Anda di halaman 1dari 64

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)


Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 1dari 64 27 Februari 2017

Sistematika penulisan penyusunan bahan ajar matakuliah

1. Bagian Awal
a. Halaman Sampul
b. Halaman pengesahan
c. Prakata
d. Deskripsi Matakuliah (mencakup CP Lulusan dan CP Matakuliah)
e. Daftar Isi

2. Bagian Isi
Bagian ini berisi pokok-pokok bahasan matakuliah yang disajikan dalam
bentuk Bab-Bab yang merujuk pada Rencana Pembelajaran Matakuliah
(RPS) yang telah disusun.
a. Judul Bab/Topik Pembelajaran
b. Sub Capaian Pembelajaran Mata kuliah
c. Isi/Materi Topik Pembelajaran
d. Rangkuman
e. Lembar Pertanyaan/Diskusi

3. Bagian Akhir
a. Daftar Pustaka (yang digunakan dalam menulis bahan ajar/diktat)
sesuai dengan RPS.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 2dari 64 27 Februari 2017

BAHAN AJAR/DIKTAT

LABORATORIUM LINGKUNGAN
20P00234
3 SKS

ILMU LINGKUNGAN
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2022
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 3dari 64 27 Februari 2017
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 4dari 64 27 Februari 2017

VERIFIKASI BAHAN AJAR

Pada hari ini Sabtu tanggal 10 bulan Februari tahun 2022 Bahan Ajar Mata Kuliah
Laboratorium Lingkungan Program Studi Ilmu Lingkungan Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengatahuan Alam telah diverifikasi oleh Ketua Jurusan/ Ketua Program
Studi IPA Terpadu

Semarang, 10 Februari 2022


Ketua Jurusan/ Ketua Prodi IPA Terpadu Tim Penyusun

Novi Ratna Dewi, S.Si., M.Pd. Trida Ridho Fariz, S.Si., M.Sc.
NIP 198311102008012008 NIP 199303232021031355
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 5dari 64 27 Februari 2017

PRAKATA

Puji syukur saya panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, Atas Berkat Rahmat
Beliau kami dapat menyelesaikan Buku bahan Ajar yang akan dipergunakan
pedoman oleh mahasiswa yang menempuh mata kuliah Lab Lingkungan. Buku
Bahan Ajar ini sebagian besar bersumber dari karya Ali dan Nuranto (2019). Buku
bahan ajar ini diharapkan mahasiswa mampu memahami dan mengembangkan
ilmu lingkungan khususnya laboratorium lingkungan. Buku bahan ajar ini tidak
diperjual belikan hanya dipakai pedoman dalam pengembagan ilmu lingkungan
sesuai dengan rencana perkulihaan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Negeri Semarang.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 6dari 64 27 Februari 2017

DESKRIPSI MATAKULIAH

Mata kuliah ini membahas berbagai metode sampling untuk air, dan udara.

.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 7dari 64 27 Februari 2017

BAB I: Pendahuluan

Pengambilan contoh air (water sampling) merupakan salah satu bagian yang tak
terpisahkan dari sistem pengukuran kualitas air, yaitu untuk mendapatkan cara kualitas air
yang akurat dan valid. Dalam water sampling, contoh air yang diperoleh dan diteliti harus
representatif (valid) dalam arti contoh air yang diperoleh atau diambil di lapangan harus
sama komposisi dan karekteristiknya dengan yang diteliti di laboratorium. Adapun
penggolongan air menurut peruntukannya adalah sebagai berikut.

a) Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung,
tanpa pengolahan terlebih dahulu.
b) Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku minum.
c) Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan
peternakan.
d) Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha di
perkotaan, industry, dan pembangkit listrik tenaga air.

Ada 3 hal yang mempengaruhi contoh air yang representatif yaitu pemilihan
lokasi yang tepat, teknik pengambilan, dan metode pengawetannya. Beberapa hal yang
menyangkut teknik pengambilan sampel air dikemukakan dalam Kumpulan Standar Nasional
Bidang Pekerjaan Umum mengenai Kualitas Air (1990).

1. Pertimbangan dalam Pemilihan Lokasi Pengambilan Sampel Pertimbangan –


pertimbangan yang digunakan dalam pemilihan lokasi pengambilan sampel
adalah sebagai berikut.

a. Sampel air limbah harus diambil pada lokasi yang mewakili seluruh karakteristik
limbah dan kemungkinan pencemaran yang akan ditimbulkannya.
a. Sampel air dari badan air harus diambil dari lokasi yang dapat
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 8dari 64 27 Februari 2017

menggambarkan karakteristik keseluruhan badan air. Oleh karena itu, sampel air
perlu diambil dari beberapa lokasi dengan debit air yang harus diketahui.
b. Sumber pencemaran yang mencemari badan air yang dipantau harus diketahui;
berupa sumber pencemar setempat (point source) atau sumber pencemar
tersebar (disperse source).
c. Jenis bahan baku dan bahan kimia yang dipergunakan dalam proses industry
perlu diketahui.

2. Lokasi Pengambilann Sampel Air


Pada dasarnya, pengambilan sampel air dapat dilakukan terhadap air permukaan
maupun air tanah.

a. Air Permukaan
Air permukaan meliputi air sungai, danau waduk, rawa, dan genangan air
lainnya. Pengambilan sampel air di sungai yang dekat dengan muara atau laut
yang dipengaruhi oleh air pasang harus dilakukan agak jauh dari muara.
Adapun pengambilan sampel air sungai dapat dilakykan di lokasi – lokasi
sebagai berikut.
1. Sumber alamiah, yaitu lokasi yang belum pernah atau
masihsedikit mengalami pencemaran.
2. Sumber air tercemar, yaitu lokasi yag telah mengalami perubahan atau dibagian
hilir dari sumber pencemar.
3. Sumber air yang dimanfaatkan, yaitu lokasi penyadapan/ pemanfaatan
sumber air.
Pengambilan sampel air danau atau waduk dapat dilakukan di tempat masuknya air
(inlet), di tengah danau atau waduk, di lokasi penyadapan air untuk pemanfaatan, adapun di
tempat keluarnya air (outlet).
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 9dari 64 27 Februari 2017

b. Air Tanah
Air tanah dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu air tanah tidak tertekan
(bebas) dan air tanah tertekan. Air tanah bebas adalah air dari akifer yang hanya
sebagian terisi air, terletak pada suatu dasar yang kedap air, dan mempunyai
permukaan bebas. Pengambilan sampel yang berupa air tanah bebas dapat
dilakukan di tempat – tempat sebagai berikut:
1. bagian hulu dan hilir dari lokasi penimbunan/pembuangan sampah
kota/industry;
2. bagian hilir daerah pertanian yang diperlakukan dengan pestisida
dan pupuk kimia secara intensif;
3. daerah pantai yang mengalami intrusi air laut; dan
4. tempat – tempat lain yang dianggap perlu.
Air tanah tertekan adalah air dari akifer yang sepenuhnya jenuh air, dengan bagian
atas dan bawah dibatasi oleh lapisan yang kedap air. Pengambilan sampel yang berupa air
tanah tertekan dapat dilakukan di tempat tempat sebagai berikut:

1. sumur produksi air tanah untuk pemenuhan kebutuhan perkotaan,


pedesaan, pertanian, dan industry;

2. sumur produksi air tanah PAM maupun sarana umum;

3. sumur pemantauan kualitas air tanah;

4. lokasi kawasan industry;

5. sumur observasi bagi pengawasan imbuhan;

6. sumur observasi air tanah di suatu cekungan air tanah artesis, misalnya
cekungan artesis Bandung.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 10dari 64 27 Februari 2017

7. sumur observasi di wilayah pesisir yang mengalami penyusupan air laut;

8. sumur observasi penimbunan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun


(B3); dan

9. sumur lain yang dianggap perlu;

