a. Nama umum
Klasifikasi
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Plutellidae
Genus : Plutella
Morfologi
betina meletakan telurnya secara tunggal atau dalam kelompok kecil Sekitar 2 - 4
butir. Telurnya diletakkan di sekitar tulang daun pada permukaan daun bagian
bawah (Bhalla dan Bubey, 19Sb). Telur diletakkan pada malam hari yaitu di atas
pukul 18.00 (Chelliah pan Srirlwasan (1986). Menurut Salinas (1986), jumiah
telur yang dihasilkan pada suhu 260C berturut – turut sekitar 139,246 butir, dan
162 butir. Masa inkubasinya menurut Ho (1965) dalam Ooi (1986) sekitar 3 hari
di dataran rendah, sedangkan di datarn tinggi berlangsung selama ± 6 hari. Larva-
larva berbentuk silindris, relatif tidak berbuka dan mempunyai lima padang proleg
longitudinal pada tubuhnya. Menurut Ooi (1986), panjang tubuh larva di dataran
Salah satu karakter dari larva P. Xylostella adalah jika ada gangguan, maka larva
halus berwarna yang dikeluarkan pada mase fase prepupa (Chelliah dan
Srinivasan 1986). Papa mulanya pupa berwarna kuning kehijauan, setelah satu
coklat gelap (Bhalla dan Dubey, 1986). Menurut Koshihara {1986), lamanya
hidup pupa dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu, maka masa pupa akan
semakin singkat.
panjang rentang sayap ngengat jantan ± 1,97 mm dan yang betina ± 13,6 mm
(Bhalla dan Dubey, 1986). Menurut Hill (1975), pada sayap depannya terdapat
tiga bentuk indulasi yang memanjang di bagian tepi sayapnya. Dalam keadaan
istirahat, toga bentuk indulasi tersebut akan membentuk pola yang menyerupai
berlian, sehingga dengan adanya ciri-ciri ini maka P. xylostella dinamakan
Ngengat aktif pada senja atau malam hari. Kopulasi terjadi pada petting
atau pagi hari (Salinas, 1986). Nisbah kelamin keturunanya adalah 1 : 1 (Ho, 1965
dipengaruhi oleh faktor genetik, nutrisi pada fase larva, kondisi lingkungan,
Chelliah dan Srinivasan (1986), menunjukan bahwa jumlah telur yang dihasilkan
lebih banyak pada suhu 70C – 240C dibandingkan pada suhu 280C – 350C. Hasil
P. xylostelIa dapat bertahan hidup tanpa pakan selama ± 3 hari, sedangkan bila
c. Gejala kerusakan
terdapat bercak-bercak putih seperti jendela yang menerawang dan tinggal urat-
d. Distribusi
Eropa Selatan, yang merupakan sumber berbagai jenis brasika. Hama ini tersebar
luas di areal yang ditanami brasika, mulai dari daerah Amerika Utara dan Selatan,
Afrika, China, India, Jepang, Asia Tenggara termasuk Indonesia, Selandia Baru,
dan Australia.
e. Tanaman inang
Indonesia, terutama kubis, sawi, kembang kol, pakchoi, selada, dan caisin
f. Musuh alami
g. Pengendalian
1) Kultur Teknik
Musim tanam. Lebih baik untuk menanam kubis dan brasika lain pada
musim hujan, karena populasi hama tersebut dapat dihambat oleh curah hujan.
populasi ulat daun kubis, apabila pengairan demikian dilaksanakan pada petang
penanaman berkali-kali pada areal sama, karena tanaman yang lebih tua dapat
menjadi inokulum bagi tanaman baru. Apabila terpaksa menanam beberapa kali
pada areal sama, tanaman muda ditanam pada arah angin yang berlawanan agar
harus jauh dari areal tanaman yang sudah tumbuh besar. Sebaiknya
Dalam beberapa kasus, serangan ulat daun kubis di lapangan diawali dari
brasika tertentu seperti caisin lebih peka dapat ditanam sebagai border untuk
dijadikan tanaman perangkap, dengan maksud agar hama ulat daun kubis terfokus
pada tanaman perangkap. nTumpang sari. Penanaman kubis secara tumpang sari
bersamaan dengan tanaman yang tidak disukai hama ulat daun kubis dapat
tomat/bawang daun.
