Artikel Seminar - Arsitektur Kantor Pos Di Trisakti
Artikel Seminar - Arsitektur Kantor Pos Di Trisakti
MENGHIDUPKAN KEMBALI
NILAI ARSITEKTUR KOTA
GEDUNG KANTOR POS LAMA PASAR BARU JAKARTA
Oleh : Indartoyo, Sudarmawan Juwono
Abstrak
Paper ini menyajikan pembahasan mengenai nilai arsitektur kota gedung Kantor Pos Pasar Baru
di Jakarta yang menjadi bagian kawasan Pasar Baru Jakarta. Kantor Pos ini memiliki keunikan
di banding arsitektur gedung kantor pos lama lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ada 3 ( tiga ) keunggulan :
1) arsitekturnya yang unik dan dekoratif sehingga secara visual menjadi menonjol serta
mampu menjadi titik tangkap dari jalan Pos ( Post Weg)
2) berakar pada konsep arsitektur tropis denganmemperhitungkan sirkulasi udara dan
mengutamakan penghawaan alamiah
3) konstruksi kayu dengan bentang lebar yang menarik
Meskipun fasad cenderung tampil sebagai arsitektur kolonial namun penyelesaian samping
bangunan memperhatikan aspek aspek bangunan tropis.
Desain kantor pos ini sangat memperhatikan aspek kawasan dan nilai nilai monumentalisme
yang menjadi ciri arsitektur gedung kantor pos kolonial. Namun berbeda dengan arsitektur
kolonial lain arsitektur gedung kantor pos Pasar Baru ini ada nilai yang spesifik cenderung
menyampaikan pesan sebagai bangunan pelayanan publik yang penting.
PENDAHULUAN
Keberadaan gedung gedung Kantor Pos lama merupakan fenomena arsitektur kota kota
di Indonesia yang tidak dapat dipisahkan dengan kawasan pusat kota lama. Bahkan
komposisi gedung Kantor Pos dengan alun alun dan kabupaten telah menjadi model
pusat kota kota kecil di Indonesia periode berikutnya paska kemerdekaan.
Perjalanan sejarah keberadaan gedung gedung Kantor Pos dimulai saat Gubernur
Jenderal VOC GW Baron Imhoff pada tanggal 26 Agustus 1746 mendirikan kantor pos
pertama kali di Batavia ( Sudarmawan, 2004 ). Sebelumnya surat surat dari Eropa
hanya dipajang di gedung penginapan kota hingga penerima surat tersebut
mengambilnya.
Kantor Pos yang didirikan Baron Imhoff belum menempati bangunan tersendiri namun
masih merupakan bagian dari Balaikota Batavia ( sekarang menjadi Museum Jakarta
Kota Fatahillah ). Saat itu gedung Balaikota atau Stad Huis menjadi gedung layanan
satu atap yang melayani berbagai macam layanan pada masyarakat ( Heuken, 1997 )
mulai dari pajak, pengadilan hingga administrasi perdagangan.
1
International Seminar “ Trisakti University and Tokyo University” 2005 2
Gambar 02
Sumber :
Gambar Foto
04 Koleksi Pribadi, 2003
Bangunan Kantor Pos lama dari Medan, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta
hingga Surabaya yang sekarang ada dibangun pada pada awal abad ke 20 dan
kebanyakan sudah mengalami pembangunan kembali atau renovasi.
Hampir semua gedung Kantor Pos dibangun oleh Dinas BOW, beberapa di antaranya
dapat dikenali siapa perancangnya. Agak berbeda dengan bank bank yang dibangun
oleh arsitek swasta, meskipun demikian kualitasnya tidak kalah karena Dinas BOW
memiliki insinyur. Insinyur BOW yang terkenal adalah Ir Snuyff ( Wiryomartono, 1995 ).
Hampir semua bangunan bangunan ini hampir seluruhnya masih berfungsi dengan baik
sebagai ruang aktivitas pelayanan pos meskipun dalam kondisi kurang perawatan.
