Anda di halaman 1dari 7

“RANGKUMAN MENGENAI KLASIFIKASI ADA PADA ANAK-ANAK

YANG MENGALAMI KELAINAN DAN CARA MELAYANINYA”


(Disusun untuk Memenuhi Tugas Individu pada Mata Kuliah Pendidikan
Inklusi)

Dosen Pengampu : Drs. Makmur Nurdin,M.Si

Oleh :

ANNIDA US SALAMAH ADZ DZIKRU


1847241018
28 C

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2020
TUGAS
Buatlah sebuah rangkuman singkat mengenai klasifikasi ada pada anak-anak yang mengalami
kelainan dan cara melayaninya;
a. Kelainan Fisik
b. Kelainan Mental Emosional
c. Kelainan Akademik
PENYELESAIAN

A. Kelainan Fisik
1. Tunanetra
a. Klasifikasi Anak Tunanetra Berdasarkan Tingkat Ketajaman Penglihatan
1) Low vision (kurang lihat)
2) The blind,
3) Sangat berat,
b. Berdasarkan adaptasi pedagogis.
Kirk, SA (Suparno, 2008) mengklasifikasi penyandang tunanetra berdasarkan
kemampuan penyesuaian dalam pemberian layanan pendidikan khusus yang
diperlukan. Klasifikasi yang dimaksud adalah:
1) kategori sedang (moderate visual disability),
2) kategori berat (severe visual disability), dan
3) kategori sangat berat (profound visual disability).

 Cara melayani bagi anak tuna netra menurut Annastasia Widjajanti dan Immanuel
Hitipeuw (1995) (dalam Suparno, 2008) ialah:
1) Penguasaan Braille, yaitu kemampuan untuk menulis dan membaca Braille
2) Latihan orientasi dan mobilitas
3) Penggunaan alat bantu dalam pembelajaran berhitung dan matematika
4) Pembelajaran pendidikan jasmani bagi anak tunanetra
5) Pembelajaran IPA menggunakan model yang dapat diamati dan diraba oleh
anak
2. Tuna Rungu
Untuk anak tunarungu secara umum diklafikasikan menjadi dua, yaitu pertama,
Kurang dengar (hard of hearing) dan kedua Tuli (the deaf). Secara rinci tunarungu
dapat diklasifikasikan menjadi:
a. Tunarungu ringan
b. Tunarungu sedang
c. Tunarungu berat
d. Tunarungu sangat berat (profound)

 Cara melayani dalam pendidikan bagi anak tuna rungu ialah:


a. Cara manual, dengan melakukan terapi wicara dengan cara melatih atau
mengajar anak tuna rungu untuk berkomunikasi dengan menggunakan bahasa
isyarat yaitu dengan ejaan jari
b. Cara audio visual therapy, yaitu perpaduan antara penerapan suara, bahasa
bibir dan mimic muka.tujuannya adalah dengan suara yang kita diharapkan
bisa mengoptimalkan sisa pendengaran anak dengan membaca mimic muka
serta bahasa bibir diharapkan anak mudah memahami atau lebih mengerti
setiap kata yang diucapkan secara visual
3. Tunadaksa
Anak tunadaksa dapat diklasifikasikan menjadi:
a. Cerebral palsy (CP): Ringan, Sedang, Berat
b. Berdasarkan letaknya : Spastic, Dyskenisia, Ataxia, Campuran
c. Polio: Tipe spinal, Tipe bulbair, Tipe bulbispinalis, Encephalitis

 Cara melayani anak tuna daksa ialah sebagai berikut:


a. Setiap orang harus mengubah paradigmanya tentang anak-anak tuna daksa dan
harus menyadari bahwa pada dasarnya setiap manusia memiliki kekurangan
b. Kesiapan sekolah harus diperhatikan baik kepala sekolah, guru, adminitrasi,
atauppun siswa-siswa anggota sekolah
c. Menyediakan fasilitas khusus bagi penyandang tuna daksa

B. Kelainan Mental Emosional


1. Anak Tunagrahita
a. Klasifikasi berdasarkan tinjauan akademik diantaranya:
1) Berdasarkan kapasitas intelektual: ringan , sedang , berat , sangat berat
2) Berdasarkan kemampuan akademik: mampu didik, mampu latih, Perlu
rawat
3) Berdasarkan tipe klinik pada fisik :
 Down’s Syndrone (Mongolism)
 Macro Cephalic (Hidro Cephalic)
 Micro Cephalic
b. Klasifikasi yang berpandangan medis
Kelompok tipe klinis di antaranya:
1) Down Syndrom, Kretin,
2) Hydrocephalus, Microcephalus,
3) Macrocephalus, Brachicephalus dan Schaphocephalus,
4) Cerebral Palsy (kelompok kelumpuhan pada otak),
5) Brain Damage (Rusak otak)
c. Klasifikasi yang berpandangan pendidikan
Kalangan American Education (Moh. Amin, 1995:21)
mengelompokkan menjadi:
o Mampu didik,
o Mampu latih, dan
o Perlu rawat.
d. Klasifikasi yang berpandangan sosiologis
Menurut AAMD (Amin, 1995:22-24) klasifikasi itu sebagai berikut :
1) Tunagrahita ringan
2) Tunagrahita sedang;
3) Tunagrahita berat dan sangat berat,
e. Klasifikasi yang dikemukakan oleh Leo Kanner (Amin, 1995:22-24), dan
ditinjau dari sudut tingkat pandangan masyarakat sebagai berikut:
1) Tunagrahita absolut,
2) Relatif,
3) Semu

