Anda di halaman 1dari 91

LAPORAN TUGAS AKHIR

GAMBARAN PENATALAKSANAAN ASUHAN KEBIDANAN PADA


NY.S DENGAN LETAK SUNGSANG DAN BAYI BARU LAHIR
DENGAN ASFIKSIA SEDANG
DI RSUD KARAWANG
TAHUN 2017

DISUSUN OLEH :
NURUL AFRILIA UTAMI
NIM.P17324414010

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG
PROGRAM STUDI KEBIDANAN KARAWANG
2017
LAPORAN TUGAS AKHIR

GAMBARAN PENATALAKSANAAN ASUHAN KEBIDANAN


PADA NY.S DENGAN LETAK SUNGSANG DAN BAYI BARU
LAHIR DENGAN ASFIKSIA SEDANG
DI RSUD KARAWANG
TAHUN 2017

Laporan Tugas Akhir ini Diajukan Sebagai Salah Satu


Ujian Akhir Program Pada Program Studi Kebidanan Karawang
Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung

DISUSUN OLEH :
NURUL AFRILIA UTAMI
NIM.P17324414010

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG
PROGRAM STUDI KEBIDANAN KARAWANG
2017

i
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG
PROGRAM STUDI KEBIDANAN KARAWANG

PERNYATAAN ORISINALITAS

LTA ini adalah hasil karya saya sendiri,


dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : NURUL AFRILIA UTAMI

Nim : P17324414010

Tanda Tangan :

Tanggal :

ii
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG
PROGRAM STUDI KEBIDANAN KARAWANG

LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa:


Laporan Tugas Akhir dengan judul

GAMBARAN PENATALAKSANAAN ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.S


DENGAN LETAK SUNGSANG DAN BAYI BARU
LAHIR DENGAN ASFIKSIA SEDANG
DI RSUD KARAWANG
TAHUN 2017

Disusun oleh:
NURUL AFRILIA UTAMI
NIM. P17324414010

Telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan pada sidang akhir

Pembimbing

Ns. Lia Komalasari, S.Kep,.MM


NIP. 196528201989022001

Mengetahui
Ketua Program Studi Kebidanan Karawang
Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung

Dr. Jundra Darwanty, SST, M.Pd


NIP. 196906051991012001

iii
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG
PROGRAM STUDI KEBIDANAN KARAWANG

LEMBAR PENGESAHAN LTA

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa:


Laporan Tugas Akhir dengan judul

GAMBARAN PENATALAKSANAAN ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.S


DENGAN LETAK SUNGSANG DAN BAYI BARU
LAHIR DENGAN ASFIKSIA SEDANG
DI RSUD KARAWANG
TAHUN 2017

Disusun oleh:
NURUL AFRILIA UTAMI
NIM. P17324414010

Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji


Karawang,

Susunan Dewan Penguji

Ketua Penguji Anggota Penguji I Anggota Penguji II

Drs. Herry Sugiri, M.Kes Ns. Lia Komalasari, S.Kep,.MM Warliana, S,Si.T, M.Kes
NIP. 196304201983011001 NIP. 196528201989022001 NIP. 197110301992032001

Mengetahui
Ketua Program Studi Kebidanan Karawang
Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung

Dr. Jundra Darwanty, SST, M.Pd


NIP. 196906051991012001

iv
KATA PENGANTAR
Bismillahirohmanirrohim

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah


memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Tugas Akhir yang berjudul ”Gambaran Penatalaksanaan Asuhan
Kebidanan pada Ny. S dengan Letak Sungsang dan Asfiksia Sedang di RSUD
Karawang Tahun 2017”.

Laporan Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi
dalam menyelesaikan diploma III Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Bandung Program Studi Kebidanan Karawang.

Berkat bimbingan, pengarahan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak


akhirnya penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini dengan tepat
waktu. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih
kepada :

1. Dr. Ir. H.Oesman Syarief, MKM selaku direktur Politeknik Kesehatan


Kemenkes Bandung
2. Dr. Jundra Darwanty, SST. M.Pd selaku ketua program studi Kebidanan
Karawang Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung
3. Ns. Lia Komalasari, S.Kep,.MM. selaku pembimbing dan penguji I dalam
penyusunan Laporan Tugas Akhir ini yang selalu memberikan arahan dan
dukungan kepada penulis sehingga Laporan Tugas Akhir ini terselesaikan.
4. Warliana, S.Si.T, M.Kes selaku penguji II yang selalu memberikan
bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga Laporan Tugas Akhir ini
terselesaikan.
5. Drs. Herry Sugiri, M.Kes selaku ketua penguji yang selalu memberikan
dukungan dan bimbingan kepada penulis sehingga Laporan Tugas Akhir
ini dapat terselesaikan.
6. Dr. H.Asep Hidayat Lukman, M.M selaku direktur RSUD Karawang yang
telah mengijinkan penulis untuk pengambilan data.

v
7. Seluruh bidan dan staf RSUD Karawang yang telah memberikan bantuan
kepada penulis selama pelaksanaan pengambilan data di RSUD Karawang
8. Seluruh dosen dan staf, tata usaha dan jajarannya yang telah banyak
membantu dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini
9. Keluarga besar Ny. S yang telah membantu dalam proses pengumpulan
informasi dan ketersediaanya untuk menjadi subjek dalam Tugas Akhir
ini
10. Kedua orang tua tercinta, Bapak Mashudi S.Pd dan mamah Muhlisoh
S.Pdi serta adikku tercinta Nabil Raihan yang selalu mendoakan dan
memberi motivasi kepada penulis sehingga tetap sehat dan kuat.
11. Terimakasih kepada Windy Fadilla, Hilma Muchlis, Iis Rosita, Roro
Puspa Ayu, Nurizka Deviani, Siti Mulyani, Endah Sutarya, Samrotul
Fuadah, Ratna Dewi yang selalu membantu, mendampingi dan
memberikan dukungan kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.
12. Teman-teman seperjuangan Crew 22 Prodi Kebidanan Karawang
Poltekkes Kemenkes Bandung yang telah banyak memberi dukungan dan
bantuan dalam pembuatan Laporan Tugas Akhir ini.
13. Dan seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang
telah membantu dan mendukung sehingga Laporan Tugas Akhir ini dapat
terselesaikan.

Atas segala bantuannya, penulis hanya bisa memohon semoga bantuan yang
telah diberikan dicatat oleh Allah SWT sebagai amal baik dan dibalas dengan
pahala yang setimpal.

Penulis menyadari sepenuhnya akan keterbatasan dan kekurangan yang


dimiliki sehingga Laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan, maka
segala kritik dan saran yang bersifat membangun akan membantu dalam
penyempurnaan Laporan Tugas Akhir ini.

vi
Akhir kata semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca, tenaga kesehatan pada umumnya dan tenaga kebidanan khususnya.

Amin yarobal alamin.

Karawang, 21 juni 2017

Nurul Afrilia Utami

vii
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG
PROGRAM STUDI KEBIDANAN KARAWANG
LAPORAN TUGAS AKHIR, 2017

Nurul Afrilia Utami


NIM P17324414010
GAMBARAN PENATALAKSANAAN ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.S
DENGAN LETAK SUNGSANG DAN BAYI BARU
LAHIR DENGAN ASFIKSIA SEDANG
DI RSUD KARAWANG
TAHUN 2017
ABSTRAK
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan
kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri
(Saifuddin, 2008.) Data yang di dapatkan menurut World Health Organization
(WHO), , Angka kematian ibu secara global 216 kematian per 100.000 kelahiran
hidup, menurut perkiraan antar-badan PBB. Untuk AKI di negara- Negara Asia
tenggara diantaranya Indonesia mencapai 126 per 100.000 kelahiran hidup dengan
jumlah 6400 kematian ibu per tahun. Kematian ibu di Provinsi Jawa Barat pada
tahun 2014 sebanyak 748 kasus dari 951.319 jumlah kelahiran hidup. Menurut
Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang, tahun 2015 angka kematian ibu naik
menjadi 68 kasus kematian ibu dan kematian bayi menjadi 189 kasus kematian
bayi. Angka kejadian Letak Sungsang di RSUD Karawang sebanyak 185 (4,29%)
kasus dan Asfiksia sebanyak 3232 (75,05%) kasus pada tahun 2015. Tujuan
penelitian ini adalah Untuk melihat gambaran penatalaksaan kejadian Letak
sungsang pada Ny. S dan bayi baru lahir dengan asfiksia di RSUD Karawang
tahun 2017. Jenis penelitian menggunakan metode penelitian kualitatif dengan
pendekatan studi kasus, observasi dan pengumpulan data dengan wawancara
subjek dan informan. Setelah data terkumpul maka data di analisis menjadi suatu
temuan, kesimpulan dan saran. Hasil kesimpulan dari penelitian didapatkan
bahwa penatalaksanaan asuhan kebidanan yang dilakukan oleh bidan desa dan
tenaga kesehatan di ruang VK RSUD Karawang dapat dikatakan belum
seluruhnya maksimal. Saran lembaga mampu melakukan persiapan prarujukan
dengan cepat dan tepat agar kegawatdaruratan pada Ibu mendapat penanganan
yang tepat, Rumah Sakit mampu meningkatkan pelayanan kesehatan yang
berkualitas dan semakin baik sesuai standar dan kewenangan yang ada.
Kata Kunci : Letak Sungsang dan Asfiksia
Daftar Pustaka : 17 (2006-2016)

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
PERNYATAAN ORSINIOLITAS ...................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN ..................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. iv
KATA PENGANTAR .......................................................................................... v
ABSTRAK ...........................................................................................................viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 4
1.3 Manfaat Penelitian ........................................................................................ 5
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 6
2.1 Letak Sungsang............................................................................................ 6
2.2 Asfiksia ........................................................................................................ 24
2.3 Standar Pelayanan Minimal Bidang kebidanan ........................................... 38
2.4 Standar Pelayanan Kebidanan ..................................................................... 41
BAB III KASUS DAN PEMBAHASAN ............................................................. 47
3.1 Kronologi Kasus .......................................................................................... 47
3.2 Pembahasan ................................................................................................. 57
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 73
4.1 Kesimpulan .................................................................................................. 73
4.2 Saran ............................................................................................................ 75
DAFTAR REFERENSI
LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Standar Operasional Prosedur Penatalaksanaan Resusitasi Bayi Baru


Lahir di RSUD Karawang Tahun 2016..............................................36

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pertolongan Persalinan secara Brach ……………………………...13


Gambar 2.2 Penolong Persalinan Bokong Kaki ………………………………..18
Gambar 2.3 Knee Chest Position..........................................................................22

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pedoman Wawancara

Lampiran 2. Hasil Wawancara

Lampiran 3. Data sekunder buku KIA Ny. S

Lampiran 4. SOP Penatalaksanaan Resusitasi Bayi Baru Lahir di RSUD


Karawang

Lampiran 5. Status Lab Ny.S di RSUD Karawang

Lampiran 6. Status Bayi di RSUD Karawang

Lampiran 7. Dokumentasi Kunjungan

xii
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal merupakan salah satu unsur

penentu dari status kesehatan, yang ukuran keberhasilannya dapat dilihat dari

tinggi rendahnya Angka Kematian Ibu (AKI). Menurut World Helth

Organization (WHO), kematian meternal merupakan kematian seorang wanita

waktu hamil atau dalam waktu 42 jam sesudah berakhirnya kehamilan oleh

sebab apapun, terlepas dari tuanya kehamilan dan tindakan yang dilakukan

untuk mengakhiri kehamilan (Prawirohardjo, 2010).

Dari tahun 1990 hingga 2015, angka kematian ibu secara global menurun

44 persen - dari 385 kematian menjadi 216 kematian per 100.000 kelahiran

hidup, menurut perkiraan antar-badan PBB. Hal ini berarti tingkat tahunan

rata-rata penurunan sebesar 2,3 persen. Hampir semua kematian ibu (99

persen) terjadi di negara berkembang. Dua wilayah, Afrika sub-Sahara dan

Asia Selatan, menyumbang 88 persen kematian ibu di seluruh dunia. Sub-

Sahara Afrika memiliki rasio kematian ibu tertinggi yaitu 546 per 100.000

kelahiran hidup dengan jumlah 201.000 kematian ibu per tahun. Ini dua

pertiga (66 persen) dari semua kematian ibu per tahun di seluruh dunia. Asia

Selatan, dengan rasio kematian ibu yaitu 182 per 100.000 kelahiran hidup

dengan jumlah 66.000 kematian ibu per tahun, 22 persen dari total global.

(World Health Organization, 2015).


2

Dunia telah membuat kemajuan substansial dalam meningkatkan

kelangsungan hidup anak di 25 tahun terakhir. Secara global, tingkat kematian

balita turun 53 persen dari 91 kematian per 1.000 kelahiran hidup pada tahun

1990 menjadi 43 per 1.000 kelahiran hidup di 2015. Selama periode yang

sama, jumlah kematian balita menurun dari 12,7 juta menjadi 5,9 juta. (WHO)

Menurut Sustainable Development Goals (SDGS) khusus dalam sektor

kesehatan sistem kesehatan nasional yang bertujuan menjamin kehidupan

yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang dalam segala usia,

target pada tahun 2019 mengurangi angka kematian ibu hingga di bawah 306

per 100.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2030 memiliki target mengurangi

angka kematian ibu hingga di bawah 70 per 100.000 kelahiran hidup. Pada

tahun 2030 menurunkan angka kematian neonatal setidaknya hingga 12 per

1.000 kelahiran hidup. (Kemkes RI, 2015).

Di Indonesia sendiri, tahun 2015 memiliki angka kematian ibu yaitu

126 per 100.000 kelahiran hidup dengan jumlah 6400 kematian ibu per tahun.

Angka ini berubah 71,7% dari tahun 1990 dengan angka kematian ibu 446 per

100.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2015 di Indonesia Angka Kematian

Neonatal yaitu 14 per 1.000 kelahiran hidup dengan jumlah 74 kematian

neonatus per tahun, sedangkan untuk Angka Kematian Bayi adalah 23 per

1.000 kelahiran hidup dengan jumlah 125 kematian bayi per tahun dan Angka

Kematian Balita yaitu 27 per 1.000 kelahiran hidup dengan jumlah 147

kematian balita per tahun. (WHO)

Jumlah kematian ibu dan bayi di Jawa Barat mengalami penurunan tipis.

Menurut Staf Bagian Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinas Kesehatan Jawa
3

Barat, Luman Yanuar mengatakan, sejak 2010- 2014 terjadi penurunan angka

kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB). Namun tidak menutup

kemungkinan, jika angka yang dilaporkan pemeritah kota/kabupaten tersebut

ada yang disembuyikan dan dapat menimbulkan angka kematian meningkat

lagi pada 2015 dan 2016.

Berdasarkan Laporan Rutin Program Kesehatan Ibu 2014, angka jumlah

kematian ibu di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2014 sebanyak 748 kasus

dari 951.319 jumlah kelahiran hidup, sedangkan jumlah kematian anak pada

2014 sebanyak 3.979 kasus (Profil Dinas Kesehatan Jawa Barat, 2014).

Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang menyatakan angka kematian ibu

didaerah masih cukup tinggi sehingga perlu ditekan. Pada tahun 2014

sebanyak 59 kasus kematian ibu dan 170 kasus kematian bayi. Menurut

Dinas Kesehatan Kabupaten Krawang, tahun 2015 angka kematian ibu naik

menjadi 68 kasus kematian ibu (Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang,

2015).

