Anda di halaman 1dari 4

Langgam Arsitektur Tradisional Rumoh Aceh dan Penerapannya pada

Gedung Kantor Gubernur Aceh


Wardatun Jannah
1904104010055

CIRI KHAS LANGGAM ARSITEKTUR RUMOH ACEH

Penerapan elemen bangunan rumoh Aceh diantaranya Rumoh Aceh didirikan di atas tiang-tiang yang
disebut tameh.Terdiri akan tiga ruang yaitu seuramoe keue (serambi depan), Ruangan tengah yang
disebut tungai, Ruang belakang (serambi belakang) yang disebut seuramoe likot. Bentuk rumoh Aceh
dapat dilihat dari bagian bawah (terdiri atas tameh, toi, rhoek, bajoe, puteng, riyeuen, Kindang), bagian
atas (terdiri dari binteh, tingkap, pintoe, seuramoe) dan bagian atap (terdiri atas Bara, tulak angen, bu-
boeng, tampoeng, taloe bawai).

Bagian bawah berbentuk kolong yang dibiarkan dalam keadaan terbuka dan tidak diberi dinding. Tinggi
lantai dari rumah lebih kurang 2,3 meter bagi lantai ruang depan dan ruang belakang, dan 2,8 meter
bagi lantai ruang tengah. Pada Rumoh Aceh ragam hias banyak terdapat pada bagian atas, tengah dan
bawah bangunan.
Rumoh Aceh berorientasi ke arah Timur-barat, dan memiliki denah berbentuk memanjang ke arah
Utara-Selatan. Hal ini disebabkan oleh dua faktor, yaitu adaptasi terhadap kondisi alam, dan yang kedua
mengikuti arah kiblat.

PENERAPAN LANGGAM ARSITEKTUR RUMOH ACEH PADA GEDUNG KANTOR GUBERNUR ACEH

Bangunan perkantoran di Provinsi


Aceh khususnya Banda Aceh banyak
dipengaruhi oleh unsur-unsur
Arsitektur Tradisional Aceh.Salah satu
gedung perkantoran pemerintah yang
menerapkan unsur-unsur Arsitektur
Tradisional Aceh adalah Gedung
Kantor Gubernur Aceh. Penerapan
Unsur-unsur tradisional Aceh dapat
berupa Aspek bentuk, dan ragam hias,
struktur, maupun aspek fungsi.

Selaku Gubernur Aceh pada masa itu, Ibrahim Hasan berkeinginan untuk membangun Kantor Gubernur
Aceh sebagai bangunan pemerintahan yang merefleksikan pendekatan dan penerapan ciri arsitektur
tradisional dan arsitektur modern, sehingga sebagai bangunan modern Kantor Gubernur Aceh tetap
memiliki karakter dan identitas Aceh.

Secara tampilan, Kantor Gubernur Aceh terlihat memiliki fasad yang menerapkan elemen-elemen dari
arsitektur tradisional Rumoh Aceh, diantaranya keberadaan tameh, toi/rhoek, atap khas rumah aceh,
tulak angen, ornamen khas rumoh Aceh, kesan panggung serta keberadaan seuramoe keu,seuramoe
likot dan tungai sebagai tempat tertinggi. Adapun material yang digunakan pada Kantor Gubernur Aceh
merupakan perpaduan antara material modern seperti beton bertulang, kaca, kusen alumunium,
dengan material alami berupa kayu yang digunakan pada ornamentasi detail bangunan.

Dari segi denah bangunan dibuat menyesuaikan dengan fungsi bangunan yang berupa bangunan
perkantoran, sehingga tidak dapat mengadaptasi bentuk denah dari rumoh aceh yang merupakan
hunian secara sepenuhnya. Namun terdapat kesamaan berupa zoning bangunan, dimana bagian tengah
dari bangunan merupakan bagian public, dan bagian samping merupakan area yang lebih privat. Bentuk
denah kantor Gubernur Aceh ini juga berbentuk memanjang kea rah utara-selatan dan berourientasi ke
arah timur-barat yang juga dianggap sebagai kesesuaian dengan arsitektur rumoh aceh.
Sedangkan berdasarkan analisis zoning secaravertikal, maka dalam hal hubungan antar lantai, ditemui
adanya kesesuaian antara Kantor GubernurAceh dan Rumoh Aceh. Hal tersebut terlihat pada desain
lantai satu Kantor Gubernur Aceh yang bersifat publik dan cenderung bersifat semi publik, sehingga
masih memungkinkan akses bagi pendatang tertentu untuk dapat masuk dan beraktivitas sesuai
kebutuhan yang berkaitan dengan pelayanan publik. Hal ini sejalan dengan kondisi Rumoh Aceh yang
secara nyata berbentuk panggung sehingga menghadirkan ruang kolong sebagai ruang terbuka yang
secara tradisi merupakan ruang terbuka bagi masyarakat tradisional Aceh untuk bersosialiasi, sehingga
sifat pada ruang kolong tersebut dapat dikelompokkan sebagai ruang yang bersifat publik. Selanjutnya,
untuk tingkat lantai berikutnya yaitu lantai dua, tiga dan empat pada desain Kantor Gubernur Aceh
merupakan area yang menempatkan ruang-ruang kerja pejabat mulai dari Gubernur dan Wakil
Gubernur, Sektetaris Daerah, hingga pejabat- pejabat lainnya, sehingga hal tersebut menciptakan akses
sangat terbatas disebabkan adanya pertimbangan privasi. Begitu pula pada Rumoh Aceh dengan segala
makna nilai kearifan lokalnya, diantaranya diwujudkan dengan mengangkat bagian inti dari rumah lebih
tinggi dari permukaan tanah, hingga pembatasan terhadap tamu yang diperbolehkan naik dan masuk ke
dalam Rumoh Aceh menandakan tamu tersebut sudah memenuhi kondisi tertentu sesuai budaya dan
adat Aceh. Hal ini menunjukkan adanya kesesuaian antara desain Kantor Gubernur Aceh dengan
arsitektur Rumoh Aceh dalam hal pengelompokan dan zoning sifat keruangan dan hubungan antar lantai
bangunan.

DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Saiful. (2016). Penggunaan Langgam Rumoh Aceh pada Bangunan Perkantoran di Kota Banda
Aceh. Bandung: IPLBI.

Kevin, Andrian. (2020). Penerapan Ciri Khas Arsitektur Tradisional Rumoh Aceh pada Desain Bangunan
Kantor Gubernur Provinsi Aceh Ditinjau Berdasarkan Aspek Fungsi. Banda Aceh : ISSN

Arif, Azhar. (2015). Problematika Penataan Ruang Danarsitektur Kota Banda Aceh. Banda Aceh : RAUT

Anda mungkin juga menyukai