2
International Seminar “ Trisakti University and Tokyo University” 2005 3
Arsitektur gedungnya yang unik, menarik dan variatif ( tidak seragam ) masing masing
memiliki ciri khas serta berada pada kawasan pusat kota menjadikan bangunan ini
memenuhi syarat sebagai penanda pusat kota, memiliki nilai “ town scape yang
berpotensi bagi pembentukan “ fragmen kawasan.
Bahkan nilai nilai arsitektur kotanya jauh melampaui dari nilai nilai arsitektur
mikronya sebagai bangunan yang menonjolkan gaya bangunan atau detail yang unik.
Unsur arsitektur bangunan terdiri dari aspek mikro ( individual ) dan aspek makro
( kawasan ) keduanya saling menunjang. Aspek mikro lebih memperhatikan kinerja
desain arsitekturnya sebagai bangunan tunggal menyangkut desain, style, dimensi
dan konstruksinya termasuk detail detail bangunan.
Aspek makro menyangkut keberadaaan, tapak, relasi visual dengan kawasan sekitar
dan struktral serta fungsional kawasan sebagai unsur pembentuk kawasan, identitas
kota dan simbol kawasan.
Dari aspek style atau desain arsitektur gedung Kantor Pos tidak banyak menampilkan
gaya yang khas bahkan cenderung berbeda beda antara satu bangunan dengan
bangunan lainnya.Namun demikian “ bangunan Kantor Pos “ telah menjadi salah satu
komponen perancangan kota Hindia Belanda. Komposisi antara alun alun, gedung
pemerintahan ( residen atau bupati, keraton ) dan masjid besar menjadi suatu
konfigurasi arsitektur kota.
Dengan mempertimbangkan hal tersebut perlu digali “ aspek kekotaan “ atau aspek
urbanitas sebagai karya arsitektur sehingga dapat modal dasar dalam pengembangan
fragmen kawasan. Hal ini perlu disadari karena banyak bangunan dengan arsitektur
menarik tetapi “ bersifat individual terpisah dari konteks kekotaannya sehingga tidak
memadai untuk dieskplorasi sebagai potensi arsitektur kota.
3
International Seminar “ Trisakti University and Tokyo University” 2005 4
keraton atau kabupaten dibawah bayang bayang kekuatan politik kolonial ditunjukkan
dalam tatanan pusat kota termasuk perancangan Kantor Pos.
Beberapa bangunan Kantor Pos tidak hanya bermakna fungsional sebagai pelayanan
masyarakat namun menjadi semacam simbol pusat kota dan politik kolonial seperti
halnya pasar, gedung balaikota atau masjid.
Sebagai contoh gedung Kantor Pos Yogyakarta yang berada di samping gedung Bank
Indonesia merupakan ikon kota ini hampir menjadi back ground berbagai aktivitas
masyarakat mulai dari demonstrasi, pawai atau berbagai aktivitas lainnya. Meskipun
secara dimensional fisik relatif kecil dibandingkan dengan gedung gedung bersejarah
seperti gedung Bank Indonesia yang berdiri megah namun karena posisinya yang
strategis maka menjadi menonjol.
Gambaran lain dapat ditemukan pada Kantor Pos Pasar Baru yang berdampingan
dengan Gedung Kesenian Jakarta menandai kawasan Pasar Baru merupakan potensi
arsitektur kota yang menarik.
Sumber :
4
International Seminar “ Trisakti University and Tokyo University” 2005 5
Belanda dari Oud Batavia ( Kota Lama ) ke Nieuw Batavia -Weltervreden ( sekarang
kawasan Lapangan Banteng ).
Bangunan bangunan bersejarah lain seperti Gedung Kesenian Jakarta, Kantor Pos
Lama Pasar Baru, Gedung Antara, gedung SMK Budi Utomo, gedung Kimia Farma,
gedung biara serta sekolah Santa Ursula.