Upaya penurunan AKI harus difokuskan pada penyebab langsung

kematian ibu, yang terjadi 90% pada saat persalinan dan segera setelah

persalinan. Penyebab lainnya adalah pengawasan antenatal yang masih

kurang memadai sehingga penyulit kehamilan serta kehamilan serta

kehamilan dengan resiko tinggi terlambat untuk diketahui. Untuk itu

dibutuhkan upaya pencegahan proaktif sejak awal kehamilan, selama

kehamilan, sampai dekat menjelang persalinan yang dilakukan bersama-sama

oleh tenaga kesehatan dengan ibu hamil, keluarga, serta masyarakat.


4

Menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang, tahun 2015 angka

kematian ibu naik menjadi 68 kasus kematian ibu dan kematian bayi menjadi

189 kasus kematian bayi. Tercatat kasus PEB sebanyak 34 kasus (50%),

perdarahan 12 kasus (17,6%), Infeksi sebanyak 6 kasus (8,82%) dan lain-lain

ada 11 kasus (16,17%). (Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang, 2015).

Angka kejadian Letak Sungsang di RSUD Karawang sebanyak 185

(4,29%) kasus dan Asfiksia sebanyak 3232 (75,05%) kasus pada tahun 2015.

(Rekam Medis RSUD Karawang, 2015).

Ny.S G3P2A0 usia 33 tahun adalah salah satu pasien yang berada

diRSUD Karawang yang mengalami kasus Letak sungsang dan Asfiksia.

Berdasarkan data tersebut diatas, peneliti tertarik untuk menganalisa tentang

“Asuhan kebidanan pada Ny.S dengan letak sungsang dan Bayi dengan

Asfiksia sedang”.

1.2 Tujuan Penelitian

1.2.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran penatalaksanaan kejadian Letak Sungsang

dan Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia Sedang pada Ny. S di RSUD

Karawang tahun 2017.

1.2.2. Tujuan Khusus

1.2.2.1.Diketahuinya gambaran bagaimana asuhan antenatal care pada

Ny. S selama kehamilan.

1.2.2.2.Diketahuinya gambaran penatalaksanaan awal Letak sungsang

di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan..


5

1.2.2.3.Diketahuinya gambaran asuhan intranatal care pada Ny. S

dengan kasus Letak Sungsang di RSUD Karawang.

1.2.2.4.Diketahuinya gambaran penatalaksanaan asuhan bayi baru lahir

dengan Asfiksia sedang di RSUD Karawang.

1.2.2.5. Diketahuinya gambaran asuhan postnatal care pada Ny. S.

1.3 Manfaat penelitian

1.3.1. Bagi Wilayah Kerja PKM Majalaya

Manfaat penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan

deteksi dini terjadinya Letak Sungsang dan penatalaksanaan awal

yang tepat pada kasus Letak Sungsang .

1.3.2. Bagi Rumah Sakit

Manfaat penelitian ini diharapkan dapat melakukan dan

meningkatkan penatalaksanaan yang tepat pada kasus Letak

Sungsang.

1.3.3. Bagi Institusi

Manfaat penelitian ini diharapkan institusi lebih

meningkatkan pembelajaran mengenai asuhan kebidanan patologis

agar mahasiswa lebih menguasai materi asuhan kebidanan

patologis.

1.3.4. Bagi Penulis

Hasil penulis ini di harapkan dapat memberikan informasi

dan dapat berguna sebagai bahan tambahan acuan untuk penelitian

Letak Sungsang.
6

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Letak Sungsang

2.1.1 Pengertian Letak Sungsang

Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang

dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri

(Saifuddin, 2008.)

Janin yang letaknya memanjang (membujur) dalam rahim, kepala berada

di fundus dan bokong di bawah. (Mochtar, 2012.)

Presentasi bokong adalah janin letak memanjang dengan bagian

terendahnya bokong, kaki atau kombinasi keduanya. Dengan insiden 3-4 %

dari seluruh kehamilan tunggal pada umur kehamilan cukup bulan (≥ 37

minggu), presentasi bokong merupakan malpresentasi yang paling sering

dijumpai. Sebelum umur kehamilan 28 minggu, kejadian presentasi bokong

berkisar antara 25-30 %, dan sebagian besar akan berubah menjadi presentasi

kepala setelah umur kehamilan 34 minggu. Penyebab terjadinya presentasi

bokong tidak diketahui, tetapi terdapat beberapa faktor risiko selain

prematuritas, yaitu abnormalitas struktural uterus, polihidramnion, plasenta

previa, multiparitas, mioma uteri, kehamilan multipel, anomali janin

(anensefali, hidrosefalus), dan riwayat presentasi bokong sebelumnya.

Manajemen presentasi bokong mengalami perubahan yang mengarah

kepada semakin dipilihnya cara persalinan bedah sesar dibandingkan vaginal.

Pada tahun 1990 sebanyak 90 % kasus presentasi bokong dilahirkan secara


7

bedah sesar, sedangkan pada tahun 1970 hanya sebanyak 11,6 %.

Kecenderungan tersebut sangat berkaitan dengan bukti-bukti yang

menunjukan hubungan cara persalinan dengan risiko kematian atau mordibitas

perinatal. Meskipun nilai ambang dilakukannya bedah sesar pada kasus

presentasi bokong semakin rendah, keterampilan melakukan persalinan

vaginal masih tetap diperlukan. Kontroversi masih terjadi dalam pilihan cara

persalinan pada presentasi bokong. Hal tersebut hendaknya tidak membuat

kekhawatiran terjadinya kematian atau mordibitas perinatal membuat semua

kasus presentasi bokong dilakukan bedah sesar. Argumentasi atas hal tersebut

adalah (a) mordibitas dan mortalitas perinatal pada presentasi bokong tidak

semata-mata berkaitan dengan cara persalinannya, akan tetapi berhubungan

dengan trauma persalinan, prematuritas, dan kelainan kongenital, (b) protokol

khusus yang dikembangkan untuk penanganan persalinan dengan presentasi

bokong memberikan luaran yang serupa dengan luaran bedah sesar elektif.

Trauma pada janin dalam presentasi bokong dapat terjadi baik pada persalinan

secara bedah sesar maupun vaginal. (Saifuddin, 2014).

2.1.2 Klasifikasi Letak Sungsang

a. Letak Bokong (Frank Breech)

Letak bokong dengan kedua tungkai terangkat ke atas.

b. Letak Sungsang Sempurna (complete breech)

Letak bokong dimana kedua kaki ada di samping bokong(letak bokong

kaki sempurna )

c. Letak sungsang tidak sempurna (incomplete breech)


8

Adalah letak sungsang dimana selain bokong bagian yang terendah juga

kaki atau lutut. terdiri dari:

1. kedua kaki = letak kaki sempurna (24%)

satu kaki = letak kaki tidak sempurna

2. kedua lutut = letak lutut sempurna (1%)

satu lutut = letak lutut tidak sempurna

2.1.3 Etiologi Letak Sungsang

a. Fiksasi kepala pada pintu atas panggul tdak baik atau tidak ada,misalnya

pada panggul sempit, hidrosefalus, anensefali, plasenta previa, tumor-

tumor pelvis, dan lain-lain.

b. Janin mudah bergerak, seperti pada hidramnion, multipara, janin kecil

(premature).

c. Gemelli (kehamilan ganda)

d. Kelainan uterus, seperti uterus arkuatus, bikrnis, mioma uteri.

e. Janin sudah lama mati

f. Sebab yang tidak diketahui. (Mochtar, 2012.)

2.1.4 Diagnosis Letak Sungsang

Presentasi bokong dapat diketahui melalui pemeriksaan palpasi

abdomen. Manuver leopold perlu dilakukan pada setiap kunjungan perawatan

antenatal bila umur kehamilannya > 34 minggu. Untuk memastukan apabila

masih terdapat keraguan pada pemeriksaan palpasi, dapat dilakukan

pemeriksaan dalam vagina dan atau pemeriksaan ultrasonografi. Keberhasilan


9

untuk menemukan adanya presentasi bokong pada masa kehamilan sangat

penting oleh karena adanya prosedur versi luar yang direkomendasikan guna

menurunkan insidensi persalinan dengan presentasi selain kepala dan

persalinan bedah sesar.

Pemeriksaan yang hanya menunjukan adanya presentasi bokong saja

belum cukup untuk membuat perkiraan besarnya risiko guna pengambilan

keputusan caara persalinan yang hendak dipilih. Taksiran berat jain, jenis

keadaan bokong, keadaan selaput ketuban, ukuran dan struktur tulang panggul

ibu, keadaan hiperekstensi kepala janin, kemajuan persalinan, pengalaman

penolong, dan ketersediaan fasilitas pelayanan intensif neonatal merupakan

hal-hal yang penting untuk diketahui.

Klasifikasi presentasi bokong dibuat terutama untuk kepentingan

seleksi pasien yang akan dicoba persalinan vaginal. Terdapat tiga macam

presentasi bokong, yaitu bokong murni (60-70% kasus), bokong komplit (10%

kasus), dan kaki. Varian presentasi kaki adalah presentasi bokong inkomplit,

kaki komplit, kaki inkomplit, dan lutut. Janin dengan presentasi kaki dan

variannya direkomendasikan untuk tidak dilakukan percobaan persalinan

vagina. (`Saifuddin,2012).

Diagnosis

a. Palpasi

Kepala teraba difundus, bagian bawah bokong, dan punggung di

kiri atau kanan.

b. Auskultasi

DJJ paling jelas terdengar pada tempat yang lebih tinggi dari pusat.
10

c. Pemeriksaan Dalam

Dapat diraba os sacrum uber ischia, dan anus, kadang-kadang kaki

(pada letak kaki) . (Mochtar, 2012.)

2.1.5 Mekanisme persalinan Letak Sungsang

Mekanisme persalinan hampir sama dengan letak kepala, hanya di sini

yang memasuki PAP adalah bokong. Persalinan berlangsung agak lama,

karena bokong dibandingkan kepala lebih lembek, jadi kurang kuat

menekan, sehingga pembukaan agak lama.

Bokong masuk PAP dengan garis pangkal paha melintang atau miring.

Dengan turunnya bokong, terjadi putaran sehingga di dasar panggul garis

pangkal paha letaknya menjadi muka belakang. Dengan trochanter depan

sebagai hipomoklion (di bawah simfisis). Terjadi laterofleksi tubuh janin

(punggung), sehingga trochanter belakang melewati perinieum.

Setelahbokong lahir diikuti kedua kaki, kemudian terjadi sedikit rotasi

untuk memungkinkan bahu belakang lahir. Kemudian kepala dilahirkan.

(Mochtar, 2012.)

Kepala adalah bagian janin yang terbesar dan kurang elastis. Pada

presentasi kepala, apabila kepala dapat dilahirkan, maka bagian janin

lainnya relatif mudah dilahirkan. Tidak demikian halnya pada presentasi

bokong. Hal inilah yang menjadikan persalinan vaginal pada presentasi

bokong lebih berisiko. Pemahaman tentang mekanisme persalinannya akan

membantu dalam memberikan upaya pertolongan persalinan yang berhasil.


11

Bokong akan memasuki panggul (engagement dan descent) dengan

diameter bitrokanter dalam posisi oblig. Pinggul janin bagian depan

(anterior) mengalami penurunan lebih cepat dibanding pinggul

belakangnya (posterior). Dengan demikian, pinggul depan akan mencapai

pintu tengah panggul terlebih dahulu. Kombinasi antara tahanan dinding

panggul dan kekuatan yang mendorong ke bawah (kaudal) akan

menghasilan putaran paksi dalam yang membawa sakrum ke arah transver

sal (pukul 3 atau 9), sehingga posisi diameter bitrokanter di pintu bawah

panggul menjadi anteroposterior.

Penurunan bokong berlangsung terus setelah terjadinya putaran paksi

dalam. Perineum akan meregang, vulva membuka, dan pinggul depan akan

lahir terlebih dahulu. Pada saat itu, tubuh janin mengalami putaran paksi

dalam dan penurunan, sehingga mendorong pinggul bawah menekan

perineum. Dengan demikian, lahirlah bokong dengan posisi diameter

bitrokanter anteroposterior, diikuti putaran paksi luar. Putaran paksi luar

akan membuat posisi diameter bitrokanter dari anteroposterior menjadi

transversal. Kelahiran bagian tubuh lain akan terjadi kemudian baik secara

spontan maupun dengan bantuan (manual aid). (Saifuddin, 2014).

2.1.6 Penanganan Persalinan Letak Sungsang

a. Pervaginam

Persalinan letak sungsang dengan pervaginam mempunyai syarat yang

harus dipenuhi yaitu pembukaan benar-benar lengkap, kulit ketuban sudah

pecah, his adekuat dan tafsiran berat badan janin < 3600 gram. Terdapat
12

situasi-situasi tertentu yang membuat persalinan pervaginam tidak dapat

dihindarkan yaitu ibu memilih persalinan pervaginam, direncanakan bedah

sesar tetapi terjadi proses persalinan yang sedemikian cepat, persalinan

terjadi di fasilitas yang tidak memungkinkan dilakukan bedah sesar,

presentasi bokong yang tidak terdiagnosis hingga kala II dan kelahiran janin

kedua pada kehamilan kembar. Persalinan pervaginam tidak dilakukan

apabila didapatkan kontra indikasi persalinan pervaginam bagi ibu dan

janin, presentasi kaki, hiperekstensi kepala janin dan berat bayi > 3600

gram, tidak adanya informed consent, dan tidak adanya petugas yang

berpengalaman dalam melakukan pertolongan persalinan. (Prawirohardjo,

2008, p.593).

1. Persalinan spontan (spontaneous breech)

Yaitu janin dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri (cara

bracht). Pada persalinan spontan bracht ada 3 tahapan yaitu tahapan

pertama yaitu fase lambat, fase cepat, dan fase lambat.

a) Ibu dalam posisi litotomi, sedang penolong berdiri di depan vulva.

b) Saat bokong membuka vulva dilakukan episiotomi.segera setelah

bokong lahir, bokong dicengkeram secara bracht yaitu kedua ibu jari

penolong sejajar sumbu panjang paha sedangkan jari-jari lain

memegang panggul.

c) Pada waktu tali pusat lahir dan tampak teregang segera kendorkan tali

pusat tersebut.
13

d) Penolong melakukan hiperlordosis pada badan janin dengan cara

badan janin didekatkan keperut ibu. Penolong hanya mengikuti

gerakan ini tanpa melakukan tarikan.

e) Dengan gerakan hiperlordosis ini berturut-turut lahir pusar perut bahu

dan lengan, dagu, mulut dan akhirnya seluruh kepala.

Gambar 2.1 Pertolongan Persalinan secara Brach.

a. Presentasi Bokong Lengkap Atau Presentasi Bokong Nyata

1. Pelahiran Bokong Dan Tungkai

a) Setelah bokong memasuki vagina dan pembukaan serviks lengkap,

beritahu ibu bahwa ia dapat mengejan bersamaan dengan kontraksi.

b) Jika perineum sangat teregang lakukan episiotomi.


14

c) Lahirkan bokong sampai punggung bawah dan bahu terlihat.

d) Pegang bokong dengan satu tangan dengan hati-hati tetapi jangan

menariknya.

e) Jika tungkai tidak lahir secara spontan, lahirkan tungkai satu per

satu.

