BAHAN AJAR/DIKTAT
PERANCANGAN KOTA
KODE: E1124627
JUMLAH SKS: 3 SKS
Pada hari ini kamis. tanggal 16 bulan February tahun 2017 Bahan Ajar Mata
Kuliah Perancangan Kota semester VI Program Studi Teknik Arsitektur
Fakultas Teknik telah diverifikasi oleh Ketua Program Studi Teknik
Arsitektur
PRAKATA
Citra sebuah kota sesungguhnya tidak sekadar terbentuk dari monumen-
monumen pencakar langit yang arogan di tengah kota, tetapi juga tercipta oleh
suatu nuansa gerak, antara kegiatan manusianya dengan massa pembentuk
kota itu sendiri, yang merupakan perpaduan antara unsur-unsur yang bersifat
alam maupun buatan, sehingga mewujudkan kota yang lembut dan manusia
(humanopolis).
Ketiga unsur pembentuk kota tersebut akan saling bersinergi dan
berkontribusi yang pada akhirnya secara sistemik akan menghasilkan suatu
ekosistem yang unik. Keunikan tersebut akan menciptakan sebuah karakteristik
wilayah yang membedakan secara signifikan dengan wilayah lain..
Mata Kuliah Perancangan Kota memfasilitasi pembekalan mengenai
berbagai aspek pembentuk ruang kota. Serta mencoba melakukan analisis serta
merancang bagian wilayah kota melalui pendekatan rancana penataan
lingkungan dan bangunan. Pendalaman mata kuliah ini tentunya akan membawa
pengaruh yang positif di dunia arsitektur dan lingkungan binaan. Diharapkan
dengan pengembangan pada mata kuliah perancangan kota ini lebih membawa
manfaat pada mahasiswa dalam belajar di program studi Teknik Arsitektur
UNNES.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 4dari 31 27 Februari 2017
DESKRIPSI MATAKULIAH
Substansi Mata Kuliah Perancangan Kota ini pada dasarnya memberikan
pemahaman tentang Kawasan perkotaan yang dinamis dengan dinamika
perkembangan demografis, ekonomi dan fisik-spaial. Secara fisik kota dan
bagian wilayah kota tumbuh dan berkembang (mengalami morfologi ruang kota).
Dikaitkan dengan keterbatasan daya dukung, terutama lahan dan sumber daya
air, kebutuhan sarana-prasarana dasar perkotaan yang semakin meningkat
menjadi persoalan yang semakin serius untuk ditangani .
DAFTAR ISI
Prakata i
Daftar Isi ii
BAB I TEORI PERKEMBANGAN KOTA 1
Deskripsi Singkat 1
Capaian pembelajaran pertemuan 1
A. TEORI KONSENTRIS 1
B. TEORI VEKTOR 4
C. TEORI PERTUMBUHAN KOTA
Rangkuman
Pertanyaan/Diskusi 14
Bab II ELEMEN FISIK PERANCANGAN KOTA 15
Deskripsi Singkat 15
Capaian pembelajaran pertemuan 15
A. TEORI HAMID SIRVANI 15
B. TEORI KEVIN LYNCH 16
Rangkuman
Pertanyaan/Diskusi 23
Bab III TEORI PERANCANGAN KOTA
Deskripsi Singkat
Capaian pembelajaran pertemuan
A. TEORI ROGER TRANCIK
B. TEORI PLACE
C. PERANCANGAN KAWASAN
Rangkuman
Pertanyaan/Diskusi
Daftar Pustaka 94
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 6dari 31 27 Februari 2017
BAB I
TEORI PERKEMBANGAN KOTA
A. Deskripsi singkat
Pada dasarnya setiap kota mengalami perkembangan, perkembangan
bias terjadi kesegala arah, sehingga diperlukan Perancangan Kota yang
manusiawi dengan melihat potensi dan permasalahannya.Teori
perkembangan kota menjadi landasan awal pembelajaran guna
mengetahui permasalahan dalam perkembangannya sehingga dalam
penataan lingkungan binaan ini akan menghasilkan perencanaan dan
perancangan bagian wilayah kota yang yang sesuai dengan karakter
lingkungan dan arah pertumbuhannya.
Daerah pusat kegiatan ini sering disebut sebagai pusat kota. Dalam
daerah ini terdapat bangunan-bangunan utama untuk melakukan kegiatan
baik sosial, ekonomi, poitik dan budaya. Contohnya : Daerah pertokoan,
perkantoran, gedung kesenian, bank dan lainnya.
b. Daerah Peralihan.
e. Daerah Penglaju.
