Anda di halaman 1dari 16

International Seminar “ Trisakti University and Tokyo University” 2005 1

MENGHIDUPKAN KEMBALI
NILAI ARSITEKTUR KOTA
GEDUNG KANTOR POS LAMA PASAR BARU JAKARTA
Oleh : Indartoyo, Sudarmawan Juwono

Mahasiswa S3 Doktor Teknik Arsitektur dan Perkotaan


Universitas Diponegoro Semarang
Pegawai PT Pos Indonesia ( Persero )
Kantor Wilayah Usaha IV Jakarta
Jl Gedung Kesenian 2 Jakarta 10710
Telp. 021-3505125
Fax : 021-3513124
E Mail :

Abstrak
Paper ini menyajikan pembahasan mengenai nilai arsitektur kota gedung Kantor Pos Pasar Baru
di Jakarta yang menjadi bagian kawasan Pasar Baru Jakarta. Kantor Pos ini memiliki keunikan
di banding arsitektur gedung kantor pos lama lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ada 3 ( tiga ) keunggulan :
1) arsitekturnya yang unik dan dekoratif sehingga secara visual menjadi menonjol serta
mampu menjadi titik tangkap dari jalan Pos ( Post Weg)
2) berakar pada konsep arsitektur tropis denganmemperhitungkan sirkulasi udara dan
mengutamakan penghawaan alamiah
3) konstruksi kayu dengan bentang lebar yang menarik

Meskipun fasad cenderung tampil sebagai arsitektur kolonial namun penyelesaian samping
bangunan memperhatikan aspek aspek bangunan tropis.
Desain kantor pos ini sangat memperhatikan aspek kawasan dan nilai nilai monumentalisme
yang menjadi ciri arsitektur gedung kantor pos kolonial. Namun berbeda dengan arsitektur
kolonial lain arsitektur gedung kantor pos Pasar Baru ini ada nilai yang spesifik cenderung
menyampaikan pesan sebagai bangunan pelayanan publik yang penting.

Kata kunci = rancang kota, revitalisasi kawasan

PENDAHULUAN
Keberadaan gedung gedung Kantor Pos lama merupakan fenomena arsitektur kota kota
di Indonesia yang tidak dapat dipisahkan dengan kawasan pusat kota lama. Bahkan
komposisi gedung Kantor Pos dengan alun alun dan kabupaten telah menjadi model
pusat kota kota kecil di Indonesia periode berikutnya paska kemerdekaan.
Perjalanan sejarah keberadaan gedung gedung Kantor Pos dimulai saat Gubernur
Jenderal VOC GW Baron Imhoff pada tanggal 26 Agustus 1746 mendirikan kantor pos
pertama kali di Batavia ( Sudarmawan, 2004 ). Sebelumnya surat surat dari Eropa
hanya dipajang di gedung penginapan kota hingga penerima surat tersebut
mengambilnya.
Kantor Pos yang didirikan Baron Imhoff belum menempati bangunan tersendiri namun
masih merupakan bagian dari Balaikota Batavia ( sekarang menjadi Museum Jakarta
Kota Fatahillah ). Saat itu gedung Balaikota atau Stad Huis menjadi gedung layanan
satu atap yang melayani berbagai macam layanan pada masyarakat ( Heuken, 1997 )
mulai dari pajak, pengadilan hingga administrasi perdagangan.

1
International Seminar “ Trisakti University and Tokyo University” 2005 2

Perkembangan pos semakin pesat setelah Gubernur Jenderal Daendels merintis


pembangunan jalan Pos Raya atau Post Groote Weg yang membentang dari Anyer
hingga Panarukan. Jalan ini menghubungkan kota kota besar di pulau Jawa dan
mempersingkat jarak tempuh dan memberi kemudahan dalam pergerakan kereta pos.
Pada setiap kota yang dilintasi jalan Pos Raya dibangun pos pos pemberhentian dan
tempat istirahat bagi kereta pos. Dalam babad Sala ( 1984 ) RM Sayid menyebutkan
bahwa Sri Mangkunegara salah satu penguasa wilayah Jawa memerintahkan
pembangunan fasilitas pos pos tersebut di wilayah kekuasaannya.

Gambar 02

Kantor Pos Surabaya dari


depan nampak megah
dengan halaman yang
luas.
Kisi kisi udara di bagian
depan Gambar
bangunan 03 menjadi
ciri khas keunikan
Gedung Kantor Pos Medan
arsitekturnya
menjadi salah satu penanda
mengakomodasi konsep
ruas jalan Merdeka
arsitektur tropis. dan
jalan Kantor: Pos
Sumber – kawasan
Foto Koleksi
pusat kota 2003
Pribadi, Medan.