A. Alat dan Bahan


Alat
• Bola Pingpong
• Tali ukur
• Penggaris
• Meteran
• 2 buah botol atau jirigen yang bersih
• Stopwatch
• Alat tulis

Bahan

• Sampel air yang akan di uji

B. Pelaksanaan
Pengukuran Lokasi Sumber Air
• Mengukur debit air dan dimensi lokasi sumber air
• Untuk yang di mengukur dimensi sumber air misalnya sungai digunakan
bantuan tali ukur untuk menghitung panjang dan lebar sungai.
• Untuk mengukur debit aliran sungai digunakan bola pingpong yang dialirkan pada
aliran sungai dari panjang sungai yang sudah ditentukan bersamaan dengan aktifnya
stopwatch sebagai catatan waktu
• Masing-masing pengukuran diambil minimal 3 sampel pengukuran
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 11dari 64 27 Februari 2017

Pengambilan Sampel
Penentuan titik pengambilan sampel pada kolom air bertujuan agar pada saat
pengambilan sampel, benda yang terapung dipermukaan air dan endapan yang mungkin
tergerus dari dasar sungai tidak ikut terambil.
• Siapkan alat pengambil contoh sesuai dengan saluran pembuangan;
• Bilas alat dengan contoh yang akan diambil, sebanyak 3 (tiga) kali;
• Ambil contoh sesuai dengan peruntukan analisis dan campurkan dalam
penampung sementara
• Masukkan ke dalam wadah yang sesuai peruntukan analisis;
• Lakukan segera pengujian untuk parameter suhu, kekeruhan dan daya hantar listrik, pH
dan oksigen terlarut yang dapat berubah dengan cepat dan tidak dapat diawetkan;
• Hasil pengujian parameter lapangan dicatat dalam buku catatan khusus;

Dalam pengambilan sampel, sebaiknya digunakan wadah yang baru. Jika terpaksa
menggunakan wadah bekas, wadah diperlakukan dengan perlakuan
tertentu terlebih dahulu, yang dapat menjamin bahwa wadah tersebut bebas dari pengaruh
sampel sebelumnya. Selain itu, wadah atau peralatan yang dapat bereaksi dengan limbah cair
harus dihindarkan, misalnya wadah, atau peralatan yang terbuat dari logam yang dapat
mengalami korosi oleh air yang bersifat asam.
Setelah pengambilan sampel, air sampel sebaiknya segera dianalisis. Jika terpaksa
harus disimpan, setiap parameter kualitas air memerlukan pelakuan tertentu terhadap
sampel. Selain perlakuan dengan bahan kimia, pengawetan yang paling umum dilakukan
adalah pendinginan pada suhu 4º C selama transportasi dan penyimpanan. Pada suhu
tersebut, aktivitas bakteri terhambat.

C. Hitungan
Menurut SNI 06-2421-1991, lokasi pengambilan contoh air di sungai sangat
dipengaruhi oleh kecepatan air.

1. Pada sungai dengan debit < 5 m³/s, contoh diambil pada satu titik di tengah
sungai pada 0,5 x kedalaman sungai.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 12dari 64 27 Februari 2017

2. Pada sungai dengan debit 5 – 150 m³/s, contoh diambil pada dua titik, masing-
masing pada jarak 1/3 dan 2/3 lebar sungai pada 0,5 x kedalaman sungai.
3. Pada sungai dengan debit > 150 m³/s, contoh diambil pada enam titik, masing-
masing pada jarak ¼, ½, ¾ lebar sungai pada 0,2 dan 0,8 x kedalaman
sungai.

Perhitungan Debit aliran sungai

Titik Lebar Waktu Kedalaman Panjang


I
II
III
Rata-rata
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 13dari 64 27 Februari 2017

BAB II PEMERIKSAAN AIR BERSIH

Standar baku mutu air bersih untuk kebutuhan manusia diterapkan berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 01/ birhukmas/I/1975 tentang
syarat-syarat dan pengawasan kualitas air minum disesuaikan dengan standar internasional
yang diterapkan WHO. Kelayakan kualitas air yang digunakan sebagai air bersih sebaiknya
memenuhi persyaratan secara fisik, kimia, dan mikrobiologi.

A. Pemeriksaan Fisik
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 tahun 2010 tentang persyaratan kualitas air
minum menyatakan bahwa air yang layak dikonsumsi sehari – hari adalah air yang
mempunyai kualita yang baik sebagai sumber air minum maupun air baku (air bersih).Air
yang berkualitas baik harus memenuhi persyaratan yaitu jernih/tidak keruh, tidak bewarna,
rasanya tawar, tidak berbau, temperaturnya normal, dan tidak mengandung zat padat. Untuk
mengetahui apakah air memiliki kualitas baik, maka diperlukan pengujian sebagai berikut
ini:

1. Pengujian Warna
a. Pendahuluan
Warna dapat ditimbulkan oleh adanya ion-ion logam (seperti besi dan mangan),
humu dan bahan-bahan kompos, plankton, rumput dan buangan industri. Pengertian
warna dalam air dapat dibedakan atas dua macam yaitu:

1) Warna sesungguhnya (true color) ditimbulkan oleh kandungan senyawa organik


seperti lignin, humus dan dikomposisi bahan bahan organik (daun, tumbuh-
tumbuhan, dll). Warna sesungguhnya akan tetap ada meskipun kekeruhan air
(yang dapat menimbulkan warna dalam air) sudah dihilangkan.

2) Warna bukan sesungguhnya (apparet color) yang ditimbulkan oleh kehadiran


bahan-bahan tersuspensi dalam air industri dan lain sebagainya.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 14dari 64 27 Februari 2017

Para ahli menemukan bahwa warna sesungguhnya air alami adalah kuning kecoklat-
coklatan dimana larutan K2PtCl (Kalium Khloropltint) yang ditambah dengan CoCl (Kobit Khorida)
akan menghasilkan warna yang sempurna. Intensitas warna umumnya berhubungan dengan
kenaikan pH air, sehingga penetapan warna air senantiasa disertai dengan pengukuran
pH air.
Pada penentuan warna sesungguhnya, bahan – bahan tersuspensi yang dapat
menyebabkan kekeruhan dipisahkan terlebih dahulu. Warna tampak adalah warna yang
tidak hanya disebabkan oleh bahan terlarut, tetapi oleh juga bahan tersuspensi.
Warna perairan ditimbulkan oleh adanya bahan organic dan bahan anorganik;
karena keberadaan plankton, humus, dan ion – ion logam (misalnya besi dan mangan), serta
bahan – bahan lain. Adanya oksida besi menyebabkan air berwana kemerahan, sedangkan
oksida mangan menyebabkan air berwarna kecoklatan atau kehitaman. Kadar besi sebanyak
0,3 mg/liter dan kadar mangan sebanyak 0,05 mg/liter sudah cukup dapat menimbulkan warna
pada perairan (Peavy et al.,1985). Kalsium karbonat yang berasal dari daerah
berkapur menimbulkan warna kehijauan pada perairan. Bahan – bahan organic misalnya
tannin, lignin, dan asam humus yang berasal dari dekomposisi tumbuhan yang telah mati
menimbulkan warna kecoklatan.
Warna dapat diamati secara visual (langsung) ataupun diukur berdasarkan skala platinum
kobalt (dinyatakan dengan satuan PtCo), dengan membandingkan warna air sampel dan warna
standar. Air yang memiliki nilai kekeruhan rendah biasanya memiliki nilai warna tampak dan
warna sesungguhnya sama dengan standar (APHA, 1976; Davis dan Cornwell,1991).
Intesitas warna cenderung meningkat dengan meningkatnya nilai pH (Saw-yer dan
McCarty,1978).
Perairan alami tidak berwarna. Air dengan nilai warna lebih kecil dari 10 PtCo biasanya
tidak memperlihatkan warna yang jelas. Air yang berasal dari rawa – rawa yang biasanya
berwarna kuning kecoklatan hingga kehitaman memiliki nilai warna sekitar 200 – 300
PtCo karena adanya asam humus (McNeely et al., 1979)
Warna dapat menghambat proses penetrasi cahaya ke dalam air dan
mengaibatkan terganggunyaproses fotosintesis. Untuk kepetingan keindahan,
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 15dari 64 27 Februari 2017