Daerah ini mempunyai tipe kehidupan yang dipengaruhi oleh pola hidup
daerah pedesaan disekitarnya. Sebagian menunjukkan ciri-ciri kehidupan
perkotaan dan sebagian yang lain menunjukkan ciri-ciri kehidupan
pedesaan, Kebanyakan penduduknya mempunyai lapangan pekerjaan
nonagraris dan merupakan pekerja-pekerja penglaju yang bekerja di
dalam kota, sebagian penduduk yang lain adalah penduduk yang bekerja
di bidang pertanian.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 8dari 31 27 Februari 2017
B. TEORI SEKTOR
Teori sector ini dikemukakan oleh Homer Hoyt (Yunus, 1991 &
1999), dinyatakan bahwa perkembangan-perkembangan baru yang
terjadi di dalam suatu kota, berangsur-angsur menghasilkan kembali
karakter yang dipunyai oleh sector-sektor yang sama terlebih dahulu.
Alasan ini terutama didasarkan pada adanya kenyataan bahwa di dalam
kota-kota yang besar terdapat variasi sewa tanah atau sewa rumah yang
besar. Belum tentu sesuatu tempat yang mempunyai jarak yang sama
terhadap KPB akan mempunyai nilai sewa tanah atau rumah yang sama,
atau belum tentu semakin jauh letak atau tempat terhadap KPB akan
mempunyai nilai sewa yang semakin rendah. Kadang-kadang daerah
tertentu dan bahkan sering terjadi bahwa daerah-daerah tertentu yang
letaknya lebih dekat dengan KPB mempunyai nilai sewa tanah atau
rumah yang lebih rendah daripada daerah yang lebih jauh dari KPB.
Keadaan ini sangat banyak dipengaruhi oleh factor transportasi,
komunikasi dan segala aspek-aspek yang lainnya.
• Pertumbuhan Vertikat, yaitu daerah ini dihuni oleh struktur
keluarga tunggal dan semakin lama akan didiami oleh struktur
keluarga ganda. Hal ini karena ada factor pembatas, yaitu : fisik,
social, ekonomi dan politik.
• Pertumbuhan Memampat, yaitu apabila wilayah suatu kota masih
cukup tersedia ruang-ruang kosong untuk bangunan tempat tinggal
dan bangunan lainnya.
• Pertumbuhan Mendatar ke Arah Luar (Centrifugal), yaitu biasanya
terjadi karena adanya kekurangan ruang bagi tempat tinggal dan
kegiatan lainnya. Pertumbuhannya bersifat datar centrifugal,
karena perembetan pertumbuhannya akan kelihatan nyata pada
sepanjang rute transportasi. Pertumbuhan datar centrifugal ini
dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :
D. Rangkuman
1. Pada dasarnya setiap kota akan mengalami perkembangan, dan
perkembangannya ke segala arah, maka pola keruangan yang
dihasilkan akan berbentuk seperti lingkaran yang berlapis-lapis,
dengan daerah pusat kegiatan sebagai intinya, Secara berurutan, tata
ruang kota yang ada pada suatu kota yang mengikuti suatu pola
konsentris .
2. Namun demikian perkembangan baru yang terjadi di dalam suatu
kota, dapat pula berangsur-angsur menghasilkan kembali karakter
yang dipunyai oleh sector-sektor yang sama terlebih dahulu. Keadaan
ini sangat banyak dipengaruhi oleh factor transportasi, komunikasi
dan segala aspek-aspek yang lainnya.
3. Menurut Spiro Kostof (1991), Kota adalah Leburan Dari bangunan
dan penduduk, sedangkan bentuk kota pada awalnya adalah netral
tetapi kemudian berubah sampai hal ini dipengaruhi dengan budaya
yang tertentu. Perubahan demi perubahan fisik dan non fisik (sosial)
terjadi secara sepontan. Apabila salah satu elemnya terganggu maka
seluruh lingkungan akan terganggu juga, sehingga akan mencari
keseimbangan baru..
E. Pertanyaan/Diskusi
Tugas paper/makalah ringkas analisis dasar terhadap Perkembangan
kota/bagian wilayah kota tertentu.