Sumber :
Gambar Foto
04 Koleksi Pribadi, 2003

Gedung Kantor Pos


Pekalongan terletak di
pusat kota dalam
lingkungan kantor
pemerintahan.
Sumber :
Foto Koleksi Pribadi, 2003

Bangunan Kantor Pos lama dari Medan, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta
hingga Surabaya yang sekarang ada dibangun pada pada awal abad ke 20 dan
kebanyakan sudah mengalami pembangunan kembali atau renovasi.
Hampir semua gedung Kantor Pos dibangun oleh Dinas BOW, beberapa di antaranya
dapat dikenali siapa perancangnya. Agak berbeda dengan bank bank yang dibangun
oleh arsitek swasta, meskipun demikian kualitasnya tidak kalah karena Dinas BOW
memiliki insinyur. Insinyur BOW yang terkenal adalah Ir Snuyff ( Wiryomartono, 1995 ).
Hampir semua bangunan bangunan ini hampir seluruhnya masih berfungsi dengan baik
sebagai ruang aktivitas pelayanan pos meskipun dalam kondisi kurang perawatan.

2
International Seminar “ Trisakti University and Tokyo University” 2005 3

Arsitektur gedungnya yang unik, menarik dan variatif ( tidak seragam ) masing masing
memiliki ciri khas serta berada pada kawasan pusat kota menjadikan bangunan ini
memenuhi syarat sebagai penanda pusat kota, memiliki nilai “ town scape yang
berpotensi bagi pembentukan “ fragmen kawasan.
Bahkan nilai nilai arsitektur kotanya jauh melampaui dari nilai nilai arsitektur
mikronya sebagai bangunan yang menonjolkan gaya bangunan atau detail yang unik.
Unsur arsitektur bangunan terdiri dari aspek mikro ( individual ) dan aspek makro
( kawasan ) keduanya saling menunjang. Aspek mikro lebih memperhatikan kinerja
desain arsitekturnya sebagai bangunan tunggal menyangkut desain, style, dimensi
dan konstruksinya termasuk detail detail bangunan.
Aspek makro menyangkut keberadaaan, tapak, relasi visual dengan kawasan sekitar
dan struktral serta fungsional kawasan sebagai unsur pembentuk kawasan, identitas
kota dan simbol kawasan.

Dari aspek style atau desain arsitektur gedung Kantor Pos tidak banyak menampilkan
gaya yang khas bahkan cenderung berbeda beda antara satu bangunan dengan
bangunan lainnya.Namun demikian “ bangunan Kantor Pos “ telah menjadi salah satu
komponen perancangan kota Hindia Belanda. Komposisi antara alun alun, gedung
pemerintahan ( residen atau bupati, keraton ) dan masjid besar menjadi suatu
konfigurasi arsitektur kota.

Wiryomartono ( 1995 ) misalnya mengemukakan keberadaan Kantor Pos Bandung dalam


tampilan yang “ sederhana “ namun melalui pengolahan fasadenya berperan sebagai
elemen yang mmbentuk identitas kawasan.
Sebaliknya terdapat bangunan kantor pos yang ditelan perkembangan kawasannya
sehingga kehilangan wujud keberadaannya seperti Kantor Pos Jatinegara.

Dengan mempertimbangkan hal tersebut perlu digali “ aspek kekotaan “ atau aspek
urbanitas sebagai karya arsitektur sehingga dapat modal dasar dalam pengembangan
fragmen kawasan. Hal ini perlu disadari karena banyak bangunan dengan arsitektur
menarik tetapi “ bersifat individual terpisah dari konteks kekotaannya sehingga tidak
memadai untuk dieskplorasi sebagai potensi arsitektur kota.

Gedung Kantor Pos Bersejarah Dalam Konteks Perkotaan

Kebanyakan keberadaan bangunan kantor pos direncanakan secara fungsional namun


kemudian berkembang menjadi ikon kawasan yang melebihi nilai fungsionalnya
menjadi nilai simbolik.
Kearifan atau strategi kultural pemerintah kolonial mengadopsi konsep kota Jawa
sangat brilian karena menundukkan kekuatan kosmologi kota Jawa dalam suatu
tatanan kota kolonial. Adanya sub-ordinasi kekuatan lokal ( pribumi ) dalam wujud

3
International Seminar “ Trisakti University and Tokyo University” 2005 4

keraton atau kabupaten dibawah bayang bayang kekuatan politik kolonial ditunjukkan
dalam tatanan pusat kota termasuk perancangan Kantor Pos.

