Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH FILSAFAT

KARAKTERISTIK DAN METODE-METODE FILSAFAT

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 3

1. Mukhlis (2120202196)
2. Fadhilah (2120202174)
3. Sri Juwita (2120202188)

DOSEN PENGAMPU:

SYARNUBI, M.Pd.I

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG 2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah swt karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik, dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
karateristik/sifat-sifat filsafat dan metode filsafat ini dengan baik, meskipun banyak
kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Bapak
Syarnubi,M.Pd.I selaku dosen pembimbing mata kuliah Filsafat UIN Raden Fatah
Palembang yang telah memberika tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai karateristik/sifat-sifat dan metode
filsafat . Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang
akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membagun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apadila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami mohon kritik dan
sarannya.

Palembang, 28 Agustus 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGHANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah 2

C. Tujuan ...................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN 3

A. Karakteristik Filsafat

a. Befikir radikal 3

b. Mencari Asas 3

c. Memburu Kebenaran 3

d. Mencari Kejelasan 3

e. Berpikir Rasioanal 3

B. Metode Filsafat 5

a. Metode Sitestematis..................................................................5

b. Metode Historis.........................................................................5

c. Metode Kritis ...........................................................................6

d. Metode Intuitif .........................................................................6

e. Metode Skolastik .....................................................................6

f. Metode Matematis ...................................................................6

g. Metode Empiris .......................................................................6

h. Metode Transendental .............................................................7


ii
i. Metode Dialektis ......................................................................7

j. Metode Fenomenologi .............................................................7

k. Metode Neo-Positivistik ..........................................................7

l. Metode Analitika Bahasa..........................................................7

m. Metode Deduksi .......................................................................8

n. Metode Induksi ........................................................................8

BAB III PENUTUP .................................................................................................9

A. Kesimpulan.....................................................................................9

B. Saran..............................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Filsafat, terutama filsafat Barat muncul di Yunani semenjak kira- kira abad ke-7
SM. Filsafat muncul ketika orang-orang mulai berpikir- pikir dan berdiskusi akan
keadaan alam, duni, dan lingkungan di sekitar mereka dan tidak menggantungkan diri
kepada agama lagi untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini.

Filsafat adalah jalan keluar dari sesuatu masalah yang tidak dapat dipecahkan
oleh sains, filsafat dapat dipecahkan secara logis, estetika, dan metapisika. Filsafat
adalah induk ilmu pengetahuan, filsafat disebut ilmu pengetahuan karena, memang
filsafatlah memang melahirkan segala ilmu pengetahuan yang ada

Kehadirannya yang terus menerus disepanjang peradapan manusia telah


memberi kesaksian yang meyakinkan tentang betapa pentingnya filsafat bagi manusia.
Filsafat disebut sebagai suatu ilmu pengetahuan yang bersifat eksistensial, artinya sangat
erat hubungannya dengan kehidupan kita sehari-hari. Bahkan filsafatlah yang jadi motor
penggerak kehidupan kita sehari-hari baik sebagai manusia pribadi maupun sebagai
manusia kolektif dalam bentuyk masyarakat atau bangsa.

Filsafat merupakan salah satu disiplin ilmu yang sangat mendasar, sehingga
semua disiplin ilmu yang lain akan membutukan pijakan filsafat. Dengan demikian,
kajian ilmiah yang terdapat dalam ilmu pengetahuan akan ditemukan hakikat, seluk
beluk, dan sumber pengetahuan yang mendasarinya.

