisasi saat ini dimana tidak ada lagi batasan-batasan yang jelas
antar setiap bangsa Indonesia, rakyat dan bangsa. Indonesia harus membuka diri
dahulu, sesuai dengan tangan terbuka menerima masuknya pengaruh budaya hindu,
islam, serta masuknya kaum barat yang akhirnya melahirkan kolonialisme.

Pengalaman pahit berupa kolonialisme tentu sangat tidak menyenangkan untuk


kembali terulang. Patut diingat bahwa pada zaman modern sekarang ini wajah
kolonialisme dan imperialisme tidak lagi dalam bentuk fisik, tetapi dalam wujud
lain seperti penguasaan politik dan ekonomi. Meski tidak berwujud fisik, tetapi
penguasaan politik dan ekonomi nasional oleh pihak asing akan berdampak sama
seperti penjajahan pada masa lalu, bahkan akan terasa lebih menyakitkan. Dalam
pergaulan dunia yang kian global, bangsa yang menutup diri rapat-rapat dari dunia
luar bisa dipastikan akan tertinggal oleh kemajuan zaman dan kemajuan bangsa-
bangsa lain. Bahkan, negara sosialis seperti Uni Soviet yang terkenal anti dunia
luar tidak bisa bertahan dan terpaksa membuka diri. Maka kini, konsep
pembangunan modern harus membuat bangsa dan rakyat Indonesia membuka diri.
Dalam upaya untuk meletakan dasar-dasar masyarakat modern, bangsa Indonesia
bukan hanya menyerap masuknya modal, teknologi, ilmu pengetahuan, dan
keterampilan, tetapi juga terbawa masuk nilai-nilai sosial politik yang berasal dari
kebudayaan bangsa lain. Yang terpenting adalah bagaimana bangsa dan rakyat
Indonesia mampu menyaring agar hanya nilai-nilai kebudayaan yang baik dan
sesuai dengan kepribadian bangsa saja yang terserap. Sebaliknya, nilai-nilai
budaya yang tidak sesuai apalagi merusak tata nilai budaya nasional mesti ditolak
dengan tegas. Kunci jawaban dari persoalan tersebut terletak pada Pancasila
sebagai pandangan hidup dan dasar negara. Bila rakyat dan bangsa Indonesia
konsisten menjaga nilai-nilai luhur bangsa, maka nilai-nilai atau budaya dari luar
yang tidak baik akan tertolak dengan sendirinya. Cuma, persoalannya, dalam
kondisi yang serba terbuka seperti saat ini justru jati diri bangsa Indonesia tengah
berada pada titik nadir. Bangsa dan rakyat Indonesia kini seakan-akan tidak
mengenal dirinya sendiri sehingga budaya atau nilai-nilai dari luar baik yang sesuai
maupun tidak sesuai terserap bulat-bulat. Nilai-nilai yang datang dari luar serta-
merta dinilai bagus, sedangkan nilai-nilai luhur bangsa yang telah tertanam sejak
lama dalam hati sanubari rakyat dinilai usang. Lihat saja sistem demokrasi yang
kini tengah berkembang di Tanah Air yang mengarah kepada paham liberalisme.
Padahal, negara Indonesia seperti ditegaskan dalam pidato Bung Karno di depan
Sidang Umum PBB menganut faham demokrasi Pancasila yang berasaskan gotong
royong, kekeluargaan, serta musyawarah dan mufakat.

Sistem politik yang berkembang saat ini sangat gandrung dengan faham
liberalisme dan semakin menjauh dari sistem politik berdasarkan Pancasila yang
seharusnya dibangun dan diwujudkan rakyat dan bangsa Indonesia. Terlihat jelas
betapa demokrasi diartikan sebagai kebebasan tanpa batas. Hak asasi manusia
(HAM) dengan keliru diterjemahkan dengan boleh berbuat semaunya dan tak
peduli apakah merugikan atau mengganggu hak orang lain. Budaya dari luar,
khususnya paham liberalisme, telah merubah sudut pandang dan jati diri bangsa
dan rakyat Indonesia. Pergeseran nilai dan tata hidup yang serba liberal memaksa
bangsa dan rakyat Indonesia hidup dalam ketidakpastian. Akibatnya, seperti
terlihat saat ini, konstelasi politik nasional serba tidak jelas. Para elite politik
tampak hanya memikirkan kepentingan dirinya dan kelompoknya semata. Dalam
kondisi seperti itu sekali lagi peran Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar
Negara memegang peranan penting. Pancasila akan menilai nilai-nilai mana saja
yang bisa diserap untuk disesuaikan dengan nilai-nilai Pancasila sendiri. Dengan
begitu, nilai-nilai baru yang berkembang nantinya tetap berada di atas kepribadian
bangsa Indonesia. Pasalnya, setiap bangsa di dunia sangat memerlukan pandangan
hidup agar mampu berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas arah dan tujuan
yang hendak dicapai. Dengan pandangan hidup, suatu bangsa mempunyai
pedoman dalam memandang setiap persoalan yang dihadapi serta mencari solusi
dari persoalan tersebut. Dalam pandangan hidup terkandung konsep mengenai
dasar kehidupan yang dicita-citakan suatu bangsa. Juga terkandung pikiran-pikiran
terdalam dan gagasan suatu bangsa mengenai wujud kehidupan yang dicita-
citakan. Pada akhirnya pandangan hidup bisa diterjemahkan sebagai sebuah
kristalisasi dari nilai-nilai yang dimiliki suatu bangsa yang diyakini kebenarannya
serta menimbulkan tekad bagi bangsa yang bersangkutan untuk mewujudkannya.
Karena itu, dalam pergaulan kehidupan berbangsa dan bernegara, bangsa Indonesia
tidak bisa begitu saja mencontoh atau meniru modelyang dilakukan bangsa lain,
tanpa menyesuaikan dengan pandangan hidup dan kebutuhan bangsa Indonesia.

3. Dampak-dampak Globalisasi

1) Dampak positif globalisasi

a. Pemerintah dijalankan secara terbuka dan demokratis.

b.Terbukanya pasar interrnasional, meningkatkan kesempatan kerja dan


meningkatkan devisa negara.

c. Kita dapat meniru pola berpikir yang baik seperti etos kerja yang tinggi dan
disiplin dan Iptek dari bangsa lain yang sudah maju untuk meningkatkan kemajuan
bangsa yang pada akhirnya memajukan bangsa dan akan mempertebal rasa
nasinalisme kita terhadap bangsa.

d. Kesejahteraan sosial karena adanya perkembangan zaman seseorang akan


berusaha mensejahterakan dirinya dan keluarganya

2) Dampak negatif globalisasi.

a. Globalisasi mampu meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa liberalisme dapat


membawa kemajuan dan kemakmuran.

b. Dari globalisasi aspek ekonomi, hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam
negeri karena banyaknya produk luar negeri.

c. Masyarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas dirinya
sebagai bangsa Indonesia, karena gaya hidupnya cenderung meniru budaya barat
yang oleh masyarakat dunia dianggap sebagai kiblat.

d. Mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang tajam antara yang kaya dan
miskin, karena adanya persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi.

Anda mungkin juga menyukai