ABORTUS
ABORTUS
DISUSUN OLEH
PRODI S1 KEBIDANAN
MOJOKERTO
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah memberikan Rahmat dan karuniaNya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul “Kasus Abortus dan Penyelesaiannya”.
Selama penulisan makalah ini, Saya banyak menemukan hambatan dan
kesulitan. Berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak akhirnya makalah ini
dapat diselesaikan dengan baik. Saya menyadari keterbatasan pengetahuan dan
kemampuan yang dimiliki, oleh karena itu kelompok mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya kelompok berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca khususnya dan tenaga kebidanan pada umumnya.
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Pengertian Aborsi........................................................................ 4
B. Jenis Aborsi................................................................................. 5
C. Penyebab Aborsi......................................................................... 7
D. Resiko Aborsi.............................................................................. 9
A. Kasus Aborsi............................................................................... 12
B. Pembahasan................................................................................. 13
C. Fenomena.................................................................................... 14
D. Akibat.......................................................................................... 15
E. Upaya Penanganan dan Pelayanan.............................................. 18
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................. 20
B. Saran............................................................................................ 20
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi aborsi?
2. Apa saja jenis-jenis aborsi?
3. Apa penyebab yang mendorong terjadinya aborsi?
4. Bagaimana dampak aborsi?
5. Apa contoh kasus aborsi yang terjadi di Indonesia?
6. Bagaimana menanggapi kasus yang ada berdasarkan prinsip dan asas etik
keperawatan?
C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Keperawatan Dasar 1
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui prinsip dan asas etik keperawatan
2. Mengetahui definisi aborsi
3. Mengetahui faktor yang mendorong terjadinya aborsi
4. Mengetahui dampak aborsi
5. Mengetahui contoh kasus aborsi yang terjadi di Indonesia
6. Mengetahui menanggapi kasus yang ada berdasarkan prinsip dan asas
etik keperawatan
D. Manfaat
Dapat mengetahui dan menanggapi kasus aborsi berdasarkan prinsip dan asas
etik keperawatan
2
BAB II
TEORI DAN PEMBAHASAN
A. Pengertian Aborsi
Pengertian aborsi menurut Kamus Bahasa Indonesia (2008) adalah
terpencarnya embrio yang tak mungkin lagi hidup (sebelum habis bulan
keempat dari kehamilan).
Pengertian aborsi menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana di
Indonesia adalah : 1) Pengeluaran hasil konsepsi pada stadium
perkembangannya sebelum masa kehamilan yang lengkap tercapai (38-40
minggu); 2) Pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan (berat kurang dari 500 gram atau kurang dari 20 minggu).
Pada UU kesehatan, pengertian aborsi dibahas secara tersirat pada pasal 15
(1) UU Kesehatan Nomor 23/1992 disebutkan bahwa dalam keadaan darurat
sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil atau janinnya, dapat
dilakukan tindakan medis tertentu. Maksud dari ‘tindakan medis tertentu,
yaitu aborsi.
Sementara aborsi atau abortus menurut dunia kedokteran adalah kehamilan
berhenti sebelum usia kehamilan 20 minggu yang mengakibatkan kematian
janin. Apabila janin lahir selamat sebelum 38 minggu namun setelah 20
minggu, disebut kelahiran prematur.
Wanita dan pasangannya yang menghadapi kehamilan yang tidak
diinginkan biasanya mempertimbangkan aborsi. Alasan untuk memilih aborsi
berbeda-beda, termasuk mengakhiri kehamilan yang tidak diinginkan atau
ketika mengetahui janin memiliki kelainan (Perry&Potter,2010).
B. Jenis Aborsi
Klasifikasi abortus atau aborsi berdasarkan dunia kedokteran, yaitu:
1. Abortus spontanea
Abortus spontanea merupakan abortus yang berlangsung tanpa tindakan.
Aborsi ini dibedakan menjadi 3 yaitu :
3
Abortus imminens, pada kehamilan kurang dari 20 minggu terjadi perdarahan
dari uterus atau rahim, dimana janin masih didalam rahim, serta leher rahim
belum melebar (tanpa dilatasi serviks).
Abortus insipiens, istilah ini kebalikan dari abortus imminens, yakni pada
kehamilan kurang dari 20 minggu,terjadi pendarahan,dimana janin masih
didalam rahim, dan ikuti dengan melebarnya leher rahim(dengan dilatasi
serviks)
Abortus inkompletus, keluarnya sebagian organ janin yang berusia sebelum 20
minggu, namun organ janin masih tertinggal didalam rahim
Abortus kompletus, semua hasil konsepsi(pembuahan) sudah di keluarkan
Abortus provokatus
4
mempertimbangkan srgala kemungkinan apa yang akan terjadi kepada
wanita / calon ibu yang melakukan tindakan aborsi ilegal. Biasanya
pengguguran dilakukan dengan menggunakan alat-alat atau obat-obat
tertentu.