1) Dorong bagian belakang lutut untuk menekuk tungkai

2) Pegang pergelangan kaki kemudian lahirkan kaki dan tungkai

3) Ulangi untuk tungkai yang lain.

Jangan menarik bayi saat tungkai di lahirkan

4) Pegang panggul bayi, jangan memegang pinggang atau

abdomen bayi karena tindakan ini dapat menyebabkan kerusakan

ginjal atau hati.

2. Pelahiran Lengan

a) Lengan Teraba Pada Dada

1) Biarkan lengan keluar secara spontan satu persatu. Bantu hanya

jika diperlukan.

2) Setelah pelahiran lengan pertama secara spontan terjadi, angkat

bokong ke arah abdomen ibu untuk memungkinkan lengan

kedua lahir secara spontan.

3) Jika lengan tidak lahir secara spontan, letakkan satu atau dua jari

tangan penolong pelahiran pada siku bayi dan tekuk lengan bayi,

dengan membawa tangan turun melewati wajah bayi.

b) Lengan Terulur Diatas Kepala Atau Tertekuk Disekitar Leher

Gunakan perasat lovset.


15

1) Pegang punggung bayi dan putar setengan lingkaran dengan

mempertahankan punggung tetap berada paling atas dan

melakukan traksi ke bawah pada saat yang sama sehingga

lengan posterior menjadi anterior dan dapat dilahirkan di bawah

arkus pubis.

2) Bantu pelahiran lengan dengan menempatkan satu atau dua jari

tangan penolong pelahiran pada lengan atas bayi. Tarik lenngan

ke bawah melewati dada pada saat siku fleksi dengan tangan

mengayun melewati wajah.

3) Untuk melahirkan lengan kedua, putar bayi kembali setengah

lingkaran dengan mempertahankan punggung tetap berada

paling atas dan melakukan traksi ke bawah, serta lahirkan

lengan kedua dengan cara yang sama di bawah arkus pubis.

c) Tubuh Bayi Tidak Dapat Diputar

1) Jika tubuh bayi tidak dapat diputar unutk melahirkan lengan

pertama yang anterior, lahirkan bahu posterior

2) Pegang dan angkat pergelangan kaki bayi ke atas

3) Arahkan dada bayi mendekati tungkai sebelah dalam ibu. Bahu

posterior harus lahir.

4) Lahirkan lengan dan tangan

5) Hadapkan punggung bayi ke bawah dengan memegang

pergelangan kaki bayi, kini bahu anterior harus lahir

6) Lahirkan lengan dan tangan.


16

3. Pelahiran Kepala

a) Lahirkan kepala dengan perasat Mauriceau Smellie Veit seperti

berikut:

1) Hadapkan wajah bayi ke bawah dengan batang tubuhnya berada

di atas tangan dan lengan anda.

2) Letakkan jari pertama dan ketiga tangan anda pada kedua tulang

pipi bayi dan letakkan jari kedua dimulut bayi untuk menarik

rahang ke bawah dan memfleksikan kepala. Gunakan tangan

lain untuk memegang bahu bayi.

3) Fleksikan kepala bayi ke arah dada secara hati-hati dengan

menggunakan dua jari dari tangan yang memegang bahu bayi

dan secara bersamaan menarik rahang untuk membawa kepala

bayi turun sampai garis rambut terlihat.

4) Tarik secara hati-hati untuk melahirkan kepala.

Catatan: minta asisten untuk mendorong bagian atass tulang

pubik ibu pada sata kepala bayi lahir.tindakan ini memmbantu

mempertahankan kepala bayi tetap fleksi.

5) Angkat bayi dengan tetap merentangkan lengan, sampai mulut

dan hidung bayi keluar.

b) Kepala Yang Terjepit (Tidak Dapat Bergerak):

1) pasang kateter urine

2) minta sisten memegang bayi pada saat memasang ekstraksi

forsep (cunsm piper).

3) Pastikan bahwa pembukaan serviks lengkap.


17

4) Bedung badan bayi dengan kain atau handuk dan gendong

bayi.

5) Letakkan bilah forcep kiri.

6) Letakkan bilah forcep kanan dan kunci tangkai forcep

7) Gunakan forcep untuk memfleksikan dan melahirkan kepala

bayi

8) Jika tidak dapat menggunakan forcep, berikan tekanan kuat

pada bagian atas tulang pubik ibu untuk memfleksikan kepala

bayi dan mendorong kepala bayi melewati panggul.

2. Presentasi Bokong Kaki

Bayi dengan presentasi bokong kaki biasanya harus dilahirkan

melalui seksio sesaria.

Lakukan pelahiran pervaginam pada bayi dengan presentasi

bokong kaki hanya pada keadaan:

a) Persalinan maju dengan pembukaan serviks lengkap

b) Bayi prematur yang tidak mungkin hidup setelah kelahiran.

c) Pelahiran bayi tambahan pada kehamilan kembar.

1. Untuk melahirkan bayi pervaginam

a) Pegang pergelangan kaki bayi dengan satu tangan.

b) Jika hanya ada satu kaki yang turun, masukkan satu tangan ke

dalam vagina dan secara hati-hati tarik kaki lainnya untuk

turun.

c) Tarik bayi ke arah bawah secara hati-hati dengan memegang

pergelangan kaki bayi.


18

d) Lahirkan bayi sampai punggung dan bahu terlihat.

e) Tindak lanjuti dengan pelahiran lengan.

Gambar 2.2 Penolong Persalinan Bokong Kaki

2. Ekstraksi Bokong

a) masukkan satu tangan ke dalam uterus dan pegang kaki bayi

dengan memakai sarung tangan steril atau yang di desinfeksi

tingkat tinggi .

b) pegang kaki dan tarik keluar melalui vagina

c) tarik kaki secara hati-hati sampai punggung dan bahu terlihat.

d) Tindak lanjuti dengan pelahiran lengan

e) Berikan dosis tunggal antibiotik profilaksis setelah ekstraksi

bokong dilakukan
19

f) Ampisilin 2 g melalui IV di tambah metronidazol 500 mg

melalui IV atau sefazolin 1 g melalui IV di tambah

metronidazol 500 mg melalui IV

b. Perawatan Pascapersalinan

1. Bersihkan lendir pada mulut dan hidung bayi

2. Pasang klem dan potong tali pusat.

3. Berikan oksitosin 10 unit melalui IM dalam satu menit

setelah pelahiran dan lanjutkan penatalaksanaan aktif kala

tiga.

4. Periksa ibu secara cermat dan jahit setiap robekan serviks,

vagina atau jahir episiotomi. (Yulianti, 2012).

c. Asuhan persalinan Kala III

Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya

plasenta, yg berlangsung tidak lebih dari 30 menit. (Saifudin,

2010).

Manajemen aktif kala III dalah proses pimpinan dalam tahapan

(kala) persalinan, yg dilakukan secara proaktif. MAK III yaitu

termasuk penjepitan dan pemotongan tali pusat secara dini,

memberikan suntikan oxytosin IM, melakukan peregangan tali

pusat terkendali (PTT), dan segera melakukan masase fundus

harus dilakukan pada semua persalinan normal. (Saifuddin,

2010).

d. Asuhan persalinan kala IV


20

Kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam

pertama postpartum. Penolong persalinan harus tetap tinggal

bersama ibu dan bayi setidak-tidaknya 2 jam pertama setelah

kelahiran, atau sampai ibu sudah dalam keadaan

stabil.pemeriksaan dilakukan setiap 15 menit sekali selama 1

jam pertama dan setiap 30 menit pada jam ke dua. (Saifudin,

2010).

2.1.7 Prognosis Letak Sungsang

a. Bagi ibu

1. Kemungkinan robekan pada perineum lebih besar

2. ketuban lebih cepat pecah

3. partus lebih lama, jadi mudah terkena infeksi.

(Mochtar,2012).

4. Endometritis

5. Pelepasan plasenta

b. Bagi janin

1. kematian perinatal

2. prolaps tali pusat

3. Trauma pada bayi akibat : tangan dan kepala menjuntai,

pembukaan serviks yang belum lengkap, CPD

4. Asfiksia

5. Perlukaan/ trauma pada organ abdominal atau pada leher.


21

6. Prognosa tidak begitu baik, karena adanya gangguan peredaran

darah plasenta setelah bokong lahir, tali pusat terjepit antara

kepala dan panggul, bayi bisa menderita asfiksia. (Mochtar,

2012).

2.1.8 Penanganan Selama Kehamilan

Tujuan penanganan pada masa kehamilan adalah mencegah

malpresentasi pada waktu persalinan. Pada saat ini ada tiga cara yang

dipakai untuk mengubah presentasi bokong menjadi presentasi kepala,

yaitu knee chest position (posisi dada-lutut) pada ibu, versi luar, dan

moksibusi dan/atau akupuntur. (Rizkiani, 2013).

2.1.8.1 Knee Chest Position

a. Definisi Knee Chest Position

Secara harfiah knee chest position berarti posisi lutut-dada atau

menungging atau biasa juga disebut dengan posisi sujud. Menurut dr.

Frizar Irmansyah, SpOG (K) menyatakan bahwa knee chest position

adalah posisi sujud yang dapat dilakukan untuk memutar posisi bayi

sungsang menjadi posisi yang seharusnya. Knee chest position ini dapat

dilakukan pada usia kandungan 7-8 delapan bulan. Durasi untuk

melakukan posisi sujud ini dilakukan selama 5-10 menit dua kali dalam

sehari.

Greenhill menyatakan bahwa versi spontan adalah yang diharapkan

setelah melakukan Knee Chest Position (KCP) ini. Dilakukan 2-3 kali

sehari selama 10-15 menit. Dimana diharapkan bokong janin yang telah

turun akan bebas kembali sehingga terjadi versi spontan.Usia kehamilan


22

yang dianjurkan untuk KCP adalah usia kehamilan 30-32 minggu. Kalau 1

minggu tidak berhasil berarti versi luar juga sia-sia. (Rizkiani, 2013).

Gambar 2.3. Knee Chest Position (dikutip dari kepustakaan 10)

b. Kegunaan Knee-Chest Position

Kondisi melahirkan sungsang (bokong) biasanya terjadi ketika

kepala bayi tidak berada pada jalan lahir diusia kehamilan 37 minggu.

Janin akan berputar-putar dalam rahim hingga berumur 35-36 minggu.

Melahirkan bayi dengan kepala diatas, dapat mempengaruhi proses

persalinan.

Adapun salah satu cara untuk mencegah melahirkan sungsang

(bokong) adalah melakukan knee chest position, dengan posisi perut

seakan-akan menggantung ke bawah. Dilakukan rutin 2 kali setiap hari

pagi dan sore selama 10 menit. Kegiatan ini sangat mengurangi

kemungkinan melahirkan sungsang, aman dan memberi ruang pada bayi

untuk berputar kembali ke posisi normal. Kemungkinan berhasil adalah

92%.

Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan posisi janin letak bokong

pada kehamilan. Penyebab yang umumnya terjadi antara lain panggul

sempit, plasenta previa atau lainnya. Usaha yanga dapat dilakukan untuk
23

mengubah posisi janin menjadi kepala di bawah adalah melakukan knee-

chest position (posisi lutut-dada), berlututlah seperti dalam posisi sujud,

letakan dada pada dasar lantai, bernafaslah dengan rileks, lakukan posisi

ini antara 5 sampai 10 menit. Posisi knee-chest dapat dilakukan 1 sampai 2

kali sehari.

Posisi janin dikatakan sudah mantap (tidak berubah lagi) setelah usia

kehamilan 35 minggu. Jadi, bila pada usia kehamilan 32 minggu letaknya

sungsang, masih ada kemungkinan berubah karena usia kehamilan belum

35 minggu. Biasanya dokter akan menyarankan ibu melakukan gerakan

tertentu yang disebut knee-chest position, yaitu gerakan seperti sujud,

salah satu pipi menempel di lantai, kedua lutut menempel di lantai dan

bokong dalam posisi menungging. Dilakukan minimal 2 kali sehari,

selama 10-15 menit. Gerakan ini bertujuan agar janin berputar sehingga

bagian terbawahnya adalah kepala.

Dalam penelitian B. Kenfack dkk, instruksi yang diberikan kepada

perempuan untuk mengasumsikan posisi knee chest selama 15 menit tiga

kali sehari selama seminggu, berhasil mengubah presentasi sungsang ke

presentasi kepala 61% dari wanita dibandingkan dengan versi spontan

40% pada kelompok kontrol, dengan signifikan secara statistik

perbedaannya. Studi ini menunjukkan bahwa menasihati perempuan

dengan janin presentasi sungsang antara minggu ke-36 dan ke-37 untuk

menggunakan posisi knee chest selama 15 menit tiga kali sehari aman,

sederhana dan secara signifikan mengurangi kejadian sungsang saat

persalinan.
24

Dapat disimpulkan kegunaan dari knee-chest position adalah

a. Mencegah melahirkan sungsang/bokong

b. Memutar posisi janin sehingga bagian bawahnya adalah kepala.

c. Teknik Knee-Chest Position

Untuk melakukan knee chest position adalah:

1. Melakukan posisi sujud dengan kedua tangan diletakan dilantai, salah satu

sisi muka menempel di lantai, kedua kaki direntangkan selebar bahu

2. Dada dan bahu sedapat mungkin menempel dilantai

3. Lipat kedua lutut sehingga paha tegak lurus dengan lantai

4. Pertahankan posisi selama 5-10 menit

Hal ini dapat membantu memperbaiki posisi janin tidak normal menjadi

presentasi kepala dan meningkatkan peredaran darah pada dinding panggul.

2.2Asfiksia

2.2.1Definisi Asfiksia

Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan

asidosis. (Saifudin, 2010). Bila proses ini berlangsung terlalu jauh dpat

mengakibatkan kerusakan otak atau kematian. Asfiksia juga dapat

mempengaruhi fungsi organ vital lainnya. (Saifuddin, 2010. P 347.)

Pada bayi yang mengalami kekurangan oksigen akan terjadi

pernafasan yang cepat dalam periode yang singkat. Apabila asfiksia

berlanjut, gerakan pernafasan akan berhenti, denyut jantung juga mulai

menurun, sedangkan tonus neuromuskular berkurang secara berangsur-

angsur dan bayi memasuki periodeapnnu yang dikenal sebagai apnu


25

primer. Perlu diketahui bahwa kondisi pernafasan megap-megap dan tonus

otot yang turun juga dapat terjadi akibat obat-obat yang diberikan kepada

kepada ibunya. Biasanya pemberian perangsangan san oksigen selama

periode apnu primer dapat merangsang terjadinya pernafasan spontan.

(Saifuddin,2010)

Apabila asfiksia berlanjut, bayi akan menunjukkan pernafasan

megap-megap yang dalam, denyut jantung terus menurun, tekanan darah

bayi juga mulai menurun dan bayi akan terlihat lemas (flaccid). Pernafasan

makin lama makin lemah sampai bayi memasuki periode apnu yang

disebut apnu sekunder. Selama apnu sekunder ini, denyut jantung ,

tekanan darah, dan kadar oksigen didalam darah (PaO2) terus menurun.

Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan

menunjukkan upaya pernafasan secara spontan. Kematian akan terjadi

kecuali apabila resusitasi dengan pernafasan buatan dan pemberian

oksigen dimulai dengan segera. (Saifuddin, 2010).

Sangat penting untuk diperhatikan bahwa sebagai akibat hipoksia

janin,janin dapat pulih dari apnu primer ke apnu sekunder di dalam rahim.