BAB II
ELEMEN FISIK PERANCANGAN KOTA
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 13dari 31 27 Februari 2017
A. Deskripsi singkat
Citra sebuah kota sesungguhnya tidak sekadar terbentuk dari monumen-
monumen bangunan pencakar langit di tengah kota, tetapi juga tercipta
oleh suatu nuansa gerak, antara kegiatan manusianya dengan massa
pembentuk kota itu sendiri, yang merupakan perpaduan antara unsur-
unsur atau elemen pembentuk ruang kota yang bersifat alam maupun
buatan, sehingga mewujudkan ruang kota yang memiliki karakter rona
lingkungan sesui dengan potensi lingkungannya dan manusiawi
(humanopolis) terhadap penghuninya.
Building form and massing dapat meliputi kualitas yang berkaitan dengan
penampilan bangunan, yaitu : ketinggian bangunan, kepejalan bangunan,
KLB, KDB, garis sempadan bangunan, langgam, skala, material, tekstur,
warna.
5. Pedestrian
Sistem pejalan kaki yang baik adalah:
Mengurangi ketergantungan dari kendaraan bermotor dalam areal
kota.
Meningkatkan kualitas lingkungan dengan memprioritaskan skala
manusia.
Lebih mengekspresikan aktifitas PKL dan mampu menyajikan
kualitas udara. (Sumber: Perancangan Kota, Urban Desain)
Elemen pejalan kaki harus dibantu dengan interaksinya pada
elemen-elemen dasar desain tata kota dan harus berkaitan dengan
lingkungan kota dan pola-pola aktivitas sertas sesuai dengan rencana
perubahan atau pembangunan fisik kota di masa mendatang.
Perubahan-perubahan rasio penggunaan jalan raya yang dapat
mengimbangi dan meningkatkan arus pejalan kaki dapat dilakukan
dengan memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut :
Pendukung aktivitas di sepanjang jalan, adanya sarana komersial.
Street furniture
6. Perpapanan (Signages)
Perpapanan digunakan untuk petunjuk jalan, arah ke suatu
kawasan tertentu pada jalan tol atau di jalan kawasan kota. Tanda yang
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 17dari 31 27 Februari 2017
7. Pendukung Kegiatan
Pendukung kegiatan adalah semua fungsi bangunan dan kegiatan-
kegiatan yang mendukung ruang public suatu kawasan kota. Bentuk
activity support antara lain taman kota, taman rekreasi, pusat
perbelanjaan, taman budaya, perpustakaan, pusat perkantoran, kawasan
PKL dan pedestrian, dan sebagainya.
Penandaan yang dimaksud adalah petunjuk arah jalan, rambu lalu
lintas, media iklan, dan berbagai bentuk penandaan lain. Keberadaan
penandaan akan sangat mempengaruhi visualisasi kota, baik secara
makro maupun mikro, jika jumlahnya cukup banyak dan memiliki karakter
yang berbeda. Sebagai contoh, jika banyak terdapat penandaan dan tidak
diatur perletakannya, maka akan dapat menutupi fasad bangunan di
belakangnya. Dengan begitu, visual bangunan tersebut akan terganggu.
Namun, jika dilakukan penataan dengan baik, ada kemungkinan
penandaan tersebut dapat menambah keindahan visual bangunan di
belakangnya.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 18dari 31 27 Februari 2017
8. Preservasi
Preservasi harus diarahkan pada perlindungan permukiman yang
ada dan urban space, hal ini untuk mempertahankan kegiatan yang
berlangsung di tempat itu.
Preservasi dalam perancangan kota adalah perlindungan
terhadap lingkungan tempat tinggal (permukiman) dan urban places
(alun-alun, plasa, area perbelanjaan) yang ada dan mempunyai ciri khas,
seperti halnya perlindungan terhadap bangunan bersejarah. Manfaat dari
adanya preservasi antara lain:
Peningkatan nilai lahan.
Peningkatan nilai lingkungan.
Menghindarkan dari pengalihan bentuk dan fungsi karena aspek
komersial.
Menjaga identitas kawasan perkotaan.
Peningkatan pendapatan dari pajak dan retribusi
2. NODES (SIMPUL)
Simpul merupakan pertemuan antara beberapa jalan/lorong yang ada
di kota, sehingga membentuk suatu ruang tersendiri. Masing-masing
simpul memiliki ciri yang berbeda, baik bentukan ruangnya maupun pola
aktivitas umum yang terjadi. Biasanya bangunan yang berada pada
simpul tersebut sering dirancang secara khusus untuk memberikan citra
tertentu atau identitas ruang.
Nodes merupakan suatu pusat kegiatan fungsional dimana disini
terjadi suatu pusat inti / core region dimana penduduk dalam memenuhi
kebutuhan hidup semuanya bertumpu di nodes. Nodes ini juga juga
melayani penduduk di sekitar wilayahnya atau daerah hiterlandnya.
