Anda di halaman 1dari 10

TATA GUNA LAHAN (LAND USE)

Disusun oleh:

Wardatun Jannah

1904104010055

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


JURUSAN ARSITEKTUR DAN PERANCANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Semakin banyaknya keragaman aktivitas perkotaan menarik banyak masyarakat untuk
pindah ke perkotaan, sehingga meninggikan arus urbanisasi. Hal ini mengakibatkan banyaknya
permintaan akan penyediaan lahan untuk menampung penduduk kota yang jumlahnya terus
meningkat. Di sisi lain, lahan merupakan sumberdaya yang sangat terbatas dan tidak dapat
diciptakan atau diperbarui, sehingga masalah yang sering muncul adalah menjamurnya kawasan
kumuh perkotaan. Ketidak siapan pemerintah kota dalam mengantisipasi pertumbuhan dan
perkembangankota terutama dalam hal kependudukan ini menjadi faktor utama munculnya area
permukiman liar dan kumuh di kota.
Meningkatnya kebutuhan akan sumberdaya lahan untuk menunjang pembangunan dan
sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi dapat meningkatkan tekanan terhadap pemanfaatan
sumberdaya lahan di Indonesia. Indonesia masih menghadapi permasalahan
besar dalam pengembangan kota-kotanya. Fenomena urbanisasi yang terjadi di kota-kota besar
mengakibatkan meningkatknya kebutuhan akan ruang kota. Sehingga diperlukan pemahaman
mengenai teori-teori mengenai perencanaan tata guna lahan wilayah untuk dapat menyusun
rencana tata guna lahan bagi rencana pengembangan kota ke depannya.

1.2 Tujuan
Tujuan dari penyusunan Tulisan Ilmiah ini adalah untuk dapat memahami teori-teori
yang berhubungan dengan land use planning sehingga diharapkan nantinya dapat merencanakan
penggunaan lahan sesuai dengan teori yang ada.

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan


1.3.1 Pengertian Tata Guna Lahan
1.3.2 Faktor Yang Mempengaruhi
1.3.3 Proses Dasar Tata Guna Lahan
1.3.4 Teori Tata Guna Lahan
1.3.5 Urgensi Tata Guna Lahan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Dasar