Gambar 05
Gedung Kantor Pos Jakarta Pasar
Baru sekarang ( atas ) sedangkan
dulu ( bawah ) banyak
mengalami perubahan. Bangunan
utama yang berbentuk hall ini
mengingatkan pada bangunan
Stasiun Jakarta Kota.
Sumber :
Gambar Dokumentasi
Kantor Wilpos IV Jakarta, Tahun
2001
5
International Seminar “ Trisakti University and Tokyo University” 2005 6
Gambar 06
Peta awal abad 20-an menunjukkan kawasan Weltervreden sebagai pusat kota Batavia
baru. Kawasan Pasar Baru ( Passer Baroe ) treletak di sebelah barat laut lapangan
Watreloo Plein ( lapangan Banteng sekarang ).
Sumber : Merillees, Scott, Batavia In Nine teen Century, 2000
Bangunan Kantor Pos Lama yang sekarang ada merupakan generasi kedua, sebelumnya
bangunan yang ada masih sederhana dengan atap teras menjorok ke depan kemudian
pada tahun 1919 dibangun gedung yang ada sekarang. Arsitektur gedung kantor pos ini
mengingatkan arsitektur gedung Stasiun Kota dengan lengkungan yang relatif lebar.
Fisik dan konstruksi bangunan berlantai dua ini relatif masih utuh dan terpelihara,
rangka rangka kayu pada langit langit menjadikan gedung ini menarik. Konstruksi
lantai terbuat dari papan kayu terlihat masih utuh dan kuat, akses naik ke atas melalui
tangga dari arah dalam.
Gedung kantor pos ini mengingatkan arsitektur gedung Stasiun Kota dengan lengkungan
yang relatif lebar. Fisik dan konstruksi bangunan berlantai dua ini relatif masih utuh
dan terpelihara, rangka rangka kayu pada langit langit menjadikan gedung ini menarik.
6
International Seminar “ Trisakti University and Tokyo University” 2005 7
Konstruksi lantai terbuat dari papan kayu terlihat masih utuh dan kuat, akses naik ke
atas melalui tangga dari arah dalam.
Gambar 07
Kawasan Konservasi Kalibesar – merupakan
Lokasi
lingkungan Kantor Pos
perkantoran Jakarta
perniagaan Taman Fatahillah yang
pada berada pada jantung kota lama Jakarta –
masamenempati
lalu ‘ alun alun “ kecil kota Oud Batavia di
depan Stad Huis ( sekarang Mueum Sejarah
Kota Jakarta ). 7
Sumber : Merillees, Scott, Batavia In Nine teen Century, 2000
International Seminar “ Trisakti University and Tokyo University” 2005 8
Gambar 08
Fasad depan gedung Kantor Pos Jakarta Taman Fatahillah yang menghadap arah gedung Museum Sejarah
Kota Jakarta. Bagian belakang Kantor Pos Taman Fatahillah dari arah Jalan Cengkeh nampak teritis yang
cukup lebar dan garis garis vertikal yang dibentuk oleh lubang lubang jendela.
Sumber : Foto koleksi pribadi, 2004 Gambar 09
8
International Seminar “ Trisakti University and Tokyo University” 2005 9
Belanda disebut jalan Bojong ) dan berada dalam lingkungan Pasar Johar sebagai
pusat perbelanjaan tradisional kota Semarang.
Dulu alun alun kota Semarang membentang dari depan masjid Agung Semarang sampai
dengan Kali Semarang atau Jembatan Berok Semarang sekarang yang menjadi antara
kawasan pasar Johar atau kawasan Semarang baru dengan kawasan lama.
Lingkungan Jembatan Berok dahulu adalah pelabuhan kecil yang memungkinkan
perahu-perahu kecil dapat dberlabuh sampai ke jembatan tersebut.
Kata Berok tersebut berasal dari bahasa Belanda “ Brug “ artinya jembatan sehingga
semula nama resmi jembatan ini adalah “ Gouvernements Brug “ karena letaknya
berdekatan dengan “ De Groote Huis “ ( Kantor Gubernur VOC ).
