Anda di halaman 1dari 35

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)


Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 1dari 35 17 Februari 2017

BAHAN AJAR/DIKTAT

BAHAN TEKNIK
20P01533
2 SKS

PENDIDIKAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
TAHUN 2021
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 2dari 35 17 Februari 2017

VERIFIKASI BAHAN AJAR

Pada hari ini Rabu tanggal 18 bulan Agustus tahun 2021 Bahan Ajar Mata Kuliah
Bahan Teknik Program Studi Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Teknik telah
diverifikasi oleh Ketua Jurusan/ Ketua Program Studi Pendidikan Teknik Mesin
Semarang, 18 Agustus 2021
Ketua Jurusan/ Ketua Prodi PTM Tim Penulis

Rusyanto, S. Pd., M.T. Dr. Heri Yudiono, MT.


NIP. 197403211999031002 NIP. 196707261993031003
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 3dari 35 17 Februari 2017

PRAKATA
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadlirat Allah SWT dan
mengharapkan ridho yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan penulisan buku ajar untuk mata kuliah “ Bahan Teknik”.
Mata kuliah Bahan Teknik ini bersifat teoritis dengan beban SKS sebesar
2. Cakupan dari mata kuliah ini terdiri dari: material teknik, Jenis & aplikasi
material, sifat & pengujian mekanik, sifat teknologi, fisik, & kimia, heat treatment,
struktur & sifat material, metode penguatan logam, pengaruh beban dinamik,
serta pengetasan logam.
Penulis berharap semoga bahan ajar ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa
dalam meingkatkan kapasistas dan kuliatasnya menempuh mata kuiah Pengujian
Bahan. Masukan yang bersifat konstruktif sangat diperlukan penulis dalam
mengembangkan bahan ajar ini. Selamat berkarya dan semoga suskses.

. Semarang, Agustus 2021


018

Dr. Heri Yudiono, S.Pd., M.T.


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 4dari 35 17 Februari 2017

DESKRIPSI MATAKULIAH
Mata kuliah ini membahas tentang material teknik, jenis & aplikasi
material (jenis – logam, polimer, keramik, komposit), sifat & pengujian mekanik
(uji tarik, hardness, impact), sifat teknologi (machinability, formability, weldability,
hardenability), fisik, & kimia, teori atom dan cacat kristal, kristalografi, dislokasi,
diagram fasa (binary – Cu-Ni, Pb-Sn), baja dan paduannya – diagram Fe-Fe3C,
Heat treatment (annealing, hardening, tempering, time-temp-transf. diagram),
alloy (non-ferrous & paduannya), standard & code, struktur & Sifat Material, teori
dislokasi, slip, twinning, yield phenomena, metode penguatan logam, deformasi
pada temperatur tinggi (creep, superelasticity), pengaruh beban dinamik
(fatigue), dan pengetasan logam (embrittlement)
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 5dari 35 17 Februari 2017

DAFTAR ISI
Prakata
Daftar Isi
Bab I Jenis Dan Aplikasi Material
A. Deskripsi Singkat
B. Capaian pembelajaran pertemuan
C. Isi Materi Perkuliahan
D. Rangkuman
E. Pertayaan/Diskusi
Bab II Sifat & Pengujian mekanik
A. Deskripsi Singkat
B. Capaian pembelajaran pertemuan
C. Isi Materi Perkuliahan
D. Rangkuman
E. Pertayaan/Diskusi
Bab III Heat Treatment
A. Deskripsi Singkat
B. Capaian pembelajaran pertemuan
C. Isi Materi Perkuliahan
D. Rangkuman
Daftar Pustaka
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 5dari 35 17 Februari 2017

BAB I
JENIS DAN APLIKASI MATERIAL

A. Deskripsi singkat
Materi pengujian tarik mempelajari konsep (jenis – logam, polimer, keramik,
komposit)

B. Capaian pembelajaran matakuliah


Mahasiswa mampu memahami (jenis – logam, polimer, keramik, komposit)

C. Isi Materi perkuliahan


Logam
Logam adalah unsur kimia yang mempunyai sifat-sifat kuat, liat, keras,
penghantar listrik dan panas, mengkilap dan umumnya mempunyai titik cair
tinggi, sebagai contoh antara lain, besi, timah putih, tembaga, emas, nikel.
Sebenarnya selain logam ada yang kita sebut dengan istilah bukan logam (non
metal) dan unsur metalloid (yang menyerupai logam). Contoh dari unsur yang
bukan logam antara lain oksigen, nitrogen, hidrogen, neon. Metalloid seperti
karbon, fosfor, silikon, sulfur adalah unsur-unsur yang sifatnya menyerupai sifat-
sifat logam. Dari 102 unsur kimia yang telah diketahui, ada 70 unsur yang
merupakan logam. Semua unsur-unsur kimia tersebut terdapat pada permukaan
bumi. Antara lain unsur-unsur tersebut untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 1. Logam dapat dibagi dalam beberapa golongan, sebagai berikut :
1. Logam berat : Besi, nikel; khrom, tembaga, timah putih, timah
hitam, seng.
2. Logam ringan : Aluminium, magnesium, titanium, kalsium,
kalium, natrium, barium.
3. Logam mulia : Emas, perak, platina (platinium)
4. Logam refraktori (logam tahan api) : Wolfarm, molibdin,
titanium, zirkonium.
5. Logam radio aktiv : Uranium, radium.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 5dari 35 17 Februari 2017

Logam-logam tersebut kita peroleh dengan jalan mengolah bahan baku


yang kita sebut bijih. Bijih adalah bahan galian dimana kandungan logamnya
dapat secara teknis maupun ekonomis ditambang dan diolah. Selain bijih kita
mangenal juga mineral. Mineral adalah bahan berharga yang terjadinya secara
alamiah dan merupakan senyawa atau ikatan kimia antara beberapa unsur yang
tetap dan bersifat stabil.
Tabel 1. Unsur-unsur logam, bukan logam dan metalloid

