Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Zakat, Infaq, Shodaqoh dan Wakaf atau Ziswaf adalah instrumen
ekonomi Islam yang merupakan bentuk ketaatan kepada Allah SWT
sekaligus sebagai bentuk kewajiban berbagi kebaikan dengan sesama.

Pemerintah sendiri menyadari pentingnya instrumen ekonomi Islam


tersebut dalam upaya pengentasan kemiskinan. Pada tahun 2001
pemerintah membentuk Baznas dan pada tahun 2004 membentuk badan
Wakaf Indonesia (BWI), lalu tahun 2011 pemerintah mengeluarkan
Undang-undang No. 23 tentang Pengelolaan Zakat. Pembentukan
lembaga-lembaga tersebut mengindikasikan bahwa pemerintah ingin agar
kegiatan Ziswaf bisa dilakukan secara profesional, akuntabel dan
transparan yang hasilnya bisa dimanfaatkan untuk kesejahteraan rakyat
sebagaimana amanat undang-undang dasar 1945.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu ZISWAF?
2. Bagaimana Peran Ziswaf dalam Pengentasan Kemiskinan.?
3. Bagaimana Transformasi Managemen Zakat Wakaf (Ziswaf) dari
Konvensional menuju Managemen Professional.?
4. Bagaimana Pengaruh Penyaluran Dana Zakat, Infaq dan Sedekah
Terhadap Tingkat Kemiskinan.?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian ZISWAF
2. Untuk Mengetahui tentang Peranan Ziswaf dalam Pengentasan
Kemiskinan.
3. Untuk Mengetahui tentang Transformasi Managemen Zakat Wakaf
(Ziswaf) dari Konvensional menuju Managemen Profesional.

1
4. Untuk Mengetahui tentang Pengaruh Penyaluran Dana Zakat, Infaq dan
Sedekah Terhadap Tingkat Kemiskinan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ziswaf

Zakat, Infaq, Shodaqoh dan Wakaf atau Ziswaf adalah instrumen


ekonomi Islam yang merupakan bentuk ketaatan kepada Allah SWT
sekaligus sebagai bentuk kewajiban berbagi kebaikan dengan sesama.

Dalam Alquran Allah SWT memberikan seruan agar umat Islam


memberikan sebagian harta yang dimilikinya, ayat seruan tersebut terletak
di berbagai surat Alquran dalam bentuk yang berbeda-beda yang artinya
mengeluarkan sebagian harta yang kita miliki adalah sebuah urgensi karena
di ayat lain Allah mencela dan memberikan gambaran yang buruk bagi
manusia yang hanya menumpuk harta dan mengumpulkan kekayaan.

Pemerintah sendiri menyadari pentingnya instrumen ekonomi Islam


tersebut dalam upaya pengentasan kemiskinan. Pada tahun 2001 pemerintah
membentuk Baznas dan pada tahun 2004 membentuk badan Wakaf
Indonesia (BWI), lalu tahun 2011 pemerintah mengeluarkan Undang-
undang No. 23 tentang Pengelolaan Zakat. Pembentukan lembaga-lembaga
tersebut mengindikasikan bahwa pemerintah ingin agar kegiatan Ziswaf bisa
dilakukan secara profesional, akuntabel dan transparan yang hasilnya bisa
dimanfaatkan untuk kesejahteraan rakyat sebagaimana amanat undang-
undang dasar 1945. 1

B. Peranan Ziswaf dalam Mengentaskan Kemiskinan

Di Indonesia, umat Islam menyebar diberbagai daerah baik kota


maupun desa. Umat Islam yang tinggal di kota kebanyakan adalah
pegawai dan pengusaha. Sedangkan yang berada di desa-desa kebanyakan
hanya bermata pencaharian sebagai buruh-buruh pabrik dan petani-petani