Beberapa bangunan Kantor Pos tidak hanya bermakna fungsional sebagai pelayanan
masyarakat namun menjadi semacam simbol pusat kota dan politik kolonial seperti
halnya pasar, gedung balaikota atau masjid.
Sebagai contoh gedung Kantor Pos Yogyakarta yang berada di samping gedung Bank
Indonesia merupakan ikon kota ini hampir menjadi back ground berbagai aktivitas
masyarakat mulai dari demonstrasi, pawai atau berbagai aktivitas lainnya. Meskipun
secara dimensional fisik relatif kecil dibandingkan dengan gedung gedung bersejarah
seperti gedung Bank Indonesia yang berdiri megah namun karena posisinya yang
strategis maka menjadi menonjol.
Gambaran lain dapat ditemukan pada Kantor Pos Pasar Baru yang berdampingan
dengan Gedung Kesenian Jakarta menandai kawasan Pasar Baru merupakan potensi
arsitektur kota yang menarik.

No BANGUNAN KONDISI KAWASAN DULU DAN ASPEK RANCANG KOTA


KANTOR POS SAAT INI
1 Jakarta Pasar Kawasan perbelanjaan dan Berada pada struktur kawasan
Baru wisata pusat kota lama, membentuk serial
vision kawasan Pasar Baru –
Lapangan Bantentg
2 Jakarta Kota Kawasan wisata Kota Tua –dulu Merupakan bagian struktur utama
merupakan daerah pusat pusat Kota Tua titik nol kota
perkantoran Jakarta dan berada dalam jejaring
potensi arsitektur Kota Tua

3 Semarang Pusat perbelanjaan dan wisata Berada pada kerangka struktur


Johar Old Netherland kota Semarang yang dibentuk oleh
jalan Pemuda
4 Yogyakarta Pusat kota, perkantoran dan Berada dalam kerangka sumbu
kawasan wisata Keraton dan imajiner kota Yogyakarta
perbelanjaan Malioboro

Sumber :

Diolah dari berbagai sumber

EKSPLORASI NILAI NILAI ARSITEKTUR KOTA

Kasus pertama-Kantor Pos Pasar Baru


Kantor Pos Pasar Baru Jakarta dirancang oleh J van Hoytema dari Dinas BOW tahun
1913 ( Akihary, 1988 ). Kantor Pos ini berada pada kawasan Pasar Baru yang sangat
berkaitan dengan sejarah kawasan Weltervreden yang menjadi pusat kota Nieuw
Batavia sebagai titik tolak perkembangan kawasan kota Jakarta sekarang ini. Kawasan
ini merupakan kawasan Pecinan dan perbelanjaan elite Belanda pada masa lalu mulai
berkembang sejak masa pemindahan kantor administrasi Gubernur Jenderal Hindia

4
International Seminar “ Trisakti University and Tokyo University” 2005 5

Belanda dari Oud Batavia ( Kota Lama ) ke Nieuw Batavia -Weltervreden ( sekarang
kawasan Lapangan Banteng ).
Bangunan bangunan bersejarah lain seperti Gedung Kesenian Jakarta, Kantor Pos
Lama Pasar Baru, Gedung Antara, gedung SMK Budi Utomo, gedung Kimia Farma,
gedung biara serta sekolah Santa Ursula.

Gambar 05
Gedung Kantor Pos Jakarta Pasar
Baru sekarang ( atas ) sedangkan
dulu ( bawah ) banyak
mengalami perubahan. Bangunan
utama yang berbentuk hall ini
mengingatkan pada bangunan
Stasiun Jakarta Kota.