Permulaan perkembangan kota Semarang diawali pada tahun 1646 kawasan yang
sekarang disebut Kota Lama sebelah timur Kali Semarang yang sekarang masih dikenali
secara fisik dengan bangunan bangunan gaya Eropa. Kemudian pada pertengahan abad
19 maka pemerintah kolonial mengembangkan kawasan sebelah barat Kali Semarang.
Gambar 10
Peta kota kolonial
Semarang, Kantor
Pos Semarang Johar
berada di pusat kota
berdekatan dengan
pusat Kota Lama.
Bagian yang
dilingkari adalah
Kawasan Kota Lama Semarang kawasan sekitar
Kantor Pos
Semarang.
Sumber :
Sidharta, Semarang
Beelp Van Een
Kawasan Kantor Pos
Semarang Stad, Asia
9
International Seminar “ Trisakti University and Tokyo University” 2005 10
Gambar 11
Sumber :
Budiman, Amen, Semarang
Juwita, 1979
Foto Koleksi Pribadi, 2001
10
International Seminar “ Trisakti University and Tokyo University” 2005 11
11
International Seminar “ Trisakti University and Tokyo University” 2005 12
Gambar 14
Sumber Gambar :
Khairuddin, 1985
12
International Seminar “ Trisakti University and Tokyo University” 2005 13
Struktur kawasan
Dalam kasus Kantor Pos Yogyakarta adalah contoh yang sangat baik menjadi bagian
dari struktur simbolik kota Yogyakarta.
Bangunan kantor Pos Yogyakarta terletak pada lintasan imajiner antara Gunung Merapi
-bangunan “ Monjali “ ( Monumen Yogya Kembali ) – Tugu – keraton Yogyakarta Tugu
Krapyak dan Laut Selatan pernah diperdebatkan.
Kantor Pos sebagai bangunan baru sebenarnya merupakan simbol kolonial karena
merusak struktur ‘ sakral “ keraton.
Hal yang sama ditunjukkan keberadaan Kantor Pos Jakarta Kota yang menempati
sebagian lokasi “ lapangan Kota “ berhadapan dengan Stad Huis ( sekarang menjadi
Museum Kota Jakarta ).
Kevin Lynch ( 1966 ) melihat beberapa aspek seperti menjadi penanda sehingga
bangunan harus memiliki legibelity.
Bilamana aspek struktur ini diabaikan maka bangunan akan memiliki kekurangan dari
fungsi bangunan tersebut terhadap kawasan. Kasus dari keberadaan kantor pos
bersejarah menunjukkan adanya kesesuaian dengan aspek struktur kawasan
dikemukakan oleh Lynch yang memperhatikan kekuatan pengaruh individual bangunan
terhadap suatu kawasan.
Fungsi kawasan
Keberadaan “ Kantor Pos Yogyakarta “ sebagai ikon kota termasuk penggunaan jalan
dan halaman depan untuk berbagai aktivitas termasuk aktivitas demonstrasi adalah
fenomena menarik. Sebagaimana dalam teori fungsi bahwa memenuhi fungsi tidak
sesuatu usaha yang berdiri sendiri tetapi ada upaya kuat mewujudkan aktualitasnya.
Kaitan gedung tersebut dengan aktivitas kawasan dalam meningkatkan kontekstualitas
bangunan aspek ini sangat penting namun tidak jarang bangunan lama kehilangan nilai
fungsionalnya sekalipun terletak di kawasan strategis.
Kantor Pos Pasar Baru adalah contoh potensi kekuatan fungsi kawasan yang sangat
kuat namun belum dimanfaatkan dengan baik. Sebagaimana diketahui kawasan Pasar
Baru merupakan integrasi kawasan wisata belanja, ibadah dan rekerasi.