warna air sebaiknya tidak melebihi 15 PtCo. Sumber air untuk kepentingan air minum
sebaiknya memiliki nilai warna 5 – 50 PtCo. Perbedaan warna pada kolom air menunjukkan
indikasi bahwa semakin dalam perairan, semakin tinggi nilai warna karena terlarutnya
bahan organic yang terakumulasi di dasar perairan.
Warna perairan pada umumnya disebabkan oleh partikel koloid bermuatan negative,
sehingga penghilangan warna di perairan dapat dilakukan dengan penambahan koagulan
yang bermuatan positif, misalnya alumunium dan besi (Sawyer dan McCarty,1978).
Warna perairan juga dapat disebabkan oleh peledakan (blooming) fitoplankton (algae).
Fenomena peledakan salah satu jenis algae inilah yang menyebabkan perairan memiliki
warna yang sangat berbeda dengan perairan di sekitarnya. Kondisi seperti ini di perairan
laut dikenal dengan istilah red tide. Di perairan laut, jenis algae yang mengalami peledakan
pertumbuhan biasanya berasal dari filum Dinoflagellata, sedangkan di perairan tawar
biasanya berasal dari filum Cyanophyta.

b. Alat dan Bahan


Bahan: 50 mL sampel air bersih, larutan K 2PtCl6, CaCl26H2O, Aquades Alat:
• Tabung Nessler 50 mL
• pH meter
c. Pelaksanaan
Pembuatan Larutan
• Induk
Larutkan 1.246 gr K2PtCl6 (ekivalen dengan 500 mg platinum) dan 1 gr
CoCl26H2O (ekivalen dengan 250 mg Co) dalam air suling dengan 100 mL
HCl pekat dan encerkan dengan air suling (aquades) sampai volume 1000 mL.
larutan induk memiliki warna sama dengan 500 unit.
• Standar
Buat larutan standar dengan satuan warna 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35,40, 45, 50,
55, 60, 65, dan 70 unit dengan mengencerkan 0,5; 1,0;1,5; 2,0; 2,5; 3,0; 3,5;
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 16dari 64 27 Februari 2017

4,0; 4,5; 5,0; 5,5; 6,0; 6,5; dan 7,0 mL larutan induk dengan air suling hingga
50 mL dalam tabung Nessler. Larutan tidak boleh mengalami penguapan atau
terkena debu, oleh karena itu tutup tabung Nesster yang telah berisi larutan
standar tersebut dengan kertas almunium
• Membandingkan Sampel air secara Visual
1. Masukan 50 mL sampel air kedalam tabung Nessler
2. Bandingkan ampel dengan larutan standar
3. Lihat secara vertikal ke bawah melalui tabung apabila warna larutan
melebihi 70 unit encerkan dengan air suling dalam perbandingan yang
diketahui sampai warna dapat dibandingkan dengan larutan standar.

d. Hitungan

Dimana: A = warna larutan yang diencerkan B = mL


percobaan yang diencerkan

Persyaratan menurut Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 yaitu persyaratan


kualitas air bersih yang diperbolehkan untuk kandungan warna adalah maksimum 15
skala TCU (True Color Unit). Menurut SK Menteri Negara Kependudukan dan
Lingkungan Hidup KEP-02/MENKLH/I/1988 baku mutu air digolongkan menjadi 4 (empat)
dengan persyaratan maksimum yang diajukan 5 (Unit PtCo Standard) dan 50 maksimum
yang diperbolehkan (Unit PtCo Standard).

2. Pengujian Suhu
a. Pendahuluan
Parameter temperatur air perlu diperiksa, karena parameter temperatur merupakan
parameter fisik air yang penting dalam menunjang biota air. Temperatur air harus diukur
di lapangan atau di tempat pengambilan contoh air, karena temperatur air akan berubah
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 17dari 64 27 Februari 2017

menyesuaikan dengan temperatur udara disekitarnya. Perubahan suhu berpengaruh terhadap


proses fisika, kimia, dan biologi badan air. Suhu juga sangat berperan untuk
mengendalikan kondisi ekosistem perairan. Organisme akuatik memiliki kisaran suhu
tertentu (batas atas dan bawah) yang disukai bagi pertumbuhannya. Misalnya, algae dari filum
Chlorophyta dan diatom akan tumbuh dengan baik pada kisaran suhu berturut
– turut 30º - 35ºC dan 20º - 30ºC. filum Cyanophyta lebih dapat bertoleransi terhadap
kisaran suhu yang lebih tinggi dibandingkan dengan Chlorophyta dan diatom
(Haslam,1995).
Peningkatan suhu menyebabkan peningkatan viskositas, reaksi kimia, evaporasi,
dan volatilitas. Peningkatan suhu juga menyebabkan penurunan kelarutan gas dalam
air, misalnya gas O 2 ,CO 2 ,N 2 ,CH 4 , dan sebagainya (Haslam,1995). Selain itu,
peningkatan suhu juga menyebabkan peningkatan kecepatan metabolisme dan
respirasi organisme air, dan selanjutnya mengakibatkan peningkatan konsumsi
oksigen. Peningkatan suhu perairan sebesar 10ºC menyebabkan terjadinya peningkatan
konsumsi oksigen oleh organisme akuatik sekitar 2 – 3 kali lipat. Namun, peningkatan suhu
ini disertai dengan penurunan kadar oksigen terlarut sehingga keberadaan oksigen sering
kali tidak mampu memenuhi kebutuhan oksigen bagi organisme akuatik untuk
melakukan proses metabolisme dan respirasi. Peningkatan suhu juga menyebabkan
terjadinya peningkatan dekomposisi bahan organic oleh mikroba. Kisaran suhu optimum bagi
pertumbuhan fitoplankton diperairan adalah 20º
- 30ºC.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar suhu atau temperatur
air sampel yang diuji.

b. Alat dan Bahan


Bahan
• 600 mL air sampel Alat
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 18dari 64 27 Februari 2017

• Gelas ukur
• pH meter

c. Pelaksanaan
• Masukan ± 1000 mL sampel air kedalam gelas ukur
• Masukan pH meter dalam sampel, tunggu beberapa menit
• Catat berapa suhunya
• Bersihkan kepala ukur dengan air suling sebelum digunakan kembali
d. Hitungan
Menurut Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 untuk syarat
kualitas air minum dan air bersih adalah ± 3°C dari suhu ruangan.

3. Pengujian Kekeruhan (Bahan Tersuspensi dan Kandungan Lumpur)


a. Pendahuluan
Kekeruhan menggambarkan sifat optic air yang ditentukan berdasarkan banyaknya
cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan – bahan yang terdapat di dalam air.
Kekeruhan disebabkan oleh bahan organic dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut
(misalnya lumpur dan pasir halus), maupun bahan anorganik dan organic yang berupa
plankton dan mikroorganisme lain (APHA,1976;Davis dan Cornwell,1991).
Padatan tersuspensi berkorelasi positif dengan kekeruhan. Semakin tinggi nilai
padatan tersuspensi, nilai kekeruhan juga semakin tinggi. Akan tetapi, tingginya padatan
terlarut tidak selalu diikuti dengan tingginya kekeruhan. Misalnya, air laut memiliki nilai
padatan terlarut tinggi, tetapi tidak berarti memiliki kekeruhan yang tinggi.
Lumpur atau sedimen merupakan padatan yang langsung dapat terendapkan
jika air didiamkan atau tidak terganggu selama beberapa waktu padatan yang mengendap
tersebut terdiri dari partikel-partikel padatan yang memiliki ukuran relatif besar dan berat
sehingga dapat mengendap dengan sendirinya. Padatan tersupensi adalah perpadatan
yang dapat menyebabkan kekeruhan air, tidak terlarut dan tidak dapat mengedar secara
langsung padatan tersuspensi terdiri dari partikel-partikel yang berukuran maupun beratnya
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 19dari 64 27 Februari 2017