Sumber :
Gambar Dokumentasi
Kantor Wilpos IV Jakarta, Tahun
2001

Merillees, Scott, Batavia In Nine


teen Century, 2000

5
International Seminar “ Trisakti University and Tokyo University” 2005 6

Kawasan Pasar Baru

Kantor Pos Jakarta


Pasar Baru

Kawasan Lapangan Banteng

Gambar 06
Peta awal abad 20-an menunjukkan kawasan Weltervreden sebagai pusat kota Batavia
baru. Kawasan Pasar Baru ( Passer Baroe ) treletak di sebelah barat laut lapangan
Watreloo Plein ( lapangan Banteng sekarang ).
Sumber : Merillees, Scott, Batavia In Nine teen Century, 2000

Bangunan Kantor Pos Lama yang sekarang ada merupakan generasi kedua, sebelumnya
bangunan yang ada masih sederhana dengan atap teras menjorok ke depan kemudian
pada tahun 1919 dibangun gedung yang ada sekarang. Arsitektur gedung kantor pos ini
mengingatkan arsitektur gedung Stasiun Kota dengan lengkungan yang relatif lebar.
Fisik dan konstruksi bangunan berlantai dua ini relatif masih utuh dan terpelihara,
rangka rangka kayu pada langit langit menjadikan gedung ini menarik. Konstruksi
lantai terbuat dari papan kayu terlihat masih utuh dan kuat, akses naik ke atas melalui
tangga dari arah dalam.
Gedung kantor pos ini mengingatkan arsitektur gedung Stasiun Kota dengan lengkungan
yang relatif lebar. Fisik dan konstruksi bangunan berlantai dua ini relatif masih utuh
dan terpelihara, rangka rangka kayu pada langit langit menjadikan gedung ini menarik.

6
International Seminar “ Trisakti University and Tokyo University” 2005 7

Konstruksi lantai terbuat dari papan kayu terlihat masih utuh dan kuat, akses naik ke
atas melalui tangga dari arah dalam.

Kasus kedua-Kantor Pos Jakarta Kota


Kantor Pos Jakarta Kota Taman Fatahillah tepat berada di depan Museum Jakarta Kota
memanfaatkan bekas lapangan kecil Balai Kota Batavia. Lingkungan ini adalah titik nol
yang merupakan pusat Kta Tua atau “ Oud Batavia “ yang merupakan cikal bakal
perkembangan kota Batavia sekarang. Kawasan ini didominasi gedung gedung tua
bergaya arsitektur Eropa yang menjadi pembentuk karakter kawasan kota lama ini
berderet di sepanjang jalan antara depan Stasiun Kota, jalan Cengkeh hingga kawasan
Kalibesar.

Kantor Pos Jakarta Taman Fatahillah tepat di depan Museum


Sejarah Kota Jakarta. Yang dulu mrupakan Stad Huis atau
Balai Kota jaman kejayaan VOC

Gambar 07
Kawasan Konservasi Kalibesar – merupakan
Lokasi
lingkungan Kantor Pos
perkantoran Jakarta
perniagaan Taman Fatahillah yang
pada berada pada jantung kota lama Jakarta –
masamenempati
lalu ‘ alun alun “ kecil kota Oud Batavia di
depan Stad Huis ( sekarang Mueum Sejarah
Kota Jakarta ). 7
Sumber : Merillees, Scott, Batavia In Nine teen Century, 2000
International Seminar “ Trisakti University and Tokyo University” 2005 8

Gambar 08
Fasad depan gedung Kantor Pos Jakarta Taman Fatahillah yang menghadap arah gedung Museum Sejarah
Kota Jakarta. Bagian belakang Kantor Pos Taman Fatahillah dari arah Jalan Cengkeh nampak teritis yang
cukup lebar dan garis garis vertikal yang dibentuk oleh lubang lubang jendela.
Sumber : Foto koleksi pribadi, 2004 Gambar 09

Bagian belakang Kantor Pos


Taman Fatahillah dari arah
Jalan Cengkeh nampak teritis
yang cukup lebar dan garis garis
vertikal yang dibentuk oleh
lubang lubang jendela.
Sumber :
Foto koleksi pribadi, 2001

Kasus ketiga –Kantor Pos Semarang Johar


Kantor Pos Semarang terletak di gerbang kawasan kota lama yang disebut sebagai
Little Netherland. Jalan di depan kantor pos disebut jalan Pemuda ( dulu pada jaman

8
International Seminar “ Trisakti University and Tokyo University” 2005 9

Belanda disebut jalan Bojong ) dan berada dalam lingkungan Pasar Johar sebagai
pusat perbelanjaan tradisional kota Semarang.