1
Https://stebankislam.ac.id diakses pada tanggal 23 februari 2022

3
yang memiliki satu dua petak sawah saja. Kondisi seperti ini di akibatkan
beberapa faktor sebagai berikut .
1. Faktor penduduk yang semakin meningkat, sementara tanah
pertanian tidak meningkat. Pemilik modal semakin memperparah
keadaan, sawah-sawah dipinggir jalan banya dibeli untuk dijadikan
pabrik-pabrik atau lahan bisnisnya, hal ini mengurangi jumlah
sawah dan tegal yang ada.
2. Belum berlakunya hukum tanah secara Islam. Barang siapa yang
memiliki tanah, maka hendaklah ia kerjakan dan Tanami. Ia tidak
mampu mengerjakan hendaklah ia berikan untuk dikelola oleh
saudara atau tetangganya.
3. Petani-petani miskin kita tidak sanggup menggarap tanah dengan
lahan baru, karena beberapa sebab dari biaya produksi dan obat-
obatan.
4. Program transmigrasi nasional tidak berjalan dengan baik, sehingga
banyak orang yang melakukan transmigrasi menemui kegagalan.
5. Petani-petani kita sendiri ternyata kurang mendapat infestasi modal
yang leluasa. Bahkan masih ada saja para petani yang mengurus
kredit ke Bank merasa kesulitan bahkan dipersulit urusannya.
Kondisi-kondisi seperti di atas menggiring kemiskinan kemiskinan
yang ada di daerah-daerah pedesaan. Kondisi ini Nampak begitu meluas di
Pulau Jawa. Akibatnya adalah urbanisasi besar-besaran dengan segala
macam penyakitnya. Orang-orang desa berebut mencari nafkah di kota
dengan harapan yang sangat muluk-muluk, yaitu kesuksesan secara materi.
Zakat sebaigai syari’at dan sistem ekonomi Islam dapat berhadapan
langsung dengan kehidupan perdesaan dan sektor-sektor pertanian baik
tradisional atau modern. Sistem zakat dikalangan masyarakat pedesaan
dapat dikembangkan berdasarkan faktor-faktor berikut ini .
1. Faktor zakat disalurkan untuk menggarap lahan pertanian kolektif
bagi para petani miskin dengan kelengkapan alat-alatnya. Atau

4
membukan lahan-lahan pertanian baru, yang masih banyak dan luas
yang terdapat di daerah luar Jawa.
2. Faktor zakat membangun kredit pertanian, yang tidak mengikat dan
berbunga.
3. Faktor zakat mengatur transmigrasi khusu umat Islam untuk
membuka tanah-tanah pertanian baru.
4. Faktor zakat dapat membina desa-desa yang berpenghuni muslim
yang lebih segar dan udara hidup baru.
Cara mengatasi kemiskinan bisa dengan berbagai langkah dan
strategi. Hal yang harus dilakukan sejak awal untuk mengatasi kemiskinan
yang melilit masyarakat kita adalah dengan cara mewujudkan tatanan
ekonomi yang memungkinkan lahirnya sisterm distribusi yang adil,
mendorong lahirnya kepedulian dari orang yang berpunya (aghniya’)
terhadap kaum fakir, miskin, dhu’afa’ dan mustadh’afin. Salah satu bentuk
kepedulian aghniya’ adalah kesediaannya untuk membayar zakat dan
mengeluarkan shadaqah.
Dari masa ke masa distribusi zakat mengalami perubahan, bahkan
seiring berjalannya waktu fungsi dan peranan zakat dalam perekonomian
mului menyusut dan bahkan termarjinalkan serta dianggap sebagai sebuah
ritual ibadah semata, sehingga terjadi disfungsi terhadap fungsi zakat
sebagai suatu jaminan social, bahkan akhirnya zakat hanya bersifat sebagai
kewajiban dan tidak ada rasa empati serta solidaritas social untuk
membantu sesamanya.
Al-Qardhawi memberikan penjelasan bahwa peran zakat dalam
pengentasan kemiskinan adalah suatu keniscayaan, meskipun strategi
dalam pelaksanaan banyak mengalami kendala. Lebih dari itu, menurut al-
Qardhawi, peranan zakat tidak hanya terbatas pada pengentasan
kemiskinan, namun bertujuan pula mengatasi permasalahan-permasalahan
kemasyarakatan lainnya. Maka, peranan yang sangat menonjol dari zakat
adalah membantu masyarakat muslim lainnya dan menyatukan hati agar
senantiasa berpegang teguh terhadap Islam dan juga membantu segala