Untuk itu sebagai manusia yang harus mencari kebenaran, perlu bahwasanya
untu mengetahui lebih jelas tentang filsafat. Bagaimanakah sifat filsafat sebenarnya apa
yang menjadi karakteristik umum dalam filsafat dan metode apa yang harus dipelajari
dalam filsafat

1
B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:


1. Apa saja karakteristik filsafat ?
2. Bagaimanakah metode-metode filsafat?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat mengetahui karakteristik filsafat.
2. Membahas metode-metode filsafat.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Karakteristik Filsafat
Karakteristik dasar filsafat oleh Jan Hendrik Rapar diungkapkan setidaknya ada lima
hal, yaitu berpikir radikal, mencari asas, memburu kebenaran, mencari kejelasan dan
berpikir rasional.1
1. Berpikir Radikal; Berpikir secara radikal adalah karakter utama filsafat, karena filosuf
berpikir secara radikal, maka ia tidak akan pernah terpaku hanya pada fenomena suatu
entitas tertentu. Ia tidak akan pernah berhenti hanya pada suatu wujud realitas tertentu.
Keradikalan berpikirnya itu akan senantiasa mengobarkan hasratnya untuk menemukan
akar seluruh kenyataan, termasuk realitas pribadinya. Berpikir rabikal yaitu berpikir
secara mendalam, untuk mencapai akar persoalan yang dipermasalahkan.
2. Mencari Asas; Karakter filsafat berikutnya adalah mencari asas yang paling hakiki dari
keseluruhan realitas, yaitu berupaya menemukan sesuatu yang menjadi esensi realitas.
Dengan menemukan esensi suatu realitas, maka akan diketahui dengan pasti dan menjadi
jelas keadaan realitas tersebut, oleh karena itu, mencari asas adalah salah satu sifaty dasar
atau karakteristik filsafat.
3. Memburu Kebenaran; Berfilsafat berarti memburu kebenaran tentang segala sesuatu.
Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran yang tidak meragukan, oleh sebab itu
ia selalu terbuka untuk dipersoalkan kembali dan diuji demi meraih kebenaran yang lebih
hakiki. Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa kebenaran filsafat tidak pernah bersifat
mutlak dan final, melainkan terus bergerak dari suatu kebenaran menuju kebenaran baru
yang lebih pasti. Kebenaran yang baru ini pun masih bersifat terbuka untuk diuji dan
dikaji lagi sampai menemukan kebenaran yang lebih meyakinkan. Dengan demikian,
terlihat bahwa salah satu karakteristik filsafat adalah senantiasa memburu kebenaran.
4. Mencari Kejelasan; Berfilsafat berarti berupaya mendapatkan kejelasan mengenai
seluruh realitas. Geisler dan Feinberg mengatakan bahwa ciri khas penelitian filsafat
ialah adanya usaha keras demi meraih kejelasan intelektual.29Mengejar kejelasan berarti
harus berjuang dengan gigih untuk mengeliminasi segala sesuatu yang tidak jelas, yang
kabur dan yang gelap, bahkan juga yang serba rahasia dan berupa teka-teki.
5. Berpikir Rasional; Berpikir secara radikal, mencari asas, memburu kebenaran, dan
mencari kejelasan tidak mungkin dapat berhasil dengan baik tanpa berpikir secara