Abortus habitualis
Abortus habitualis termasuk abortus spontan namun habit ( kebiasaan) yang
terjadi berturut-turut tiga kali atau lebih.
Missed abortion
Kematian janin yang berusua sebelum 20 minggu, namun janin tersebut tidak
dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih, dan terpaksa harus dikeluarkan.
Missed abortion digolongkan kepada abortus imminens.
Abortus septik
Tindakan menghentikan kehamilan karena tindakan abortus yang disengaja
(dilakukan dukun atau bukan ahli ) lalu menimbulkan infeksi. Perlu diwaspadai
adalah tindakan abortus yang semacam bisa membahayakan hidup dan
kehidupan
C. Penyebab Aborsi
Setiap tindakan pasti ada yang menyebabkannya. Berikut beberapa penyebab
aborsi dilakukan :
1. Umur
Umur menjadi pertimbangan seseorang wanita memilih abortus. Apalagi
untuk calon ibu yang merasa masih terlalu muda secara emosional,fisik
belum matang, tingkat pendidikan rendah dan masih terlalu tergantung
pada orang lain masalah umur yang terlalu tua untuk mengandungpun
menjadi penyebab abortus
2. Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat
Jarak kehamilan yang terlalu rapat menjadi alasan abortus, karena jika
tidak dilakukan abortus akan menyebabkan pertumbuhan janin kurang
5
baik, bahkan menimbulkan pendarahan hal itu disebabkan karena keadaan
rahim yang belum pulih benar
3. Paritas ibu
Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup (anak) yang dimiliki wanita.
Resiko paritas tinggi , banyak wanita melakukan abortus.
4. Riwayat kehamilan yang lalu
Wanita yang sebelumnya pernah abortus, kemungkinan besar akan
dilakukan abortus lagi . penyebabnya yang lainnya masih banyak, seperti
calon ibu yang memiliki penyakit berat hingga takut bila ia melahirkan
anaknya, anaknya akan tertular penyak it pula, ada juga masalah ekonomi
banyak anak banyak pengeluaran dan lain sebagainya.
Selain penyebab di atas, aborsi juga dapat terjadi karena beberapa sebab,
yaitu :
a) Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasa menyebabkan abortus
pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan
kelainan ini ialah :
Kelainan kromosom, terutama trisomi autosom dan monosomi
Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna.
Pengaruh teratogen akibat radiasi, firus, obat-obatan, tembakaou
dan alcohol
b) Kelainan pada plasenta, misalnya enderteritis vili korialis karena
hipotensi menahun.
c) Faktor maternal, seperti pneumonia, tifus, anemia berat, keracunan,
toksoplasmosis.
d) Kelainan traktus genitalia, seperti inkompetensi serviks (untuk
abortus pada trimester kedua), retroversi uteri, dan kelainan bawaan
uterus.
D. Resiko Aborsi
Aborsi memiliki resiko yang tinggi terhadap kesehatan maupun keselamatan
seorang wanita. Tidak benar jika dikatakan bahwa jika seseorang melakukan
6
aborsi ia “tidak merasakan apa-apa dan langsung boleh pulang”. Ini adalah
informasi yang sangat menyesatkan bagi setiap wanita, terutama mereka yang
sedang kebingungan karena tidak menginginkan kehamilan yang sudah terjadi.
7
Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi
kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki
dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang wanita.
Diluar hal-hal tersebut diatas para wanita yang melakukan aborsi akan
dipenuhi perasaan bersalah yang tidak hilang selama bertahun-tahun dalam
hidupnya. Rasa bersalah tersebut dapat menyebabkan stres psikis atau
emosional, yaitustres yang disebabkan karena gangguan situasi psikologis
(Hidayat, 2007).
8
BAB III
KASUS DAN PENYELESAIANNYA
A. Kasus Aborsi
MAHASISWI ABORSI PAKAI PIL SAKIT KEPALA
9
dibawa ke rumah sakit guna menjalani visum. “Agar bisa dipastikan apakah
yang digugurkan itu janin atau ari-ari,” tambah petugas penyidik tersebut.
B. Pembahasan
Kasus aborsi di atas merupakan kasus aborsi illegal. Karena dilakukan atas
dasar malu atau takut terhadap keluarga pelaku, bukan dari saran dokter karena
janin memiliki kelainan atau membahayakan kesehatan si ibu. Selain itu,
proses aborsi yang dilakukan pun tidak sesuai bidang kedokteran dengan
meminum pil sakit kepala bercampur minuman bersoda.