lebih kecil dari sedimen, misalnya tanah liat, bahan-bahan organic tertentu sel-sel
mekiroorganisme dan lain-lain.
Kekeruhan pada perairan yang tergenang (lentik), misalnya danau, lebih banyak
disebabkan oleh bahan tersuspensi yang berupa koloid dan partikel
partikel halus, sedangkan kekeruhan pada sungai yang sedang banjir oleh banyak
disebabkan oleh bahan – bahan tersuspensi yang berukuran lebih besar, yang berupa
lapisan permukaaan tanah yang terbawa oleh aliran air pasa saat hujan. Kekeruhan yang tinggi
dapat mengakibatkan terganggunya system osmoregulasi, misalnya pernafasan dan daya lihat
organisme akuatik, serta dapat menghambat penetrasi cahaya ke dalam air. Tingginya nilai
kekeruhan juga dapat mempersulit usaha penyaringan dan mengurangi efektivitas desinfeksi
pada proses penjernihan air.

b. Alat dan Bahan


Bahan
• 1000 mL sampel air
• 10 mL air tawas
Alat
• Gelas ukur 10 mL
• Kerucut Imhoff dan Sandaran
• Pengaduk
• Stopwatch
• Kertas saring
• Corong filter
• Labu erlemeyer
• Oven
• Timbangan
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 20dari 64 27 Februari 2017

c. Pelaksanaan
• Masukkan 1000 mL sampel air kedalam kerucut imhoff dalam posisi
tegak lurus yang dibantu dengan statif/ sandaran
• Tambahkan 10 mL air tawas ke dalam kerucut imhoff
• Aduk searah dengan jarum jam selama ±3 menit
• Hidupkan stopwacth amati pengendapan yang terjadi yang terjadi
setiap 5 menit
• Hentikan pengamatan setiap 3 kali berturut-turut apabila tinggi
pengendapan sudah konstan
• Keluarkan air dari dalam kerucut imhoff secara perlahan jangan
sampai endapan ikut terbuang
• Tuangkanendapan ke dalam kertas saring yang sudah diletakan dalam
corong filter dan labu erlemeyer dan timbang
• Sebelum endapan dituangkan ke dalam kertas saring timbang terlebih
– Dahulu

• Masukkan ke dalam oven hingga kering


• Keluarkan kertas saring dan masukkan kedalam desicator selama ±
1 jam
• Timbang kertas saring dan catat hasilnya

d. Hitungan

Dengan, A = berat kertas saring dan endapan


B = berat kertas saring dan endapan setelah dioven
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 21dari 64 27 Februari 2017

Menurut Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 untuk syarat kualitas air


minum dan air bersih kekeruhan adalah 5 skala NTU (Nephelometrim Turbidity
Unit). Berdasarkan KEP-02/MENKLH/I/1988 baku mutu air digolongkan menjadi 4
(empat) dengan persyaratan maksimum yang dapat dilihat pada tabel dibawah
ini.

Golongan A B C D
Kekeruhan (mg/l Maks yang
SiO2) 25
diperbolehkan
Maks yang diajukan 5
Sumber: KEP-02/MENKLH/I/1988

4. Pengujian Jumlah Zat Padat Terlarut (TDS) dan Daya Hantar Listrik
(DHL)
a. Pendahuluan
Pemeriksaan terhadap bahan terlarut dalam air dapat dilakukan secepat dengan
penetapan daya hantar listrik suatu larutan. Penetapan ini merupakan pengukuran terhadap
kemampuan sampel air untuk menghantarkan listrik. Besar kecilnya pengukuran tergantung
pada konsentrasi total zat terlarut yang terionisasia dalam air dan suhu air. Mobilitas berbagai
ion-ion terlarut berikut valensinya dan konsentrasinya akan mempengaruhi daya hantar
listriknya. Oleh karena itu, semakin banyak garam – garam terlarut yang dapat terionisasi,
semakin tinggi pula nilai DHL.
Larutan yang mengandung ion-ion akan menghantarkan aliran listrik. Umumnya
asam, basa dan garam-garam anorganik merupakan penghantar yang baik. Sebaiknya
senyawa organik yang tidak berdisosiasi dalam larutan seperti sukrosa dan benzena
merupakan penghantar listrik yang lemah (APHA,1976;Mackereth et al.,1989). Air
suling yang baru dibuat memiliki daya hantar sebesar 0,5-2 mhos/cm dan setelah
berumur beberapa minggu naik menjadi 2-4 mhos/cm. Daya hantar listrik air minum
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 22dari 64 27 Februari 2017

umumnya berkisar antara 50-1500 mhos/cm. Perairan laut memiliki DHL yang sangat
tinggi karena banyak mengandung garam terlarut. Limbah industry memiliki nilai DHL
mencapai 10.000 mhos/cm (APHA,1976). Sedangkan daya hantar listrik air
buangan bervariasi menurut kriterianya.
Nilai DHK berhubungan erat dengan nilai padatan terlarut total (TDS).
Hal ini ditunjukkan dalam persamaan

Keterangan: K = konstanta untuk jenis air tertentu

Nilai TDS dapat diperkirakan dengan mengalikan nilai DHL dengan bilangan
0,55 – 0,75 (Canadian Water Quality Guidelines,1987). Nilai TDS biasanya lebih
kecil daripada nilai DHL.

b. Alat dan Bahan


Bahan
Alat
• 600 Ml sampel air
• Gelas ukur 1000 mL
• Conductivity meter (DHL meter)

c. Pelaksanaan
• Masukkan 600 mL sampel air kedalam gelas ukur
• Masukan DHL meter kedalam gelas ukur, sebelumnya pastikan ujung DHL meter bersih
• Tunggu beberapa menit dan catat berapa nilainya
• Bersihkan alat setelah digunakan
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 23dari 64 27 Februari 2017

d. Hitungan

Menurut Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 kadar TDS maksimumnya


1500 mg/l. Berdasarkan KEP-02/MENKLH/I/1988 baku mutu air digolongkan menjadi
4 (empat) dengan persyaratan maksimum yang dapat dilihat pada tabel dibawah
ini.

Golongan A B C D
Residu terlarut Maks yang 1000-
(mg/l) 1500 1500 2000
diperbolehkan 2000
Maks yang diajukan 500 500 - -
Sumber: KEP-02/MENKLH/I/1988

B. Pemeriksaan Kimia
Kualitas air tergolong baik bila memenuhi persyaratan kimia yang meliputi pH normal,
tidak mengandung bahan kimia beracun, tidak mengandung garam atau ion-ion
logam, kesadahan rendah, tidak mengandung bahan organic. Untuk mengetahui apakah
air memiliki kualitas baik, maka diperlukan pengujian sebagai berikut ini:

1. Pengujian Kesadahan
a. Pendahuluan
Kesadahan (hardness) adalah gambaran kation logam divalent (valensi dua).
Kation kation ini dapat bereaksi dengan sabun (soap) membentuk endapan
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 24dari 64 27 Februari 2017