Lahan adalah keseluruhan kemampuan muka daratan beserta segala gejala di bawah
permukaannya yang bersangkut paut dengan pemanfaatannya bagi manusia. Pengertian tersebut
menunjukan bahwa lahan merupakan suatu bentang alam sebagai modal utama kegiatan, sebagai
tempat di mana seluruh makhluk hidup berada dan melangsungkan kehidupannya dengan
memanfaatkan lahan itu sendiri. Sedangkan penggunaan lahan adalah suatu usaha pemanfaatan
lahan dari waktu ke waktu untuk memperoleh hasil. Lahan merupakan kesatuan
berbagai sumberdaya daratan yang saling berinteraksi membentuk suatu sistem yang struktural
dan fungsional. Sifat dan perilaku lahan ditentukan oleh berbagai macam sumberdaya serta
intensitas interaksi yang berlangsung antar sumberdaya. Pengembangan lahan adalah
pengubahan guna lahan dari suatu fungsi menjadi fungsi lain dengan tujuan untuk mendapat
keuntungan dari nilai tambah yang terjadi karena perubahan guna lahan tersebut.
Tata guna lahan (land use) adalah suatu upaya dalam merencanakan penggunaan lahan
dalam suatu kawasan yang meliputi pembagian wilayah untuk pengkhususan fungsi-fungsi
tertentu,misalnya fungsi pemukiman, perdagangan, industri, dll. Rencana tata guna lahan
merupakan kerangka kerja yang menetapkan keputusan-keputusan terkait tentang lokasi,
kapasitas dan jadwal pembuatan jalan, saluran air bersih dan air limbah, gedung sekolah, pusat
kesehatan, taman dan pusat-pusat pelayanan serta fasilitas umum lainnya.Tata guna lahan
merupakan salah satu faktor penentu utama dalam pengelolaan lingkungan. Keseimbangan
antara kawasan budidaya dan kawasan konservasi merupakan kunci dari pembangunan
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan.
Menurut Vink (1975) Tata guna lahan (land use) adalah setiap bentuk campur tangan
(intervensi) manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik material
maupun spiritual. Menurut Hamid Shirvani (1985) Tata guna lahan (land use) merupakan elemen
penting dalam perancangan kota mulai era primitif sampai dengan saat ini. Hal ini disebabkan
meskipun keberadaannya berupa perencanaan dua dimensional, namun pada tahap selanjutnya
bertindak sebagai penentu fungsidan perwujudan kota secara tiga dimensional. Dalam
perwujudan tersebut penetapan tata gu-na lahan akan berangkai dengan sirkulasi, kepadatan,
sistem transportasi serta fungsi suatu area dalam lingkup kota maupun kaveling individual.
Bahkan berkembangnya rencana tataguna lahan muncul dengan adanya dorongan untuk
mencapai kesinambungan antarakebijakan dan rencana penggunaan lahan melalui penetapan
fungsi yang paling tepat pada area tertentu.
Menurut Suparmoko (1995) Tata guna lahan dapat dikelompokkan ke dalam dua
kelompok besar yaitu (1) pengunaan lahan pertanian dan (2) penggunaan lahan bukan pert Tata
guna lahan secara umum tergantung pada kemampuan lahan dan pada lokasi lahan. Untuk
aktivitas pertanian, penggunaan lahan tergantung pada kelas kemampuan lahan, yang dicirikan
oleh adanya perbedaan pada sifat-sifat yang menjadi penghambat bagi penggunaannya,seperti
tekstur tanah, lereng permukaan tanah, kemampuan menahan air dan tingkat erosi yang telah
terjadi. Tata guna lahan juga tergantung pada lokasi, khususnya untuk daerah-daerah
pemukiman, lokasi industri, maupun untuk daerah-daerah rekreasi
Perencanaan tata guna lahan (Land Use Planning) adalah sebuah teknik
dalam perencanaan untuk meningkatkan kualitas hidup di daerah perkotaan dengan adanya
regulasi lahan secara efisien dan etis. Dengan adanya perencanaan penggunaan lahan, sebuah
daerah/area ditugaskan dengan kegiatan khusus berdasarkan berbagai parameter yang akan
membantu meningkatkan efisiensi keseluruhan wilayah perkotaan. Contoh-contoh parameter
yang perlu diperhatikan meliputi perumahan, transportasi, penggunaan ruang publik maupun
semi-publik, kantor pemerintah, dll. Kategorisasi dari jenis-jenis parameter ini sangat penting
untuk menjaga keseimbangan dari berbagai kegiatan yang terjadi di suatu daerah

2.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tata Guna Lahan


Menurut Barlowe (1986) faktor-faktor yang mempengaruhi Tata guna lahan adalah :

2.2.1 Faktor fisik dan biologis


Faktor fisik dan biologis mengarah pada kesesuaian sifat fisik lahan, seperti keadaan geologi,
tanah, iklim, tum-tumbuhan, hewan, dan kependudukan. Misalnya kawasan lahan dengan tanah
yang dianggap subur, dan memiliki sumber air serta irigasi yang baik biasanya digunakan
sebagai lahan perkebunan dan pertanian. Kawasan dengan intensitas cuaca ekstrim yang tinggi
biasa dihindari untuk dijadikan lahan pemukiman warga.
2.2.2 Faktor Ekonomi
Ekonomi memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap tata guna lahan di suatu
wilayah, kawasan lehan dengan akses transportasi yang baik, biasanya dipilih untuk dijadikan
kawasan pusat komersil karna dianggap akan mudah dikunjungi banyak orang.