1
.Jan Hendrik Rapar, Pengantar Filsafat, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius,1996), hal.21-24
3
rasional. Berpikir secara rasional berarti berpikir logis, sistematis dan kritis. Berpikir
logis itu bukan hanya sekedar mengapai pengertian-pengertian yang dapat diterima oleh
akal sehat, melainkan agar sanggup menarik kesimpulan dan mengambil keputusan yang
tepat dan benar dari premis-premis yang digunakan. Berpikir logis juga menuntut
pemikiran yang sistematis, di mana rangkaian pemikiran yang berhubungan satu sama
lain atau saling berkaitan secara logis. Tanpa berpikir yang logis-sistematis dan koheren,
maka satu hal yang tak mungkin dicapai kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan.
Berpikir kritis ialah terus menerus mengegevaluasi dan memverifikasi argumenargumen
yang mengklaim diri benar. Berpikir logissistematis-kritis adalah ciri utama berpikir
rasional, dan berpikir rasional adalah salah satu karakteristik filsafat. 2 Contohnya Logika
historis yang menyatakan bahwabila ada juru tulis maka seorang tidak bisa menulis.
Hampir seluruh pemimipin di dunia ini memiliki juru bicara dan juru tulis namun
mereka bisa bicara dan bisa menulis. Justru adanya juru tulismempelihatkan manajemen
dan kepemimpinan yang efektif.3
Di samping berpikir radikal, mencari asas, memburu kebenaran, mencari kejelasan
dan berpikir rasional. Masih ada lagi beberapa hal yang menjadi karakteristik atau ciri khas
filsafat; yaitu memikirkan sifat-sifat umum, hidup dalam kesadaran, bersifat toleran dan
bersifat subjektif.
1. Memikirkan Sifat-Sifat Umum; sebagai diketahui, bahwa ojek kajian filsafat selalu
memilih hal-hal yang umum.
2. Hidup Dalam Kesadaran; meminjam istilah Rene Descartes (1596-1650) ‘cogito ergo
sum’ saya berpikir maka saya ada. Kalimat ini menegaskan bahwa filsfat itu memiliki
ciri selalu hidup dalam kesadaran. Aristoteles menengarai bahwa keheranan adalah
sumber yang melahirkan filsafat.
3. Bersifat Toleran; orang yang hidup tanpa kesadaran (berpikir filosofis), yang selalu
sibuk dengan aktivitas rutin dan disibukkan oleh pemenuhan kebutuhan hidup sehari-
hari, ia tidak punya waktu untuk berpikir secara filosofis. Pemikiran filosofis menerima
kritikan dari luar, bahkan secara internal melakukan self critic, kritik internal. Maka
menjadi ciri khas pemikiran filsafatadalah bersifat terbuka dan toleran terhadap
perbedaan pandangan atau pemikiran yang berbeda.
4. Bersifat Subjektif; pemikiran filsafat itu menjadi milik filosuf itu sendiri. Berpikir

2
. M.Sidi Ritaudin, Mengenal filsafat dan karakteristiknya.Kalam : Jurnal Studi Agama Islam.Vol.09.No 01,
Juni 2015 . Hlm 136-138
3
. Musnur Hery. Studi Hemaneutik Filsafat. Tadrib:Pendidikan Agama Islam .
ISSN:24775436.Vol.3.No.1.2017. Hal 42
4
manusia pasti bersifat subjektif. Perbedaan ini lumrah terjadi dalam menjawab teka-teki
yang tidak habis-habisnya karena bersifat metafisis. Walaupun jawabannya saling
berlawanan, namun dengan pengalaman apa pun tidak dapat memvonis mana yang
benar dan mana yang salah. Karena konsepsi filsafat benar-benar asli tidak bisa digugat.
Konsepsi itu bisa diserang dengan konsepsi lain, tetapi tidak dapat dikalahkan. 4

B. Metode dalam Filsafat


Filsafat adalah suatu ilmu yang menggunakan daya berpikir yang sangat luar biasa.
Filsafat sebagaimana yang telah dipahami bersama adalah hasil pemikiran para filsuf. Tentu
dalam perkembangannya ada beberapa metode yang dikembangkan sebagai usaha untuk
mempelajari filsafat. Di dalam Tafsir, ada tiga macam metode dalam mempelajari filsafat:
pertama, metode sistematis, kedua, metode historis, dan yang ketiga, adalah metode kritis.
Sedangkan dalam referensi yang lain di sebutkan ada 10 metode yang digunakan untuk
mempelajari filsafat di antaranya adalah: (1) Metode kritis. (2) Metode Intuitif. (3) Metode
Skolastik. (4) Metode Matematis. (5) Metode empiris. (6) Metode transendental. (7).
Dialektis. (8) Metode Fenomenologi. (9) Metode neo-positivistik. (10) Metode analisis
bahasa.16 Sedangkan menurut Juhaya S. Pradja sebagaimana dalam Atang dan Beni,
metode filsafat ada tiga yakni: (a) Metode deduksi. (b) Metode induksi. (c) Metode
dialektika. Tiga metode yang dikemukakan Jujun oleh Atang dan Beni dikatakan ada dua
pendekatan, yaitu logika dan dialektika.Analisis selanjutnya tentang metode yang digunakan
dalam upaya mempelajari filsafat adalah sebagai berikut:
1. Metode Sistematis: kita kenal dengan sebutan karya filsafat atau isi filsafat pertama
adalah (teori hakikat atau kita kenal dengan istilah ontologi). Kedua adalah (teori
pengetahuan kita juga mengenal dengan istilah epistemologi). Ketiga adalah (teori nilai
dan dikenal dengan sebutan aksiologi).
2. Metode Historis: dalam metode ini yang perlu diperhatikan adalah tokoh serta periode
filsafat (sejarah pemikiran)-riwayat hidupnya, pokok ajarannya. Periode, babakan
sejarah filsafat meliputi (a) Ancient philosophy [Filosofi masa lampau] (b) middle
philosophy [Filosofi masa pertengahan] (c) modern philosophy [Filosofi masa modern].