(presipitasi) maupun dengan anion – anion yang terdapat didalam air membentuk
endapan atau karat pada peralatan logam.
Pada perairan tawar, kation divalen yang paling berlimpah adalah kalsium dan
magnesium, sehingga kesadahan pada dasarnya ditentukan oleh jumlah kalsium dan
magnesium. Kalsium dan magnesium berikatan dengan anion penyusun alkalinitas,
yaitu bikarbonat dan karbonat.
Kesadahan air yang paling banyak adalah akibat hadirnya ion Ca++ dan Mg++. Oleh
Karena itu, penentapan kesadahan hanya diarahkan pada penetapan
kadar Ca ++ dan Mg++ dalam air. Keberadaan kation yang lain, misalnya strontium,
besi valensi
Dua (kation ferro), dan mangan juga memberikan kontribusi bagi nilai kesadahan
total, meskipun peranannya relatif kecil. Alumunium dan besi valensi 3 (kation ferri)
sebenarnya juga memberikan kontribusi terhadap nilai kesadahan . namun demikian,
mengingat sifat kelarutannya yang relatif rendah pada pH netral maka peran kedua kation ini
sering kali diabaikan. Kesadahan dan alkalinitas dinyatakan dengan satuan yang sama,
yaitu mg/liter CaCO 3.
Kesadahan pada awalnya ditentukan dengan titrasi menggunakan
sabun standar yang dapat bereaksi dengan ion penyusun kesadahan. Dalam
perkembangannya, kesadahan ditentukan dengan titrasi menggunakan EDTA (ethy-lene
diamine tetra acetic acid) atau senyawa lain yang dapat bereaksi dengan kalsium dan
magnesium.
Kation Kation Penyusun Kesadahan dan Anion – Anion Pasangan/ Asosiasinya

Kation Anion

Ca2+ HCO -
Mg2+ 3
2-
Sr2+ SO
4
Cl-
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 25dari 64 27 Februari 2017

Fe2+ NO -
Mn2+ 3
SiO 2-
3
Sumber : Sawyer dan McCarty,1978.

Kesadahan perairan berasal dari kontak air dengan tanah dan bebatuan. Air hujn
sebenarnya tidak memiliki kemampuan untuk melarutkan ion – ion penyusun
kesadahan yang banyak terikat di dalam tanah dan batuan kapur (limestone),
meskipun memiliki kadar karbondioksida yang relatif tinggi. Larutnya ion – ion yang
dapat meningkatkan nilai kesadahan tersebut lebih banyak disebabkan oleh aktivitas
bakteri di dalam tanah, yang banyak mengeluarkan karbondioksida.
Keberadaan karbondioksida membentuk kesetimbangan dengan asam karbonat.
Pada kondisi yang relatif asam, senyawa – senyawa karbonat yang terdapat di dalam tanah
dan batuan kapur yang sebelumnya tidak larut berubah menjadi senyawa bikarbonat yang
bersifat larut. Batuan kapur (lime stone) pada dasarnya tidak hanya mengandung karbonat,
tetapi juga mengandung sulfat, klorida, dan silikat. Ion – ion ini juga ikut terlarut dalam
air.
Perairan dengan nilai kesadahan tinggi pada umumnya merupakan perairan
yang berada di wilayah yang memiliki lapisan tanah pucuk (top soil) tebal dan batuan kapur.
Perairan lunak berada pada wilayah dengan lapisan tanah atas tipis dan batuan kapur
relatif sedikit atau bahkan tidak ada.
Kesadahan diklasifikasikan berdasarkan dua cara, yaitu berdasarkan ion logam
(metal) dan berdasarkan anion yang berasosiasi dengan ion logam. Berdasarkan ion
logam (metal), kesadahan dibedakan menjadi kesadahan kalsium dan kesadahan
magnesium. Berdasarkan anion yang berasosiasi dengan ion logam, kesadahan dibedakan
menjadi kesadahan karbonat dan kesadahan non karbonat.

1. Kesadahan Kalsium dan Magnesium


Kesadahan perairan dikelompokkan menjadi kesadahan kalsium dan kesadahan
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 26dari 64 27 Februari 2017

magnesium karena pada perairan alami kesadahan lebih banyak disebabkan oleh kation
kalsium dan magnesium. Kesadahan kalsium dan magnesium sering kali perlu diketahui
untuk menentukan jumlah kapur dan soda abu yang dibutuhkan dalam proses pelunakan air
(lime-soda ash soft-ening). Jika nilai kesadahan kalsium diketahui maka kesadahan
magnesium dapat ditentukan melalui persamaan :
Kesadahan total – kesadahan kalsium = kesadahan magnesium
Pada penentuan nilai kesadahan (baik kesadahan total, kesadahan kalsium, maupun
kesadahan magnesium), keberadaan besi dan mangan dianggap sebagai pengganggu karena
dapat bereaksi dengan pereaksi yang digunakan. Oleh karena itu, kesadahan kalsium
menjadi lebih besar daripada kadar ion kalsium. Demikian pula halnya, jika kesadahan
magnesium lebih besar daripada kadar ion magnesium. Untuk mendapatkan kadar ion
kalsium dan ion magnesium dari nilai kesadahan digunakan persamaan dibawah ini
(Cole,1988)
Kadar Ca2+ (mg/liter) = 0,4 x kesadahan kalsium Kadar
Mg2+(mg/liter) = 0,243 x kesadahan magnesium
2. Kesadahan Karbonat dan Non-karbonat
Pada kesadahan karbonat, kalsium dan magnesium berasosiasi dengan ion CO 2+ dan
HCO3-. Pada kesadahan
3 non-karbonat, kalsium dan magnesium
berasosiasi dengan ion ion SO 2-, Cl-, dan NO -. Kesadahan karbonat sangat
4 3
sensitive terhadap panas dan mengendap dengan mudah pada suhu tinggi, seperti yang
ditunjukan dalam reaksi
Ca(HCO3)2 CaCO3 + CO2 + H2O
mengendap

Mg(HCO3)2 Mg(OH)2 + 2 CO2


mengendap
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 27dari 64 27 Februari 2017

Oleh karena itu, kesadahan karbonat disebut juga kesadahan sementara. Kesadahan
non-karbonat disebut kesadahan permanen karena kalsium dan magnesium yang
berikatan dengan sulfat dan klorida tidak mengendap dan nilai kesadahan tidak berubah
meskipun pada suhu yang tinggi.
Kesadahan karbonat dapat diketahui dengan persamaan dibawah ini
(Boyn,1988)

a. Apabila alkalinitas total < kesadahan total maka


kesadahan karbonat = alkalinitas total
b. Apabila alkalinitas total ≥ kesadahan total maka
kesadahan karbonat = kesadahan total
Kesadahan non karbonat dapat ditentukan dengan persamaan

a. Kesadahan non-karbonat = kesadahan total - kesadahan karbonat


Jika alkalinitas total melebihi kesadahan total maka sebagian dari anion penyusun
alkalinitas (bikarbonat dan karbonat) berasosiasi dengan kation valensi satu
(monovalent), misalnya kalium (K+) dan sodium (Na+), yang tidak terdeteksi pada
penentuan kesadahan (Boyd,1988). Di perairan yang banyak mengandung kalium dan
sodium, nilai alkalinitas total dapat mencapai 6.000 mg/liter CaCO3, akan tetapi tidak
ditemukan nilai kesadahan (Cole,1988).
Sebaliknya, jika kesadahan total melebihi alkalinitas total maka sebagian
dari kation penyusun kesadahan (kalsium dan magnesium) berikatan dengan sulfat (SO42-
), klorida (Cl-), silikat (SiO 32-), atau nitrat (NO 3-), yang tidak pada terdeteksi pada
penentuan alkalinitas (Boyd,1988). Oleh karena itu, hubungan antara nilai kesadahan dan
alkalinitas tidak selalu positif; atau semakin besar nilai kesadahan tidak selalu disertai
dengan semakin tingginya alkalinitas dan sebaliknya.
Kesadahan air berkaitan erat dengan kemampuan air untuk membentuk busa.
Semakin besar kesadahan air, semakin sulit bagi sabun untuk membentuk busa karena terjadi
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 28dari 64 27 Februari 2017

presipitasi, seperti yang ditunjukan paa reaksi dibawah ini:

2NaCO2C17H33 + kation2+ → kation2+ (CO2C17H33)2 + 2Na+


sabun/ detergen mengendap

Busa tidak akan terbentuk sebelum semua kation pembentuk kesadahan


mengendap. Pada kondisi ini, air mengalami pelunakan (softening) atau penurunan
kesadahan yang disebabkan oleh oleh sabun. Endapan yang terbentuk dapat
mengakibatkan pewarnaan pada bahan yang dicuci. Residu endapan tertahan pada pori
– pori pakaian sehingga pakaian terasa kasar. Demikian juga, kulit tangan menjadi
kasar setelah mencuci.
Perairan yang berada disekitar batuan karbonat memiliki nilai kesadahan tinggi.
Perairan payau dan laut yang mengandung natrium dalam jumlah besar juga dapat
mengganggu daya kerja sabun. Namun natrium bukan termasuk kation penyusun
kesadahan. Klasifikasi perairan berdasarkan nilai kasadahan ditunjukkan dalam tabel
dibawah ini.