Urutan perkembangan apnu, termasuk apnu primer dan apnu sekunder

dapat dimulai intrauterin dan berkelanjutan sesudah bayi dilahirkan.

Dengan demikian bayi mungkin dilahirkan dalam apnu primer atau apnu

sekunder. Dalam kenyataannya, apnu primer dan apnu sekunder sulit

sekali untuk dibedakan. Pada kedua keadaan tersebut, bayi tidak bernafas

dan denyut jantung dapat menurun sampai <100 denyut per menit.

(Saifuddin,2010).
26

Asfiksia adalah keadaan di mana bayi yang baru dilahirkan tidak

segera bernapas secara spontran dan teratur setelah dilahirkan. Asfiksia

dapat terjadi selama kehamilan atau persalinan. (Mochtar, 2012. P.291).

a. Asfiksia dalam kehamilan

Dapat disebabkan oleh penyakit infeksi akut atau kornmis, keracunan

obat bius, uremia dan toksemia gravidarum, anemia berat, cacat bawaan atau

trauma.

b. Asfiksia dalam persalinan

Asfiksia dalam persalinan dapat disebabkan oleh (1) kekurangan

oksigen atau (2) paralisis pucat pernafasan akibat trauma dari luar seperti

karena tindakan forceps atau trauma dari dalam seperti akibat obat bius.

Adapun asfiksia dalam persalinan akibat kekurangan oksigen dapat

disebabkan oleh;

1. partus lama(CPD, serviks, kaku, dan atonia/inersia uteri)

2. rupture uteri yang membakat, kontraksi uterus yang terus menerus

mengganggu sirkulasi darah ke plasenta

3. tekanan terlalu kuat dari kepala anak pada plasenta

4. prolap tali pusat akan tertekan antara kepala dan panggul

5. pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak tepat pada waktunya

6. perdarahan banyak misalnya plasenta previa dan solusio plasenta.

(sumber : Mochtar, 2012. P. 291)


27

2.2.2.Klasifikasi Asfiksia Neonatorum

Berikut merupakan klasifikasi asfiksia neonatorum berdasarkan score

APGAR (Mochtar,2012. P. 293).

a. Asfiksia berat (nilai APGAR 0-3)

Memerlukan resusitasi segera secara aktif, dan pemberian oksigen

terkendali. Karena selalundisertai asidosis, maka perlu diberikan natrikus

bikarbonat 7,5% dengan dosis 2,4 ml per kg berat badan; dan cairan

glukosa 40% 1-2 ml per kg beat badan, diberikan via vena umbilicus.

b. Asfiksia ringan sedang (nmilai APGAR 4-6)

Memerlukan resusitasi dan pemerbian oksigen sampai bayi dpat bernafas

normal kembali.

c. Bayi normal atau sedikit asfiksia (nilai APGAR 7-9)

d. Bayi normal dengan nilai APGAR 10.

Nilai Apgar pada umumnya dilaksanakan pada 1 menit dan 5 menit

sesudah bayi lahir. Akan tetapi, penilaian bayi harus dimulai segera sesudah

bayi lahir. Apabila bayi memerlukan intervensi berdasarkan penilaian

pernafasan, denyut jantung atau warna bayi, maka penilaian ini harus

dilakukan segera. Intervensi yang harus dilakukan jangan sampai terlambat

karena menunggu hasil penilaian Apgar 1 menit. Kelambatan tindakan akan

membahayakan terutama pada bayi yang mengalami depresi berat.

2.2.3 Etiologi Asfiksia Neonatorum

Faktor-faktor yang dapat menimbulkan gawat janin (asfiksia) antara lain :

a. Faktor ibu:
28

1. Preeklampsia dan eklampsia

2. Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)

3. Partus lama atau partus macet

4. persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)

5. Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)

b. Faktor Tali Pusat

1. Lilitan tali pusat

2. Tali pusat pendek

3. Simpul tali pusat

4. Prolapsus tali pusat.

c. Faktor bayi

1. Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)

2. Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu,

ekstraksi vakum, ekstraksi forsep)

3. Kelainan bawaan (kongenital)

4. Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan). (DepKes RI,

2009).

2.2.4. Diagnosis Asfiksia Neonatorum

Berikut merupakan diagnosis asfiksia neonatorum. (Mochtar., 2012. P

292.).

In utrero:

a. DJJ irregular dan frekuensinya lebih dari 160 atau kurang dari 100 kali per

menit.
29

b. Terdapat meconium dalam air ketuban (letak kepala)

c. Analisa air ketuban/amnioskopi

d. Kardiotokografi

e. Ultrasonografi

Setelah bayi lahir:

a. Bayi tampak pucat dan kebiru-biruan serta tidak bernafas

Kalau sudah mengalami perdarahan di otak maka ada gejala neurollogik

seperti kejang, nistagmus, dan menangis kurang baik/tidak menangis.

2.2.5. Patogenesis Asfiksia neonatorum

Pathogenesis asfiksia neonatorum adalah, sebagai berikut; (Mochtar., 2012. P

291).

a. Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbulah rangsangan

terhdap N.vagus sehingga bunyi jantung janin menjadi lembat. Bila janin

kekuranga O2 ini terus berlangsung, maka N.vagus tidak dapat dipengaruhi

lagi. Timbul kini rangsang dari N. simpatikus DJJ menjadi lebih cepat

akhirnya irregular dan menghilang.

Secara klinis tanda-tanda asfiksia adalah denyut jantung janin yang lebih

cepat dari 160 kali permenit atau kurang dari 100 kali permenit, halus adan

irregular serta adanya pengeluaran meconium.

b. Kekurangan O2 juga merangsang usus, sehingga mekonium keluar sebagai

tanda janin dalam asfiksia. Jika DJJ normal dan ada mekonium : janin

mulai asfiksia, bila DJJ lebih dari 160 kali permenit dan ada mekonium :
30

janin sedang asfiksia, jika DJJ kurang dari 100 kali permenit dan ada

mekonium : janin dalam keadaan gawat.

Janin akan mengadakan pernafasan intrauterine, dan bila diperiksa

kemudian terdapat banyak air ketuban dan meconium dalam paru. Bronkus

tersumbat dan terjadi atelektasis, bila janin lebih alveoli tidak berkembang.

2.2.6. Penanganan Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia Neonatorum

2.2.6.1. Penanganan Asfiksia Neonatorum secara Umum

A. Langkah resusitasi untuk keberhasilan resusitasi

1) Jangan menunggu untuk menentukan Nilai APGAR satu menit untuk memulai

resusitasi. Semakin lambat memulai, akan semakin sulit melakukan resusitasi

2) Semua petugas yang terlibat dalam persalinan harus telah dilatih secara

memadai, efisien, dapat bekerja sebagai tim, dan semua peralatan yang

diperlukan harus tersedia dan dalam keadaan berfungsi baik.

a. Sebelum persalinan dimulai

1. Informasikan unit neonatologi mengenai adanya persalinan resiko tinggi yang

sedang terjadi. Dokter spesialis anak atau petugas kesehatan yang terampil dan

terlatih dalam resusitasi harus menghadiri semua persalinan resiko tinggi.

2. Untuk persalinan normal, petugas yang ahli dalam resusitasi neonatus harus

hadir

3. Untuk asfiksia, dua petugas yang ahli dalam resusitasi dan dua asisten harus

hadir

4. Semua peralatan harus disiapkan dan di cek fungsinya sebelum persalinan

5. Pemanas radian/ radian warmer dinyalakan dan handuk atau kain hangat

tersedia
31

6. Cek alat penghisap lendir, oksigen, sungkup, wajah dengan ukuran yang

sesuai dengan berat bayi serta balon resusitasi

7. Siapkan sebuah pipa endotrakea (ET) dengan ukuran yang sesuai dengan berat

bayi, potong hingga 13-15cm

8. Siapkan obat-obatan, kateter umbilical dan sebuah baki.

b. Setelah persalinan

Saat bayi lahir, lakukan penilaian sebagai berikut

1. Apakah kehamilan cukup bulan ?

2. Apakah air ketuban jernih dan tidak terkontaminasi mekonium ?

3. Apakah bayi bernafas adekuat atau menangis?

4. Apakah tonus otot bayi baik ?

Bila semua pertanyaan diatas dijawab dengan “ya”, lakukan perawatan rutin.

Perawatan rutin adalah memberikan kehangatan, membuka/membersihkan jalan

nafas, mengeringkan, dan menilai warna.

B. Langkah Awal Resusitasi

1) Tempatkan bayi dibawah pemanas radian/ infant warmer

2) Letakkan bayi terlentang pada posisi setengan menengadah untuk membuka

jalan nafas, sebuah gulungan handuk diletakkan dibawah bahu untuk

membantu mencegah fleksi leher dan penyumbatan jalan nafas

3) Bersihkan jalan nafas atau dengan menghisap mulut terlebih dahulu kemudian

hidung, dengan menggunakan alat penghisap lendir. Perhatikan untuk menjaga

bayi dari kehilangan panas setiap saat.

4) Pengisapan yang kontinyu dibatasi 3-5 detik pada satu pengisapan. Mulut

diisap terlebih dahulu untuk mencegah aspirasi


32

5) Pengisapan lebih agresif hanya boleh dilakukan jika terdapat mekonium pada

jalan nafas (kondisi ini dapat mengarah ke bradikardia). Bila terdapat

mekonium dan bayi tidak bugar, lakukan pengisapan dari trakea

6) Keringkan, stimulasi, ganti kain yang basah dengan kain yang kering, reposisi

kepala

7) Tindakan yang dilakukan sejak bayi lahir sampai reposisi kepala dilakukan

tidak lebih dari 30 detik

8) Menilai pernafasan

9) Jika bayi mulai bernafas secara teratur dan memadai, periksa denyut jantung.

Jika denyut jantung >100 kali/menit dan bayi tidak mengalami sianosis,

hentikan resusitasi. Akan tetapi, jika sianosis ditemui, berikan oksigen aliran

bebas.

C. Ventilasi Tekanan Positif (VTP)

1) Jika tidak terdapat pernafasan atau bayi megap-megap, VTP diawali dengan

menggunakan balon resusitasi dan sungkup, dengan frekuensi 40-60 kali/

menit

2) Jika denyut jantung <100 kali/menit bahkan dengan pernafasan memadai,

VTP harus dimulai dengan kecepatam 40-60 kali/ menit

3) Intubasi endotrakea diperlukan jika bayi tidak berespon terhadap VTP dengan

menggunakan balon dan sungkup. Lanjutkan VTP dan bersiaplah untuk

memindahkan bayi ke NICU

D. Kompresi Dada

1) Jika denyut jantung masih <60 kali/ menit setelah 30 detik VTP yang

memadai, kompresi dada harus dimulai


33

2) Kompresi dilakukan pada sternum di proksimal dari prosesus sifoideus, jangan

menekan / diatas sifoid. Kedua ibu jari petugas yang meresusitasi digunakan

untuk menekan sternum, sementara jari-jari lain mengelilingi dada atau jari

tengah dan telunjuk dari satu tangan dapat digunakan untuk kompresi

sementara tangan lain menahan punggung bayi. Sternum dikompresi sedalam

1/3 tebal antero-posterior dada.

3) Kompresi dada diselingi ventilasi secara sinkron terkoordinasi dengan rasio

3:1 kecepatan kombinasi kegiatan tersebut harus 120/menit (yaitu 90 kompresi

dada dan 30 ventilasi). Setelah 30 detik, evaluasi respon. Jika denyut jantung

>60 denyut/menit, kompresi dada dapat dihentikan dan VTP dilanjutkan

hingga denyut jantung mencapai 100 kali/menit dan bayi bernafas efektif.

E. Pemberian Obat

Epinefrin harus diberikan jika denyut jantung tetap <60 kali/menit setelah

30 detik VTP dan 30 detik lagiVTP dan kompresi dada. Dosis epinefrin

adalah 0,1 – 0,3 ml/kg berat badan larutan 1:10.000 secara intravena,

melalui vena umbilical. Bila diberikan melalui pipa endrotrakeal, dosis

adalah 0,3 – 0,1 ml/kg berat badan.

F. Obat lain tambahan

1) Cairan penambah volume darah (volume expander) diindikasikan untuk

pasien yang telah diketahui atau dicurigai mengalami kehilangan darah,

dan berespon buruk terhadap tindakan resusiatasi lain. NaCl 0,9% atau

ringer laktat dapat diberikan dalam bentuk bolus 10 ml/kg selama 5-10

menit. Jika kehi;angan darah akut cukup untuk menumbulkan syok, maka

pemberian darah O negatif dapat dibenarkan.


34

2) Natrium bikarbonat direkomendasikan untuk bayi dengan resusitasi

memanjang yang tidak berespons terhadap tindakan resusitasi lain.

3) Nalokson hidroklorida diindikasikan pada bayi dengan keadaaan sebagai

berikut. Depresi pernafasan memanjang pada bayi dari ibu mendapat

anestesi narkotik dalam waktu 4 jam sebelum persalinan, tetapi frekuensi

denyut jantung dan warna bayi normal. Nalokson tidak dianjurkan

diberikan dikamar bersalin pada resusitasi awal.

4) Kateterisasi pembuluh umbilikus direkomendasikan jika akses vaskular

diperlukan. Vena umbilikus berukuran besar, berada ditengah, memiliki

dinding tipis dan datar. Kateter radioopak 3,5 atau 5,0 Fr diinsersikan ke

dalam vena sampai aliran darah bebas dapat diaspirasi.

G. Sindrom Aspirasi Mekonium

1) Sindrom aspirasi mekonium (SAM), yang terdiri atas sumbatan jalan

napas kecil, terperangkapnya udara, dan pneumonitis inflamatoris, paling

sering ditemui pada bayi yang lahir dengan asfiksia dan mekonium kental.

2) Ketika mekonium kental dan atau bayi berada dalam keadaan apnea atau

depresi, bayi harus diintubasi dan mekonium diisap melalui pipa

endotrakea dengan menggunakan aspitrator mekonium atau diisap dengan

kateter penghisap lubang besar. Kemudian bayi dikeringkan, dilakukan

rangsangan taktil dan diposisikan kembali. Jika bayi tetap menunjukan

depresi pernapasan, berikan ventilasi tekanan positif serta segera

dipindahkan ke unit neonatal untuk dukungan pernapasan sesuai dengan

kebutuhan.
35

3) Pastikan adanya pasokan oksigen maksimal melalui sungkup atau tanul

hidung jika intubasi tidak mungkin dilakukan difasilitas anda.

H. Perawatan lanjutan

1) Catat nilai apgar untuk menit kesatu dan kelima dalam rekamedik

2) Jika bayi memerlukan asuhan intensif rujuk kerumah sakit terdekat yang

memiliki kemampuan memberikan dukungan fentilator, untuk memantau

dan memberikan perawatan pada neonatus

3) Jika bayi dalam keadaan stabil, pindahkan keruang neonatal untuk

dipantau dan ditindak lanjuti

4) Diruang neonatal, ikuti panduan asuhan neonatus normal untuk

pemeriksaan fisik dan tindakan profilaksis. Selain itu, monitir secara ketat

tanda fital, sikrkulasi, perpusi, status neorologi, dan jumlah urine, serta

pemberian minum ditundan dan disesuaikan kondisi. Sebagai ganti

pemberian minum secara oral, berikan glukosa 10% intravena.

Ujilaboratorium, seperti analisis gas darah, glukosa, dan hematrokrit harus

dilakukan.