No. Nama Unsur Simbol Berat Jenis Berat Atom Titik cair °C

1. Oksigen 0* 1,14 16 218,4


2. Silikon Si** 2 28,06 1420
3. Aluminium Al 2,7 26,97 660
4. Besi Fe 7,8 55,85 1535
5. Kalsium Ca 1,55 40,08 810
6. Natriurn(Sodium) Na 0,97 23 97,5
7. Kalium(Potasium) K 0,86 39,1 62,3
8. Magnesium Mg 1,74 24,32 651
9. Platinium Pt 21,45 195,23 1755
10. Hidrogen II* 0,07 1 -259,1
11. Pospor p ** 1,82 30,98 44,1
12. Karbon C** 2,26 12,01 3500
13. Mangan Mn 7,2 54,93 1260
14. Belerang S** 2 32,07 120
15. Chroom Cr 7,1 52,01 1615
16. Nikel Ni 8,90 58,69 1452
17. Tembaga Cu 8,92 63,54 1083
18. Uranium U 18,485 238,07 1133
19. Seng Zn 7,14 65,38 419,4
20. Timah hitam Pb 11,34 207,21 327,5
21. Timah putih Sn 7,3 118,70 231,85
22. Perak Ag 10,5 107,88 960,5
23. Mercury (air rasa) Elg 13,55 200,61 - 38,87
24. Emas Au 19,3 197,2 1063
25. Zirkonium Zr 6,4 91,22 1700
26. Vanadium V 5,96 50,95 1710
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 5dari 35 17 Februari 2017

27. Wolfram (Tungsten) W 19,3 183,92 3370


28. Koball Co 8,9 58,94 1480

29. Molibden Mo Ti 10,2 95,95 2620


30. Titanium Ti 4,5 47,90 1800

Keterangan :
* bukan logam
** metalloid
Dalam penggunaan serta pemakaiannya, logam pada umumnya tidak
merupakan logarn murni tetapi merupakan senyawa logam atau merupakan
paduan. Pada umumnya senyawa antara logam dengan logam dan senyawa
antara logam dengan metalloid mempunyai sifat-sifat logam. Tetapi senyawa
antara logam dengan bukan logarn tidak mempunyai sifat-sifat logam, antara lain
Fe203. Contoh paduan logam dengan logam antara lain Cu dengan Zn yang
disebut kuningan, Cu dengan Sn disebut perunggu. Contoh paduan logam
dengan metalloid antara lain, Fe dengan C yang disebut "fero karbon", Fe
dengan Si yang disebut "ferro silikon".
Logam-logam dan paduannya merupakan bahan teknik yang penting,
umpamanya dipakai untuk konstruksi mesin, kendaraan, jembatan, bangunan,
pesawat terbang, peralatan rumah tangga. Hubungannya dengan teknik mesin.
sifat-sifat logam yang penting adalah sifat mekanis, fisis dan kemis yang me-
nentukan juga pada pemilihan penggunaannya. Logam teknik yang sering
dipakai adalah :
1. Baja.
2. Aluminium dan paduannya.
3. Tembaga dan paduannya.
4. Nikel dan paduannya.
5. Timah putih dan paduannya.
Selain logam-logam tersebut diatas timah hitam, seng, magnesium,
mangan, chromium, vanadium dan molibden adalah logam-logam yang sering
pula dipakai untuk keperluan khusus atau sebagai unsur paduan.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 5dari 35 17 Februari 2017

Macam dan kegunaan logam teknik pada umumnya.


Besi dan baja.
Bijih besi yang merupakan bahan baku dalam pembuatan besi dapat
merupakan senyawa oksida, karbonat dan sulfida serta tercampur dengan unsur
lainnya antara lain silisium. Bijih besi yang terkenal adalah sebagai berikut:

Istilah dalam
Bijih besi Komposisi % Fe Perdagangan

Magnetite Fe304 72,4 Bijih besi hitam (magnet)


Hematite Fe1 03 70.0 Bijih besi merah.
Limonite Fe2031110 59-63 Biji besi coklat.
Siderite FeCO3 48,2 Bijih besi berlapis.

Bijih besi diolah dalam tanur tinggi untuk menghasilkan besi kasar. Besi
kasar ini adalah bahan baku untuk pembuatan besi cor (cast iron), besi Tempa
(Twrought iron) dan baja (steel) dimana ketiga macam bahan ini banyak dipakai
dalam teknik. Baja adalah logam paduan antara besi dengan karbon dengan
kadar karbonnya secara teoritis maksimum 1,7%. Best cor adalah logam paduan
antara besi dengan karbon dengan kadar karbonnya dari 1,7% ± 3,5%. Besi
tempa adalah baja dengan kadar karbon rendah.
Dilihat dari kegunaannya maka besi dan baja merupakan tulang
punggung peradaban moderen, antara lain sampai saat ini untuk peralatan
transportasi, peralatan rumah tangga, peralatan bangunan, peralatan pertanian,
peralatan mesin-mesin. Apabila besi dan baja tidak dapat dipergunakan untuk
sesuatu kegunaan tertentu atau untuk pemakaian khusus maka dipakailah baja
paduan yaitu baja yang dipadu dengan logam lain atau dengan unsur lain.
Mengenai besi dan baja, lebih lanjut akan dibahas pada bab-bab berikutnya.
Aluminium ( Al)
Bijih Aluminium yang terkenal yaitu bauksit (Al2 03 .2H2 0) yang
mengandung 60% Al203, 10% Si02 , 10% Fe203 dan 20% H20, dan Kreolit (AI Fe 3
.3NaF). Pengolahan bijih aluminium pada langkah pertama yaitu memisahkan
alumina (Al203) murni dari senyawa-senyawa lain di dalam bijihnya. Pada langkah
selanjutnya alumina tersebut dengan proses elektrolisasi akan kita peroleh
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 5dari 35 17 Februari 2017