Klasifikasi Perairan Berdasarkan Nilai Kesadahan

Kesadahan (mg/liter CaCO3) Klasifikasi Perairan


< 50 Lunak (soft)
50 – 150 Menengah (moderately hard)
150 – 300 Sadah (hard)
>300 Sangat sadah (very hard)
Sumber : Peavy et al., 1985.

Nilai kesadahan air diperlukan dalam penilaian kelayakan perairan untuk kepentingan
domestic dan industry. Tebbut (1992) mengemukakan bahwa nilai kesadahan tidak
memiliki implikasi langsung terhadap kesehatan manusia. Kesadahan yang tinggi dapat
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 29dari 64 27 Februari 2017

menghambat sifat toksik dari logam berat karena kation – kation penyusun kesadahan
(kalsium dan magnesium) membentuk senyawa kompleks dengan logam berat tersebut.
Misalnya, toksisitas 1 mg/liter timbal pada perairan dengan kesadahan rendah (soft waters)
dapat mematikan ikan. Akan tetapi, toksisitas 1 mg/liter timbal pada perairan dengan
kesadahan 150 mg/liter CaCO3 terbukti tidak berbahaya bagi ikan. Nilai kesadahan juga
digunakan sebagai dasar pemilihan metode yang diterapkan dalam proses pelunakan
(softening) air.
Air permukaan biasanya memiliki nilai kesadahan yang lebih kecil dari pada air
tanah. Perairan dengan nilai kesadahan kurang dari 120 mg/ liter CaCO 3 dan lebih dari
500 mg/liter CaCO3 dianggap kurang baik bagi peruntukan domestic, pertanian, dan
industry. Namun, air sadah lebih disukai oleh organisme daripada air lunak.
Beberapa istilah dalam kesadahan air yang perlu diingat adalah:

1. Kesadahan total : jumlah meq (Ca ++ + Mg++)


2. Kesadahan sementara : jumlah meq HCO3- dalam besar dari total meq(Ca++3 +
Mg++) lebih besar dari total meq HCO. Jika meq (Ca++ + Mg++) lebih kecil dari
meg HCO3 kesadahan sementara = kesadahan total
3. Kesadahan tetap : meq (Ca++ + Mg++)-meq HCO -3
Metode yang digunakan adalah titrasi kompleksometri dengan EDTA atau juga
dikenal dengan nama kelomLekson III.
Ca++ dan Mg++ diikat oleh larutan ethylene Diamine Tetra Acetate (EDTA) membentuk
senyawa kompleks dengan indicator logam Eriochrom Black T (EBT) dan
Maurexide pada pH tertentu.
Ca++ + EBT CaEBT senyawa kompleks lemah Mg++
+ EBT Mg.EBT berwarna merah anggur Ca.EBT +
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 30dari 64 27 Februari 2017

EDTA CaEDTA +EBT warna biru Mg.EBT + EDTA


MgEDTA +EBT warna biru
Ca + Maurexide Ca Maurexide senyawa kompleks bewarna merah anggur
CaMaurexide +EDTA CaEDTA +Maurexide warna.
b. Alat dan Bahan
Alat
• Labu Erlenmeyer
• Injektor
• Pipet ukur
• Gelas ukur
• Sendok PenyuTabung ukur 100 mL

Bahan
• Sampel air
• EBT (Evlochrom Black T)
• EDTA (Ethylene Dianine Tetra Aceetate)
• Amoniak
• ETHA

c. Pelaksanaan
Reagen yang diperlukan
a. Larutan Ethylene Dianine Tetra Aceetate (EDTA) 1/28 N
• Larutan 6,64 gr (Na2 EBTA (kelomplekson III) dengan aquades yang
telah dididihkan
• Tambahkan 10 mg MgCl2 atau MgSO4 dan atur volume sampai 1liter
dengan menambahkan aquades
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 31dari 64 27 Februari 2017

• Biarkan selama 2 (dua) hari sebelum dipakai

b. Larutan buffer pH 10
• Timbangan 67,5 gr NH4Cl dan larutkan dengan 200 mL aquades
dalam labau ukuran 1 liter
• Tambahkan 670 mL NH4 OH pekat dan atur volumenya dengan
menambahkan aquades Pemeriksaan Kesadahan total (Ca++ + Mg ++)
• Mengambil 99 mL aquades dan 1 mL air sampel dimasukka ke
dalam tabung Erlenmeyer.
• Menambahkan 1 pucuk sendok EBT.
• Titrasi Amoniak 20 tetes
• Titrasi dengan ETHA sampai ungu merah tua berubah menjadi
biru tua.
• Mencatat volume ETHA yang digunakan (berapa tetes) sampai
warna tadi berubah menjadi biru kehijauan.

d. Hitungan

Berdasar DEPKES RI 1990 batas kesadahan air maksimum adalah 500 mg/l.
Menurut Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 batas kandungan kesadahan dalam
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 32dari 64 27 Februari 2017

air bersih sebesar 500 mg/l.


2. Pengujian Klorida
a. Pendahuluan
Unsur halogen terdiri atas fluorin (F2), klorin (Cl2), bromin (Br2), dan iodin (l2).
Halogen pada perairan terdapat dalam bentuk ion monovalent, misalnya ion fluorida (F-
), ion klorida (Cl-), ion bromida (Br-), ion iodida (I-). Unsur – unsur halogen biasanya
ditemukan pada perairan laut. Ion klorida ditemukan dalam jumlah yang besar, sedangkan
ion halogen lainnya ditemukan dalam jumlah yang relatif sedikit. Kadar unsur – unsur halogen
pada perairan ditunjukkan dalam table dibawah ini

Kadar Ion – Ion Halogen Pada Perairan Alami (Mg/liter)

Anion Halogen Air Tawar Air Laut


Klorida (Cl-) Florida 8,3 19.000
0,26 1,3
(F-) Bromida (Br-)
0,006 66
Iodida (I-)
0,0018 0,06

Sumber :McNeely et al.,1979

Ion klorida adalah anion yang dominan di perairan laut. Sekitar 3/4 dari clorin (Cl2)
yang terdapat di muka bumi dalam bentuk larutan.
Ion chlorida merupakan salah satu anion anorganik yang ditemukan di perairan
alami dalam jumlah lebih banya daripada anion halogen lainnya. Klorida biasanya
terdapat dalam bentuk senyawa natrium klorida (NaCl) Kalium Klorida (KCl), dan
kalsium klorida (CaCl2). Selain dalam bentuk
larutan, klorida dalam bentuk padatan juga ditemukan pada batuan mineral
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 33dari 64 27 Februari 2017