5) Jika sudah tidk terdapat komplikasi selama 24 jam neonatus, dapat keluar

dari unit neonatal. Informasikan kepada petugas dan orang tua/keluarga

tentang tanda bahaya

Catatan:

a. Tidak melakukan resusitasi dapat diterima pada kehamilan <23

minggu atau berat lahir <400 gram, anensefalus

b. Resusitasi dinyatakan gagal dan dihentikan bila bayi menunjukan

asistole selama 10 menit setelah dilakukan resusitasi yang ekstansif.


36

(Sumber: Rina dan Nani dalam Saifuddin, 2014. P. 348-352)

2.2.6.2. Penanganan Asfiksia Neonatorum di RSUD Karawang

Kasus asfiksia neonatorum di RSUD Karawang ditangani berdasarkna Standar

operasional Prosedur Resusitasi bayi Baru Lahir RSUD Karawang Tahun 2016.

Tabel 2.1 Standar Operasional Prosedur Penatalaksanaan Resusitasi Bayi Baru

Lahir di RSUD Karawang Tahun 2016

Pengertian Menolong bayi baru lahir dengan membuat

pernapasan dan sirkulasi transisi yang harus terbentuk

secara cepat dan efektif agar paru-paru dapat

mengembang.

Prosedur - persiapan:

Alat-alat resusitasi harus siap pakai

Tenaga; 2 orang = dokter/perawat/bidan yang

mempunyai keterampilan untuk melakukan

resusitasi neonatus

- Langkah-langkah:

Meletakkan bayi terlentang dibawah alat pemancar

panas/diatas infant warmer yang sudah disiapkan

Mengeringkan tubuh dan kepala bayi

Meyingkirkan/mengganti kain basah dengan kering

Posisikan bayi dengan leher agak ektensi, bila oerlu

letakan bantal dibahu setinggi 2-3 cm

Mengisap lender/cairna meconium yang kental ke


37

dalam trachea. Lakukan dalam 15-30 detik

Rawat tali pusat

Menilai bayi

1. Evaluasi pernapasan

nafas spontan Tidak bernafas/gasping

Menepuk telapak kaki, Menyatakan perlunya


menyentil tumit atau menggosok permberian oksigen 80-
punggung 100%

Nafas spontan Tidak/sukar bernafas

Nilai Pemberian VTP dengan oksigen


frekuensi 80-100% ( 15-30 detik)
jantung

< 60 x/menit 60-100 x/ menit >100 x/menit

- VTP diteruskan - VTP diteruskan - diamati terus


- Lakukan - Penekanan dada sampai pernafasan
penekanan jika frekuensi spontan
dada jantung <
80x/menit - kemudian
hentikan VTP

Evaluasi warna
-VTP diteruskan kulit

- penekanan dada jika


frekuensi jantung <
80x/menit Biru Pucat

Beri oksigen
38

Observasi dan pantau bayi, Kemerahan


serta perawatan rutin.

2. untuk menilai apgar score dilakukan pada detik ke 60 setelah bayi

lahir, kemudian 5 menit dan 10 menit berikutnya

Unit Terkait:

R.Perinatologi, Kamar Bersalin, Ruang Bedah.

2.3 Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan

2.3.1 Standar Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil

2.3.1.1 Pernyataan Standar

Setiap ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar.

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota wajib memberikan pelayanan kesehatan ibu

hamil kepada semua ibu hamil di wilayah kabupaten/kota tersebut dalam kurun

waktu kehamilan. (Permenkes RI, 2016).

2.3.1.2 Pengertian

1) Pelayanan antenatal sesuai standar adalah pelayanan yang diberikan kepada ibu

hamil minimal 4 kali selama kehamilan dengan jadwal satu kali pada trimester

pertama, satu kali pada trimester kedua dan dua kali pada trimester ketiga yang

dilakukan oleh Bidan dan atau Dokter dan atau Dokter Spesialis Kebidanan

baik yang bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah maupun swasta

yang memiliki Surat Tanda Register (STR).


39

2) Yang disebut dengan standar pelayanan antenatal adalah pelayanan yang

dilakukan kepada ibu hamil dengan memenuhi kriteria 10 T yaitu :

a) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan;

b) Ukur tekanan darah;

c) Nilai status gizi (Ukur Lingkar Lengan Atas/LILA)

d) Ukur tinggi puncak rahim (fundus uteri);

e) Tentukan presentasi janin dan Denyut Jantung Janin (DJJ);

f) Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid

(TT) bila diperlukan;

g) Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan;

h) Tes laboratorium: tes kehamilan, pemeriksaan hemoglobin darah (Hb),

pemeriksaan golongan darah (bila belum pernah dilakukan sebelumnya),

pemeriksaan protein urin (bila ada indikasi); yang pemberian

pelayanannya disesuaikan dengan trimester kehamilan.

i) Tatalaksana/penanganan kasus sesuai kewenangan;

j) Temu wicara (konseling)

2.3.2 Standar Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin

2.3.2.1 Pernyataan Standar

Setiap ibu bersalin mendapatkan pelayanan persalinan sesuai standar.

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota wajib memberikan Pelayanan Kesehatan Ibu


40

Bersalin kepada semua ibu bersalin di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu

tahun.

2.3.2.2 Pengertian

1) Pelayanan persalinan sesuai standar adalah persalinan yang dilakukan oleh

Bidan dan atau Dokter dan atau Dokter Spesialis Kebidanan yang bekerja di

fasilitas pelayanan kesehatan Pemerintah maupun Swasta yang memiliki Surat

Tanda Register (STR) baik persalinan normal dan atau persalinan dengan

komplikasi.

2) Fasilitas pelayanan kesehatan meliputi Polindes, Poskesdes, Puskesmas, bidan

praktek swasta, klinik pratama, klinik utama, klinik bersalin, balai kesehatan

ibu dan anak, rumah sakit pemerintah maupun swasta.

3) Standar pelayanan persalinan normal mengikuti acuan asuhan persalinan

normal yang tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 97 Tahun

2014 tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil,

Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan

Kontrasepsi, Serta Pelayanan Kesehatan Seksual. Adapun untuk persalinan

dengan komplikasi mengikuti acuan dari Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu

di Fasilitas Kesehatan Rujukan.

2.3.3 Standar Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir

2.3.3.1 Pernyataan Standar


41

Setiap bayi baru lahir mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar.

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota wajib memberikan pelayanan kesehatan bayi

baru lahir kepada semua bayi di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun.

2.3.3.2 Pengertian

1) Pelayanan kesehatan bayi baru lahir sesuai standar adalah pelayanan yang

diberikan pada bayi usia 0-28 hari dan mengacu kepada Pelayanan Neonatal

Esensial sesuai yang tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25

Tahun 2014 tentang Upaya Kesehatan Anak, dilakukan oleh Bidan dan atau

perawat dan atau Dokter dan atau Dokter Spesialis Anak yang memiliki Surat

Tanda Register (STR).

2) Pelayanan dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan (Polindes, Poskesdes,

Puskesmas, Bidan praktek swasta, klinik pratama, klinik utama, klinik bersalin,

balai kesehatan ibu dan anak, rumah sakit pemerintah maupun swasta),

Posyandu dan atau kunjungan rumah

2.4 Standar Pelayanan Kebidanan

2.4.1Standar Pelayanan Umum

Standar 1: yaitu Persiapan Untuk Kehidupan Keluarga Sehat

Bidan memberikan penyuluhan dan nasehat kepada perorangan, keluarga

dan masyarakat terhadap segala hal yang berkaitan dengan kehamilan, termasuk

penyuluhan kesehatan umum, gizi, KB, kesiapan dalam menghadapai kehamilan

dan menjadi calon orang tua, menghindari kebiasaan yang tidak baik dan

mendukung kebiasaan yang baik.


42

Tujuannya adalah memberikan penyuluhan kesehatan yang tepat untuk

mempersiapkan kehamilan yang sehat dan terencana serta menjadi orang yang

bertanggung jawab.

Dan hasil yang diharapkan dari penerapan standar 1 adalah masyarakat

dan perorangan dapat ikut serta dalam upaya mencapai kehamilan yang sehat.

Ibu,keluarga dan masyarakat meningkat pengetahuannya tentang fungsi alat-alat

reproduksi dan bahaya kehamilan pada usia muda.Tanda-tanda bahaya kehamilan

diketahui oleh masyarakat dan ibu.

2.4.2Standar Pelayanan Antenatal

Standar 3: yaitu Identifikasi Ibu Hamil

Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat

secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami dan

anggota keluarganya agar mendorong ibu untuk memerikasakan kehamilannya

sejak dini dan secara teratur.

Dan hasil yang diharapkan dari penerapan standar 3 adalah ibu memahami

tanda dan gejala kehamilan, ibu, suami, anggota masyarakat menyadari manfaat

pemeriksaan kehamilan secara dini dan teratur, serta mengetahui tempat

pemeriksaan hamil, meningkatnya cakupan ibu hamil yang memeriksakan diri

sebelum kehamilan 16 minggu.

Standar 4: yaitu Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal

Bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan antenatal. Pemeriksaan

meliputi anamnesis dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai
43

apakah perkembangan berlangsung normal. Bidan juga harus mengenal kehamilan

risti/kelainan khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi, PMS/infeksi HIV;

memberikan pelayanan imunisasi,nasehat, dan penyuluhan kesehatan serta tugas

terkait lainnya yang diberikan oleh puskesmas.

Tujuannya adalah memberikan pelayanan antenatal berkualitas dan deteksi

dini komplikasi kehamilan.

Dan hasil yang diharapkan dari penerapan standar 4 adalah Ibu hamil

mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 kali selama kehamilan,

meningkatnya pemanfaatan jasa bidan oleh masyarakat, deteksi dini dan

komplikasi kehamilan, Ibu hamil, suami, keluarga dan masyarakat mengetahui

tanda bahaya kehamilan dan tahu apa yang harus dilakukan, mengurus

transportasi rujukan jika sewaktu-waktu terjadi kegawatdaruratan.

Standar 5 : Palpasi abdominal

Bidan harus melakukan pemeriksaan abdomen secara seksama dan

melakukan palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan. Bila umur kehamilan

bertambah ,memeriksa posisi, bagian terendah, masuknya kepala janin kedalam

rongga panggul, untuk mencari kelainan dan untuk merujuk tepat waktu.

Tujuannya adalah memperkirakan usia kehamilan, pemantauan

pertumbuhan janin, penentuan letak, posisi dibagian bawah janin.

Dan hasil yang diharapkan dari penerapan standar 5 adalah bidan dapat

memperkirakan usia kehamilan , diagnosis dini kelainan letak, dan merujuk sesuai
44

kebutuhan, mendiagnosis dini kehamilan ganda dan kelainan, serta merujuk sesuai

dengan kebutuhan.

2.4.3 Standar Pelayanan Nifas

Standar 13 : Perawatan Bayi Baru Lahir

Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan

pernafasan spontan, mencegah asfiksia, menemukan kelainan, dan melakukan

tindakan atau merujuk sesuai kebutuhan. Bidan juga harus mencegah atau

menangani hipotermi dan mencegah hipoglikemia dan infeksi.

Tujuannya adalah menilai kondisi bayi baru lahir dan membantu

dimulainya pernafasan serta mencegah hipotermi, hipoglikemi dan infeksi.

Dan hasil yang diharapkan adalah bayi baru lahir menemukan perawatan

dengan segera dan tepat.Bayi baru lahir mendapatkan perawatan yang tepat untuk

dapat memulai pernafasan dengan baik.

Standar15 : Pelayanan Bagi Ibu dan Bayi Pada Masa Nifas

Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas di puskesmas dan rumah

sakit atau melakukan kunjungan ke rumah pada hari ke-tiga, minggu ke dua dan

minggu ke enam setelah persalinan, untuk membantu proses penatalaksanaan tali

pusat yang benar, penemuan dini, penatalaksanaan atau rujukan komplikasi yang

mungkin terjadi pada masa nifas, serta memberikan penjelasan tentang kesehatan

secara umum, kebersihan perorangan, makanan bergizi, asuhan bayi baru lahir ,

pemberian ASI , imunisasi dan KB.

Tujuannya adalah memberikan pelayanan kepada ibu dan bayi sampai 42

hari setelah persalinan dan memberikan penyuluhan ASI eksklusif.


45

2.4.4 Standar Penanganan Kegawatan Obstetri Dan Neonatal

Standar 24: yaitu Penanganan Asfiksia Neonaturum

Bidan mengenali secara tapat bayi baru lahir dengan asfiksia, serta

melakukan tindakan secepatnya, memulai resusitasi, mengusahakan bantuan

medis, merujuk bayi baru lahir dengan tepat dan memberiakan perawatan

lanjutan yang tepat.

Tujuan yang diharapkan yaitu mengenal dengan tepat bayi baru lahir

dengan asfiksia, mengambil tindakan yang tepat dan melakukan pertolongan

kegawatdaruratan.

2.5 Prosedur Penerimaan Pasien Baru di RSUD Karawang

Prosedur penerimaan pasien baru di RSUD Karawang

a. Pasien dan keluarganya di terima dengan ramah dan penuh perhatian

b. Pasien dan keluarganya di beri penjelasan mengenai tata tertib

ruangan perawatan dan peraturan rumah sakit

c. Melakukan anamnesa/ bila mungkin mengenai biodata keluhan utama,

riwayat penyakit dan lain-lain.

d. Melakukan pemeriksaan fisik meliputi keadaan umum pasien, suhu,

denyut nadi, pernapasan, tekanan darah, berat badan/bila perlu.

e. Catat semua hal, anamnesa, pemeriksaan fisik dalam catatan

keperawatan yang ada dalam berkas catatan medic.

f. Laporkan pasien baru tersebut kepada penanggung jawab ruangan dan

dokter yang bersangkutan.


46

g. Perawat mencatat dalam buku register ruangan tentang tanggal, jam

masuk, biodata, register dan diagnosa

h. Semua alat yang dipakai dirapihkan kembali, perawat/bidan mencuci

tangan. (Protap penerimaan pasien baru di RSUD Karawang, 2007).


47

BAB III

KASUS & PEMBAHASAN

3.1 Kronologi Kasus

3.1.1 Antenatal care

Data diperoleh dari hasil wawancara kepada klien pada hari Rabu, tanggal

05 April 2017 pukul 10.30 WIB di rumah klien

Ibu mengatakan usia 33 tahun mengaku hamil anak ke tiga, tidak

pernah mengalami keguguran. Riwayat obstetri ibu: anak pertama

Perempuan usia 2 tahun (meninggal karena sakit) lahir dirumah ditolong

oleh paraji, anak kedua laki-laki usia 9 tahun lahir dirumah ditolong oleh

paraji, ibu mengatakan kedua anaknya diberi ASI. Ibu periksa kehamilan

rutin satu bulan sekali setelah tahu hamil pada usia kehamilan 2 bulan.

Ibu telah melakukan kunjungan ANC sebanyak 7 kali, ANC yang tertulis

dibuku KIA diBPM dan Posyandu. ibu pertama kali melakukan

pemeriksanaan kehamilan ke BPM Bd.S dan posyandu pada tanggal 20-

02-2016. Ibu periksa kehamilan 2 kali pada trimester I, 2 kali pada

trimester II, 3 kali pada trimester III. Ibu tidak pernah memeriksa

kehamilan kepuskesmas

Ibu mengatakan pada saat ibu melakukan ANC bidan menanyakan

riwayat obstetri ibu, hari pertama haid terakhir ibu, riwayat kontrasepsi

terakhir yang ibu pakai. Ibu mengaku hanya diperiksa tekanan darah dan

DJJ selama ANC dan diberi obat penambah darah selama ANC diminum

rutin pagi hari atau malam hari sebelum tidur dengan air mineral. Ibu
48

mengatakan belum pernah dilakukan pemeriksaan HB. Ibu pernah

melakukan imunisasi TT 1x pada usia kehamilan 4 bulan.