Berdasarkan asas etik keperawatan, kasus aborsi yang telah disebutkan di atas
diperbolehkan sesuai dengan asas etik autonomy (otonomi) yang dimiliki
pelaku aborsi. Pelaku aborsi boleh memilih dan memutuskan untuk melakukan
aborsi tanpa paksaan sebab keputusan itu adalah hak dia. Tetapi, melanggar
asas beneficience (berbuat baik / manfaat). Karena kasus di atas bukanlah
merupakan tindakan yang baik dan tidak memberikan manfaat apa pun,
sekalipun alasannya karena takut atau malu atas janin yang dikandungnya pada
keluarga dan orang lain.
C. Fenomena
Berikut ini akan dipaparkan mengenai contoh kasus perilaku aborsi oleh
kalangan remaja/mahasiswa.
10
Tarwiyati (56) pensiunan perawat RSUD Dr Moewardi dan pembantunya Sri
Yuliati sertia duapasangan muda di luar nikah, Putri Asrini (19) dengan
Rionanda Ayen Purwiyanto (21) yang ditangkap di tempat praktek Tarwati di
kompleks perumahan dosen UNS Ngringo, Kecamatan Jaten. Sementara,
Putri yang menjadi pasien aborsi saat ini dalam keadaan kritis dan terpaksa
dirawat di rumah sakit Kartini Karanganyar.
Saat ini polisi belum bisa memeriksa Putri Asrini karena kondisi
yang bersangkutan masih kritis setelah janin dalam kandungannya
dikeluarkan paksa. Dia dirawat di RSUD Kartini, Karanganyar, dengan
penjagaan ketat dari petugas. Sejumlah sumber menyebutkan, Tarwiyati
11
setelah pensiun dari tenaga medis di RSUD Moewardi Solo, dia sehari-
hari masih buka praktek sebagai bidan namun tidak memasang papan
nama sebagaimana bidan desa lainnya. "Praktek aborsi itu sudah banyak
yang tahu, dari mulut ke mulut," kata seorang tetangga Tarwiyati.
D. Akibat
Tindakan-tindakan Aborsi dapat mengakibatkan hal-hal yang negatif pada
tubuh kita, yang meliputi dimensi jasmani dan psikologis. Akibat-akibatnya
yakni:
1. Segi Jasmani
-Tindakan kuret pada Aborsi bisa menimbulkan efek-efek pendarahan
atau infeksi, dan apabila dikerjakan bukan oleh dokter ahlinya maka alat-
alat kuret yang dipakai mungkin tembus sampai ke perut dan dapat
mendatangkan kematian.
- Infeksi di rahim dapat menutup saluran tuba dan menyebabkan
kemandulan.
- Penyumbatan pembuluh darah yang terbuka oleh gelembung udara,
karena banyak pembuluh darah yang terbuka pada luka selaput lendir
rahim dan gelembung udara bisa masuk ikut beredar bersama aliran
darah dan apabila tiba pada pembuluh darah yang lebih kecil, yaitu
pada jantung, paru-paru, otak atau ginjal, maka bisa mengakibatkan
kematian.
- Perobekan dinding rahim oleh alat-alat yang dimasukkan ke dalamnya
akan mengakibatkan penumpukan darah dalam rongga perut yang
makin lama makin banyak yang menyebabkan kematian.
- Penanganan Aborsi yang tidak steril bisa mengakibatkan keracunan
yang membawa kepada kematian.
- Menstruasi menjadi tidak teratur.
- Tubuh menjadi lemah dan sering keguguran
2. Segi Psikologis
12
- Pihak wanita: Setelah seorang wanita melakukan tindakan Aborsi ini,
maka ia akan tertindih perasaan bersalah yang dapat membahayakan
jiwanya. Kalau tidak secepatnya ditolong, maka ia akan mengalami
depresi berat, frustrasi dan kekosongan jiwa.
- Pihak pria: Rasa tanggung jawab dari si pria yang menganjurkan
Aborsi akan berkurang, pandangannya tentang nilai hidup sangat
rendah; penghargaannya terhadap anugerah Allah menjadi merosot.
3. Segi Hukum
KUHP di Indonesia yang diberlakukan sejak 1918 tidak membenarkan
tindakan Aborsi dengan dalih apapun. Aborsi dianggap tindak pidana
yang dapat dikenakan hukuman, yang diatur dalam pasal 283, 299, 346
hingga 349 dan 535)
Selain hal yang disebutkan di atas, ada akibat yang lebih buruk dan biasa
disebut dengan PAS (Post Abortion Syndrome). Post Abortion Syndrome
adalah istilah yang dipakai untuk menggambarkan sekumpulan gejala fisik
dan psikis yang terjadi paska terjadinya aborsi. PAS merupakan gangguan
stress dan traumatik yang biasanya terjadi ketika seorang perempuan yang
post-abortive tidak dapat menghadapi respon emosional yang dihasilkan
akibat trauma aborsi. PAS terjadi berbeda-beda pada setiap orang tergantung
berat atau tidaknya gejala yang terjadi, PAS dianggap telah berat ketika
kondisi seorang perempuan post-abortive sudah mengarah pada gejala yang
dapat mengganggu kelangsungan hidupnya ataupun keselamatan dirinya.