sodalite [Na8(AlSiO 4)6]. Pelapukan batuan dan tanah melepaskan klorida ke perairan.
Sebagian besar klorida bersifat mudah larut
Kadar klorida bervariasi menurut iklim. Pada perairan di wilayah yang beriklim
basah (humid), kadar klorida biasanya kurang dari 10 mg/liter, sedangkan pada
perairan di wilayah semi-arid dan arid (kering), kadar klorida mencapai ratusan mg/liter.
Keberadaan klorida pada perairan alami berkisar antara 2-20 mg/liter. Air yang berasal dari
daerah pertambangan mengandung klorida skitar 1.700 ppm (Haslam,1995). Kadar
klorida 250 mg/liter dapat mengakibatkan air menjadi asin (Rump dan Krist,1992).
Kandungan dalam air bervariasi dari mulai konsentrasi rendah seperti air hujan, hingga
konsentrasi tinggi seperti air payau dan air laut. Kadar klorida umumnya meningkat seiring
dengan meningkatnya kadar mineral. Kadar Klorida yang tinggi, yang diikiuti oleh kadar
kalsium dan magnesium yang juga tinggi, dapat meningkatkan sifat korosivitas air. Hal ini
mengakibatkan terjadinya perkaratan peralatan logam. Kadar klorida > 250 mg/l
dapat memberikan rasa asin pada air karena nilai tersebut merupakan batas klorida untuk
suplai air, yaitu sebesar 250 mg/l (Effendi,2003). Ion chlorida berasal dari mineral dalam
tanah. Baik untuk tanah penutup (top soil) atau mineral dalam batuan di bawah tanah.
Klorida tidak bersifar toksik bagi makhluk hidup, bahkan berperan dalam pengaturan
tekanan osmotic sel. Perairan yang diperuntukan bagi keperluan domestic, termasuk air
minum, pertanian, dan industry sebaiknya memiliki kadar klorida lebih kecil dari 100
mg/liter (Davis dan Cornwell,1991; Sawyer dan McCarty,1978).
Klorin sering digunakan sebagai desinfektan untk menghilangkan mikroorganisme yang
tidak dibutuhkan, terutama bagi air yang diperuntukkan bagi kepentingan domestic. Beberapa
alasan yang menyebabkan klorin sering digunakan sebagai desinfektan adalah sebagai
berikut (Tebbut,1992);

1. Dapat dikemas dalam bentuk gas, larutan dan bubuk.


2. Relatuf murah
3. Memiliki daya larut yang tinggi serta dapat larut pada kadar yang tinggi (7000mg/liter
4. Residu klorin dalam bentuk larutan tidak berbahaya bagi manusia, jika terdapat
dalam kadar yang tidak berlebihan.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 34dari 64 27 Februari 2017

5. Bersifat sangat toksik bagi mikroorganisme, dengan cara menghambat aktivitas


metabolisme mikroorganisme tersebut.

Ada 2 metode untuk mengetahui kandungan chlorida dalam air yaitu dengan
metode mohr (titrasi AgNO3) dan metode titrasi merkuri nitrat.

b. Alat dan Bahan


Alat
• Labu Erlenmeyer
• Pipet
• Gelas ukur 100 mL, 250 mL 50 mL, 25 mL
• Buret Makro komplit dengan statifnya

Bahan
• Air sampel
• Larutan Perak Nitrat 5 % (AgNO3)
• Larutan kalium kromat 10% (K2Cr2O4)
• Larutan N/35,45 Perak Nitrat (AgNO)

c. Pelaksanaan
Cara Kwalitatip
• Masukan 10 mL sample air dalam tabung reaksi
• Tambahkan 2 tetes 5% AgNO 3 bila terjadi endapan putih, maka CL positif
Cara Kwantitatip
• Masukan 100 mL sample air
• Masukan dalam labu Erlenmeyer
• Tambahkan 1 mL 10% K2Cr2O4 warna menjadi kuning
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 35dari 64 27 Februari 2017

• Tetrasi dengan menggunakan buret yang berisi N/35,45 AgNO3


sampai perubahan warna dari kuning menjadi kuning coklat

d. Hitungan

Menurut Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 batas kandungan klorida dalam air


bersih sebesar 600 mg/l dan untuk air minum sebesar 250 mg/l. Berdasarkan KEP-
02/MENKLH/I/1988 baku mutu air digolongkan menjadi 4 (empat) dengan kandungan
klorida yang diperbolehkan sekitar 200 sampai 600 mg/l.

3. Pengujian Mangan (Mn)


a. Pendahuluan
Mangan (Mn) adalah kation logam yang memiliki karakteristik kimia serupa
dengan besi. Mangan berada dalam bentuk manganous (Mn2+) dan manganic
(Mn 4+). Di dalam tanah, Mn 4+ berada dalam bentuk senyawa mangan dioksida.
Pada perairan dengan kondisi anaerob akibat dekomposisi bahan organic dengan kadar yang
tinggi, Mn4+ pada senyawa mangan dioksida mengalami reduksi menjadi Mn2+ yang
bersifat larut. Mn2+ berikatan dengan nitrat, sulfat, dan klorida, dan larut dalam air.
Mangan dan besi valensi dua hanya terdapat pada perairan yang memiliki kondisi
anaerob (Cole,1988). Jika perairan kembali mendapat cukup aerasi, Mn 2+ mengalami
reoksidasi membentuk Mn4+ yang selanjutnya mengalami presipitasi dan mengendap di
dasar perairan (Moore,1991).
Kadar mangan pada kerak bumi 950 mg/kg. Sumber alami mangan adalah pyrosulite
(MnO2), rhodocrosite (MnCO3), manganite (Mn2O3. H2O), hausmannite (Mn3O4),
biotite mica [K(Mg,Fe)3(AlSi3O10)(OH)2],dan amphibole [(Mg,Fe)7Si8O22-(OH)2]
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 36dari 64 27 Februari 2017

(McNeely et al., 1979; Moore,1991). Mangan merupakan salah satu logam yang biasa
digunakan dalam industry baja, baterai, gelas, keramik, cat, dan bahan celupan
(Eckenfelder,1989).
Kadar mangan pada perairan alami sekitar 0,2 mg/liter atau kurang. Kadar yang lebih
besar dapat terjadi pada air tanah dalam dan pada danau yang dalam. Perairan asam dapat
mengandung mangan sekitar 10-150 mg/liter. Perairan laut mengandung mangan sekitar
0,002 mg/liter (McNeely et al., 1979). Kadar mangan pada perairan air tawar sangat bervariasi,
antara 0,002 mg/liter hingga lebih dari 4,0 mg/liter. Pada air minum, kadar mangan
maksimum 0,05 mg/ liter (Moore, 1991). Perairan yang diperuntukkan bagi irigasi pertanian
untuk tanah yang bersidat asam sebaiknya memiliki kadar mangan sekitar 0,2 mg/ liter,
sedangkan untuk tanah yang bersifat netral dan alkalis sekitar 10 mg/liter. Mangan
merupakan nutrient renik yang essensial bagi tumbuhan dan hewan. Logam ini berperan
dalam pertumbuhan dan merupakan salah satu komponen penting pada system enzim.
Defisiensi mangan dapat mengakibatkan pertumbuhan terhambat, serta system saraf dan
proses reproduksi terganggu. Pada tumbuhan, mangan merupakan unsur essensial dalam
proses metabolisme. Meskipun tidak bersifat toksik, mangan dapat mengendalikan kadar unsur
toksik di perairan, misalnya logam berat. Jika dibiarkan di udara teruka dan mendapat
cukup oksigen, air dengan kadar mangan (Mn2+) tinggi (lebih dari 0,01 mg/liter) akan
membentuk koloid karena terjadinya proses oksidasi Mn2+ menjadi Mn4+. Koloid ini
mengalami presipitasi membentuk warna cokelat gelap sehingga ir menjadi keruh. Stauber
dan Florence (1985) dalam Moore (1991) mengemukakan bahwa kemanapun mangan
untuk menghambat toksisitas Cu terhadap microalgae Nitzschia closterium lebih baik
dari pada Fe. Martin dan Holdich (1986) dalam Moore (1991) menemukan bahwa Mn7+
jauh lebih toksik daripada Mn2+. Keduanya mengemukakan nahwa LC50 Mn2+ terhadap
Krustasea air tawar (Asellus aquaticus dan Crangonyx pseudogracillis) adalah >
300 mg/liter, sedangkan nilai LC 50 Mn7+ terhadap Crangonyx pseudogracillis
adalah 0,99 mg/liter. Nilai LC50 Mn2+ melebihi 1000 mg/liter (Moore, 1991).
Penetapan mangan dilakukan secara kolorimetri dengan metode persulfate. Pada
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 37dari 64 27 Februari 2017

prinsipnya oksidan Mn++ oleh persulfate menjadi Mn+5 (sebagai MnO4 yang berwarna
merah ungu) dalam susunan asam dengan menggunakan Ag + sebagai katalis.