aluminium murni. Logam aluminium mempunyai warna khas logam aluminium


dengan sifatnya yang lebih keras dan timah putih tetapi lebih lunak dari seng.
Aluminium termasuk logam ringan dengan berat jenis (p) = 2,7, kira-kira
30% lebih ringan dad tembaga atau 1/3 berat besi. Titik leoumya = 660°C.
Aluminium mempunyai sifat hantar listrik dan Panas yang baik. Selain itu
aluminium tahan akan asam senyawa dan tahan akan asam organik yang encer
terutama untuk aluminium yang lebih murni. Terhadap alkali dan asam kuat dia
tidak tahan. Karena aluminium sangat liat dan mudah dibentuk maka aluminium
dapat dirol menjadi lempengan (sheet) yang sangat tipis. Aluminium murni
termasuk logam lunak dan logam lemah. Aluminium murni tidak baik untuk dicor
kecuali jika merupakan paduan. Pemakaian aluminium yang kebanyakan berupa
paduan antara lain untuk bahan bangunan (pra pabrikat), alat-alat rumah tangga,
mesin-mesin penggerak, mesin tenaga, kabel, pipa. Paduan aluminium sering
dipakai dengan maksud untuk menaikkan kekuatannya dengan mempertahankan
sifat ringannya. Oleh sebab itu paduan aluminium terutama dipakai pada industri
pesawat terbang.
Tembaga (Cu).
Tembaga kita peroleh dengan jalan mengolah bijih tembaga. Bijih
tembaga biasanya juga mengandung besi, timah hitam, seng, dan sedikit
mengandung emas serta perak. Bijih tembaga sebagian besar merupakan
senyawa sulfida antara lain CuFeS2 yang mengandung 34% tembaga dan Cu S
yang mengandung 79% tembaga. Selain itu bijih tembaga dapat juga merupakan
senyawa oksida, antara lain CuO yang mengandung 88% tembaga. Untuk
mengolah bijih tembaga menjadi tembaga dipakai proses pyrometal-lurgy (proses
kering), proses hydrometallurgy (proses basah) atau dengan proses
electrometallurgy. Proses pyrometallurgy adalah proses pengolahan bijih logam
menjadi logam dengan mempergunakan suhu tinggi yang diperoleh dari
pembakaran bahan bakar. Pelaksanaannya dilakukan pada tanur, misalnya tanur
cemuk, tanur nyala.
Proses hydrometallurgy pada prinsipnya ialah proses pengolahan bijih
logam dengan melarutkan bijih yang kemudian diekstrak lagi dad larutan tersebut
sehingga mendapatkan senyawa tembaga yang bebas dari unsur-unsur lain.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 5dari 35 17 Februari 2017

Proses electrometallurgy adalah proses yang menggunakan tenaga listrik dalam


ekitraksi logam seperti elektrolisa dan elektrotermik. Pada umumnya proses
elektrolisa ini adalah proses untuk memperoleh logam murni dan merupakan
proses yang mahal. Tembaga mempunyai warna merah khusus (merah
tembaga) dengan berat jenis (p) = 8,9 dan mempunyai titik lebur = 1.083°C.
Tembaga mempunyai sifat hantar listrik dan panas yang baik, dan oleh sebab itu
tembaga banyak dipakai dalam teknik listrik, sebagai bahan alat pemanas, pipa-
pipa ketel. Sifat lain dari pada tembaga ialah liat dan oleh sebab itu tembaga
mudah dibentuk.
Ternbaga murni dapat dibentuk dalam keadaan dingin, misalnya ditempa,
dirol atau ditarik. Tetapi walaupun demikian lambat laun ia menjadi getas dan
untuk menghilangkan kegetasan tembaga harus dipanaskan kemudian didingin-
kan dengan air. Tembaga murni sukar dikerjakan dengan alat-alat potong dan
sukar dicor. Kalau dalam keadaan cair gas-gas dapat larut kepadanya hingga
rnenyebabkan benda tembaga cor berpori. Walaupun demikian sifatnya dapat
dicor menjadi lebih baik, kalau tembaga tadi dipadu dengan timah putih, seng
atau aluminium. Tembaga mempunyai sifat tahan korosi di udara terbuka tetapi
tidak tahan akan asam. Karena semua paduan tembaga beracun bila kena asam
maka tidak baik dipakai untuk perabot masak. Pernakaian tembaga antara lain
untuk keperluan alat-alat listrik, telpon dan telgram, kawat listrik, refrigerator dan
pipa-pipa ketel. Contoh paduan tembaga antara lain kuningan (15%-- 40% Zn),
perunggu (sampai 10% Sn), logam uang (25% Ni).
Nikel (Ni).
Bijih nikel kebanyakan merupakan senyawa sulfida kadang-kadang
mengandung besi jenis pirit, rata-rata mengandung 3% Ni dan 11/2% Cu, dan
kadang-kadang mengandung logam mulia. Nikel mempunyai berat jenis (P) = 8,7
dan titik leburnya pada 1.455°C. Pengolahan bijih nikel dilakukan dengan cara
kering atau basah yaitu dengan cara pemanasan atau pelarutan sehingga
diperoleh oksidanya. Sedangkan logamnya diperoleh dengan mereduksi
oksidanya.
Nikel mempunyai kekuatan cukup tinggi diantara semua logam non-ferro
(logam bukan besi), dan berwarna putih mengkilap. Nikel cukup keras diantara
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 5dari 35 17 Februari 2017

logam-logam, sedikit lebih keras dari besi. Nikel mempunyai keliatan yang tinggi
dan mudah dibentuk dalam keadaan dingin ataupun panas. Tetapi karena
kekerasannya yang tinggi maka untuk dirol dan ditarik diperlukan panas. Nikel
sangat tahan akan korosi bahkan terhadap air laut, oleh sebab itu nikel banyak
dipakai baik sebagal lapisan pelindung baja maupun sebagai unsur paduan
untuk baja. Pemakaian nikel antara lain untuk industri kimia, alat-alat listrik, alat-
alat kedokteran. Contoh paduannya antara lain adalah nikel-perak, nikel-
tembaga, baja-nikel, monel (76% Ni, 30% Cu dan 0,28% Mn) serta paduan
lainnya yang tahan panas dan listrik.
Timah putih ( Sn )
Satu-satunya bijih timah putih yang terkenal adalah cassiterit yaitu oksida
timah putih (Sn02). Untuk memperoleh timah putih, kita haluskan batu timah putih
dan dicuci untuk membuang batu-batu galiannya yang ringan. Kalau batu itu
mengandung belerang, ia digarang (dipanaskan). Selanjutnya ia dicairkan
meredusir dalam tanur cemuk atau tanur putar dengan menambahkan kokas.
Timah putih berwarna putih perak dan tahan terhadap udara luar. Mempunyai
berat jenis 7,3 dan mempunyai titik lebur 231,85°C. Mempunyai kekerasan dan
kekuatan rendah, dapat dicor, dipukul dan digiling.
Pemakaian timah putih biasanya merupakan paduan antara lain dalam
pembuatan sendok, tempat air kita pakai logam brittania yang terdiri dari 86%-
92% Sn, yang kekuatannya telah bertambah dengan adanya antimon (6%--10%)
dan 2%-4% Cu, logam babit terdiri dari 89% Sn, 7% antimon dan 4% Cu;
dipergunakan sebagai bahan metal blok-blok bantalan, bahan soldir yaitu paduan
antara timah putih dengan timah hitam.