Selain itu factor ekonomi juga berpengaruh pada pemilihan lahan pemukiman, kawasan
lahan dengan kondisi fisik yang baik, struktur tanah yang baik, dekat dengan pusat kota, asri, dan
tidak terlalu padat biasanya memiliki harga yang cukup tinggi sehingga dijadikan lahan
pemukiman bagi penduduk kelas atas. Sedangkan lahan yang jauh dari pusat kota, akses jalan
tidak terlalu baik, yang memiliki harga lebih rendah dijadikan lahan pemukiman bagi penduduk
kelas menengah kebawah.

2.2.3 Faktor Institusi


Keadaan social di sekitar lahan juga menjadi factor yang mempengaruhi tata guna lahan,
misalnya lahan yang dulunya dijadikan lahan pertanian sairing berjalannya waktu dapat berubah
menjadi kawasan komersil maupun permukiman, dikarenakan banyaknya pendatang di kawasan
tersebut yang tidak berprofesi sebagai petani, atau kepadatan penduduk di daerah tersebut
membuat lahan pertanian terpaksa dijadikan lahan permukiman penduduk.

Selain itu factor administrasi juga berpengaruh pada tata guna lahan, kawasan dengan
proses administrasi yang sulit diselesaikan bisa menghambat perkembangan tata guna lahan,
misalnya lahan sengketa

2.3 Proses Dasar Land Use Planning


Survey pendahuluan untuk memperoleh data dasar, yang meliputi studi pustaka,survey
primer di lapangan, dan mengkompilasi data dasar menggunakan paduan petatematik. Studi
pustaka ini dipergunakan untuk mengetahui tujuan, prinsip, dan standarminimal terkait
penggunaan suatu guna lahan. Misalnya guna lahan perumahan,perdagangan, industri,
perkantoran, dsb yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda.

Melakukan penilaian kapabilitas lahan dari hasil survey dan menganalisis kesesuaian
lahan dengan aktivitas. Hal ini dilakukan melalui analisis SKL (satuan kemampuan lahan) yang
melihat kondisi fisik dasar suatu wilayah, persebaran sarana, dan tata guna lahan eksisting untuk
mengetahui pola aktivitas eksisting. Identifikasi sifat dan pola perkembangan kota. Apakah
terpusat atau bisa jadimeloncat (leap-frog).Selain itu juga mengidentifikasi kawasan yang belum
berkembangdan pusat-pusat aktivitas untuk membaca pola pertumbuhan kota dan
memprediksiperkembangan di masa mendatang. Menyiapkan rencana lokasi dan tujuan untuk
peruntukkan guna lahan.

Gambar (1) Proses Inventarisasi Eksisting Gambar (2) Analisis Arah Perkembangan
Lahan Perkotaan Penggunaan Lahan

2.4 Teori Tata Guna Lahan

2.4.1 Teori Konsentris


Teori konsentris dikemukakan oleh E.W. Burgess dalam analisisnya pada KotaChicago
pada tahun 1925 dengan analogi dari dunia hewan di mana suatu daerah akan didominasioleh
suatu spesies tertentu. Seperti halnya pada wilayah perkotaan akan terjadi pengelompokantipe
penggunaan lahan tertentu. Berikut merupakan gambaran model zona konsentris oleh Burgess:

Keterangan:
1. Daerah pusat kegiatan
2. Zona peralihan
3. Zona perumahan pekerja
4. Zona permukiman yang lebih baik
5. Zona para penglaju
2.4.2 Teori Ketinggian Bangunan
Teori Ketinggian Bangunan dikemukakan oleh Bergel pada tahun 1955
yangmenyebutkan bahwa penggunaan lahan tidak hanya dipertimbangkan dari jaraknya dari
pusat kotasaja (distance decay principle from the center) melainkan juga jaraknya dari tanah
(height decay principle from the ground). Berikut merupakan kurva hubungan antara
penggunaan lahan denganketinggian bangunan menurut Bergel :

2.4.3 Teori Sektor


Homer Hoyt pada tahun 1939 menyebutkan bahwa pola sektoral yang terjadi padasuatu
wilayah bukanlah suatu hal yang kebetulan tetapi merupakan asosiasi keruangan
darikecenderungan masyarakat dalam menempati daerah yang mereka anggap nyaman
dalammenjalani kehidupannya sehari-hari. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
perkembangan kotasecara sektoral tidak terjadi secara acak melainkan mengikuti pola atau
perkembangan tertentu.

