Di Susun Oleh : Rofifah Amilia Putri
NIM : 1440119037
Dosen Pembimbing : I.G.A Purnama Wulan, S.Kep., MM
STIKES RAFLESIA
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
CIMANGGIS-DEPOK
2022
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Anatomi Fisiologi Pankreas
Pankreas merupakan suatu organ berupa kelenjar dengan panjang dan tebal sekitar 12,5
cm dan tebal + 2,5 cm (pada manusia). Pankreas terbentang dari atas sampai ke lengkungan
besar dari perut dan biasanya dihubungkan oleh dua saluran ke duodenum (usus 12 jari),
terletak pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum sehingga termasuk organ
retroperitonial kecuali bagian kecil caudanya yang terletak dalam ligamentum lienorenalis.
Strukturnya lunak dan berlobulus. Pankreas terdiri dari dua jaringan utama yaitu :
- Asinus, yang mengekskresikan pencernaan ke dalam duodenum.
- Pulau Langerhans, yang tidak mempunyai alat untuk mengeluarkan getahnya namun
sebaliknya mensekresi insulin dan glukagon langsung kedalam darah.
Pankreas terdiri dari tiga tipe sel yaitu:
- duct cells (sel duktulus): 10% pankreas dan mensekresi larutan yang kaya bikarbonat
(unit eksokrin )
- acinar cells (sel asinus): 80% pankreas, mensintesa dan mensekresi enzym pankreas (unit
eksokrin )
- islet cells (sel islet): 10% pankreas, bagian endokrin pankreas, mensekresi hormon
insulin, glucagon, somatostatin, dan pancreatic polypeptid (unit endokrin)
Pankreas memiliki unsur ekskrin maupun endokrin yang menempati sebagian besar
kelenjar. Pankreas eksokrin yang merupakan bagian terbesar terdiri atas asini serosa yang
berhimpitan, tersusun dalam lobulus kecil. Lobuli dikelilingi septa intra- dan interlobular,
dengan pembuluh darah, duktus, saraf, dan kadang-kadang badan Pacini. Di dalam massa
asini serosa, terdapat pulau Langerhans yang terisolasi. Pulau ini adalah bagian endokrin
pankreas dan merupakan ciri khas pankreas. Pulau langerhans adalah massa sel endokrin
berbentuk bulat dengan berbagai ukuran, yang dipisahkan dari jaringan asini eksokrin
disekelilingnya oleh selapis serat retikular halus.
Pulau Langerhans biasanya lebih besar dari sel asini dan tampak sebagai kelompok padat
sel-sel epitelial yang ditembus oleh banyak kapiler darah. Pankreas manusia mempunyai 1 ±
2 juta pulau langerhans, setiap pulau langerhans hanya berdiameter 0,3 mm dan tersusun
mengelilingi pembuluh darah kapiler.Pulau langerhans mengandung tiga jenis sel utama,
yakni sel-alfa dan beta.
Fungsi pankreas dilaksanaka oleh populasi sel khusus. Karena pankreas adalah organ
endokrin dan eksokrin, maka pankreas menghasilkan banyak enzim pencernaan dan hormon.
Sekresi pankreas diatur oleh rangsangan hormonal maupun vagal. Dua hormon intestinal,
yaitu sekretin dan kolesistokinin yang disekresi sel enteroendokrin dari mukosa duodenum ke
aliran darah, mengatur sekresi pankreas. Pankreas menghasilkan cairan alkalis dan banyak
enzim pencernaan yang merombak protein, lemak, dan karbohidrat menjadi molekul-molekul
lebih kecil agar diabsorpsi di usus halus. Sebagai respon atas adanya chymus asam di usus
halus (duodenum), sekretin merangsang sel pankreas mensekresi banyak cairan berair yang
kaya ion Na- bikarbonat. Cairan ini yang tidak atau sedikit mempunyai aktivitas enzimatik,
dihasilkan terutama oleh sel-sel sentroasinar dn sel-sel yang melapisi duktusinterkalaris yang
lebih halus. Fungsi cairan ini adalah untuk menetralkan chymus asam tadi dan menciptakan
lingkungan optimal bagi aktivitas enzim pankreas.
B. Definisi
Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit kronik yang terjadi ketika pankreas tidak cukup
dalam memproduksi insulin atau ketika tubuh tidak efisien menggunakan insulin itu sendiri.