PAS dapat terjadi tidak lama setelah aborsi atau bisa saja baru muncul ke
permukaan beberapa bulan hingga bertahun-tahun kemudian. Banyak
perempuan yang takut untuk membicarakannya karena merasa malu telah
melakukan aborsi. Hal inilah yang kemudian membuat trauma tersebut
terpendam di bawah alam sadar mereka hingga mereka tidak menyadari
bahwa hal tersebut dapat mempengaruhi mereka dalam berpikir, berperilaku
dan bahkan mempengaruhi kesehatan reproduksi mereka di kemudian hari.
Post Abortion Syndrome tidak hanya
terjadi pada perempuan post-abortive,
namun juga pada laki-laki post-abortive,
13
dalam arti pasangan perempuan post-
abortive yang juga berperan penting
dalam membuat pilihan aborsi. Namun
pada lelaki post-abortive biasanya
gejalanya ringan berupa gangguan emosi
ringan seperti rasa malu, perasaan
bersalah, bersedih dan menyesal.
Perempuan post-abortive bisa
mengalami gejala lebih berat karena
mereka secara langsung baik itu fisik
ataupun emosi langsung berhubungan
dengan trauma aborsi.
Dr. Anne Speckhard, Ph.D. Pada studinya mengenai Post Abortion Syndrome
menemukan beberapa fakta seputar efek aborsi terhadap perempuan:
Kejadian yang berhubungan dengan Aborsi:
- 23% berhalusinansi yang berhubungan dengan aborsi
- 35% merasa di datangi/melihat bayi yang telah di aborsi
- 54% bermimpi buruk yang berhubungan dengan aborsi
- 69% merasakan “kegilaan”
- 73% mengalami flash back memori ketika terjadi aborsi
- 81% mengalami perasaan seakan bayi tersebut masih ada
Masalah perilaku yang sering terjadi pasca Aborsi:
- 61% meningkatkan penggunaan alcohol
- 65% memiliki dorongan untuk bunuh diri
- 69% mengalami gangguan seksual
- 73% mengalami flash back memori ketika terjadi aborsi
- 77% mengalami kesulitan untuk berkomunikasi
- 81% sering menangis
Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami hal-
hal seperti berikut ini:
- Kehilangan harga diri (82%)
14
- Berteriak-teriak histeris (51%)
- Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%)
- Ingin melakukan bunuh diri (28%)
- Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang (41%)
- Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual (59%)
15
yang “lebih” untuk dilakukan pada lain kesempatan dan lain tempat.
Begitu juga kontrol dari masyarakat itu penting ketika melihat ada
pasangan muda-mudi yang menginap di kamar kostan dan bahkan terjadi
berhari-hari. Hal ini sudah barang tentu dapat semakin mendorong
terjadinya penyimpangan perilaku dalam artian melakukan tindakan-
tindakan yang seharusnya baru boleh dilakukan oleh pasangan suami
isteri yang resmi.
4. Para pelaku yang telah melakukan aborsi juga tak dapat dipandang
sebelah mata. Mereka mempunyai hak untuk dapat kita tolong karena bisa
saja hal telah mereka lakukan tersebut adalah suatu kekhilafan yang tak
ingin diulanginya lagi. Maka, bagi para penyandang PAS, dapat kita
tolong dengan memberikan pelayanan konseling serta dukungan sosial
untuk dapat bangkit kembali menjalani kehidupan secara normal dengan
diiringi taubat yang sebenar-benarnya (taubat nasukha).
16
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Aborsi dapat dikatakan sebagai pengguguran kandungan yang di sengaja dan
saat ini menjadi masalah yang hangat diperdebatkan. Klasifikasi abortus atau
aborsi berdasarkan dunia kedokteran, yaitu: abortus spontanea, abortus
provokatus, abortus habitualis, missed abortion dan abortus septik. aborsi dapat
terjadi karena beberapa sebab,yaitu: kelainan pertumbuhan hasil konsepsi,
kelainan pada plasenta, faktor maternal, kelainan traktus genitalia dan malu
(aborsi ilegal).
B. Saran
Saran penulis, seorang perawat yang sedang merawat klien yang akan
melakukan aborsi, hendaknya ciptakan suasana yang membuat klien dapat
berdiskusi secara terbuka tentang aborsi, agar tidak terjadi pelanggaran
terhadap asas-asas yang ada.
17
DAFTAR PUSTAKA
18