Dulu alun alun kota Semarang membentang dari depan masjid Agung Semarang sampai
dengan Kali Semarang atau Jembatan Berok Semarang sekarang yang menjadi antara
kawasan pasar Johar atau kawasan Semarang baru dengan kawasan lama.
Lingkungan Jembatan Berok dahulu adalah pelabuhan kecil yang memungkinkan
perahu-perahu kecil dapat dberlabuh sampai ke jembatan tersebut.
Kata Berok tersebut berasal dari bahasa Belanda “ Brug “ artinya jembatan sehingga
semula nama resmi jembatan ini adalah “ Gouvernements Brug “ karena letaknya
berdekatan dengan “ De Groote Huis “ ( Kantor Gubernur VOC ).
Permulaan perkembangan kota Semarang diawali pada tahun 1646 kawasan yang
sekarang disebut Kota Lama sebelah timur Kali Semarang yang sekarang masih dikenali
secara fisik dengan bangunan bangunan gaya Eropa. Kemudian pada pertengahan abad
19 maka pemerintah kolonial mengembangkan kawasan sebelah barat Kali Semarang.

Gambar 10
Peta kota kolonial
Semarang, Kantor
Pos Semarang Johar
berada di pusat kota
berdekatan dengan
pusat Kota Lama.
Bagian yang
dilingkari adalah
Kawasan Kota Lama Semarang kawasan sekitar
Kantor Pos
Semarang.

Sumber :
Sidharta, Semarang
Beelp Van Een
Kawasan Kantor Pos
Semarang Stad, Asia

9
International Seminar “ Trisakti University and Tokyo University” 2005 10

Gambar 11

Gedung Kantor Pos


Telegraph Semarang yang
pertama dibangun di
sebelah Gedung Papak,
perhatikan ciri khas
gedung kantor pos yaitu
adanya jam dinding.
Bangunannya masih
tampak sederhana ini
dibangun antara tahun
1906-1907.

Sumber :
Budiman, Amen, Semarang
Juwita, 1979
Foto Koleksi Pribadi, 2001

10
International Seminar “ Trisakti University and Tokyo University” 2005 11

Kasus Keempat Kantor Pos Yogyakarta


Keberadaan Kantor Pos Yogyakarta di lingkungan pusat kota dan tepat berada pada
sumbu Jalan Pangeran Mangkubumi – Malioboro cukup menonjol secara fisik.
Keberadaan Kantor Pos menyatu dengan lingkungan alun alun utara, Keraton
Yogyakarta, Benteng Vredeburg dan kawasan Malioboro. Kawasan ini tidak hanya
memiliki niali fungsonal tetapi merupakan pusat kota secara kosmologis.
Dalam arsitektur kota, sangat diperhatikan aspek desain yang bersifat kait hubungan
antara arsitektur mikro dengan kota sebagai arsitektur makro. Shirvani ( 1985 )
berdasar studinya pada kota kota di Amerika Serikat mengemukakan Gambar 713( tujuh )
komponen perancangan kota, empat di diantaranya yang terkait adalah tata massa
bangunan, keberadaan supporting activity, simbol danKantor Pos Yogyakarta di
penanda dan bangunan
samping bangunan Bank
bersejarah. Secara substansial arsitektur kota ini sanagat mendukung keberadaan
Indonesia. Kedua bangunan
arsitektur mikro ( bangunan ), terbukti bahwa bangunan bangunan yang indah tetapi
ini nampak kontras dengan
tidak secara kuat memiliki keterkaitan dengan kawasan ( arsitektur
penanda Kantor
) menjadi lemah
Pos yang
dalam bargaining position. Aldo Rossi mengingat bahwa mengakomodasi
arsitektur bukanlah
unsur politik
lokal
atau untuk tujuan tujuan politik namun demikian dapat seperti
dipergunakan sebagai dan
atap limasan alat
untuk mencapai tujuan politik itu sendiri. menggabungkan dengan
prinsip prinsip bangunan
modern.

Gambar bawah, tampak


bagian samping bangunan
Kantor Pos Yogyakarta jalan Veteran menuju Alun
alun Utara –Keraton.
Sumber :
Foto koleksi pribadi, 2001
Gambar 12

Gedung Kantor Pos


Yogyakarta berada
pada lingkaran pusat
kota Yogyakarta yang
ditandai keberadaan
Kraton Yogyakarta
yang menghadap jalan
Lingkungan Keraton Yogyakarta P Senopati menghadap
Benteng Vredeburg.
Gedung ini berada di
samping gedung Bank
Indonesia dulu
Javasche Bank
sekarang menjadi
penghubung antara
kawasan Malioboro
dengan Alun Alun
Utara dan Kraton.
Sumber Gambar :
Scott, Merillees, 2000

11
International Seminar “ Trisakti University and Tokyo University” 2005 12

Gedung Kantor Pos Yogyakarta


pada sumbu imajiner

Gambar 14

Secara filosofis sebenarnya kehadiran bangunan Kantor Pos dan Kantor


Bank di sekitar alun alun Utara merupakan bagian kehadiran bangunan
kolonial di sekitar pusat sumbu kosmologis kota Yogyakarta.