3. DISTRICK (DISTRIK)
Suatu daerah yang memiliki ciri-ciri yang hampir sama dan
memberikan citra yang sama.Distrik yang ada dipusat kota berupa daerah
komersial yang didominasi oleh kegiatan ekonomi.
Daerah pusat kegiatan yang dinamis, hidup tetapi gejala
spesialisasinya semakin ketara. Daerah ini masih merupakan tempat
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 20dari 31 27 Februari 2017
4. LANDMARKS (TENGARAN)
Tengaran merupakan salah satu unsur yang turut memperkaya ruang
kota. Bangunan yang memberikan citra tertentu, sehingga mudah dikenal
dan diingat dan dapat juga memberikan orientasi bagi orang dan
kendaraan untuk bersirkulasi.
Landmarks merupakan ciri khas terhadap suatu wilayah sehingga
mudah dalam mengenal orientasi daerah tersebut oleh pengunjung.
Landmarks merupakan citra suatu kota dimana memberikan suatu kesan
terhadap kota tersebut.
5. EDGES (TEPIAN)
Bentukan massa-massa bangunan yang membentuk dan membatasi
suatu ruang di dalam kota. Ruang yang terbentuk tergantung kepada
kepejalan dan ketinggian massa.
Daerah perbatasan biasanya terdiri dari lahan tidak terbangun. Kalau
dilihat dari fisik kota semakin jauh dari kota maka ketinggian bangunan
semakin rendah dan semakin rendah sewa tanah karena nilai lahannya
rendah (derajat aksesibilitas lebih rendah), mempunyai kepadatan yang
lebih rendah, namun biaya transpotasinya lebih mahal.
D. Rangkuman
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 21dari 31 27 Februari 2017
BAB III
TEORI PERANCANGAN KOTA
A. Deskripsi singkat
Pada dasarnya urban space merupakan pusat kegiatan formal
suatu kota, dibentuk oleh façade bangunan (sebagai enclosure) dan lantai
kota.J alan dan ruang terbuka sebagai (void) dan masa bangunan
sebagai solidnya, Jalan dapat menjadi place bila dilingkupi dengan masa
bangunan yang ada di sepanjang jalan, dan atau keberadaan landscape
berkarakter yang melingkupi jalan tersebut, (sebuah place akan menjadi
kuat keberadaannya jika didalamnya memiliki ciri khas, karakter dan
suasana tertentu yang berarti bagi lingkungannya).
a. Teori Figure/Ground
Pada teori ini dapat dipahami melalui pola perkotaan dengan
hubungan antara bentuk yang dibangun (building mass) dan ruang
terbuka (open space). Analisis figure/ground adalah alat yang baik untuk:
Mengidentifikasikan sebuah tekstur dan pola-pola tata ruang
perkotaan (urban fabric).
Mengidentifikasi masalah keteraturan masa atau ruang perkotaan.
Kelemahan analisis figure/ground muncul dari dua segi:
Perhatiannya hanya mengarah pada gagasan-gagasan ruang
perkotaan yang dua dimensi saja.
Perhatiannya sering dianggap statis.(Markus Zahnd, 1999, p.70)
b. Teori Linkage
Teori pada kelompok kedua ini dapat dipahami dari segi dinamika
rupa perkotaan yang dianggap sebagai pembangkit atau generator kota.
Analisa linkage adalah alat yang baik untuk Memperhatikan dan
menegaskan hubungan – hubungan dan gerakan – gerakan sebuah tata
ruang perkotaan (urban fabric).
Kelemahan analisa Linkage muncul dari segi lain adalah Kurangnya
perhatian dalam mendefinisikan ruang perkotaan (urban fabric) secara
spatial dan kontekstual. (Markus Zahnd, 1999, p.70)
Linkage artinya berupa garis semu yang menghubungkan antara
elemen yang satu dengan yang lain, nodes yang satu dengan nodes yang
lain, atau distrik yang satu dengan yang lain. Garis ini bisa berbentuk
jaringan jalan, jalur pedestrian, ruang terbuka yang berbentuk segaris dan
sebagainya. Teori linkage melibatkan pengorganisasian garis
penghubung yang menghubungkan bagian-bagian kota dan disain
“spatial datum” dari garis bangunan kepada ruang. Spatial datum dapat
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 25dari 31 27 Februari 2017
B. TEORI PLACE
Pada teori ketiga ini, dipahami dari segi seberapa besar kepentingan
tempat – tempat perkotaan yang terbuka terhadap sejarah, budaya, dan
sosialisasinya. Analisa place adalah alat yang baik untuk:
Memberi perngertian mengenai ruang kota melalui tanda
kehidupan perkotaannya.