Ibu mengatakan pada usia kehamilan 8 bulan bidan melakukan

pemeriksaan leopold dan dianggap letak sungsang dan bidan

menganjurkan untuk USG. Ibu belum pernah hamil dengan letak sungsang

sebelumnya dan tahu bahwa kehamilan ini sungsang ibu merasa takut

sehingga langsung melakukan USG karena bidan menganjurkan untuk

USG. Pendokumentasian tercatat semua di buku KIA ibu tetapi penegakan

diagnosa tidak tercantum dibuku KIA.

Ibu mengatakan selama kunjungan nasihat yang disampaikan bidan

selama kehamilan yaitu tentang nutrisi, istirahat yang cukup, menjaga

kebersihan diri, tentang tanda bahaya pada kehamilan,ibu dijelaskan

bahwa kehamilan letak sungsang harus dilahirkan dirumah sakit dan

dijelaskan bahaya apa saja yang akan terjadi jika ibu tidak melahiran di

rumah sakit karena dirumah sakit alat-alat lebih lengkap. Dan ibu

diajarkan tentang posisi sujud, tetapi ibu melakukan posisi sujud saat

shalat tidak rutin dilakukan.

Data diperoleh dari hasil wawancara kepada bidan S pada hari, tanggal Mei

2017 pukul WIB di BPM Bidan S

Observer melakukan klarifikasi kepada bidan, pasien melakukan

pemeriksaan ANC sebanyak 7 kali, ANC yang tertulis dibuku KIA

diBPM dan Posyandu. ibu pertama kali melakukan pemeriksanaan

kehamilan ke BPM Bd.S pada tanggal 20-02-2016. Dan selanjutnya ibu

melakukan pemeriksaan ANC di Posyandu. Ibu periksa kehamilan 2 kali


49

pada trimester I, 2 kali pada trimester II, 3 kali pada trimester III. Ibu

tidak pernah memeriksa kehamilan kepuskesmas.

Bidan menanyakan riwayat obstetri ibu, hari pertama haid terakhir

ibu, pengukuran LILA,riwayat kontrasepsi terakhir yang ibu pakai.

Mendeteksi resiko tinggi yaitu ibu hamil kehamilan ke tiga jumlah

persalinan yaitu 2 kali jumlah keguguran 0 kali, jarak kehamilan ini

dengan persalinan terakhir 8 tahun, penolong persalinan terakhir paraji.

Bidan melakukan pemeriksaan ukur berat badan, ukur tekanan

darah, menentukan usia kehamilan, memetiksa leopold Tfu, DJJ,

pemeriksaan ekstremitas.

Nasihat yang disampaikan bidan selama kehamilan yaitu tentang

nutrisi, istirahat yang cukup, menjaga kebersihan diri, tentang tanda

bahaya pada kehamilan, ibu dijelaskan bahwa kehamilan letak sungsang

harus dilahirkan dirumah sakit dan dijelaskan bahaya apa saja yang akan

terjadi jika ibu tidak melahiran di rumah sakit karena dirumah sakit alat-

alat lebih lengkap. Dan ibu diajarkan tentang posisi sujud.

3.1.2 Intranatal care

Tempat: BPM Bd.S, tanggal 24-03-2016, pukul 17.00 WIB.

Ibu datang Jam 17.00 WIB bersama keluarga datang ke BPM Bd.S

karena ibu mengeluh mulas dari pagi dan semakin sering, kemudian bidan

melakukan pengkajian sebagai berikut: Pemeriksaan keadaan umum baik,

kesadaran composmentis TD: 130/90 N:84x/menit, RR: 20x/menit S: 37,

TFU: 30 cm, kontraksi 4x10 menit. DJJ: 145x/menit, PD: v/v tidak ada
50

kelainan, porsio tipis lunak pembukaan 8 cm. Ketuban utuh, presentasi

bokong murni. Protein urine negatif.

Bidan mendiagnosa G3P2A0 gravida 36 mg inpartu kala I fase aktif

dengan Presentasi bokong murni. Janin tunggal, hidup, intrauterin.

Bidan memberitahu hasil pemeriksaan kepada keluarga dan

melakukan informed consent kepada keluarga bahwa ibu harus di rujuk ke

Rumah sakit karena dan letak bayi sungsang, keluarga menyetujui dan

meminta keluarga menyiapkan persyaratan rujukan seperti Kartu BPJS,

fotokopi KTP, fotokopi Kartu Keluarga.

Pada saat pra rujukan, bidan melakukan persiapan partus set, obat

uterotonika, surat rujukan, persyaratan rujukan, keluarga, kendaraan mobil

pribadi pasien. Menurut pemaparan bidan saat akan merujuk bidan

menunggu keluarga untuk mengambil persiapan ibu dan bayi serta

persyaratan rujukan, sehingga ibu segera di rujuk. Pada saat di perjalanan

rujukan ke Rumah Sakit bidan melakukan pemantauan Tanda-tanda vital

(Tekanan darah, Nadi, pernapasan), jumlah urine dan DJJ.

Tempat: RSUD Karawang Pada hari Selasa, tanggal 22-03-2016 pukul 15.00

WIB di ruang VK.

Pasien datang dari IGD tanggal 24-maret-2017 pukul 18:00 WIB

rujukan dari bidan, mengaku hamil 9 bulan, mengeluh mulas-mulas sejak

7 jam dan keluar darah dan sudah keluar air-air sejak pukul 17:00. Bidan

melakukan anamnesa dan melakukan pemeriksaan tekanan darah, nadi,

suhu, respirasi, pemeriksaan leopold dan pemeriksaan dalam, setelah itu

bidan langsung melakukan kolaborasi dengan dokter untuk dilakukan


51

USG. Berdasarkan hasil pemeriksaan ibu mengalami mal posisi pada

bayinya (Latak sungsang), dengan hasil pemeriksaan TD 130/80 mmhg,

nadi 88x/menit, RR 18X/menit, Suhu 36,5 C, Tfu 31 cm, pemeriksaan

dalam portio tipis, pembukaan sudah 9 cm, ketuban sudah pecah, bagian

yang teraba bokong, usia kehamilan 37 minggu. Langsung dilakukan

pemasangan infus dan kateter. Dan melakukakan observasi pada pasien,

sambil menyiapkan alat pasrtus set.

Pada pukul 19:00 ibu mengeluh mulas-mulas yang semakin sering

dan ada rasa ingin BAB dan ingin meneran, lalu bidan langsung

melakukan pemeriksaan his 4x/10 menit lamanya 40 detik, DJJ 132

x/menit, Pemeriksaan dalam portio sudah tidak teraba, pembukaan

lengkap, ketuban sudah pecah bercampur mekonium, presentasi bokong,

tetesan infus 20 tpm. Lalu dokter melakukan pimpinan persalinan .

Tampak bokong janin berada di depan vulva ibu, dokter selaku dokter

Resident segera memimpin persalinan. Bokong janin Lahirkan bokong

sampai punggung bawah dan bahu terlihat, Pegang bokong dengan satu

tangan dengan hati-hati dan kaki lahir spontan. kemudian menarik bayi ke

arah bawah secara hati-hati dengan memegang pergelangan kaki bayi

untuk melahirkan bayi. Sampai punggung dan bahu terlihat, dokter

menggunakan perasat lovset untuk melahirkan lengan dengan memegang

punggung bayi dan memutar setengah lingkaran sehingga lengan posterior

menjadi anterior melahirkan lengan dengan menempatkan dua jari tangan

pada lengan atas bayi, untuk melahirkan lengan kedua, dokter memutar

bayi kembali setengah lingkaran serta melahirkan lengan kedua dengan


52

cara yang sama. Untuk melahirkan kepala, dokter meminta asisten untuk

mendorong bagian atas tulang pubik ibu pada saat kepala bayi lahir

tindakan ini untuk membantu mempertahankan kepala bayi tetap fleksi.

Dokter meminta mahasiswa untuk menyiapkan alat resusitasi.

Pukul 19:25 WIB bayi lahir spontan bracht dan tidak segera

menangis dilakukan rangsangan taktil dengan apgar 6/8. dilakukan

pengecekan bayi kedua dan penyuntikan oksitosin 10 IU pada 1/3 bagian

kiri paha luar, setelah itu dilakukan pemotongan tali pusat. Dilakukan

pengecekan pada kandung kemih. Lalu dilakukan PTT, terdapat tanda-

tanda pelepasan plasenta. Plasenta Lahir lengkap pukul 19:35 WIB.

Setelah itu dilakukan masase fundus selama 15 detik, dan melakukan

pengecekan plasenta dan melakukan pengecekan laserasi, setalah

dilakukan pengecekan tidak ada laserasi pada vagina ibu. Lalu langsung

membersihkan ibu dan alat partus.

Bidan melakukan perawatan bayi baru lahir tetapi bidan tidak

melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD), melakukan penghisapan lendir

pada mulut dan hidung bayi, lalu membersihkan bayi sambil merangsang

taktil, melakukan pemeriksaan fisik pada bayi, menimbang berat badan

bayi, mengukur panjang badan bayi dan memberikan kenyamanan dan

memakaikan baju lalu menghangatkan bayi. Didapatkan hasil

Penimbangan Berat badan bayi 2900 gram dan Panjang badan bayi 48 cm.

Bidan melakukan observasi pada kala IV tetapi bidan hanya

melakukan pemantauan pada 5 menit pertama setelah lahirnya plasenta,


53

dan pada pukul 21:00 dan [pukul 21:30.Tidak ada masalah dan kelainan

pada kala IV. Hasil pemantauan :

1. 19:50 WIB

Tekanan darah 130/80 mmhg, nadi 84x/menit,suhu 36,5C, Tfu 2 jari

dibawah pusat, kontraksi baik, kandung kemih kosong, perdarahan normal.

2. 21:00 WIB

Tekanan darah 120/90 mmhg, nadi 84x/menit,suhu 36,8C, Tfu 2 jari

dibawah pusat, kontraksi baik, kandung kemih kosong, perdarahan normal.

3. 21:30 WIB

Tekanan darah 120/80 mmhg, nadi 84x/menit,suhu 36,6C, Tfu 2 jari

dibawah pusat, kontraksi baik, kandung kemih kosong, perdarahan normal.

3.1.3 Postnatal care

Tempat: Ruang Cilamaya Baru RSUD Karawang, tanggal 24 maret 2017

pukul 22:30.

Pada tanggal 24 maret 2017 pukul 22:30 WIB, menerima pasien

baru di dari VK ibu P3AO PSP brach, ibu mengeluh masih merasakan

mulas, keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis, lochea (+), Asi

(+), Tfu 2 jari dibawah pusat, TD 12080 mmhg, nadi 80 x/ menit, RR

20x/menit, suhu 36,5C. Bidan melakukan observasi ttv, pemantauan

perdarahan dan memberikan motivasi tentang MOW. Ttv dalam batas

normal, perdarahan normal, pasien menolak untuk MOW.


54

Tempat: Ruang nifas Cilamaya Baru RSUD Karawang, tanggal 25 maret

2017.

Pada tanggal 25 maret 2017, ibu mengeluh nyeri kepala dan sedikit

mulas. TD 150/100 mmhg, nadi 85x/menit, Suhu 36,5C, RR 20x/menit.

Tfu 2 jari dibawah pusat, keadaan umum tenang, perdarahan normal.

Bidan mendiagnosa Ibu P3A0 post partum spontan brach. Lalu

diberikan terapi obat asam mefanat 3x, nifedipin 4x10, dopamet 3x.

(Sesuai Advice Medis)

Tempat: Rumah Pasien, Pada hari selasa tanggal 05-04-2017. Pukul 09.20

WIB

Observer melakukan pengkajian ibu mengatakan, ibu sudah

melakukan kontrol nifas pada hari ke 7 ke BPM Bd.S, bidan menanyakan

keluhan dan aktivitas sehari-hari.

Bidan melakukan pemeriksaan tekanan darah dengan hasil 120/80

mmHg dan palpasi abdomen dan melihat pengeluaran ASI saja ibu tidak

ada keluhan. Ibu mendapat terapi SF, asam mefenamat,captropil, ferofort .

Ketika kontrol nifas bidan menanyakan bayi ibu tetapi ibu tidak membawa

bayinya sehingga bayinya tidak dilakukan pemeriksaan. Bidan

menanyakan bayi dan meminta ibu untuk membawa bayinya ketika

kontrol kembali.

Tempat: Rumah Pasien tanggal 22-04-2017 pukul 10.00 WIB

Observer melakukan kunjungan 28 hari dan melakukan pengkajian.

Ibu mengatakan tidak ada keluhan, sudah mengurus bayi dan kembali ke

aktivitas sehari-hari. Ibu mengatakan pada masa nifas melakukan


55

kunjungan nifas satu kali di BPM Bd.S pada hari ke 6, bidan tidak

melakukan kunjungan rumah.

Tempat: Rumah Pasien tanggal 03-05-2017 pukul 16.00WIB

Observer melakukan kunjungan 40 hari dan melakukan

pemeriksaan pada ibu dan bayinya. Dokumentasi soap terlampir. Ibu

mengatakan bidan tidak melakukan kunjungan dan ibu belum melakukan

pemeriksaan kerumah bidan dan ibu belum melakukan KB dan anaknya

belumdiimunisasi. Ibu mengatakan tidak ada keluhan.

3.1.4 Neonatus

Tempat: Ruang Perinatologi RSUD Karawang, Pada tanggal 24 Maret 2017

pukul 20:00 WIB.

Pada tanggal 24 Maret 2017 pukul 20:00 WIB menerima bayi dari

VK, bidan langsung melakukan perawatan pada bayi baru lahir,

melakukan pemeriksaan fisik, penimbangan berat badan bayi, pengukuran

panjang badan bayi, mengukur lingkar kepala bayi, memberikan

kehangatan pada bayi, memberikan kenyamanan. Berdasarkan hasil

pemeriksaan, kesadaran composmentis, gerakan bayi aktif, tangisan bayi

kuat, anus (+), meconium (+), cacat (-), a/s 6/8, ballard score 36. Suhu

36,5C, nadi 152x/menit, pernafasan 50x/menit. LK 32,5 cm, ubun-ubun

kecil datar, cepal hematoma tidak ada, caput tidak ada. LD 31 cm. BB

2917 gram, PB 47 cm. Dilakukan penyuntikan Neo K 1mg/IM dipaha kiri

dan Hb 0 1ml/IM dipaha kanan.


56

Tempat: Ruang Rawat Gabung RSUD Karawang, pada tanggal 25 Maret

2017 pukul 06:15 WIB

Pada tanggal 25 Maret 2017 pukul 06:15 WIB menerima bayi dari

ruang perin,

S/O: Menerima bayi dari ruang perina, Keadaan umum baik, tangisan kuat,

gerakan aktif, minum asi, muntah (-) , kembung (-) , BAB/BAK (+).

Bidan melakukan pemeriksaan Hr 142x/m, respirasi 39x/m, suhu

36,5C.

A : Resiko infeksi

I : Mengobservasi TTV, menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya.