Komposit
Komposit adalah suatu material yang terbentuk dari kombinasi dua atau
lebih material sehingga dihasilkan material komposit yang mempunyai sifat
mekanik dan karakteristik yang berbeda dari material pembentuknya. Klasifikasi
bahan komposit dapat dibentuk dari sifat dan sturkturnya. Bahan komposit dapat
diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis. Menurut Schwartz (1984: 16), secara
umum klasifikasi komposit yang sering digunakan mencakupi:
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 5dari 35 17 Februari 2017

1. Klasifikasi menurut kombinasi material utama, seperti metal-organic atau


metal anorganic.
2. Klasifikasi menurut karakteristik bult-from, seperti sistem matriks atau
laminate.
3. Klasifikasi menurut distribusi unsur pokok, seperti continous dan
disontinous.
4. Klasifikasi menurut fungsinya, seperti elektrikal atau structural
Sedangkan klasifikasi menurut komposit serat (fiber-matrik composites)
dibedakan menjadi beberapa macam antara lain:
1. Fiber composite (komposit serat) adalah gabungan serat dengan matrik
2. Filled composite adalah gabungan matrik continous skeletal dengan
matrik yang kedua
3. Flake composite adalah gabungan serpih rata dengan metrik
4. Particulate composite adalah gabungan partikel dengan matrik
5. Laminate composite adalah gabungan lapisan atau unsur pokok lamina
Dalam komposit lamina, penguat dan matriks menghasilkan kombinasi
sifat mekanis yang berbeda dengan sifat dasar dari masing-masing matriks
maupun penguat karena ada antarmuka antara ke dua komponen tersebut.
Antarmuka antara matriks dan penguat dalam pembuatan komposit sangat
berpengaruh terhadap sifat akhir dari komposit yang terbentuk, baik sifat fisik
maupun mekanik. Antarmuka dalam komposit lamina terjadi karena permukaan
yang terbentuk diantara matriks dan penguat serta mengalami kontak dengan
keduanya dengan membuat ikatan antara ke duanya untuk perpindahan beban,
antarmuka mempunyai sifat fisik dan mekanik yang unik dan tidak merupakan
sifat masing-masing matriks maupun penguatnya. Antamuka biasanya
diusahakan tanpa ketebalan (atau volume) dan mempunyai ikatan sangat bagus.
Komposit lamina memiliki sifat mekanik yang lebih bagus dari logam,
kekakuan jenis (modulus Young/density) dan kekuatan jenisnya lebih tinggi dari
logam. Tetapi komposit lamina sangat rentan terhadap tegangan geser, karena
modulus geser yang rendah dibandingkan dengan kekakuan ekstensional. Upaya
yang dilakukan dengan meningkatkan ketebalan dan rasio modulus (B. Sidda
Reddy, et al., 2012). Sedangkan menurut M Mohan Kumar, et al. (2013)
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 5dari 35 17 Februari 2017

mengungkapkan bahwa beban buckling pada komposit lamina dapat dilakukan


dengan meningkatkan rasio ketebalan dengan panjang, dan orientasi ply dan
bentuk cut-out pada perilaku buckling.
Sedangkan bentuk patahan komposit dapat secara umum mencakupi:
patah tunggal, patah banyak, debonding, Fiber Pull Out, dan Fiber
Breakage/Fiber Break-Up
1. Patah Banyak
Ketika jumlah serat yang putus akibat beban tarik masih sedikit dan
kekuatan interface masih baik, matriks mampu mendukung beban yang diterima
dengan cara mendistribusikan beban tersebut ke sekitarnya. Apabila matriks
mampu menahan gaya geser dan meneruskan beban ke serat yang lain maka
jumlah serat yang putus semakin banyak. Patahan terjadi pada lebih dari satu
bidang (Schwartz, 1984).

Gambar 1. Patah banyak

2. Patah Tunggal
Patah yang disebabkan karena pada saat serat putus terkena beban
tarik, matriks tidak mampu lagi menahan beban tambahan. Patahan terjadi pada
satu bidang (Schwartz, 1984).
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 5dari 35 17 Februari 2017

Gambar 2. Patah tunggal

3. Debonding
Debonding terjadi karena lepasnya ikatan pada bidang kontak matriks
serat, disebabkan gaya geser yang tidak mampu ditahan oleh matriks (Schwartz,
1984).

Gambar 3. Debonding

4. Fiber Pull Out

Gambar 4. Fiber pull out

Fiber Pull Out terjadi karena tercabutnya serat dari matriks yang
disebabkan ketika matriks retak akibat beban tarik, kemampuan untuk menahan
beban akan segera berkurang, namun komposit masih mampu menahan beban
walaupan beban yang mampu ditahan lebih kecil daripada beban maksimum.
Pada saat matriks retak, beban akan ditransfer dari matriks ke serat ditempat
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 5dari 35 17 Februari 2017

peresinggungan retak, selanjutnya kemampuan untuk mendukung beban berasal


dari serat. Seiring dengan bertambahnya deformasi, serat akan tercabut dari
matriks (akibat debonding dan patahnya serat) (Schwartz, 1984).
5. Fiber Breakage/Fiber Break-Up
Fiber breakage/fiber break-up terjadi karena tercabutnya serat dari
matrik sebelum matriks pecah/putus akibat adanya beban tarik, hal ini
disebabkan karena tegangan pada serat jauh lebih besar dari pada tegangan
matriks. Patahan pada ujungnya masih ada ikatan matriks yang merekat dan
patahan pada ujung serat pendek-pendek (Agarwal, 1990).