Memberi pengertian mengenai ruang kota secara kontekstual.
Kelemahan analisa place muncul dari segi perhatiannya yang hanya
difokuskan pada suatu tempat perkotaan saja.(Markus Zahnd, 1999, p.70)
Trancik (1986) menjelaskan bahwa sebuah ruang (space) akan ada
jika dibatasi dengan sebuah void dan sebuah space menjadi sebuah
tempat (place) kalau mempunyai arti dari lingkungan yang berasal dari
budaya daerahnya. Schulz (1979) menambahkan bahwa sebuah place
adalah sebuah space yang memiliki suatu ciri khas tersendiri. Menurut
Zahnd (1999) sebuah place dibentuk sebagai sebuah space jika memiliki
ciri khas dan suasana tertentu yang berarti bagi lingkungannya.
Selanjutnya Zahnd menambahkan suasana itu tampak dari benda konkret
(bahan, rupa, tekstur, warna) maupun benda yang abstrak, yaitu asosiasi
kultural dan regional yang dilakukan oleh manusia di tempatnya. Sebuah
tempat (place) akan terbentuk bila dibatasi dengan sebuah void, serta
memiliki ciri khas tersendiri yang mempengaruhi lingkungan sekitarnya.
Madanipour (1996) memberikan penjelasan bahwa dalam memahami
tempat (place) dan ruang (space) menyebut 2 aspek yang berkaitan:
Kumpulan dari bangunan dan artefak (a collection of building and
artifacts).
Tempat untuk berhubungan sosial (a site for social relationship).
Selanjutnya menurut Spreiregen (1965), urban space merupakan
pusat kegiatan formal suatu kota, dibentuk oleh façade bangunan
(sebagai enclosure) dan lantai kota.
Jadi sudah sangat jelas bahwa sebuah jalan yang bermula sebagai
space dapat menjadi place bila dilingkupi dengan adanya bangunan yang
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 29dari 31 27 Februari 2017
C. PERANCANGAN KAWASAN
Penataan bangunan dan lingkungannya kawasan perkotaan menjadi
hal yang cukup menarik untuk selalu di bahas dalam kontek aras
keilmuan arsitektur, karena domain ini tidak hanya berpijak pada factor
lingkungan fisik semata, namun juga factor social budaya. Muara dari
produk yang mengatur hajat hidup masyarakat kota dalam kontek
penataan dan pengembangan lingkungan binaan.
Secara sistematis, konsep harus mencakup gagasan yang
komprehensif dan terintegrasi terhadap komponen-komponen
perancangan kawasan, yang meliputi kriteria: i. Struktur peruntukan
lahan; ii. Intensitas pemanfaatan lahan; iii. Tata bangunan; iv. Sistem
sirkulasi dan jalur penghubung; v. Sistem ruang terbuka dan tata hijau; vi.
Tata kualitas lingkungan; vii. Sistem prasarana dan utilitas lingkungan;
viii. Pelestarian bangunan dan lingkungan
Arahan rancangan tersebut tertuang dalam penataan ruang
kawasan yang komprehensif dan mendasar pada RTBL (Rencana
Penetaan Lingkungan dan Bangunan), sebagai turunan dari RTRW, dan
RTRK. RTBL, sebagai rancangan produk penetaan ruang kawasan yang
lebih operasional (lihat pedoman RTBL) guna menciptakan ruang
kota/bagian wilayah kota/kawasan yang berkarakter dan manusiawi
terhadap penghuninya.
D. Rangkuman
1. Hamid Sirvani mengemikakan dalam analisis ruang kota melalui 3
pendekatan, yaitu: Figure/ ground, Linkage, dan Place. Pendekatan
figure ground adalah suatu bentuk usaha untuk memanipulasi atau
mengolah pola existing figure ground dengan cara penambahan,
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 30dari 31 27 Februari 2017
E. Pertanyaan/Diskusi/Tugas
Menyusun rancangan kawasan kota yang terintegrasi sesuai dengan
potensi dan masalahnya serta manusiawi dengan memperhatikan arahan
aturan/panduan dan pedoman yang ada, dengan rujukan referensi
literature sebagai kajian analisisnya.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 31dari 31 27 Februari 2017
Daftar Pustaka