Struktur Kota Tua Jakarta merupakan struktur kawasan yang sangat kuat membentuk
kota Batavia lama kemudian Jakarta sekarang ini. Namun demikian dari aspek aktivitas
kawasan, lingkungan ini cenderung untuk diabaikan karena belum menjadi suatu
kekuatan pendukung aktivitas kota Jakarta. Bila hal ini diabaikan maka lingkungan
13
International Seminar “ Trisakti University and Tokyo University” 2005 14
tersebut hanya bertahan sebagai unsur simbolis namun dalam jejaring fungsional
kawasan secara kontekstual tidak lebih berarti dari sekedar kumpulan bangunan
bersejarah.Aktivitas kawasan menyangkut keberadaan bangunan dari aspek
perwadahan “ ruang “ dalam kinerja fungsinya.
Sebaliknya Café Batavia adalah contoh bangunan yang mampu menyatukan simbol
dengan fungsi kawasan secara baik memanfaatkan suasana kawasan sehingga tercipta
konsep “ place “ yang sangat baik.
Shirvani ( 1985 ) mengemukakan konsep “ supporting activity “ bahwa suatu elemen
arsitektur kota diharapkan dapat menjadi “ pendukung aktivitas kawasan” . Alienasi
suatu bangunan dapat ditengarai dari fungsi tersebut dalam kawasan.
Bilamana dalam dunia marketing dikenal istilah positionign, dalam hal ini maka
kedudukan suatu bangunan atau lingkungan binaan bersejarah tidak cukup akan
sampai pada kuadran fungsional, meningkat lebih jauh pada kuadran emosional
terakhir kuadran spiritual.
Aspek kekotaan ini menjadi syarat utama dalam penataan kawasan dan pelestarian
bangunan bersejarah. Di negara negara maju, aspek kekotaan bangunan bangunan
bersejarah ini diolah dengan baik dan didintegrasikan dengan fungsi kekinian sehingga
menghasilkan kawasan kota yang menarik bagi wisatawan.
Pemerintah kota Guang Zhou di China misalnya mengolah Beijing Road sebagai ruang
pedestrian ways yang menarik. Perbelanjaan modern sperti mall, toko toko pakaian
yang tidak lebih bagus dari toko toko di Pasar Baru atau Blok M dipadukan dengan “
obyek sejarah “ situs jalan kuno yang dibangun sejak jaman dinasti Tang, Sung, Ming
hingga jaman Dinasti Ching. Obyek sejarah ini ditemukan di kedalaman 1 meter di
bawah permukaan tanah saat pembangunan jalan , ternyata berlapis lapis
mengingatkan jalan yang dibangun penguasa Roma yaitu “ Cursus Publicus “ .
Kemudian situs ini ditutup kaca diberi ilustrasi berupa model kota Guanmg Zhou masa
lalu. Meskipun obyek sejarah tersebut hanya sepotong namun karena dikemas dengan
baik maka menjadi obyek tontonan yang menarik.
Kaitan dengan struktur kawasan seperti aksesbilitas maupun jejaring kawasan yang
membentuk suatu pola kawasan. Bangunan yang baik akan mendukung pembentukan
struktur kawasan dengan memperkuat kawasan tersebut sebagai node atau path.
14
International Seminar “ Trisakti University and Tokyo University” 2005 15
Cullen ( 1969 ) mengemukakan tentang kekuatan visual sebagai aspek yang sangat
penting dalam merancang kawasan. Kekuatan visual ini membentuk suatu aliran
pemandangan yang berwujud sebagai suatu “ serial vision “. Aset visual ini harus
dipertahankan atau kawasan tersebut kehilangan fragmentasi dan identitas
kawasannya.
Bangunan Kantor Pos Yogyakarta adalah contoh ekstrim bangunan kolonial yang
membelakangi kawasan pusat kota Yogyakarta lama ( keraton dan alun alun ) sekaligus
mensub-ordinasikan keberadaan keraton menjadi “ bangunan “ sekunder.