Insulin adalah hormon yang mengatur kadar gula darah. Hiperglikemia atau kenaikan kadar
gula darah, adalah efek yang tidak terkontrol dari diabetes dan dalam waktu panjang dapat
terjadi kerusakan yang serius pada beberapa sistem tubuh, khususnya pada pembuluh darah
jantung (penyakit jantung koroner), mata (dapat terjadi kebutaan), ginjal (dapat terjadi
gagal ginjal) (WHO, 2011)
Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit atau gangguan metabolik dengan
karakteristik hipeglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi urin, kerja insulin, atau kedua
– duanya (ADA,2017)
C. Etiologi
Menurut Smeltzer 2015 Diabetes Melitus dapat diklasifikasikan kedalam 2 kategori klinis
yaitu:
1. Diabetes Melitus tergantung insulin (DM TIPE 1)
a. Genetik
Umunya penderita diabetes tidak mewarisi diabetes type 1 namun mewarisi
sebuah predisposisis atau sebuah kecendurungan genetik kearah terjadinya
diabetes type 1. Kecendurungan genetik ini ditentukan pada individu yang
memiliki type antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA ialah
kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi & proses
imunnya. (Smeltzer 2015 dan bare,2015).
b. Imunologi
Pada diabetes type 1 terdapat fakta adanya sebuah respon autoimum. Ini adalah
respon abdomal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh secara
bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya sebagai jaringan asing.
(Smeltzer 2015 dan bare,2015).
c. Lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan
destruksi selbeta. (Smeltzer 2015 dan bare,2015).
2. Diabetes melitus tidak tergantung insulin (DM TIPE II)
Menurut Smeltzel 2015 Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin
dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor
genetik memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
D. Manifestasi Klinis
Menurut (Subiyanto, 2019) ada beberapa manifestasi diabetes mellitus, diantaranya :
a. Poliura
Keadaan sering kencing disebabkan kadar glukosa darah melebihi ambang batas
ginjal dalam reabsorbsi glukosa di tubulus ginjal, hal tersebut menyebabkan
glukosaria yang berdampak pada terjadinya diuresis osmotik, yaitu pengenceran
volume urine sehingga volume urine yang dikeluarkan bertambah banyak.
b. Polidipsia
Keluhan sering haus dan sering minum ini berhubungan dengan pengenceran plasma,
yaitu penarikan cairan dari dalam sel akibat hiperglikemia yang menyebabkan sel
kekurangan cairan, serta adanya hipovolemia akibat sering kencing.
c. Penurunan berat badan
Keluhan berat badan yang menunjukan sangat jelas terjadi akibat sel kekurangan
glukosa yang menyebabkan terjadinya glukoneogenesis, yaitu pembentukan glukosa
dan energi bukan berasal dari karbohidrat berupa pemecahan protein dan lemak
(lipolisis).
d. Kelaparan dan banyak makan (Polifagia)
Disebabkan adanya penurunan ambilan glukosa oleh sel akibat insulin, hal ini
menyebabkan sel mengalami kelaparan karena kekurangan glukosa untuk digunakan
dalam pembentukan energi.
E. Patofisiologi
Insulin pada diabetes melitus tipe 1 tidak ada, ini disebabkan oleh karena pada jenis ini
timbul reaksi otoimun yang disebabkan adanya peradangan pada sel beta insulitis. Ini
menyebabkan timbulnya antibody terhadap sel beta yang disebut ICA ( Islet Cell Antibody).
Reaksi antigen (sel beta) dengan antibody ditimbulkannya menyebabkan hancurnya sel beta.
Patofisiologi diabetes melitus tipe 2 jumlah insulin normal malah mungkin lebih banyak
tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang. Reseptor
insulin ini dapat diibaratkan sebagai lubang kunci pintu masuk kedalam sel. Penyebab
resistensi insulin pada diabetes tipe 2 sebenarnya tidak begitu jelas, tetapi faktor-faktor
dibawah ini banyak berperan :
1. Obesitas terutama bersifat sentral (bentuk apel)
2. Diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat
3. Kurang gerak badan
4. Faktor keturunan
F. Komplikasi
Komplikasi DM tipe II terbagi menjadi dua berdasarkan lama terjadinya yaitu komplikasi
akut dan komplikasi kronik (Smeltzel dan Bare, 2015; PERKENI , 2015)
1. Komplikasi Akut
a. Ketoasidosis Diabetik (KAD)
KAD merupakan komplikasi akut DM yang di tandai dengan peningkatan kadar
glukosa darah yang tinggi (300-600 mg/dl), disertai dengan adanya tanda dan gejala
asidosis dan plasma keton (+) kuat. Osmolaritas plasma meningkat (300-320
mOs/Ml) dan terjadi peningkatan anion gap (PERKENI, 2015).