4
. M.Sidi Ritaudin, Mengenal filsafat dan karakteristiknya.Kalam:Jurnal Studi Agama Islam.Vol.09.No 01,
Juni 2015 .Hlm 12-13
5
3. Metode Kritis: metode ini dipergunakan oleh Sokrates dan Plato - tingkat intensif, telah
memiliki pengetahuan filsafat. Pendekatannya historis atau historis. Memahami isi,
mengajukan kritik baik dengan bentuk menentang atau dukungan terhadap ajaran
filsafat yang sedang dipelajari. Mengkritik dengan pendapat sendiri atau juga
menggunakan pendapat filsuf lain.
4. Metode Intuitif: metode ini dipergunakan oleh Plotinos dan Bergson. Intuisi juga berarti
daya (kemampuan) untuk memiliki pengetahuan segera dan langsung mengenai sesuatu
tanpa mempergunakan rasio. Sebagai metode yang prosesnya menggunakan aktivitas
kontemplasi dengan melakukan perenungan secara intens dan mendalam, pada
dasarnya metode intuisi bukan metode antirasional, melainkan suprarasional bahkan
bersifat spiritual.5
5. Metode Skolastik: Metode ini banyak berkembang pada Abad Pertengahan. Thomas
Aquinas (1225-1247) merupakan salah satu penganjurnya. Pada masa Klasik,
Aristoteles juga dikatakan sebagai pengguna metode sintetisdeduktif ini. Pada Abad
Pertengahan, filsafat dikuasai oleh pemikiran teologi dan suasana keagamaan Kristen.
Filsafat skolastik dikembangkan dalam sekolah-sekolah biara dan keuskupan. Para
pastor dan biarawan merangkap jadi filosof, hingga filsafat dan teologi (Kristiani) tidak
terpisahkan. Menurut de Wulf (Scholastic Philosophy), pada periode ini filsafat menjadi
bagian integral dari teologi. Meskipun begitu, Thomas menunjukkan penghargaan yang
tinggi terhadap filsafat yang dikatakannya ‘puncak kemampuan akal-budi manusia’.
menurut Thomas sendiri, dalam filsafat itu argumen yang paling lemah ialah argumen
kewibawaan (yang merupakan ciri berpikir keagamaan). Metode skolastik kerap
disebut metode sintesis-deduktif. Bertitik tolak dari prinsip-prinsip sederhana yang
sangat umum diturunkanhubungan yang lebih kompleks dan khusus. Dengan bertitik
tolak dari definisi atau prinsip yang jelas dengan sendirinya, ditarik penjelasan dan
kesimpulan tentang hal kurang/ tidak jelas.6
6. Metode Matematis: metode ini dipergunakan oleh Descartes dan pengikutnya. Metode
ini dimulai dengan analisa terhadap hal-hal yang kompleks, dicapai intuisi akan
hakikat-hakikat “sederhana”(ide terang dan berbeda dari yang lain), dari hakikat-
hakikat itu dideduksikan secara matematis segala pengertian lainnya.
7. Metode Empiris: metode ini dipergunakan oleh Thomas Hobbes, John Locke, Berkeley,