5
permasalahan yang ada di dalamnya. Apabila seluruh orang kaya
diberbagai Negara Islam mau mengeluarkan zakatnya secara proporsional
dan didistribusikan secara adil dan meratas niscaya kemiskinan akan
menjadi sirna.2

C. Transformasi managemen Zakat Wakaf (Ziswaf) dari Konvensional


menuju Managemen Professional.

Salah satu penyebab kurang maksimalnya fungsi zakat dan wakaf


sebagai instrumen meningkatkan kesejahteran masyarakat adalah
kurangmnya pengetahuan bagi pengelola tentang pola pengelolaan zakat
dan wakaf secara profesional. Dengan kalimat lain, pengelolaan ziswa
secara professional memerlukan tenaga yang terampil, amanah, punya
dedikasi tinggi, menguasai masalah-masalah yang berhubungan dengan
ziswa antara lain: muzakki, nisab,haul, mustahik3, wakif, pola pengelolaan
wakaf,dll.

Transformasi pengelolaan zakat wakaf dari managemen tradisional


menuju profesional harus segera dilakukan oleh semua pihak terkait
(stakeholders) ,termasuk menerapkan prinsip-prinsip managemen modern,
antara lain : membudayakan prinsip transparansi
(transparance),responsibiltas(responcibility),akuntabilitas(accountability)
kewajaran dan kesepadanan (fairness) dan kemandirian (independency).
Skala prioritas yang tepat sasaran dan distribusi efisien dan efektik
daridana ZIS dan wakaf merupakan keunggulan kompetitif (competitive
advantage) dari lembaga amil zakat dan wakaf, di samping sikap
kejujuran, komitmen dan konsistensi dari pihak pengelola (amiliin dan
nazhir).

Terkait dengan pengelolaan zakat, sebagai upaya guna mencapai


tujuan yang maksimal, pemerintah membentuk sebuah lembaga/ Badan
amil zakat nasional (BAZNAS) yang mandiri dan bertanggung jawab
2

6
untuk melaksanakan pengelolaan zakat tersebut. Dijelaskan dalam undang-
undang no.23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat, pasal 6
bahwa :“BAZNAS merupakan lembaga yang berwenang melakukan tugas
pengelolaan zakat secara nasional”.

Dengan demikian Badan Amil Zakat (BAZ) adalah organisasi


pengelola zakat yang di bentuk oleh pemerintah terdiri dari unsur
masyarakat dan pemerintah dengan tugas mengumpulkan,
mendistribusikan, dan mendayagunakan zakat sesuai dengan ketentuan
agama.

Untuk membantu BAZNAS dalam pelaksanaan pengumpulan,


pendistribusian, dan pendayagunaan zakat maka muncul LAZ. Lembaga
Amil Zakat (LAZ) adalah institusi pengelola zakat yang sepenuhnya
dibentuk atas prakarsa masyarakat yang bergerak dalam bidang dakwah,
pendidikan, sosial dan kemaslahatan umat Islam.