Sumber Gambar :
Khairuddin, 1985

12
International Seminar “ Trisakti University and Tokyo University” 2005 13

MEMAHAMI ASPEK RANCANG KOTA GEDUNG KANTOR POS


Dari studi di atas dapat dikemukakan bahwa bangunan Kantor Pos cukup memili
dukungan terhadap desain kawasan. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan bangunan
bersejarah sangat penting mendukung fungsi kota, memberikan manfaat atau nilai
guna kepada warga kota.
Masalah perkotaan ( urban desain ) dari aspek perancangan kawasan lama menyangkut
beberapa masalah yaitu krisis identitas, sinergi kawasan dan kerusakan struktur
kawasan.
Identitas kota terbentuk dari morfologi kota, arsitektur bangunan bersejarah
membentuk karakteristik kota. Persoalannya bahwa keberadaan bangunan baru di
lingkungan kawasan yang memiliki bangunan bersejarah yang tidak ditata dengan baik
sehingga bangunan bersejarah tertutup.
Pada beberapa kasus seperti kawasan Kota Tua, sinergi kawasan antara bangunan lama
dan bangunan baru tidak terbentuk. Sebaliknya terjadi kerusakan struktur kawasan
karena intervensi aktivitas atau bangunan baru tidak terintegrasi dengan baik.

Struktur kawasan
Dalam kasus Kantor Pos Yogyakarta adalah contoh yang sangat baik menjadi bagian
dari struktur simbolik kota Yogyakarta.
Bangunan kantor Pos Yogyakarta terletak pada lintasan imajiner antara Gunung Merapi
-bangunan “ Monjali “ ( Monumen Yogya Kembali ) – Tugu – keraton Yogyakarta Tugu
Krapyak dan Laut Selatan pernah diperdebatkan.
Kantor Pos sebagai bangunan baru sebenarnya merupakan simbol kolonial karena
merusak struktur ‘ sakral “ keraton.
Hal yang sama ditunjukkan keberadaan Kantor Pos Jakarta Kota yang menempati
sebagian lokasi “ lapangan Kota “ berhadapan dengan Stad Huis ( sekarang menjadi
Museum Kota Jakarta ).
Kevin Lynch ( 1966 ) melihat beberapa aspek seperti menjadi penanda sehingga
bangunan harus memiliki legibelity.
Bilamana aspek struktur ini diabaikan maka bangunan akan memiliki kekurangan dari
fungsi bangunan tersebut terhadap kawasan. Kasus dari keberadaan kantor pos
bersejarah menunjukkan adanya kesesuaian dengan aspek struktur kawasan
dikemukakan oleh Lynch yang memperhatikan kekuatan pengaruh individual bangunan
terhadap suatu kawasan.

Fungsi kawasan
Keberadaan “ Kantor Pos Yogyakarta “ sebagai ikon kota termasuk penggunaan jalan
dan halaman depan untuk berbagai aktivitas termasuk aktivitas demonstrasi adalah
fenomena menarik. Sebagaimana dalam teori fungsi bahwa memenuhi fungsi tidak
sesuatu usaha yang berdiri sendiri tetapi ada upaya kuat mewujudkan aktualitasnya.
Kaitan gedung tersebut dengan aktivitas kawasan dalam meningkatkan kontekstualitas
bangunan aspek ini sangat penting namun tidak jarang bangunan lama kehilangan nilai
fungsionalnya sekalipun terletak di kawasan strategis.
Kantor Pos Pasar Baru adalah contoh potensi kekuatan fungsi kawasan yang sangat
kuat namun belum dimanfaatkan dengan baik. Sebagaimana diketahui kawasan Pasar
Baru merupakan integrasi kawasan wisata belanja, ibadah dan rekerasi.
Struktur Kota Tua Jakarta merupakan struktur kawasan yang sangat kuat membentuk
kota Batavia lama kemudian Jakarta sekarang ini. Namun demikian dari aspek aktivitas
kawasan, lingkungan ini cenderung untuk diabaikan karena belum menjadi suatu
kekuatan pendukung aktivitas kota Jakarta. Bila hal ini diabaikan maka lingkungan