PENUTUP
Dari hasil pembahasan dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut bahwa nilai
arsitektur gedung Kantor Pos bersejarah yang terpenting adalah adanya kekuatan
bangunan sebagai pendukung sistim struktur kawasan, fungsi kawasan dan visual
kawasan. Unsur unsur yang membentuk antara lain adalah tampilan fasad gedung,
aktivitas bangunan dan posisi bangunan yang strategis menjadi energi supporting
activity yang menunjang sistim kawasan.
Hal yang terpenting adalah adanya potensi terbentuknya jejaring kawasan yang
mengintegrasikan keberadaan kantor pos dengan nilai nilai kawasan yang dapat
dikembangkan sebagai obyek wisata.
Pelestarian gedung Kantor Pos sebaiknya diarahkan dalam konteks revitalisasi yang
masih berkaitan dengan fungsi lama sebagai kantor pos namun terintegasi dengan
aktivitas baru yang berkembang di kawasan tersebut.
Dalam mendukung pembentukan image kawasan sebagai bagian merekonstruksi
kembali identitas kawasan maka aspek visual agar diperhatikan sehingga tidak terjadi
konflik dengan pemanfaatna bangun sehingga meningkatkan kinerja kawasan dengan
memperhatikan aspek psikografis pelanggan. Sebagai ilustrasi gedung Kantor Pos
Fatahillah dalam pelestariannya diarahkan mendukung keberadaan kawasan wisata
Kota Tua dengan membentuk jejaring kawasan.
Aspek aktivitas yang perlu diperhatikan dengan memperhatikan fungsi lamanya.
Sehingga studi pengembangan dalam upaya melestarikan harus melihat aspek
psikografis pelanggannya.
Referensi :
Anonim, 2000, Bangunan Cagar Budaya di Propinsi DKI Jakarta, Dinas Museum dan
Pemugaran Propinsi DKI Jakarta
Anonim, Sejarah Pos Dan Telekomunikasi Di Indonesia, Direktorat Jenderal Pos dan
Telekomunikasi, Jakarta, 1980
Huib, Akihary, 1988, Arshitectuer en Stedebouw Indonese 1870-1970, Rijksdienst voo
de Monumentenzorg, Garfiplan, Geewenburg
Juwono, Sudarmawan, 2002, Tesis Magister Teknik Arsitektur, Kajian Morfologi
Kawasan Kantor Pos Bersejarah, Universitas Diponegoro, Semarang –tidak
diterbitkan
Juwono, Sudarmawan, 2003, Studi Visual Kawasan Kantor Pos Semarang, tidak
diterbitkan
Juwono, Sudarmawan, 2004, Selayang Pandang Arsietktur Kantor Pos Tempo Doeloe,
Penerbit Komunitas Pos, Depok
Khairuddin, 1985, Filsafat Kota Yogyakarta, Liberty, Yogyakarta
Lim, William, 1998, Asian New Urbanism, Select Books Pte. Ltd, Singapore
15
International Seminar “ Trisakti University and Tokyo University” 2005 16
Lynch, Kevin, 1969, The Image Of A City, MIT Press, Cambridge, Massachusetts And
London, England.
MP Van Bruggen & RS Wassing, 1998, Djokja Solo Beeld Van De Vorstensteden, Asia
Maior, Purmerend, Nederland.
Scott, Merillees, 2000, Batavia in Nineteenth Century Photographs, Archiplego Press,
Singapore
Shirvani, Hamid, 1985, The Urban Design Process, Van Nostrand Reinhold Company,
New York.
Sofianto, Kunto, 2001, Garoet Kota Intan, Sejarah Lokal Kota Garut Sejak Jaman
Kolonial Belanda, Penerbit Alqaprint Jatinangor, Bandung.
Wiryomartono, Bagoes P, 1995, Seni Bangunan dan Seni Bina Kota Di Indonesia,
Kajian Mengenai Konsep, Struktur, dan Elemen Fisik Kota Sejak Peradaban
Hindu-Buddha, Islam Hingga Sekarang, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
16