Anda di halaman 1dari 4

BIOMASSA DAN ESTIMASI SIMPANAN KARBON PADA

PADANG LAMUN DI PULAU BARRANG LOMPO, KOTA


MAKASSAR

PROPOSAL PENELITIAN

OLEH:
ANDI AULIYAH ISTIQAMAH
L011181029

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN


FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
A. PENDAHULUAN

B. Latar Belakang.
Pada struktur tingkatan trofik di perairan dangkal, tumbuhan lamun salah satu
produsen primer. Sebagai produsen, lamun melakukan fotosintesis untuk
menghasilkan bahan organic dari bahan non organic dengan bantuan sinar matahari.
Produksi yang dihasilkan merupakan peran kunci dari lamun karena bisa menghasilkan
biomassa, serasah dan tegakan-tegakan yang mempunyai banyak manfaat, baik
secara ekologis maupun ekonomis (Supriadi et.al, 2012).
Ekosistem lamun merupakan salah satu ekosistem penting di laut, disamping
terumbu karang dan mangrove sebagai pendukung kehidupan biota. Ekosistem lamun
menyimpan berbagai fungsi ekologis yang mendukung kehidupan dan pertumbuhan
biota-biota akuatik yang bernilai ekonomis maupun biota yang tidak menjadi target
konsumtif. Ekosistem lamun memiliki fungsi ekologi diantaranya adalah sebagai
habitat, tempat pemijahan (spawning ground), pengasuhan (nursery ground),
pembesaran (rearing ground), dan mencari makanan (feeding ground) dari berbagai
biota. Selain itu sebagai produsen primer, penangkap sedimen, serta pendaur zat hara
(Kordi, 2011).
Menurut Fourqurean et al. (2012) ekosistem padang lamun dapat
berkemampuan menyerap dan memindahkan jumlah besar karbon dari atmosfir setiap
harinya, dan mengendapkannya dalam jaringan atau sedimen untuk waktu yang lama,
sehingga keberadaan lamun dibumi sangat diperlukan sebagai jasa dalam
penyerapan/sekuestrasi karbon (Carbon Sequestration).
Proses penyerapan karbon oleh ekosistem laut melalui proses biologis berupa
fotosintesis. Proses fotosintesis berfungsi sebagai penyerap karbon di lautan, dimulai
dari plankton yang mikroskopis maupun tumbuhan yang hanya hidup di pantai seperti
mangrove, padang lamun, ataupun tumbuhan yang hidup di rawa payau (salt marsh).
(Kawaroe, 2009).
Penelitian mengenai senyawa bioaktif dari lamun masih terus dilakukan sampai
saat ini. Jumlah biomassa kering lamun yang diperlukan dalam sebuah percobaan
bioaktif yaitu sekitar 20-100 gram. Oleh karena itu diperlukan tutupan area lamun yang
luas dari setiap jenis untuk mendapatkan sejumlah biomassa yang dapat
dimanfaatkan. Sehingga, semakin luas wilayah tutupan lamun maka akan semakin
baik untuk bagi keberlangsungan penelitian senyawa bioaktif lamun (Assuyuti et.al,
2016).
Kurangnya informasi tersebut dikhawatirkan akan menyebabkan eksploitasi
lamun secara berlebihan yang akhirnya menyebabkan kerusakan ekosisem lamun
dimasa yang akan datang, karena beberapa dekade terakhir ekosistem lamun
menurun secara global yang belum pernah terjadi sebelumnya. Pengetahuan
persentase tutupan lamun setiap jenis dan jumlah estimasi biomassa yang terdapat di
dalam suatu wilayah, diharapkan pemanfaatan lamun akan tetap optimal tanpa adanya
eksploitasi berlebihan. Hasil dari estimasi biomassa kering dari setiap jenis lamun
dapat diketahui berapa banyak lamun yang tersedia untuk menunjang pengembangan
penelitian mengenai bioaktif (Assuyuti et.al, 2016).
Berdasarkan uraian diatas perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui
komposisi vegetasi lamun, estimasi jumlah total biomassa lamun dan implikasi
terhadap konservasi lamun yang akan digunakan sebagai bahan produk alami oleh
masyarakat sekitar di Pulau Barrang Lompo, Kota Makassar. Data yang didapat
diharapkan berguna untuk masyarakat dan pemerintah dalam pengelolaan ekosistem
lamun serta pemanfaatannya dibidang konservasi dan pemilihan bahan alam sebagai
sumber farmakologi yang berkelanjutan..
C. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah spesies/jenis lamun,


mengetahui kerapatan dan tutupan lamun, dan mengetahui nilai biomassa dan
estimasi simpanan karbon dalam biomassa pada lamun yang berupa jaringan dibagian
atas substrat (daun) dan dibagian bawah substrat (akar dan rhizoma) di Pulau Barrang
Lompo, Kota Makassar.
DAFTAR PUSTAKA

Assuyuti, Y.M et.al. 2016. Estimasi jumlah biomassa lamun di Pulau Pramuka, Karya
dan Kotok Besar, Kepulauan Seribu, Jakarta. Jurnal Depik. 5(2):85-93
Fourqurean, J.W., Duarte, C.M., Kennedy, H., Marba, N., Holmer, M., Matoe, M.A.,
Apostolaki, E., Kendrick, G.A., Jensen, D.K., McGlathery, K.J., and
Serrano, O. 2012. Seagrass Ecosystems as a Globally Significant Carbon
Stock. Nature Geoscience. pp 1-5.
Kawaroe, M. 2009. Perspektif Lamun Sebagai Blue Carbon Sink di Laut. Dalam:
Lokakarya Nasional I Pengelolaan Ekosistem Lamun Tanggal 18
November 2009. Jakarta, Indonesia.
Kordi, K.H.G.M. 2011. Ekosistem Lamun (Seagrass) : Fungsi, Potensi, dan
Pengelolaan. PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Supriadi et.al. 2012. Produktivitas Komunitas Lamun di Pulau Barrang Lompo
Makassar. Jurnal Akuatika. III (2):159-168

Anda mungkin juga menyukai