b. Hipoglikemi
Hipoglikemi ditandai dengan menurunnya kadar glukosa darah hingga mencapai <60
mg/dL. Gejala hipoglikemia terdiri dari gejala adrenergik (berdebar, banyak
keringat, gemetar, rasa lapar) dan gejala neuro- glikopenik (pusing, gelisah,
kesadaran menurun sampai koma) (PERKENI, 2015).
c. Hiperosmolar Non Ketonik (HNK)
Pada keadaan ini terjadi peningkatan glukosa darah sangat tinggi (600- 1200 mg/dl),
tanpa tanda dan gejala asidosis,osmolaritas plasma sangat meningkat (330-380
mOs/ml),plasma keton (+/-), anion gap normal atau sedikit meningkat (PERKENI,
2015)
2. Komplikasi Kronis (Menahun)
Menurut Smeltzer 2015, kategori umum komplikasi jangka panjang terdiri dari:
a. Makroangiopati: pembuluh darah jantung, pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak
b. Mikroangiopati: pembuluh darah kapiler retina mata (retinopati diabetik) dan
saraf menjadi rusak sebagai akibat dari cedera atau penyakit komplikasi dengan
G. Pemeriksaan penunjang
a. Kadar glukosa darah
Pemeriksaan darah meliputi : pemeriksaan gula darah sewaktu (GDS) nilai normal 100-
126 mg/dl, gula darah puasa 70-<100 mg/dl. Dan gula darah 2 jam post pradial <180
mg/dl (Subekti, 2012).
b. Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah sewaktu,
kadar glukoa darah puasa, kemudia dapat diikuti tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO)
standar
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, S.C dan B,G Bare. 2015. Baru Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Jakarta : EGC
PEDOMAN PENGKAJIAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
a. Nama : Ny. E
b. Umur : 47 tahun
c. Agama : Islam
d. Jenis kelamin : Perempuan
e. Pendidikan : SMA
f. Suku /bangsa : Indonesia
g. Status perkawinan : Menikah
h. Golongan darah :-
i. Alamat : Ratu jaya lama blok 9 GN no.04
j. Tanggal masuk RS : 13 Januari 2022
k. Tanggal pengkajian : 17 Januari 2022
l. No medrec : 395290
m. Diagnosa medis : Diabetes melitus
2. Identitas penanggung jawab
a. Nama : Bias
b. Umur : 28 tahun
c. Pendidikan : D3
d. Pekerjaan : Karyawan swasta
e. Hub dengan pasien : Saudara
f. Alamat : Ratu jaya lama blok 9
3. Riwayat kesehatan
a. Keliuhan utama : Mual, demam 4 hari dan nyeri perut dan uluhati
b. Riwayat kesehatan sekarang : Diabetes
c. Riwayat kesehatan dahulu :-
d. Riwayat kesehatan keluarga : -
4. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : composmentis
Penampilan umum : pasien terpasang infus RL+ tramadol 500 ml
Kesadaran (GCS) : E4 M6 V5
b. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 138 / 80 mmHg
Nadi : 87 x /menit
Respirasi rate : 25 x /menit
Suhu : 38,8 c
Berat badan : 62 kg
Tinggi badan : 156 cm
c. Sistem integumen
a. Warna kulit : kuning langsat
b. Kebersihan : Kulit tampak bersih
c. Kelembaban : kulit terasa kering
d. Turgor kulit : turgor kulit terasa kering
e. Edema : tidak terdapat edema
f. Eleastis kulit : elastis pada kulit agak kering
g. Tekstur kulit : Baik
h. Lesi : tidak ada lesi
i. Kondisi rambut : rambut halus dan adanya rontok
j. Kuku : normal, CRT kembali dalam 3 detik
k. Achymosis : tidak terdapat kemerahan
l. Massa ( bentuk, ukuran, lokasi, mobilisasi) : -
m. Petichiae : tidak terdapat Petichiae
n. Pruritas : tidak terdapat pruritas
d. Sistem pengimdraan
Ketajaman penglihatan : tidak ada kendala
Gerakan bola mata : normal
Lapang pandang : normal
Reflek mata : normal, jika mata pasien disentuh mata
pasien langsung menutup
Ketajaman auditorius : pendengaran pada pasien normal
Penciuman : penciuman pada pasien normal
Pengecapan : pengecapan pada pasien normal
Perabaan : perabaan pada pasien normal
e. Sistem pernafasa
Bentuk hidung : bentuk hidung simetris
Kebersihan : normal
Warna mukosa : merah muda