Lembaga Amil Zakat yang diusulkan kepada pemerintah untuk


mendapat pengukuhan, harus memenuhi syarat-syarat sebagi berikut :
1. Berbadan hukum;

2. Memiliki data muzaki dan mustahiq;

3. Telah beroperasi minimal dua (2 ) tahun

4. Memiliki pembukuan dua tahun terakhir dan siap diaudit oleh


akuntan publik

5. Memiliki wilayah operasi secara nasional minimal sepuluh (10)


provinsi ( untuk LAZ tingkat nasional)

6. Mendapat Rekomendasi dari forum Zakat (FOZ)

7. Telah mampu mengumpulkan dana minimal 1.000.000.000 (1


milyar) dalam setahun,

7
8. Melampirkan surat kesediaan disurvey oelh tim yang dibentuk
kemenag

9. Dalam melaksanakan kegiatan bersedia koordinasi dengnan


kemenag, Badan Amil Zakat sesuai tingkatannya.

Sekalipun secara formal LAZ harus mendapatkan pengukuhan dari


pemerintah, tetapi banyak dijumpai LAZ –LAZ rintisan yang berjalan
walaupun belum mendapat pengukuhan dari pemerintah.3

D. Pengaruh Penyaluran Dana Zakat, Infaq dan Sedekah (ZIS) dan


Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Tingkat Kemiskinan

Untuk mengetahui perbandingan antara variabel penyaluran dana


ZIS dan pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan, maka perlu
dimodelkan terlebih dahulu menggunakan analisis regresi berganda.
Setelah dilakukan analisis variable penelitian, dilanjutkan dengan
melakukan Uji-F. Kemudian dilanjutkan dengan Uji-T untuk melihat
secara tersendiri variabel independent yang signifikan terhadap model
penelitian. Dari hasil analisis tersebut, kemudian akan dibuat kesimpulan
tentang signifikansi perbedaan penyaluran dana ZIS BAZNAS dan
pertumbuhan ekonomi dalam mempengaruhi kemiskinan di Indonesia
periode 2006-2017.
1. Penyaluran Dana Zakat, Infaq dan Shodaqah

Penyaluran dana ZIS merupakan besarnya dana ZIS yang


disalurkan oleh BAZNAS dalam satu tahun yang dihitung dalam
rupiah. Data jumlah penyaluran dana ZIS yang digunakan dalam
penelitian ini berasal dari laporan keuangan BAZNAS pada tahun
2006-2017.
2. Pertumbuhan Ekonomi

3
Sri Lumatus Sa‟adah ,”Transformasi managemen Zakat Wakaf (Ziswaf) dari Konvensional
menuju Managemen Professional”. Iqtishoduna Vol. 6 No.2 Oktober 2017

8
Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator perkembangan
Produk Domestik Bruto (PDB) suatu negara dari tahun ke tahun.
Untuk mengukur pertumbuhan ekonomi, nilai PDB yang
digunakan adalah PDB berdasarkan harga konstan. Pertumbuhan
ekonomi dalam penelitian dinyatakan dalam satuan persentasi dan
bersifat time series pada periode 2006-2017.

3. Kemiskinan

Kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi


ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar yang diukur dari sisi
pengeluaran. Dalam penelitian ini adalah persentase jumlah
penduduk miskin di Indonesia pada periode 2006-2017.
Penyaluran dana ZIS berpengaruh negative dan signifikan terhadap
kemiskinan di Indonesia periode 2006-2017. Artinya jika penyaluran dana
ZIS meningkat sebesar 1% maka kemiskinan akan menurun sebesar
8,189%. Pertumbuhan ekonomi berpengaruh tidak signifikan terhadap
kemiskinan di Indonesia. Meskipun demikian terdapat kecendrungan
positif antara pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan di Indonesia
periode 2006-2017. Penyaluran dana ZIS dan pertumbuhan ekonomi
berpengaruh signifikan secara simultan terhadap kemiskinan di Indonesia
periode 2006-2017.4

BAB III
4
Eris Munandar DKK,” Pengaruh Penyaluran Dana Zakat, Infaq dan Sedekah (ZIS) dan
Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Tingkat Kemiskinan”jurnal akutansi dan keuangan islam Vol 01
no,01 21 februari 2020