Gambar 5. Fiber breakage/ fiber


D. Rangkuman
Komposit adalah suatu material yang terbentuk dari kombinasi dua atau lebih
material sehingga dihasilkan material komposit yang mempunyai sifat
mekanik dan karakteristik yang berbeda dari material pembentuknya.
Klasifikasi bahan komposit dapat dibentuk dari sifat dan sturkturnya. Bentuk
patahan komposit dapat secara umum mencakupi: patah tunggal, patah
banyak, debonding, Fiber Pull Out, dan Fiber Breakage/Fiber Break-Up.

E. Pertanyaan/Diskusi
1) Buatlah analisa bentuk-bentuk penampang patah berdasarkan kajian
akademik
2) Buatlah analisis unsure-unsur paduan
3) Sebut dan jelaskan jenis-jenis komposit
4) Biatlah jenis dan aplikasi material secara skematik.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 5dari 35 17 Februari 2017

BAB II
SIFAT DAN PENGUJIAN MEKANIK

A. Deskripsi singkat
Materi sifat dan pengujian mekanik mempelajari konsep pengujian tarik,
pengujian impak dan pengujian bending

B. Capaian pembelajaran matakuliah


Mahasiswa mampu memahami konsep pengujian tarik, pengujian impak
dan pengujian bending
.
C. Isi Materi perkuliahan
Pengujian Tarik
Salah satu bentuk stress strain test yang paling umum adalah tension
test. Pengujian tegangan digunakan untuk mengetahui sifat mekanik material.
Spesimen dalam pengujian tarik terdeformasi (biasanya sampai patah) dengan
peningkatan secara bertingkat gaya tarikan (tensile load) yang dibebankan
secara unaxial pada kedua sumbu spesimen (Callister, W.D., 1997 : 11).

Gambar 6. Skema Load Cell dan Ekstensiometer


Kedua ujung spesimen dipasang pada pencekam (holding grip) di atas.
Mesin uji tarik didesain untuk meregangkan spesimen dengan kecepatan
penarikan konstan, mengukur (secara kontinyu dan simultan) penambahan
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 5dari 35 17 Februari 2017

beban (dengan load sell), dan perpanjangan resultan (menggunakan


extensiometer). Output pengujian tarik dapat dituangkan dalam kurva sebagai
beban atau gaya versus perpanjangan.
a. Engineering stress
F
 =
A0
Dimana (F) adalah beban yang diberikan tegak lurus terhadap penampang
spesimen, dalam Newton (N) atau pound force (lbf). A0 adalah luas penampang
mula-mula spesimen sebelum beban diberikan (m2 atau in2). Satuan dari
engineering stress atau biasa disebut stress saja adalah Mega Pascal (MPa)
pada SI dan pound force per square inch (Psi) pada U.S.
b. Engineering strain

li − l0 L
= =
l0 l0
Dimana ( l0 ) adalah panjang sebelum diberi beban, ( li ) adalah panjang

setelah ditarik dan (  l ) adalah pertambahan panjang. Engineering strain atau


biasa disebut strain, tidak bersatuan, tetapi meter per meter atau inch per inch
kadang juga digunakan, atau juga dapat dijadikan prosentase dengan
mengalikan 100 (Callister, W.D., 1997 : 111). Menurut Kalpakjian, S. (1995),
kurva tegangan-regangan atau engineering stress and strain digunakan untuk
menggambarkan karakteristik dan sifat mekanik material uji tarik. Gambar 7
adalah kurva tegangan-regangan untuk material secara umum.

Gambar 7. Kurva Tegangan Regangan


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 5dari 35 17 Februari 2017

c. Deformasi Elastik
Deformasi elastik dimana tegangan dan regangan dalam kondisi
proportional dan ditunjukkan dengan garis linier pada kurva tegangan-regangan.

Gambar 8. Kurva Deformasi Elastik Linier


Terdapat beberapa point penting dari kurva daerah elastik, yaitu:
1. Elastic limits
Nilai tegangan terbesar yang masih dapat ditahan material uji tanpa mengalami
perubahan permanen dalam dimensi, ketika beban ditiadakan.
2. Proportional limits
Nilai tegangan dan regangan yang diperoleh dari garis linier kurva tegangan
regangan. Hubungan tegangan dan regangan pada daerah proportional dikenal
dengan Hook’s Law atau hukum Hook yaitu
 = E .
3. Modulus elastisitas (E)
Modulus elastisitas menunjukkan kemiringan dari kurva tegangan-regangan pada
daerah propotional. Modulus elastisitas besarnya berbeda dan konstan untuk
tiap-tiap material karena nilai modulus elastisitas merupakan salah satu
karakteristik sifat mekanik material, yaitu kekakuan suatu material (kemampuan
material dalam menahan deformasi elastik).
d. Deformasi Plastic
Deformasi yang bersifat permanen atau non recoverable biasanya disebut
deformasi plastik. Pada material logam ditandai dengan yield pada kurva
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 5dari 35 17 Februari 2017

tegangan-regangan dalam peralihan dari daerah elastik ke daerah plastik.

Gambar 9. Kurva Tegangan-Regangan (a) Untuk logam pada Daerah Transisi


Elastis (b) Untuk Baja dengan Fenomena Yield Point
Sedangkan daerah-daerah yang terdapat dalam daerah plastik, antara lain:
Yield strength
Nilai tegangan yang menghasilkan sejumlah kecil deformasi permanen, diambil
sekitar 0,2 % dari awal regangan.
 yield = Pstrainofset 0,002
Ultimate tensile strength (UTS)
Beban maksimum dibagi luas penampang spesimen sebelum pengujian

 U = Pmax
A0
Facture stress ( f )

Nilai tegangan dimana material uji mengalami perpatahan. Dari bentuk kurva
tegangan-regangan, terdapat beberapa istilah untuk menggambarkan
karakteristik material, antara lain:
Resilience/Elastisitas
Kemampuan material menyerap energi ketika terdeformasi elastik dan kembali
ke bentuk semula ketika beban ditiadakan.
Brittle
Brittle merupakan salah satu sifat mekanik. Material uji hanya sedikit mengalami
deformasi plastik atau bahkan tidak sama sekali, sebelum patah.
Ductile
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 5dari 35 17 Februari 2017