Edema : tidak adanya edema
Eksudat : tidak ada eksudat
Pernafan cupping hidung : tidak ada pernafasan cupping hidung
Kesimetrisan deformitas : tidak ada
Krepitasi : tidak ada
Vocal fremitus : normal
Deviasi trachea : tidak ada
Pola pernafasan : teratur
Keteraturan : normal
Kedalaman : normal
Penggunaan otot pernafasan tambahan : tidak terdapat pernafasan tambahan
f. Sistem pencernaan
Bentuk mulut : normal
Kebersihan : baik
Perdarahan : tidak terdapat perdarahan
Mukosa mulut : sedikit pucat
Karies : tidak ada
Kebersihan lidah : terlihat bersih
Kemampuan menggigit : baik
Mengunyah : mengunyah dengan baik
Menelan : menelan dengan baik
Distensi abdomen : tidak ada
Bising usu : 22x /menit
Bruit : tidak terdapat bruit
Hemproid : tidak ada
Frekuensi BAB : BAB 1x sehari
Keluahan : tidak ada
Konsistensi : keras
Warna feses : kuning kecoklatan
g. Sistem kardiovaskuler
Tekana darah : 138 /80 mmHg
Herat rate : 87 x /menit
Bruit : tidak terdapat bunyi jantung tambahan
Mur mur : lup lup
h. Sistem perkemihan
Frekuensi : BAK 2 x sehari
Jumlah : 250 ml
Warna : bening
Nyeri saat berkemih : tidak ada
Inkontenminasi : tidak ada
Retensi : tidak ada
Perubahan pancaran urine : tidak ada perubahan
Distensi blader : tidak ada
Nyeri ketuk ginjal : tidak ada
i. Sistem pernafasan
Fungsi cerebral : berfungsi dengan baik
Fungsi cranial : berfungsi dengan baik
Fungsi sensori : berfungsi dengan baik
Fungsi refleks : berfungsi dengan baik
j. Sistem endokrin
Pembesaran tiroid : tidak ada
Kelenjar getah beniong : tidak ada
Moonface : tidak ada
Akromegali : tidak ada
k. Sistem muskuloskletal
Bentuk : normal
Kesimetrisan : normal
Paresis : tidak lumpuh
Fraktur : tidak terdapat fraktur
Deformitas : tidak ada kelainan tulang
Kekuatan otot : kekuatan otot tidak normal
Range of motion : ROM dalam keadaan tidak baik
l. Sistem reproduksi
Betuk : normal
Kebersihan : bersih
Kesimetrisan : bentuk simetris
Massa :-
Lesi :-
Nyeri : tidak ada nyeri
m. Konsep kesehatan menurut gordon
1) Pola manajemen kesehatan dan persepsi keshatan pasien menyadari tentang
pentingnya kesehatan, jika pasien dan keluarga sakit langsung memeriksa ke
pelayanan kesehatan
2) Pola metabolik nutrisi
Sebelum sakit pola makan pasien baik, pasien makan 3x dalam sehari, pasien
makan sayur, buah, nasi, lauk pauk, minum normal 6-8 gelas perhari. Saat
sakit nafsu makan menurun karena mual
3) Pola eliminasi
Sebelum dan sesudah sakit pola eliminasi pasien tidak terjadi perubahan, yaitu
BAB 1x sehari dan BAK 2x sehari
4) Pola aktivitas-latihan
Sebelum sakit pasien melakukan aktivitas secara mandiri. Pola istirahat- tidur
Sebelum sakit pola tidur pasien normal, selama sakit tidur pasien sedikit
terganggu karena merasakan nyeri pada bagian leher
5) Pola persepsi – kognitif
Penglihatan, pendengaran, perasa, dan peraba, penciuman pasien normal.
Pasien mengatakan tidak menggunakan alat bantu
6) Pola konsep diri – persepsi diri
Pasien berharap agar segera pulih dan bisa beraktivitas seperti biasanya
7) Pola hubungan – peran
Hubungan pasien dengan keluarganya baik, dan bersosialisasi dengan baik
8) Pola reproduksi – seksualitas
Pasien mengatakan sudah menikah
9) Pola toleransi terhadap stress-koping
Saat ada masalah pasien selalu membicarakan kepada keluarganya
10) Pola keyakinan – nilai
Pasien beragama islam, sumber kekuatan Allah SWT
n. Data penunjang
1) Data laboratorium
Leukosit :
2) Data terapi
- Lansoprazole 2x1
- Ondansentron
- Paracetamol 3x1
- GDS / 12 jam
B. ANALISA DATA
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
3. Hipertermi
D. PERENCANAAN
Nama : Ny. E
Umur : 47 tahun
No medrec : 3950290
Jenis kelamamin : Perempuan
Ruang : 710
Diagnosa medis : Diabetes Melitus
F. CATATAN PERKEMBANGAN