Keterangan:
1. Daerah pusat kegiatan (CBD)
2. Wholesale light manufacturing
3. Permukiman kelas rendah
4. Permukiman kelas menengah
5. Permukiman kelas tinggi
2.4.4 Teori Poros
Teori Poros dicetuskan oleh Babcock pada tahun 1932 sebagai respon akan
TeoriKonsentris Burgess. Teori ini mendasarkan penggunaan lahan pada peranan sektor
transportasi.Keberadaan jalur transportasi akan menyebabkan distorsi pada pola konsentris,
sehingga daerahyang dilalui oleh jalur transportasi akan memiliki perkembangan fisik yang
berbeda dengan daerahyang tidak dilalui oleh jalur transportasi

Keterangan:
1. Pusat Kegiatan (CBD)
2. Transistion Zone: Major Roads
3. Low Income Housing: Railways
4. Middle Income Housing

2.5 Urgensi Land Use Planning


Karna lahan merupakan salah satu kebutuhan penting bagi hidup kita, maka penataan
lahan untuk aktivitas manusia merupakan hal yang perlu untuk dilakukan. Tata guna lahan juga
penting untuk dilakukan untuk menunjang kebutuhan terhadap aktivitas manusia, misalnya
keberadaan lahan yang difungsikan sebagai kawasan komersil di tengah-tengah lahan
permukiman penduduk merupakan hal yang penting untuk menunjang kebutuhan dan aktifitas
penduduk. Tata guna lahan ini juga difungsikan untuk mengurangi pergerakan masyarakat dari
suatu kawasan ke kawasan yang lain karna kawasan tersebut tidak dapat memenuhi
kebutuhannya.
BAB III
KESIMPULAN

Dari pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa:


1. Tata Guna lahan adalah upaca perencanaan penggunaan lahan dalam suatu kawasasn atau
wilayah, dimana penggunaan kawasan itu bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup
manusia. Didama didalam pelaksaannya terdapat kegiatan pengelompokan lahan
berdasarkan fungsi dan aktifitas yang dilakukan diatas lahan tersebut.
2. Terdapat empat factor yang mempengaruhi tata guna lahan, yaitu factor fisik dan
biologis, factor ekonomi, dan factor institusi, dimana keempat factor ini dijadikan
pertimbangan untuk perencanaan tata guna lahan.
3. Proses dasar perencanaan tata guna lahan yaitu : (1) survey dan studi,(2) penilaian
kapabilitas dan menganalisis kesesuaian lahan dengan aktifitas, (3) identifikasi sifat
pekembangan kota, (4) menyiapkan rencana lokasi, dan tujuan tata guna lahan
4. Terdapat banyak teori mengenai tata guna lahan, setiap kota memiliki preferensi dan
mengikuti teori tata guna lahan yang berbeda-beda tergantung pada kondisi geografis,
aktifitas penduduk, kebutuhan penduduk, dan banyak factor lainnya.
5. Tata guna lahan juga penting untuk dilakukan untuk menunjang kebutuhan terhadap
aktivitas manusia
DAFTAR PUSTAKA

Arifia, D. 2014. Jurnal Teori Tata Guna Lahan (Land Use). Universitas Sebelas Maret,
Surabaya.

Yang, K. 2019. Perencanaan tata guna lahan danpembangunan berkelanjutan. Universitas


Sumatra Utara, Medan.

Suharyadi. Hardoyo,R. (2011). Perubahan penggunaan lahan dan faktor yang mempengaruhinya
di kecamatan gunungpati kota semarang. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Firmansyah,A. (2013). Tata guna lahan dalam tinjauan penyusunan kebijakan dan
pengelolaannya secara islami. Universitas Islam Negri Maulana Malik Ibrahim, Malang.

Anda mungkin juga menyukai