Ductile merupakan kebalikan dari brittle. Material mengalami deformasi plastik


yang cukup besar sebelum patah. Nilai keuletan material dapat dijelaskan
dengan percent elongation (% EL) atau percent area reduction (% AR) (Callister,
W.D., 1997 : 123).
Lf − L0
% EL = x 100%
L0
A0 − Af
% AR = x 100%
A0

Gambar 10. Kurva Tegangan-Regangan untuk Material Getas dan ulet

Pengujian Impak
Pengujian impak dilakukan untuk mengukur kegetasan bahan atau juga
keuletan bahan terhadap beban tiba-tiba dengan cara mengukur perubahan
energi potensial pendulum yang dijatuhkan pada ketinggian tertentu. Perubahan
energi tersebut dapat dilakukan dengan mengukur energi yang diserap sampai
menyebabkan spesimen patah. Perbedaan ketinggian ayunan pendulum
merupakan ukuran energi yang diserap oleh benda uji. Besar energi yang
diserap tergantung pada keuletan bahan uji dan dinyatakan dalam joule. Secara
skematik pengujian impak seperti ditunjukkan pada Gambar 11. di bawah.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 5dari 35 17 Februari 2017

Gambar 11. Skema Pengujian Impak

Gambar 12. Prinsip Perhitungan Pengujian Impak.


Pada Gambar 12 menunjukkan pendulum dilepaskan dengan ketinggian H1
dari pusat benda uji yang bersudut  dan setelah menabrak benda uji pendulum
mengayun sampai ketinggian H2 dari pusat benda uji yang bersudut . Pada
kejadian ini besar energi kinetik Ek1 dan Ek2 sama dengan nol karena kecepatan
v1 dan v2 sama dengan nol (kondisi berhenti). Kemudian besarnya tenaga
potensial Ep1 = mgH1 dan tenaga potensial Ep2 = mgH2. Jadi, besarnya energi
impak yaitu besar energi yang diserap oleh benda uji saat menerima beban kejut
oleh pendulum atau tenaga untuk mematahkan benda uji dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut:
W = Ep1 – Ep2
W = mg (H1 - H2)
W = GR (cos  - cos )
dimana :
W : energi yang diserap spesimen uji (J)
m : massa pendulum (Kg)
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 5dari 35 17 Februari 2017

g : percepatan gravitasi (m/s2)


G : berat pendulum (N)
R : jarak titik putar ketitik berat pendulum (m)
H1 : tinggi jatuh pendulum (m)
H2 : tinggi ayunan pendulum (m)
 : sudut jatuh (o)
 : sudut ayun (o)
Besarnya kekuatan impak atau keliatan bahan dapat dihitung setelah kita
mendapatkan energi serap atau energi impak yaitu dengan persamaan sebagai
berikut
TenagaUntukMematahkanBendaUji(J )
Keliatan bahan =
LuasPenampangPatahanBendaUji(mm2 )
Sehingga kekuatan impak bahan bisa dicari menggunakan rumus dibawah ini.
Untuk spesimen yang diuji secara edgewise impak (spesimen bertakik)
W
acN =
h.bN
dimana :
acN : ketangguhan impak spesimen bertakik (J/mm2)
W : energi yang diserap spesimen uji (J)
h : ketebalan spesimen uji (mm)
bN : lebar spesimen uji dikurangi kedalaman takik (mm)
Tahap-tahap pengujian Impak untuk jenis Charpy dilakukan dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
a) Mengukur dimensi benda uji secara seksama sebelum diuji dengan alat
uji impak.
b) Menaikkan pengangkat pembentur sesuai dengan sudut yang telah
ditentukan dengan memutar handle beban pembentur, kunci pembentur
dengan benar.
c) Melepas pengunci pembentur setelah beban berada pada puncak yang
telah ditentukan, beban berayun tanpa tahanan pemberat benda uji
(sudut  ).
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 5dari 35 17 Februari 2017

d) Setelah kembali dari puncak ayunan, dapat dihentikan perlahan-lahan


dengan rem.
e) Mencatat jarum penunjuk (merah) pada skala yang benar, berapa
Joule/derajat sudut ayunan pembentur tanpa benda uji (  ).
f) Memasang pembentur dengan benar.
g) Meletakkan benda uji pada anvil, tepatkan dengan penyenter dan
lepaskan penyenter tersebut jika sudah benar.
h) Pembentur dapat dinaikkan perlahan-lahan dengan memutar handle
tepat pada sudut yang ditentukan.
i) Melepaskan pengunci pembentur.
j) Setelah pembentur berayun mematahkan benda uji, pembentur dapat
dihentikan dengan mengerem secara perlahan-lahan.
k) Mencatat jarum penunjuk pada skala yang benar, berapa joule/derajat
sudut ayunan dengan benda uji (β), serta hitung harga keuletan bahan.

Rangkuman
Pengujian impak dilakukan untuk mengukur kegetasan bahan atau juga keuletan
bahan terhadap beban tiba-tiba dengan cara mengukur perubahan energi
potensial pendulum yang dijatuhkan pada ketinggian tertentu

Pertanyaan/Diskusi
1. Buat analisa hasil pengujian impak yang brittle dan ductile
2. Rancang pengujian impak dengan basis material dari komposit

Pengujian Bending
Flexure behavior dari suatu material dapat dilakukan dengan pengujian
bending. Pengujian bending adalah suatu proses pengujian material dengan cara
ditekan untuk mendapatkan hasil berupa data kekuatan lengkung (bending)
suatu material yang diuji. Proses pengujian bending memberikan dampak pada
bagian atas spesimen mengalami tekanan dan bagian bawah mengalami tarikan.
Kekuatan tekan komposit sisi atas lebih tinggi dibanding kekuatan tariknya di sisi
bawah. Kegagalan yang terjadi akibat uji bending komposit mengalami patah
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 5dari 35 17 Februari 2017

pada bagian bawah karena tidak mampu menahan beban tarik. Proses pengujian
bending dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: three point bending dan four
point bending. Perbedaan dari kedua cara pengujian ini hanya terletak dari
bentuk dan jumlah point yang digunakan.
Pada proses pengujian dengan three point bending menggunakan 2
point pada bagian bawah berfungsi sebagai tumpuan dan 1 point pada bagian
atas yang berfungsi sebagai penekan, sedangkan perhitungan kekuatan bending
menggunakan persamaan sebagai berikut:

3.P.L
 fB =
2.b.d 2
dimana:

 fB = Kekuatan bending ( N )
mm2
P = Beban yang diberikan (N)
L = Jarak point (mm)
b = Lebar benda uji (mm)
d = Ketebalan benda uji (mm)

Gambar 13. Three Point Bending


Pada proses pengujian bending dengan four point bending menggunakan 2
point pada bagian bawah yang berfungsi sebagai tumpuan dan 2 point (penekan)
pada bagian atas yang berfungsi sebagai penekan dengan perhitungan kekuatan
bending menggunakan persamaan sebagai berikut:

3.P.L
 fB = 2

dimana:

 fB = Kekuatan bending ( N )
mm2
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 5dari 35 17 Februari 2017

P = Beban yang diberikan (N)


L = Jarak point (mm)
b = Lebar benda uji (mm)
d = Ketebalan benda uji (mm)

Gambar 14. Four Point Bending


Dalam proses pengujian bending harus mempertimbangkan beberapa kelebihan
dan kelemahan dari cara pengujian three point bending dan four point bending
seperti ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Kelebihan Dan Kekurang Pengujian Bending
Three Point Bending Four Point Bending
Kelebihan
+ Kemudahan persiapan spesimen + Penggunaan rumus perhitungan
dan lebih mudah
pengujian + Lebih akurat hasil pengujiannya
+ Pembuatan point lebih mudah

Kekurangan
- Kesulitan menentukan titik tengah - Pembuatan point lebih rumit
persis, karena jika posisi tidak di - 2 point atas harus
tengah persis penggunaan rumus bersamaan menekan benda uji.
berubah Jika salah satu point lebih dulu
- Kemungkinan terjadi menekan benda uji maka
pergeseran, sehingga terjadi three
benda yang diuji point bending, sehingga rumus
pecah/patah tidak tepat di tengah yang digunakan berbeda.
maka rumus yang digunakan
kombinasi tegangan lengkung
dengan tegangan geser

Modulus elastisitas bending ( EB ) merupakan perbandingan tegangan


terhadap regangan atau tegangan persatuan regangan. Tegangan yang
diperlukan untuk menghasilkan suatu regangan tertentu bergantung pada sifat
bahan yang menderita tegangan itu. Semakin besar nilai modulus elastisitas,
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 5dari 35 17 Februari 2017

semakin besar pula tegangan yang diperlukan untuk regangan tertentu. Modulus
elastisitas bending berdasarkan ASTM D790 dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan:
L3.m
EB =
4.b.d 3
dimana:

EB = Kekuatan bending ( N )
mm2

L = Jarak point (mm)


b = Lebar benda uji (mm)
d = Ketebalan benda uji (mm)
m = Kemiringan dari garis lurus awal kurva
Sedangkan defleksi berdasarkan ASTM D790 dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut:
r.L2
D=
6.d
Dimana:
D = Defleksi (mm)
L = Jarak point (mm)
r = Strain (N/mm)
d = Ketebalan benda uji (mm)

Gambar 15. Kurva Tegangan – Regangan Bending


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 28dari 35 17 Februari 2017

Kurva tegangan-regangan hasil pengujian bending menunjukkan tiga type yang


mencakupi: a) type a, spesimen putus sebelum pelenturan (  fB =  mB ); b) type b,
spesimen mengalami pelenturan dan berhenti sebelum batas regangan 5%; c)
type c, spesimen mengalami pelenturan dan tidak berhenti sebelum batas
regangan 5%.

Rangkuman
Pengujian bending dilakukan untuk mengetahui flexure strength, modulus
elastisitas bending dan tingkat defleksitas. Proses pengujian bending dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu: three point bending dan four point bending.
Perbedaan dari kedua cara pengujian ini hanya terletak dari bentuk dan jumlah
point yang digunakan.

Pertanyaan/Diskusi
1. Buatlah analisa bila dalam pengujian bending dengan proses three point
bending dan four point bending bila model pembenannya tidak simetris
2. Rancang pengujian bending untuk specimen berbasis komposit
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 29dari 35 17 Februari 2017

BAB III
HEAT TREATMENT

A. Deskripsi singkat
Heat treatment mempelajari konsep dan proses annealing, hardening,
tempering dan normalizing.

B. Capaian pembelajaran matakuliah


Mahasiswa mampu memahami konsep pengujian tarik, pengujian impak
dan pengujian bending
.
C. Isi Materi perkuliahan
1. Heat Tretment
Perlakuan panas adalah suatu proses pemanasan dan pendinginan
logam dalam keadaan padat untuk mengubah sifat-sifat mekaniknya. Baja dapat
dikeraskan sehingga tahan aus dan kemampuan memotong meningkat atau
dapat dilunakan untuk memudahkan proses pemesinan lanjut. Melalui perlakuan
panas yang tepat, tegangan sisa dalam dapat dihilangkan, ukuran butir dapat
diperbesar atau diperkecil. Selain itu ketangguhan ditingkatkan atau dapat
dihasilkan suatu permukaan yang keras disekeliling inti yang ulet. Untuk
memungkinkan perlakuan panas tepat, komposisi kimia baja harus diketahui
karena perubahan komposisi kimia, khususnya karbon dapat mengakibatkan
perubahan sifat-sifat fisis.