2) Monitoring
ulat/10 tanaman (Ambang Ekonomi = AE) atau lebih, maka dapat dilakukan
bioinsektisida, untuk menekan agar hama kembali berada di bawah AE yang tidak
4) Mekanis
ambang ekonomi, dengan memilih insektisida kimia selektif yang efektif tetapi
DAFTAR PUSTAKA
Herminanto. 2010. hama ulat daun kubis plutella xylostella L. dan upaya
pengendaliannya . Purwokerto. Jawa Tengah
Bhalla, O.P. and J.K. Dubey.1986. Bionomics of the Diamond Back Moth in the
Northwestern
March 1985. Diamond Back Moth Management. The Asian Vegetable Research
and Development Center. Shanhua, Taiwan. Pp. 55 - 61.
2. Penggorok Daun = Liriomyza Huidobrensis
a. Nama umum
Klasifikasi
Kelas : Insekta
Ordo : Diptera
Family : Agromyzidae
Genus : Liriomyza
Morfologi
sekitar 2 mm, fase imago betina 10 hari dan jantan 6 hari. Telur berukuran 0,1-
0,2 mm, berbentuk ginjal, diletakkan pada bagian epidermis daun. Larva
berukuran 2,5 mm, tidak mempunyai kepala atau kaki. Pupa terbentuk di dalam
tanah. Larva akan merusak tanaman dengan cara menggorok daun sehingga yang
panjang 1,5 – 2 mm. Sayap transparan mengkilat dan rentang sayap mencapai
2,25 mm. Sayap terlipat di atas tubuhnya. Bentuk tubuh seperti lalat kacang
(lebih kecil dan lebih ramping). Telur berwarna putih dan agak transparan dengan
panjang 0,2 – 0,3 mm. Larva instar satu berwarna bening, setelah itu menjadi
meletakkan telur pada jaringan daun, sehari setelah kawin. Serangga betina dapat
meletakkan telur sampai sekitar 300 butir. Telur menetas setelah 3 – 4 hari dan
larva berada pada liang korok pada jaringan tanaman (di bawah kutikula dari
c. Gejala
lalat betina saat menghisap cairan sel daun tanaman dan meletakan telur di dalam
daun yang disebabkan oleh larva. Pada serangan parah daun tampak berwarna
d. Tanaman inang
Compositae. Selain sayuran juga menyerang tanaman hias seperti gerbera, krisan
dan berbagai gulma seperti babadotan, sawi tanah, senggang, bayam liar dan
sejenisnya.
e. Musuh alami
2008), serta Euderus sp. dan Eucolidea sp. Parasitoid H. varicornis telah
Pada kondisi alami Pada kondisi alami, larva Liriomyza terparasit oleh
berbagai jenis parasitoid dan imago dimangsa oleh predator. Jenis parasitoid lalat
Predator alami lalat pengorok daun adalah semut, kumbang, Chrysopa sp.,
Asecodes sp
f. Distribusi
Amerika Selatan. Pada awalnya Liriomyza spp. bukan hama penting karena
populasinya sealalu dapat dikendalikan oleh musuh alaminya. Namun pada awal
tahun 1970-an lalat ini berubah menjadi sangat merugikan akibat musuh alaminya
banyak terbunuh oleh insektisida. Di Indonesia hama ini pertama kali ditemukan
tinggi penghasil sayuran di Jawa dan Sumatra, sejak tahun 1998 telah ditemukan
g. Pengendalian
1) Kultur teknis
meliputi :
2) Mekanis
telah tua.
dimusnahkan.
3) Biologis
4) Kimia
apabila diperlukan. Pestisida yang telah terdaftar dan diizinkan Menteri Pertanian
untuk OPT gerbera belum ada, namun demikian untuk sementara dapat
5) Karantina
DAFTAR PUSTAKA
Parrella, M.P., K.L. Robb, D.G. Christie, and J. A. Bethke. 1982. Control of
Liriomyza trifolii with biological agents and insect growth regulators. Calif.
Agric. 36: 17−19.