5
. Maftuh dan Pasun, Mengenal filsafat antara metode praktik dan pemikiran socrates.Cendekia:jurnal studi
keislaman. Vol.5.No.1, Juni 2019
6
.Nur A. Fadhil Lubis, Pengantar Filsafat Umum (Medan:Perdana Publishing, 2015),Hlm.26
6
dan Hume. Metode ini berpijak pada sikap bahwa hanya pengalamanlah yang dapat
menyajikan pengertian yang benar, maka semua pengertian (ide-ide). Secara garis besar
metode ini menekankan pada pengalaman sebagai sumber utama kebenaran.
8. Metode Transendental: metode ini dipergunakan oleh Immanuel Kant. Metode yang
merupakan analisis kriteriologis yang berpangkal pada pengertian objektif. Dalam hal
ini Kant menerima nilai objektif ilmu-ilmu positif karena ia dapat menghasilkan
kemajuan hidup sehari-hari. Kan juga menerima nilai objektif agama dan moral, sebab
ia memberikan kemajuan dan kebahagiaan. Hal ini disebut dengan sintetis-apriori ia
juga membedakan analisis dan sintesis. Analisis dibagi atas empat macam, yaitu (1)
analisis psikologis, (2) analisis logis, (3) analisis ontologis dan (4) analisis kriteriologis.
Adapun sintesis dibagi atas dua macam (1) sintesis aposteriori dan (2) sintesis apriori.
Perkembangannya menghasilkan sebuah struktur baru dari sintesis apriori yang dikenal
dengan istilah analisis transendental.
9. Metode Dialektis: metode ini dipergunakan oleh Hagel dan Karl Marx. Pada prinsipnya
metode ini pada dasarnya mengikuti dinamika pikiran atau alam sendiri, menurut
triadik: tesis, antitesis dicapai hakikat kenyataan.
10. Metode Fenomenologi: metode ini dipergunakan oleh Edmund Husserl dan kelompok
eksistensialisme. Metode ini pada prinsipnya melakukan pemotongan secara sistematis
(reduction), refleksi atas fenomena dalam kesadaran mencapai penglihatan hakikat-
hakikat murni. Fenomenologi menggunakan tiga langkah kegiatan, yaitu (1) reduksi
fonomenologi-menyaring setiap keputusan yang secara naif muncul terhadap objek
yang diamati seperti keputusan subjektif sehingga fenomena tampak murni (2) reduksi
eiditis-adalah intisari atau pokok sejati, jadi tidak ada sesuatupun yang tersembunyi atau
tertutup, segalanya terbuka, dan (3) reduksi transendentaladalah situasi dan kondisi
subjek secara hakiki terbatas dari pengalaman empiris dalam rangka mengimbangi
kemurnian fenomena sehingga tidak ada hubungannya dengan yang diteliti dibersihkan
dengan kesadaran murni.
11. Metode Neo-Positivistik: metode ini pada prinsipnya meletakkan pemahaman terhadap
hakikat kenyataan dengan jalan mempergunakan aturan-aturan seperti yang berlaku
pada ilmu pengetahuan positif (khususnya ilmu eksakta).
12. Metode Analitika Bahasa: metode ini dipergunakan oleh Ludwing Wittgenstein.
Metode ini pada prinsipnya melakukan analisa berdasarkan pemakaian bahasa sehari-
hari (ordinary language), sehingga dapat ditentukan sah atau tindaknya ucapan-ucapan
filosofis.
7
13. Metode Deduksi: yakni metode berpikir yang menarik kesimpulan dari prinsip-prinsip
umum kemudian diterapkan pada sesuatu yang bersifat khusus.
14. Metode Induksi: metode berpikir dalam menarik kesimpulan dari prinsip khusus
kemudian diterapkan pada sesuatu yang bersifat umum.7

7
. Maftuh dan Pasun, Mengenal filsafat antara metode praktik dan pemikiran socrates.Cendekia:jurnal studi
keislaman. Vol.5.No.1, Juni 2019