2. Diagram Keseimbangan Besi Karbon (Fe-C)


Diagram keseimbangan besi karbon dapat digunakan sebagai dasar
untuk melaksanakan perlakuan panas. Penggunaan diagram ini relatif terbatas
karena beberapa metode perlakuan panas digunakan untuk menghasilkan
struktur yang non-equilibrium. Akan tetapi pengetahuan mengenai perubahan
fasa pada kondisi seimbang memberikan ilmu pengetahuan dasar untuk
melakukan perlakuan panas. Bagian diagram Fe-C yang mengandung karbon
dibawah 2 % menjadi perhatian utama untuk perlakuan panas baja. Metode
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 30dari 35 17 Februari 2017

perlakuan panas baja didasarkan pada perubahan fasa austenit pada sistem Fe-
C. Transformasi austenit selama perlakuan panas ke fasa lain akan menentukan
struktur mikro dan sifat yang didapatkan pada baja.
Besi merupakan logam allotropik, artinya besi akan berada pada lebih
dari bentuk kristal tergantung dari temperaturnya. Pada suhu kurang dari 912 0C
(1674 0F) berupa besi alfa (). Besi gamma () pada suhu antara 912-1394 0C
(1674-2541 0F). Besi delta () berada pada suhu 1394 oC – 1538 oC (2541 oF-
1538 oF). Penambahan unsur karbon ke besi memberikan perubahan yang besar
pada fasa-fasa yang ditunjukan oleh diagram keseimbangan besi karbon. Selain
Karbon pada baja terkandung juga unsur-unsur lain seperti Si, Mn dan unsur
pengotor lain seperti P, S dan sebagainya. Unsur-unsur ini tidak memberikan
pengaruh utama kepada diagram fasa sehingga diagram tersebut dapat
digunakan tanpa menghiraukan adanya unsur-unsur tersebut. (Surdia dan Saito,
1999: 69).

Gambar 16. Diagram keseimbangan besi karbon (Japrie, 1991: 380)


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 31dari 35 17 Februari 2017

3. Pengerasan (Hardening)
Hardening atau pengerasan dan disebut juga penyepuhan merupakan
salah satu proses perlakuan panas yang sangat penting dalam produksi
komponen-komponen mesin. Untuk mendapatkan struktur baja yang halus,
keuletan, kekerasan yang diinginkan, dapat diperoleh melalui proses ini.
Pengerasan baja membutuhkan perubahan struktur kristal dari body-
centered cubic (BCC) pada suhu ruangan ke struktur kristal face-centered cubic
(FCC). Dari diagram keseimbangan besi karbon dapat diketahui besarnya suhu
pemanasan logam yang mengandung karbon untuk mendapatkan struktur FCC.
Logam tersebut harus dipanaskan dengan sempurna sampai daerah austenit.
Gambar 16 menunjukkan daerah temperatur pengerasan untuk baja karbon.
Pengerasan meliputi pekerjaan pendinginan yang menyebabkan karbon
terbentuk dalam struktur kristal. Pendinginan dilakukan dengan mengeluarkan
dengan cepat logam dari dapur pemanas (setelah direndam selama waktu yang
cukup untuk mendapatkan temperatur yang dibutuhkan) dan mencelupkan
kedalam media pendingin air atau oli.

4. Pelunakan (Annealing)
Selain untuk tujuan pengerasan perlakuan panas dapat dilakukan untuk
tujuan pelunakan. Hal ini diperlukan untuk perlakuan baja-baja yang keras,
sehingga dapat dikerjakan dengan mesin. Disamping itu juga pelunakan di
lakukan untuk tujuan meningkatkan keuletan dan mengurangi tegangan dalam
yang menyebabkan material berperilaku getas. Secara umum proses pelunakan
dapat berupa proses normalizing, full annealing dan spheroidizing.
a. Normalizing.
Normalizing merupakan proses perlakuan panas yang bertujuan untuk
memperhalus dan, menyeragamkan ukuran serta distribusi ukuran butir
logam. Proses ini diperlukan untuk komponen atau material yang mengalami
proses pembentukan seperti pengerolan dingin, tempa dingin dan
pengelasan.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 32dari 35 17 Februari 2017

Gambar 17. Diagram Phasa Fe-Fe3C pada daerah eutectoid


Proses normalizing yaitu dengan cara memanaskan material pada
temperatur 55 sampai 85 0C diatas temperatur kritis. Kemudian ditahan untuk
beberapa lama hingga fasa secara penuh bertransformasi ke fasa austenit.
Selanjutnya material didinginkan pada udara terbuka hingga mencapai suhu
kamar.

b. Full annealing.
Full annealing merupakan proses perlakuan panas yang bertujuan
untuk melunakkan logam yang keras sehingga mampu dikerjakan dengan
mesin. Proses ini banyak dilakukan pada baja medium. Proses ini dilakukan
dengan cara memanaskan material baja pada temperatur 15 hingga 40 0C di
atas temparatur A3 atau A1 tergantung kadar karbonnya. Pada temperatur
tersebut pemanasan ditahan untuk beberapa lama hingga mencapai
kesetimbangan. Selanjutnya material didinginkan dalam dapur pemanas
secara perlahan-lahan hingga mencapai temperatur kamar. Struktur mikro
hasil full annealing berupa pearlit kasar yang relatif lunak dan ulet.

c. Spheroidizing.
Baja karbon medium dan tinggi memiliki kekerasan yang tinggi dan
sulit untuk dikerjakan dengan mesin dan dideformasi. Untuk melunakkan baja
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 33dari 35 17 Februari 2017

ini dilakukan proses spheroidizing. Proses spheroidizing dilakukan dengan


cara memanaskan baja pada temperatur sedikit dibawah temperatur
eutectoid, yaitu sekitar 700 0C. Pada temperatur tersebut ditahan selama 15
hingga 25 jam. Kemudian didinginkan secara perlahan-lahan di dalam tungku
pemanas hingga mencapai temperatur kamar.

Gambar 18. Petunjuk Dasar untuk Ferrous Metallurgy


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 34dari 35 17 Februari 2017

Gambar 19. Proses Heat Treatment

D. Rangkuman
Perlakuan panas adalah suatu proses pemanasan dan pendinginan logam dalam
keadaan padat untuk mengubah sifat-sifat mekaniknya. Proses perlakuan panas
dapat dilakukan melalui annealing, normalizing, tempering, dan hardening.

E. Pertanyaan/Diskusi :
a. Lakukan percobaan proses perlakuan panas pada baja karbon dan
lakukan pengujian fisis dan mekanis.
.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 35dari 35 17 Februari 2017

Daftar Pustaka

ASTM. 1998. “Annual Book of ASTM Standard ”. West Conshohocken.


Jones, P.M., 1975. “Mechanics Of Composite Meterials”. Institute Of Technology,
Southem Methodist University, Mc. Graw-Hill. Dallas.
Van Vlack, Ilmu dan Teknologi Bahan, Edisi ke 5, Erlangga, 1989 (terjemahan)

William D., Callister Jr., Materials Science and Engineering., 4th Edition, John
Wiley, 2004

Anda mungkin juga menyukai