Merawat tali pusat

P : Observasi TTV, Cegah Infeksi.

Tempat: Ruang Rawat Gabung RSUD Karawang, pada tanggal 25 Maret

2017 pukul 16:00 WIB

Pada tanggal 25 Maret 2017 pukul 16:00

S/O: Keadaan umum baik, tangisan kuat, gerakan aktif, minum asi, muntah

(-) , kembung (-) , BAB/BAK (+). Bidan melakukan pemeriksaan Hr

148x/m, respirasi 42x/m, suhu 36,6C.

A : Resiko infeksi

I : Mengobservasi TTV, menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya.

P : Observasi TTV, Cegah Infeksi.

Tempat: Ruang Rawat Gabung RSUD Karawang, pada tanggal 26 Maret

2017 pukul 21:00 WIB

Pada tanggal 26 Maret 2017 pukul 21:00 WIB


57

S/O : keadaan umum baik, tangisan kuat, gerakan aktif, minum asi, muntah

(-) , kembung (-) , BAB/BAK (+). Hr 147x/m, respirasi 43x/m, suhu

36 C.

A : Resiko infeksi , Resiko Hipotermi

I : Mengobservasi TTV, Merawat Tali pusat, dan menjaga kehangaatan

P : Observasi ttv, cegah infeksi dan cegah Hipotermi

Tempat: Rumah Pasien tanggal 07-05-2017, Pukul 15.00 WIB

Observer melakukan kunjungan kerumah pasien, melakukan

pemeriksaan pada bayi, hasil pemeriksaan semuanya baik. Dokumentasi

Soap terlampir.

Tempat: Rumah Pasien tanggal 22-04-2017, Pukul 10.00 WIB

Ibu mengatakan bidan tidak melakukan kunjungan kerumahnya

tetapi ibu pernah membawa bayinya ke Posyandu, dengan hasil berat

badan bayi 3100 gr, panjang badan 48 cm dan keadaan bayinya baik.

3.2 Pembahasan

3.2.1 Antenatal care

3.2.1.1 Kuantitas antenatal care

Kasus

Ibu telah melakukan kunjungan ANC sebanyak 7 kali ANC yang

tertulis di dokumentasi buku KIA di posyandu dan BPM. Ibu pertama

kali melakukan periksa kehamilan ke BPM Bd.S pada tanggal 20-10-

2016. Ibu periksa kehamilan 2 kali pada trimester I, 2 kali pada trimester

II, 3 kali pada trimester III.


58

Pembahasan

Dalam kasus ini kunjungan selama ANC sudah sesuai standar

minimal kunjungan ANC. Menurut WHO adalah 4 kali: 1x pada trimester I

(sebelum minggu ke-14), 1x pada trimester II (sebelum minggu ke-28), 2x

pada trimester III (antara minggu ke 28-36 dan lebih dari minggu ke-36).

Standar kunjungan antenatal care minimal menurut WHO yang

dilaksanakan 4 kali pada kasus ini sudah sesuai, ibu melakukan 7 kali

pemeriksaan ANC, periksa kehamilan 2 kali pada trimester I, 2 kali pada

trimester II, 3 kali pada trimester III.

Menurut penulis dengan dilakukannya antenatal care rutin dan

kuantitasnya sesuai standar maka bidan dapat memantau kemajuan

kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan janin, memenuhi

kebutuhan ibu selama masa kehamilan, mengenal komplikasi yang terjadi

pada ibu secara dini sehingga ibu mendapat penanganan yang tepat,

mempersiapkan persalinan dengan selamat bagi ibu dan bayi. Sehingga

penting bagi ibu dalam melakukan kunjungan antenatal care.

3.2.1.2 Kualitas antenatal care

Kasus

Saat pemeriksaan ANC bidan menanyakan riwayat obstetri ibu,

hari pertama haid terakhir ibu (HPHT), pengukuran LILA,riwayat

kontrasepsi terakhir yang ibu pakai, mendeteksi resiko tinggi pada ibu,

penolong persalinan terakhir, status imunisasi TT.


59

Bidan melakukan pemeriksaan ukur berat badan, ukur tekanan

darah, menentukan usia kehamilan, memetiksa leopold Tfu, DJJ,

pemeriksaan ekstremitas.

Pembahasan

Setelah dilakukan konfirmasi ke bidan, standar pelayanan antenatal

care sebelum dirujuk yang dilaksanakan di Wilayah kerja PKM Majalaya

adalah standar 10 T, dalam pelaksanaannya standar 10 T belum terpenuhi.

Bidan melakukan 8 standar antenatal care kepada ibu. Asuhan yang tidak

diberikan antara lain adalah pemeriksaan Hb dan tes terhadap penyakit

menular seksual bidan menjelaskan bahwa kesediaan alat yang tidak

tersedia dan waktu yg tak memungkinkan.

Menurut penulis dengan memenuhi standar yang telah ditetapkan

maka asuhan yang diberikan kepada ibu bisa optimal, dengan dilakukannya

pemeriksaan Hb dan tes penyakit menular seksual, bidan dapat mendeteksi

secara dini penyakit menular seksual ibu dalam kehamilan sehingga bidan

bisa melakukan tindakan yang sesuai jika ibu terdeteksi penyakit menular

seksual karena selama masa kehamilan ibu mengalami berbagai perubahan,

perubahan tersebut dapat menjadikan ibu rentan dan mudah terjadi infeksi

dan dapat merencanakan persalinan yang aman dan nyaman.

3.2.1.4 Pembahasan pentingnya pemberian nasihat

Kasus

Pada saat ANC usia kehamilan 32 minggu diketahui posisi janin

sungsang, dan bidan menyarankan dan mengajarkan posisi sujud. untuk

memutar posisi bayi sungsang dengan posisi yg seharusnya, bidan


60

mengajarkan dilakukan 3 kali setiap hari selama 10 menit. Tetapi menjurut

pengakuan pasien ibu melakukan nasehat bidan tidak secara rutin. ibu

dijelaskan bahwa kehamilan letak sungsang harus dilahirkan dirumah sakit

dan dijelaskan bahaya apa saja yang akan terjadi jika ibu tidak melahiran

di rumah sakit karena dirumah sakit alat-alat lebih lengkap.

Pembahasan

Dalam teori, Greenhill menyatakan bahwa versi spontan adalah yang

diharapkan setelah melakukan Knee Chest Position (KCP) ini. Dilakukan

2-3 kali sehari selama 10-15 menit. Dimana diharapkan bokong janin yang

telah turun akan bebas kembali sehingga terjadi versi spontan.Usia

kehamilan yang dianjurkan untuk KCP adalah usia kehamilan 30-32

minggu. Kalau 1 minggu tidak berhasil berarti versi luar juga sia-sia.

(Rizkiani, 2013). hal ini terkait dengan standar pelayanan kebidanan pada

standar 1 dan hak pasien bahwa pasien berhak memperoleh informasi

tentang kondisi dan keadaan apa yang sedang mereka alami. Isi dan waktu

pemberian informasi sangat bergantung pada kondisi pasien dan jenis

tindakan yang akan segera dilaksanakan. Informasi harus diberikan

langsung kepada pasien dan/atau keluarganya. (Saifuddin, 2014).

Pada kasus ini bidan sudah menyarankan dan mengajarkan posisi

sujud sesuai teori, tetapi pasien yang tidak rutin melakukannya.

Menurut penulis pemberian nasihat atau pendidikan kesehatan serta

penjelasan tentang keadaan pasien memiliki peranan yang penting karena

hal ini menyangkut kebutuhan dan hak pasien untuk mengetahui keadaan

dirinya serta berhak untuk mendapat penjelasan tentang tanda bahaya


61

penyakit yang ibu derita terhadap kehamilan sehingga ibu dapat

memelihara kesehatannya dan mengubah perilaku tertentu yang

berhubungan atau menjadi faktor resiko penyakitnya. Dan pasien juga

harus mengikuti apa yang diajarkan oleh bidan karena nasihat itu penting

untuk dirinya.

3.2.2 Intranatal care

3.2.2.1 Persiapan prarujukan di BPM

Kasus

Bidan telah menegakan diagnosa, pada saat pra rujukan, bidan

melakukan persiapan partus set, obat uterotonika, surat rujukan,

persyaratan rujukan, keluarga, kendaraan mobil pribadi pasien. Menurut

pemaparan bidan saat akan merujuk bidan menunggu keluarga untuk

mengambil persiapan ibu dan bayi serta persyaratan rujukan, sehingga ibu

segera di rujuk. Pada saat di perjalanan rujukan ke Rumah Sakit bidan

melakukan pemantauan Tanda-tanda vital (Tekanan darah, Nadi,

pernapasan), jumlah urine dan DJJ.

Pembahasan

Dalam hal ini sudah sesuai dengan kewenangan bidan dengan

merujuk kasus yang bukan kewenangannya atau tidak dapat ditangani

dengan tepat waktu menurut Permenkes No 1464/MENKES/PER/X/2010

tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan.

Menurut penulis: dengan merujuk kasus letak sungsang ke fasilitas

kesehatan yang lebih tinggi, bidan mengetahui kewenangannya dalam


62

penanganan kegawatdaruratan serta sudah melaksanakan peran dan

fungsinya.

3.2.2.2 Informed consent tindakan rujukan di BPM

Kasus

Bidan memberitahu hasil pemeriksaan kepada keluarga dan

melakukan informed consent kepada keluarga bahwa ibu harus di rujuk ke

Rumah sakit karena letak bayi sungsang, keluarga menyetujui dan

meminta keluarga menyiapkan persyaratan rujukan seperti Kartu BPJS,

fotokopi KTP, fotokopi Kartu Keluarga.

Pembahasan

Dalam hal ini sudah sesuai dengan kewewenangan bidan yang

sudah memberitahu dan melkukan informed cosent pada ibu dan keluarga.,

Menurut Undang-Undang Kesehatan Nomer 23 tahum 1992 kewajiban

tenaga kesehatan adalah mematuhi standar profesi tenaga kesehatan,

menghormati hak pasien, menjaga kerahasiaan identitas dan kesehatan

pasien, memberikan informasi dan meminta persetujuan (Informed

consent), dan membuat serta memelihara rekam medic.

Bidan wajib meminta persetujuan tertulis atas tindakan yang akan

dilakukan. Pada kasus ini sesuai dengan hak pasien yaitu pasien berhak

untuk mengerti bila diperlukan rujukan ketempat lain yang lebih lengkap

dan memperoleh informasi yang lengkap tentang alasan rujukan tersebut,

dan RS yang ditunjuk dapat menerimanya.


63

Menurut penulis: melakukan informed consent dengan jelas,

sehingga keluarga mengerti dan menyetujui tindakan bidan maka di

harapkan pasien dapat kooperatif sehingga memudahkan bidan dalam

melakukan tindakan penatalaksaan kasus letak sungsang. Bidan juga sudah

memiliki bukti perlindungan hukum atas kesediaan pasien atau keluarga

dalam persetujuan tindakan.

3.2.2.3 Pembahasan penerimaan pasien baru di RSUD Karawang

Kasus

Pada kasus ini mahasiswa segera menyambut pasien menanyakan

diagnose rujukan kepada bidan yang merujuk dan melakukan pemeriksaan

fisik meliputi keadaan umum, tanda-tanda vital. Coass melakukan

anamnesa dan di catat pada catatanan kebidanan ruang bersalin. Bidan

melaporkan pasien baru dengan kepada dokter jaga. Bidan melakukan

pencatatan pada buku laporan dinas harian meliputi tanggal, jam masuk,

biodata dan diagnosa. Dalam penerimaan pasien baru sudah sesuai dengan

protap yang ada di RSUD Karawang.

Pembahasan

Dalam penerimaan pasien baru di RSUD Karawang sudah sesuai dengan

protap yang ada diRSUD Karawang.

Menurut penulis dengan melakukan penerimaan pasien baru yang

masuk ke ruangan kebidanan untuk dirawat sesuai peraturan yang berlaku

di harapkan pasien segera mendapat pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan

dan dengan mengikuti prosedur tetap yang berlaku dapat terlaksananya

penerimaan pasien baru dengan baik.


64

3.2.2.4 Pembahasan Pelahiran Letak Sungsang

Pada kasus ini pelahiran sungsang dilakukan segera, tetapi dokter

tidak melakukan episiotomi sebelum pelahiran. Seharusnya dokter

melakukan episiotomi untuk mengurangi robekan pada perineum.

Dalam teori seharusnya Saat bokong membuka vulva dilakukan

episiotomi.segera setelah bokong lahir, bokong dicengkeram secara bracht

yaitu kedua ibu jari penolong sejajar sumbu panjang paha sedangkan jari-

jari lain memegang panggul. (Prawirohardjo, 2008)

Berarti dalam kasus ini ada kesenjangan antara teori dan praktek

karena dalam teori harus dilakukan episiotomi dalam pelahiran spontan

dalam letak sungsang, tetapi dalam kasus tidak dilakukan episiotomi

karena peri neum ibu elastis dan setelah pelahiran tidak ada robekan.

Menurut penulis dengan dilakukan pelahiran sesuai teknik yang

benar dapat mengurangi angka komplikasi pada janin seperti cedera

kelahiran dan dapat menurunkan angka morbilitas dan mortalitas pada

bayi.

3.2.2.5 Pembahasan pemantauan kala IV

. Bidan tidak melakukan pemantauan kala IV Pada 15 menit pada jam

pertama dan 30 menit pada jam kedua. Bidan hanya melakukan

pemantauan pada 5 menit setelah pelahiran plasenta dan 2 kali pada 2 jam

pertama.

Pemantauan masa postpartum merupakan saat paling kritis untuk

mencegah kematian ibu, terutama kematian disebabkan karena perdarahan.

Selama kala IV, petugas harus memantau ibu setiap 15 menit pada jam
65

pertama setelah kelahiran plasenta, dan setiap 30 menit pada jam kedua

setelah persalinan. Jika kondisi ibu tidak stabil, maka ibu harus di pantau

lebih sering. (Saifuddin. 2009). Pada kasus tidak di lakukan pemantauan

kala IV sesuai standar. Seharusnya dilakukan pengawasan kala IV untuk

mencegah komplikasi yang terjadi pada ibu setelah persalinan

Menurut penulis: dengan melakukan pemantauan pada kala IV bidan

dapat mendeteksi apakah ada masalah ibu setelah persalinan dan jika ada

masalah/komplikasi pada 2 jam pertama bidan dapat segera melakukan

tindakan yang tepat. Pada dua jam pertama pentingnya dilakukan

pemantauan kala IV karena dikhawatirkan terjadi perdarahan pasca

bersalin seperti kejadian atonia uteri.

3.2.2.6 Pembahasan inisiasi menyusui dini

Bayi tidak dilakukan inisiasi menyusui dini (IMD) setelah lahir.

Mengacu pada Kemenkes RI (2016), Inisiasi menyusui dini adalah

memberikan ASI segera setelah bayi lahir dalam waktu 30 menit-1 jam

pasca bayi dilahirkan.

Dikarenakan bayi mengalami asfiksia, sehingga bayi tidak

dilakukan IMD segera setelah lahir, namun alangkah baiknya setelah bayi

dalam keadaan baik dan dimungkinkan melakukan IMD bidan dapat

melakukan skin to skin antara ibu dan bayi, karena menurut penulis, IMD

adalah salah satu hal yg sangat penting dalam asuhan persalinan karena

kontak kulit dan kulit membuat ibu dan bayi lebih tenang. Kontak kulit

dan kulit antara ibu dan bayi akan meningkatkan ikatan kasih sayang.
66

3.2.3 Postnatal care

3.2.3.1 Pengkajian nifas KF 1

Kasus

Bidan melakukan pengkajian dan pemeriksaan tanda-tanda vital,

pengecekan jumlah perdarahan, mengecek kontraksi uterus, mengukur

tinggi fundus uteri ibu pada 8 jam postpartum.