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam pembahasan untuk mencari apakah karakteristik dan metode dalam bidang
filsafat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa filsafat mempunyai karakteristik:
1. Berpikir Radikal
2. Mencari Asas
3. Memburu Kebenaran
4. Mencari Kejelasan
5. Berpikir Rasional
Dan juga filsafat mempunyai 14 metode, yaitu:
1. Metode Sistematis: kita kenal dengan sebutan karya filsafat atau isi filsafat pertama
adalah (teori hakikat atau kita kenal dengan istilah ontologi). Kedua adalah (teori
pengetahuan kita juga mengenal dengan istilah epistemologi). Ketiga adalah (teori nilai
dan dikenal dengan sebutan aksiologi).
2. Metode Historis: dalam metode ini yang perlu diperhatikan adalah tokoh serta periode
filsafat (sejarah pemikiran)-riwayat hidupnya, pokok ajarannya.
3. Metode Kritis: metode ini dipergunakan oleh Sokrates dan Plato - tingkat intensif,
telahmemiliki pengetahuan filsafat. Pendekatannya historis atau historis.
4. Metode Intuitif: metode ini dipergunakan oleh Plotinos dan Bergson.
5. Metode Skolastik: Metode ini banyak berkembang pada Abad Pertengahan. Thomas
Aquinas (1225-1247) merupakan salah satu penganjurnya.
6. Metode Matematis: metode ini dipergunakan oleh Descartes dan pengikutnya.
7. Metode Empiris: metode ini dipergunakan oleh Thomas Hobbes, John Locke, Berkeley,
dan Hume.
8. Metode Transendental: metode ini dipergunakan oleh Immanuel Kant. Metode yang
merupakan analisis kriteriologis yang berpangkal pada pengertian objektif.
9. Metode Dialektis: metode ini dipergunakan oleh Hagel dan Karl Marx.
10. Metode Fenomenologi: metode ini dipergunakan oleh Edmund Husserl dan kelompok
eksistensialisme.
11. Metode Neo-Positivistik: metode ini pada prinsipnya meletakkan pemahaman terhadap
hakikat kenyataan dengan jalan mempergunakan aturan-aturan seperti yang berlaku
pada ilmu pengetahuan positif (khususnya ilmu eksakta).

9
12. Metode Analitika Bahasa: metode ini dipergunakan oleh Ludwing Wittgenstein.
Metode ini pada prinsipnya melakukan analisa berdasarkan pemakaian bahasa sehari-
hari (ordinary language), sehingga dapat ditentukan sah atau tindaknya ucapan-ucapan
filosofis.
13. Metode Deduksi: yakni metode berpikir yang menarik kesimpulan dari prinsip-prinsip
umum kemudian diterapkan pada sesuatu yang bersifat khusus.
14. Metode Induksi: metode berpikir dalam menarik kesimpulan dari prinsip khusus
kemudian diterapkan pada sesuatu yang bersifat umum.

B. Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami susun. Semoga bermanfaat. kami menyadari
bahwa makalah ini bukanlah proses akhir, tetapi merupakan langkah awal yang masih
banyak memerluhkan perbaikan. Karena itu kami sangat mengharapkan tanggapan, saran
dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah yang selanjutnya. Atas
perhatiannya kami sampaikan terima kasih.

10
DAFTAR PUSTAKA

Lubis, N. A. (2015). Pengantar Filsafat Umum. Medan: Perdana Publishing.

Hery, M. (2017). Studi Hemaneutik Filsafat. Tadrib: Pendidikan Agama Islam, 42.

Rapar, J. H. (1996). Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Kanisius.

Ritaudin, M. S. (2015). Mengenal Filsafat Dan Karakteristiknya. Kalam: Studi Agama


Islam, 136-139.

Maftun, & Patsun. (2019). Mengenal Filsafat Antara Metode Praktik dan Pemikiran
Socrates. Cendekia: Jurnal Studi Keislaman, 124-127.

11

Anda mungkin juga menyukai