13
International Seminar “ Trisakti University and Tokyo University” 2005 14

tersebut hanya bertahan sebagai unsur simbolis namun dalam jejaring fungsional
kawasan secara kontekstual tidak lebih berarti dari sekedar kumpulan bangunan
bersejarah.Aktivitas kawasan menyangkut keberadaan bangunan dari aspek
perwadahan “ ruang “ dalam kinerja fungsinya.
Sebaliknya Café Batavia adalah contoh bangunan yang mampu menyatukan simbol
dengan fungsi kawasan secara baik memanfaatkan suasana kawasan sehingga tercipta
konsep “ place “ yang sangat baik.
Shirvani ( 1985 ) mengemukakan konsep “ supporting activity “ bahwa suatu elemen
arsitektur kota diharapkan dapat menjadi “ pendukung aktivitas kawasan” . Alienasi
suatu bangunan dapat ditengarai dari fungsi tersebut dalam kawasan.

Bilamana dalam dunia marketing dikenal istilah positionign, dalam hal ini maka
kedudukan suatu bangunan atau lingkungan binaan bersejarah tidak cukup akan
sampai pada kuadran fungsional, meningkat lebih jauh pada kuadran emosional
terakhir kuadran spiritual.
Aspek kekotaan ini menjadi syarat utama dalam penataan kawasan dan pelestarian
bangunan bersejarah. Di negara negara maju, aspek kekotaan bangunan bangunan
bersejarah ini diolah dengan baik dan didintegrasikan dengan fungsi kekinian sehingga
menghasilkan kawasan kota yang menarik bagi wisatawan.

Pemerintah kota Guang Zhou di China misalnya mengolah Beijing Road sebagai ruang
pedestrian ways yang menarik. Perbelanjaan modern sperti mall, toko toko pakaian
yang tidak lebih bagus dari toko toko di Pasar Baru atau Blok M dipadukan dengan “
obyek sejarah “ situs jalan kuno yang dibangun sejak jaman dinasti Tang, Sung, Ming
hingga jaman Dinasti Ching. Obyek sejarah ini ditemukan di kedalaman 1 meter di
bawah permukaan tanah saat pembangunan jalan , ternyata berlapis lapis
mengingatkan jalan yang dibangun penguasa Roma yaitu “ Cursus Publicus “ .
Kemudian situs ini ditutup kaca diberi ilustrasi berupa model kota Guanmg Zhou masa
lalu. Meskipun obyek sejarah tersebut hanya sepotong namun karena dikemas dengan
baik maka menjadi obyek tontonan yang menarik.

Sistim Visual Kawasan


Kekuatan visual bangunan Kantor Pos yang menonjol adalah potensi fasad sebagai
unsure bangunan yang paling mudah terlihat.
Kekuatan visual kawasan diperkuat oleh keberadaan Kantor Pos, ada beberapa contoh
yang dapat distudi lebih lanjut yaitu bangunan Kantor Pos Yogyakarta. Pada kasus
Kantor Pos Pasar Baru menjadi potensi visual utama kawasan Pasar Baru yang
bersejarah. Tanpa keberadaan Kantor Pos dan Gedung Kesenian Jakarta yang secara
visual menjadi penanda dan town scape kawasan maka kekuatan historis Pasar Baru
tidak terwujud.
Kantor Pos Semarang merupakan penada sekaligus town scape kawasan menuju
kawasan Kota Lama yang menandai peralihan kawasan dari kawasan baru menuju
kawasan lama. Hal ini sangat penting karena bangunan bersejarah lain sudah tidak ada
lagi ( dulu di samping Kantor Pos Semarang berdiri gedung Papak yang merupakan
gedung Balai Kota Semarang ).

Kaitan dengan struktur kawasan seperti aksesbilitas maupun jejaring kawasan yang
membentuk suatu pola kawasan. Bangunan yang baik akan mendukung pembentukan
struktur kawasan dengan memperkuat kawasan tersebut sebagai node atau path.

14
International Seminar “ Trisakti University and Tokyo University” 2005 15

Cullen ( 1969 ) mengemukakan tentang kekuatan visual sebagai aspek yang sangat
penting dalam merancang kawasan. Kekuatan visual ini membentuk suatu aliran
pemandangan yang berwujud sebagai suatu “ serial vision “. Aset visual ini harus
dipertahankan atau kawasan tersebut kehilangan fragmentasi dan identitas
kawasannya.
Bangunan Kantor Pos Yogyakarta adalah contoh ekstrim bangunan kolonial yang
membelakangi kawasan pusat kota Yogyakarta lama ( keraton dan alun alun ) sekaligus
mensub-ordinasikan keberadaan keraton menjadi “ bangunan “ sekunder.