 Cara melayani anak-anak tuna grahita


a Menggunakan metode dan media pembelajaran khusus yang memudahkan
mereka menerima pengajaran yaitu media pembelajaran yang nyata, gambar-
gambar, bentuk sesuai dengan asli
b Menggunakan strategi pembelajaran yang sesuai yaitu direct introduction,
cooperative learning, peer tutorial
c Tenaga pengajar harus berinovasi terus menerus agar lebih baik dan tidak
monoton
2. Klasifikasi Anak Tunalaras
Beberapa klasifikasi yang menonjol dari anak-anak berkebutuhan khusus yang
mengalami kelainan perilaku sosial ini adalah:
a. Berdasarkan perilakunya: Beresiko tinggi, Beresiko rendah, Kurang dewasa,
Agresif
b. Berdasarkan Kepribadian
 Kekacauan perilaku
 Menarik diri (withdrawll)
 Ketidakmatangan (immaturity)
 Agresi sosial.

 Cara melayani anak tuna laras ialah sebagai berikut:


1) Mengatasi maslah-masalah gangguan emosi dan tingkah laku
2) Keterampilan manajemen diri meliputi pemantauan diri, intervensi diri,
pengarahan diri, latihan keterampilan social,partisispasi keluarga dll
3) Sikap guru dalam mengatur kelas yaitu fleksibel dalam akademis, fleksibel
dalam perilaku dan sikap humor

C. Anak Berkelainan Akademik


1. Klasifikasi Anak Berbakat
Beberapa klasifikasi yang menonjol dari anak-anak berbakat umumnya hanya
dilihat dari tingkat intelegensinya, berdasarkan standar Stanford Binet, yaitu meliputi;
a. kategori rata-rata tinggi
b. kategori superior
c. kategori sangat superior
 cara melayani anak berkelainan akademik yaitu anak berbakat yaitu:
1) memberikan dukungan dan bimbingan dari lingkungannya
2) tidak membanding bandingkan setiap anak satu dengan lainnya, karena
setiap anak berbeda
3) mencukupi kebutuhan anak untuk menunjang kemampuan/potensi untuk
mendapatkan prestasi yang unggul dari kemampuan/potensi yang
dimilikinya
2. Klasifikasi Anak Berkesulitan Belajar
Untuk mengklasifikasikan anak berkesulitan belajar spesifik dapat dilakukan
berdasar pada tingkat usia dan juga jenis kesulitannya, yaitu:
a. Kesulitan Berlajar Perkembangan
Pengelompokkan kesulitan belajar pada anak usia di bawah 5 tahun (balita)
adalah kesulitan belajar perkembangan hal ini dikarenakan anak balita belum
belajar secara akademis, tetapi belajar dalam proses kematangan prasyarat
akademis, seperti kematangan persepsi visual-auditory, wicara, daya deferensiasi,
kemampuan sensory-motor dsb.
b. Kesulitan Belajar Akademik, seperti berhitung/matematika (diskalkulia),
membaca (disleksia), menulis (disgraphia), berbahasa (disphasia), kesulitan/tidak
terampil (dispraksia), dsb.
c. Klasifikasi lain yang berdasarkan dari jenis gangguan atau kesulitan yang dialami
anak yaitu:
 Dispraksia,
 Disgraphia,
 Diskalkulia,
 Disleksia,
 Disphasia,
 Body awareness

 Cara melayani anak kesulitan belajar ialah sebagai berikut:


Model layanan pendidikan bagi anak kesulitan belajar
1. Model pendidikan terpadu
2. Model pendidikan mainstreaming
3. Model inklusi
Dari ketiga model pelayanan pendidikan sebagaimana diuraikan diatas
maka pilihan penempatan disesuaikan dengan kondisi dan potensi
lapangan. Tipe pemilihan penempatan anak berkesulitan belajar adalah:
a Kelas regular (general education class)
b Kelas khusus (special class)
c Ruang sumber (resource room)
d Guru kunjung
e Konsultan guru kelas

Anda mungkin juga menyukai