9
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Zakat merupakan rukun Islam ketiga setelah syahadat dan shalat, ia
merupakan bentuk kewajiban yang terpenting kepada umat Islam dalam
rangka berempati kepada sesama. Zakat juga diartikan sebagai hitungan
tertentu dari harta dan sejenisnya di mana syara’ mewajibkan
mengeluarkannya kepada para fakir, dan sejenisnya dengan syarat-syarat
khusus (Mustafa, tt.: 395).
Zakat selain sebagai kewajiban bagi umat Islam, melalui zakat, al-Qur’an
menjadikan suatu tanggungjawab bagi umat Islam untuk tolong-menolong
antar sesama. Oleh sebab itu, dalam kawajiban zakat terkandung unsur
moral, pendidikan, sosial dan ekonomi (Rozalindah, 2014: 248).
Dalam bidang ekonomi, zakat bisa berperan dalam pencegahan terhadap
penumpukan kekayaan pada segelintir orang saja dan mewajibkan orang
kaya untuk mendistribusikan harta kekayaannnya kepada sekelompok
orang fakir dan miskin. Maka, zakat juga berperan sebagai sumber dana
yang potensial untuk mengentaskan kemiskinan. Zakat juga bisa berfungsi
sebagai modal kerja bagi orang miskin untuk dapat membuka lapangan
pekerjaan, sehingga bisa berpenghasilan dan dapat memenuhi kebutuhan
sehariharinya.
Peranan Zakat dalam pengentasan kemiskinan adalah adanya kepedulian
para aghniya’ untuk membayar zakat dan mengeluarkan shadaqah. Zakat
merupakan infaq atau pembelanjaan harta yang bersifat wajib, sedang
shadaqah adalah sunnah. Dalam konteks ekonomi, keduanya merupakan
bentuk distribusi kekayaan di antara sesama manusia. Apabila seluruh
orang kaya diberbagai Negara Islam mau mengeluarkan zakatnya secara
proporsional dan didistribusikan secara adil dan meratas niscaya
kemiskinan akan menjadi sirna.
2. Salah satu penyebab kurang maksimalnya fungsi zakat dan wakaf sebagai
instrumen meningkatkan kesejahteran masyarakat adalah kurangmnya

10
pengetahuan bagi pengelola tentang pola pengelolaan zakat dan wakaf
secara profesional.
3. Analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya dapat
ditarik kesimpulan bahwa penyaluran dana ZIS berpengaruh negative dan
signifikan terhadap kemiskinan di Indonesia periode 2006-2017. Artinya
jika penyaluran dana ZIS meningkat sebesar 1% maka kemiskinan akan
menurun sebesar 8,189%. Pertumbuhan ekonomi berpengaruh tidak
signifikan terhadap kemiskinan di Indonesia. Meskipun demikian terdapat
kecendrungan positif antara pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan di
Indonesia periode 2006-2017. Penyaluran dana ZIS dan pertumbuhan
ekonomi berpengaruh signifikan secara simultan terhadap kemiskinan di
Indonesia periode 2006-2017.

B. Saran
Di harap dengan adanya makalah ini pembaca akan lebih dapat
mengetahui tentang Analisis ZIS dalam Pengentasan Kemiskinan dalam
pembelajaran Analisis Perekonomian.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Atabik, “Peranan Ziswaf dalam Pengentasan Kemiskinan”jurnal


ZISWAF, Vol. 2, No. 2, Desember 2015

Sri Lumatus Sa‟adah ,”Transformasi managemen Zakat Wakaf (Ziswaf)


dari Konvensional menuju Managemen Professional”. Iqtishoduna Vol. 6
No.2 Oktober 2017

Eris Munandar DKK,” Pengaruh Penyaluran Dana Zakat, Infaq dan


Sedekah (ZIS) dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Tingkat
Kemiskinan”jurnal akutansi dan keuangan islam Vol 01 no,01 21 februari
2020

Https://stebankislam.ac.id

12

Anda mungkin juga menyukai