PENUTUP
Dari hasil pembahasan dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut bahwa nilai
arsitektur gedung Kantor Pos bersejarah yang terpenting adalah adanya kekuatan
bangunan sebagai pendukung sistim struktur kawasan, fungsi kawasan dan visual
kawasan. Unsur unsur yang membentuk antara lain adalah tampilan fasad gedung,
aktivitas bangunan dan posisi bangunan yang strategis menjadi energi supporting
activity yang menunjang sistim kawasan.
Hal yang terpenting adalah adanya potensi terbentuknya jejaring kawasan yang
mengintegrasikan keberadaan kantor pos dengan nilai nilai kawasan yang dapat
dikembangkan sebagai obyek wisata.

Pelestarian gedung Kantor Pos sebaiknya diarahkan dalam konteks revitalisasi yang
masih berkaitan dengan fungsi lama sebagai kantor pos namun terintegasi dengan
aktivitas baru yang berkembang di kawasan tersebut.
Dalam mendukung pembentukan image kawasan sebagai bagian merekonstruksi
kembali identitas kawasan maka aspek visual agar diperhatikan sehingga tidak terjadi
konflik dengan pemanfaatna bangun sehingga meningkatkan kinerja kawasan dengan
memperhatikan aspek psikografis pelanggan. Sebagai ilustrasi gedung Kantor Pos
Fatahillah dalam pelestariannya diarahkan mendukung keberadaan kawasan wisata
Kota Tua dengan membentuk jejaring kawasan.
Aspek aktivitas yang perlu diperhatikan dengan memperhatikan fungsi lamanya.
Sehingga studi pengembangan dalam upaya melestarikan harus melihat aspek
psikografis pelanggannya.

Referensi :

Anonim, 2000, Bangunan Cagar Budaya di Propinsi DKI Jakarta, Dinas Museum dan
Pemugaran Propinsi DKI Jakarta
Anonim, Sejarah Pos Dan Telekomunikasi Di Indonesia, Direktorat Jenderal Pos dan
Telekomunikasi, Jakarta, 1980
Huib, Akihary, 1988, Arshitectuer en Stedebouw Indonese 1870-1970, Rijksdienst voo
de Monumentenzorg, Garfiplan, Geewenburg
Juwono, Sudarmawan, 2002, Tesis Magister Teknik Arsitektur, Kajian Morfologi
Kawasan Kantor Pos Bersejarah, Universitas Diponegoro, Semarang –tidak
diterbitkan
Juwono, Sudarmawan, 2003, Studi Visual Kawasan Kantor Pos Semarang, tidak
diterbitkan
Juwono, Sudarmawan, 2004, Selayang Pandang Arsietktur Kantor Pos Tempo Doeloe,
Penerbit Komunitas Pos, Depok
Khairuddin, 1985, Filsafat Kota Yogyakarta, Liberty, Yogyakarta
Lim, William, 1998, Asian New Urbanism, Select Books Pte. Ltd, Singapore

15
International Seminar “ Trisakti University and Tokyo University” 2005 16

Lynch, Kevin, 1969, The Image Of A City, MIT Press, Cambridge, Massachusetts And
London, England.
MP Van Bruggen & RS Wassing, 1998, Djokja Solo Beeld Van De Vorstensteden, Asia
Maior, Purmerend, Nederland.
Scott, Merillees, 2000, Batavia in Nineteenth Century Photographs, Archiplego Press,
Singapore
Shirvani, Hamid, 1985, The Urban Design Process, Van Nostrand Reinhold Company,
New York.
Sofianto, Kunto, 2001, Garoet Kota Intan, Sejarah Lokal Kota Garut Sejak Jaman
Kolonial Belanda, Penerbit Alqaprint Jatinangor, Bandung.
Wiryomartono, Bagoes P, 1995, Seni Bangunan dan Seni Bina Kota Di Indonesia,
Kajian Mengenai Konsep, Struktur, dan Elemen Fisik Kota Sejak Peradaban
Hindu-Buddha, Islam Hingga Sekarang, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

16

Anda mungkin juga menyukai