Pembahasan

Dilakukan pemeriksaan yang sesuai dengan asuhan pada kunjungan

nifas I, yaitu seperti melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, pengecekan

jumlah perdarahan, mengecek kontraksi uterus, mengukur tinggi fundus

uteri ibu.

Menurut penulis: dengan di lakukan pemeriksaan pada masa nifas

ke 1 bidan dapat mendeteksi masalah yang terjadi pada 6-8 jam pertama

masa nifas, mencegah perdarahan masa nifas, sehingga bidan dapat

melakukan penatalaksanaan yang tepat. Melakukan asuhan masa nifas

dengan memperhatikan kebutuhan ibu, karena pada kunjungan pertama ini

ibu masih belum bisa mandiri dalam mengurus dirinya dan masih

membutuhkan bantuan dan melakukan pendidikan kesehatan tentang tanda

bahaya sehingga ibu mendapat pengetahuan dan dapat segera

menguhubungi bidan jika menemukan tanda bahaya.


67

3.2.3.2 Kunjungan KF 2

Kasus

Pada hari ke 7 post partum ibu datang ke BPM Bd.S Bidan

melakukan pemeriksaan tekanan darah dan palpasi abdomen dan melihat

pengeluaran ASI saja ibu tidak ada keluhan.

Pembahasan

Seharusnya bidan tidak hanya melakukan pemeriksaan tekanan

darah, palpasi abdomen dan melihat pengeluaran ASI saja, tetapi

melakukan pemeriksaan meliputi:

- Memastikan involusi uterus berjalan normal: uterus berkontraksi, fundus

dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.

- Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.

- Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan istirahat.

- Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-

tanda penyulit.

- Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,

menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.

Menurut penulis: dengan melakukan anamnesa dan pemeriksaan,

bidan dapat mengetahui kebutuhan ibu, dan mendeteksi apakah masa nifas

ibu berjalan dengan normal atau tidak, mengetahui komplikasi yang dapat

terjadi pada ibu pada masa nifas. Sehingga ibu mendapat asuhan yang

tepat. Memberikan pendidikan kesehatan mengenai nutrisi, pola istirahat,

membantu dan memotivasi ibu untuk memberikan ASI.


68

3.2.3.3 Program Kunjungan Nifas

Kasus

Program nifas di lakukan hanya KF1 dan KF2 saja, KF1 dilakukan

karena pasien masih berada diRSUD Karawang dan dilakukan diRuang

Nifas, sedangkan KF2 Pasien datang kerumah bidan untuk melakukan

pemeriksaan. Kunjungan 2 minggu dan 6 minggu tidak di lakukan.

Pembahasan

Hal ini tidak sesuai dengan program dan kebijakan teknis masa

nifas, paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai

status ibu dan bayi baru lahir dan untuk mencegah, mendeteksi dan

menangani masalah-masalah yang terjadi. Waktu pelaksanaan 6-8 jam

setelah persalinan, 6 hari setelah persalinan, 2 minggu setelah persalinan

dan 6 minggu setelah persalinan. (Saifuddin. 2009).

Dan tidak sesuai dengan Standar 15 : Pelayanan Bagi Ibu dan Bayi

Pada Masa Nifas yang berbunyi:

Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas di puskesmas dan

rumah sakit atau melakukan kunjungan ke rumah pada hari ke-tiga, minggu

ke 2 dan minggu ke 6 setelah persalinan, untuk membantu proses

penatalaksanaan tali pusat yang benar, penemuan dini, penatalaksanaan

atau rujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta

memberikan penjelasan tentang kesehatan secara umum, kebersihan

perorangan, makanan bergizi, asuhan bayi baru lahir, pemberian ASI ,

imunisasi dan KB.


69

Tujuannya adalah memberikan pelayanan kepada ibu dan bayi

sampai 42 hari setelah persalinan dan memberikan penyuluhan ASI

eksklusif.

Menurut penulis: dengan dilakukannya kunjungan masa nifas maka

bidan dapat menentukan apakah masa nifas ibu berlangsung normal atau

tidak, menjaga kesehatan ibu dan bayi, dapat memberikan asuhan jika

dalam masa nifas ibu memiliki masalah/penyulit dan dapat memberikan

pelayanan kepada ibu dan bayi sampai 42 hari setelah persalinan.

Menghindari komplikasi pada masa nifas bisa segera dirujuk untuk

penanganan yang tepat, menurunkan angka kejadian infeksi pada ibu dan

bayi serta menghindari kebiasaan yang merugikan.

3.2.4 Neonatus

3.2.4.1 Deteksi Dini kasus Asfiksia

Kasus

Pada pukul 19:00 ibu mengeluh mulas-mulas yang semakin sering

dan ada rasa ingin BAB dan ingin meneran, Pemeriksaan dalam portio

sudah tidak teraba, pembukaan lengkap, ketuban sudah pecah bercampur

mekonium.

Pukul 19:25 WIB bayi lahir spontan bracht dan tidak segera

menangis dilakukan rangsangan taktil dengan apgar 6/8. Dan bayi

langsung menangis kuat.


70

Pembahasan

Tenaga kesehatan telah melakukan penilaian deteksi dini terjadinya

kasus asfiksia pada bayi baru lahir, yaitu sebelum bayi lahir mendeteksi air

ketuban yang bercampur mekonium, kemudian saat bayi lahir dilakukan

penilaian sepintas dengan hasil bayi tidak segera menangis.

Menurut Penulis: tenaga kesehatan melakukan deteksi dini kasus

asfiksia, dengan melakukan penilain air ketuban sebelum bayi lahir dan

penilaian sepintas bayi segera setelah lahir, dengan melakukan penilaian

deteksi dini asfiksia diharapkan tenaga kesehatan dapat melakukan

persiapan alat untuk kasus kegawatdaruratan, menyiapkan diri melakukan

penanganan kegawatdaruratan sehingga tindakan untuk resusitasi dapat

dilaksanakan dengan cepat dan efektif.

3.2.4.2 Pembahasan penanganan Asfiksia

Standar 24 : Penanganan Asfiksia Neonaturum

Bidan mengenali secara tepat bayi baru lahir dengan asfiksia, serta

melakukan tindakan secepatnya, memulai resusitasi, mengusahakan

bantuan medis, merujuk bayi baru lahir dengan tepat dan memberikan

perawatan lanjutan yang tepat.

Tujuan yang diharapkan yaitu mengenal dengan tepat bayi baru

lahir dengan asfiksia, mengambil tindakan yang tepat dan melakukan

pertolongan kegawatdaruratan.

Dalam kasus ini bidan sudah melaksanakan asuhan pada bayi

dengan asfiksia sesuai dengan Standar Operasional Prosedur

Penatalaksanaan Resusitasi Bayi Baru Lahir di RSUD Karawang.


71

Menurut Penulis: diharapkan tenaga kesehatan dapat melakukan

persiapan untuk kasus kegawatdaruratan dan deteksi dini, menyiapkan diri

melakukan penanganan kegawatdaruratan sehingga tindakan untuk

resusitasi dapat dilaksanakan dengan cepat dan efektif.

3.2.4.3 Program kunjungan Neonatus

Kasus

Bidan tidak pernah melakukan kunjungan Neonatus selama 0-28

hari, seharusnya bayi baru lahir mendapatkan pelayanan sesuai standar

untuk memantau perkembangan bayi.

Pembahasan

Pelayanan kesehatan bayi baru lahir sesuai standar adalah

pelayanan yang diberikan pada bayi usia 0-28 hari dan mengacu kepada

Pelayanan Neonatal Esensial sesuai yang tercantum dalam Peraturan

Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun 2014 tentang Upaya Kesehatan

Anak, dilakukan oleh Bidan dan atau perawat dan atau Dokter dan atau

Dokter Spesialis Anak yang memiliki Surat Tanda Register (STR).

Pelayanan dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan (Polindes,

Poskesdes, Puskesmas, Bidan praktek swasta, klinik pratama, klinik

utama, klinik bersalin, balai kesehatan ibu dan anak, rumah sakit

pemerintah maupun swasta), Posyandu dan atau kunjungan rumah. dalam

kasus ii bidan tidak pernah melakukan kunjungan selama 0-28 hari.

Menurut penulis: dengan dilakukannya kunjungan neonatus maka

bidan dapat memantau perkembangan bayi dan menjaga kesehatan bayi,

memberikan nasehat kepada ibu nya untukmselalu menjaga kehangatan,


72

kebersihan dan kenyamanan bayi, memantau pemberian ASI yg baik dan

benar. Menghindari komplikasi pada neonatus bisa segera dirujuk untuk

penanganan yang tepat, menurunkan angka kejadian infeksi bayi serta

menghindari kebiasaan yang merugikan pada bayinya.


73

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Dari Hasil penelitian maka dapat diambil beberapa kesimpulan,

antara lain :

1. Asuhan yang di dapatkan oleh Ny. S selama masa kehamilan sudah

sesuai dengan standar prosedur operasional yaitu dengan melakukan

kuantitas pemeriksaan antenatal care yang memenuhi standar. Kualitas

yang bidan berikan kepada Ny. S tetapi belum seluruhnya maksimal

dilihat dari standar kualitas antenatal care yang di tetapkan ada yang

tidak di berikan kepada ibu yaitu tidak dilakukan pemeriksaan Hb dan

tes terhadap penyakit menular seksual untuk mendeteksi secara dini

penyakit menular seksual ibu dalam kehamilan.

2. Asuhan dan penatalaksanaan Bidan pada Ny. S di fasilitas pelayanan

kesehatan dasar sebelum merujuk sudah sesuai dengan alur rujukan

yang ada di fasilitas kesehatan pelayanan dasar tersebut dengan bidan

mampu mengidentifikasi kasus kegawatdaruratan, kolaborasi dengan

dokter, memberikan penanganan pertama sesuai dengan standar

prosedur operasional, dan merujuk sesuai dengan kewenangan. namun

dalam proses prarujukan terdapat hambatan karena menunggu keluarga

pasien untuk mengambil perlengkapan ibu dan bayi saat akan merujuk.

3. Penanganan Intranatal Care di Rumah Sakit sudah sesuai dengan

standar oprasional dirumah sakit, bidan jaga selalu melakukan


74

kolaborasi dengan dokter untuk menangani kasus Ny. S di rumah

sakit, dari mulai melakukan penatalaksanaan asuhan persalinan dengan

pelahiran kehamilan letak sungsang oleh dokter, serta penatalaksanaan

pada kegawatdaruratan bayi dengan asfiksia sedang hingga pemberian

terapi obat-obatan. Namun dalam penanganan di Rumah Sakit observer

menemukan ada beberapa asuhan yang tidak di lakukan oleh tenaga

kesehatan padahal hal tersebut merupakan hak dan kebutuhan ibu

seperti melakukan episiotomi sebelum pelahiran pervaginam letak

sungsang, bayi tidak dilakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan

pemantauan kala IV yang tidak di lakukan secara maksimal.

4. Penatalaksanaan pada kasus bayi baru lahir dengan asfiksia sedang di

Rumah Sakit sudah baik, tenaga kesehatan mampu mendeteksi dini

kasus asfiksia, mampu melakukan kegawatdaruratan pada kasus

Asfiksia dengan melakukan penatalaksanaan resusitasi sesuai dengan

prosedur tetap yang berlaku dan melakukan kolaborasi dengan dokter .

5. Penatalaksanaan asuhan postnatal care bidan pada kasus Ny. S tidak

sesuai dengan kebijakan pemerintah dimana bidan hanya melakukan

kunjungan nifas sampai hari ke-7 serta tidak menjelaskan atau

memberitahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang pada hari ke-14

dan hari ke-40.

4.2 Saran

4.2.1 Bagi Wilayah Kerja PKM Majalaya

Dengan penulisan laporan tugas akhir ini, penulis berharap

Wilayah Kerja PKM Majalaya mampu melakukan persiapan prarujukan


75

dengan cepat dan tepat baik dari pihak Puskesmas maupun dari dukungan

keluarga agar kegawatdaruratan pada Ibu mendapat penanganan yang

tepat, komplikasi terhadap ibu dan bayi akibat kehamilan dan persalinan

dapat di cegah dan memenuhi segala aspek tindakan sesuai standar

maupun sesuai dengan hak pasien.

4.2.2 Rumah Sakit

Dengan penulisan laporan tugas akhir ini penulis berharap semoga

meningkatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan meningkatkan

penatalaksanaan yang tepat sesuai standar dan kewenangan yang ada,

untuk menurunkan angka kematian ibu dan kematian bayi.

4.2.3 Bagi Institusi

Diharapkan institusi selalu mengikuti perkembangan terbaru

mengenai perkembangan keilmuan yang menyangkut kasus Letak

Sungsang untuk menambah bahan daftar refensi terbaru bagi penulis.

4.2.4 Bagi Penulis

Di harapkan dengan dilakukan penyusunan laporan ini dapat

menegakkan diagnosa yang tepat dan mampu melakukan penatalaksanaan

pada kasus Letak Sungsang sesuai standar dan kewenangan yang berlaku

serta mampu memberikan asuhan kebidanan yang maksimal.


1
DAFTAR REFERENSI

Depkes RI. 2015. Profil Dinas Kesehatan Indonesia. Provinsi Jawa Barat,
Kabupaten Karawang.

Dewi, Vivian Nanny Lia. 2011. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta:
Salemba Medika.

Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang. 2014. Standar Prosedur Operasional


(SPO) Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan.
Karawang: Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang.

JNPK- KR, 2014. Asuhan Pelantikan Klinik Asuhan Persalinan Normal, Buku
Acuan dan Panduan. JAKARTA : JHPIGO

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Profil Kesehatan Indonesia


Tahun 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan.

Kementrian Kesehatan RI. 2013, Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu Di


Fasilitas Kesehatan Dasar Dan Rujukan. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Lilis, Lisnawati. 2013. Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal.


TIM : Jakarta

Mandriwati. 2012. Asuhan Kebidanan Antenatal Penuntun Belajar Edisi 2.


Jakarta: EGC.

Manuaba. 2009. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana.


Jakarta: EGC.

Mochtam, Rustam. 2011. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi.


Jakarta: Penerbit EGC.

Prawirohardjo, Sarwono. 2012. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan


Maternal dan Neonatal. Bina Pustaka : Jakarta

Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan. Bina Pustaka : Jakarta


Rizkiani, Fifi. 2013. Kegunaan Teknik Knee Chest Position Pada Presentasi
Bokong. Diakses dari https://www.scribd.com/doc/141594688/Kegunaan-
Teknik-Knee-Chest-Position-Pada-Presentasi-Bokong pada tanggal 15-06-
2017.

Saifuddin, abdul Bari, dkk. 2009. Buku Acuan nasional Pelayanan Kesehatan
maternal dan Neonatal. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Saifuddin, Abdul Bari. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

Saifuddin, Abdul Barri. 2010. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Wijono, Wibisino. 2006. Buku Standar Pelayanan Kebidanan. Jakarta: Pengurus


Pusat Ikatan Bidan Indonesia

Anda mungkin juga menyukai