2Mn++ + 5 (S2O8) = +8H2O MnO4 + 10SO4 = +16H+ atau


2Mn++ + 5 (K2S2O8) = +8H2O 2MnO4 + 5K2SO4 + 6H+ +5H2SO4
Warna merah ungu yang timbul dibandingkan dengan warna standar KMnO4.

b. Alat dan Bahan


Alat
• Labu Erlenmeyer
• Tabung reaksi
• Kompor Spiritus
• Pipet
• Timbangan
• Tabung ukur

Bahan
• Sampel air ± 100 mL
• Aquades
• Larutan AgNO3
• Larutan KMnO4

c. Pelaksanaan
Pembuatan larutan standar KMnO4
• Isi 6 tabung reaksi dengan 10 mL aquades
• Teteskan secara urut keenam tabung dengan 0, 1, 2, 3, 4, dan 5 tetes
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 38dari 64 27 Februari 2017

KMnO4 Pemeriksaan Mn
• Ambil sampel air ± 100 ml ke labu Erlenmeyer
• Tambahkan 1 ml AgNO 3 hingga warna menjadi keruh kemudian didihkan
diatas kompor listrik
• Tambahkan 3 gr Mn, campur dengan hati-hati
• Bandingkan dengan warna standar
d. Hitungan

Menurut Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 batas kandungan mangan dalam


air bersih sebesar 0,5 mg/l dan untuk air minum sebesar 0,1 mg/l. Berdasarkan KEP-
02/MENKLH/I/1988 baku mutu air digolongkan menjadi 4 (empat) dengan kandungan
mangan yang diperbolehkan sekitar 0,05 sampai 0,5 mg/l.

4. Pengujian Ph
i. Pendahuluan
pH merupakan perameter untuk menyatakan suatu keasaman air, untuk menyatakan
banyaknya ion H + di dalam air. pH air dapt digunakan untuk keperluan industri, pertanian
dan seterusnya. Data pH diperlukan untuk proses pengolahan air karena efisiensi proses
pengolahan air sangat dipengaruhi oleh pH air, misalnya pengolahan air limbah secara
biologis, proses koagulasi dan seterusnya. Air minum sebaiknya netral, tidak asam/basa,
untuk mencegah terjadinya pelarutan logam berat dan korosi jaringan distribusi air minum.
pH standar untuk air bersih sebesar 6,5 – 8,5.
Mackereth et al. (1989) berpendapat bahwa pH juga berkaitan erat dengan
karbondioksida dan alkalinitas. Pada pH < 5, alkalinitas dapat mencapai nol. Semakin tinggi
pH, semakin tinggi pula nilai alkalinitas dan semakin rendah kadar karbondioksida bebas.
Larutan yang bersifat asam (pH rendah) bersifat korosif.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 39dari 64 27 Februari 2017

pH juga mempengaruhi toksisitas suatu senyawa kimia. Senyawa ammonium


yang dapat terionisasi banyak ditemukan pada perairan yang memiliki pH rendah.
Ammonium bersifat tidak toksik (innocuous). Namun, pada suasana alkalis (pH tinggi)
lebih banyak ditemukkan ammonia yang tak terionisasi (unionized) dan bersifat toksik.
Ammonia tak terionisasi ini lebih mudah terserap ke dalam tubuh organisme akuatik
dibandingkan dengan ammonium (Tebbut,1992).
Sebagian besar biota akuatik sensitive terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH
sekitar 7 – 8,5. Nilai pHh sangat mempengaruhi proses biokimiawi perairan, misalnya
proses nitrifikasi akan berakhir jika pH rendah (Novotny dan Olem, 1994). Pengaruh nilai
pH terhadap komunitas biologi perairan ditunjukkan dalam table dibawah ini

Pengaruh pH Terhadap Komunitas Biologi Perairan

Nilai pH Pengaruh Umum


6,0 – 6,5 1. Keanekaragaman plankton dan bentos sedikit menurun
2. Kelimpahan total, biomassa, dan produktivitas tidak
mengalami perbahan
5,5 – 6,0 1. Penurunan nilai keanekaragaman plankton dan bentos semakin
tampak
2. Kelimpahan total, biomassa, dan produktivitas masih belum mengalami
perubahan yang berarti
3. Algae hijau berflamen mulai tampak pada zona litoral.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 40dari 64 27 Februari 2017

5,0 – 5,5 1. Penurunan keanekaragaman dan komposisi jenis plankton, perifiton,


dan bentos semakin besar.
2. Terjadi penurunan kelimpahan total, biomassa zooplankton dan
bentos.
3. Algae hijau berfilamen semakin banyak.
4. Proses nitrifikasi terhambat.

4,5 – 5,0 1. Penurunan keanekaragaman dan komposisi jenis plankton dan bentos
semakin besar.
2. Penurunan kelimpahan total dan biomassa zooplankton dan bentos.
3. Algae hijau berfilamen semakin banyak.
4. Proses nitrifikasi terhambat.

Sumber : modifikasi Baker et al.,1990 dalam Novonty dan Olem 1994.

Pada pH < 4, sebagian besar tumbuhan air mati karena tidak dapat bertoleransi
dengan pH rendah. Namun, algae Chlamydomonas acidophila masih dapat bertahan hidup
dengan pH yang sangat rendah, yaitu pH 1 dan algae Euglena masih dapat bertahan
hidup pad pH 1,6 (Haslam,1995)
Pada umumnya, bakteri tumbuh dengan baik pada pH netral dan alkalis, sedangkan jamur
lebih menyukai pH rendah (kondisi asam). Oleh karena itu, proses dekomposisi bahan
organic berlangsung lebih cepat pada kondisi pH netral dan alkalis.

a. Alat dan Bahan


Alat
• Gelas ukur
• pH meter
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 41dari 64 27 Februari 2017

Bahan
• Sampel air ± 100 ml

b. Pemeriksaan
• Ambil ± 100 ml sampel air dalam gelas ukur
• Masukan pH meter kedalam gelas ukur yang berisi sampel air,
pastikan ujung pH meter bersih terlebih dahulu
• Tunggu berapa menit kemudian catat hasil pH sampel air

c. Hitungan
Menurut Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 pH dalam air bersih sebesar
6,5 sampai 9,0 dan untuk air minum sebesar 6,5 sampai 8,5. Berdasarkan KEP-
02/MENKLH/I/1988 baku mutu air digolongkan menjadi 4 (empat) dengan masing-
masing pH sebagai berikut.

Golongan A B C D
pH Maks yang diperbolehkan 6,5-8,5 5-9 6-9 5-9
Maks yang diajukan 6,5-8,5 5-9 6-9 5-9
Sumber: KEP-02/MENKLH/I/1988

5. Pengujian Sulfat
i. Pendahuluan
Sulfat merupakan senyawa yang stabil secara kimia karena merupakan bentuk oksida
paling tinggi dari unsur belerang. Sulfat dapat dihasilkan dari oksida senyawa sulfida oleh
bakteri. Sulfide tersebut adalah antara lain sulfide metalik dan sulfide organosulfur. Sebaliknya
oleh bakteri golongan heterotrofik anaerob, sulfat dapat direduksi menjadi asam sulfide.
Secara kimia sulfat merupakan bentuk anorganik daripada sulfide didalam lingkungan aerob.
Sulfat didalam lingkungan (air) dapat berada secara ilmiah dan atau dari aktivitas
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 42dari 64 27 Februari 2017

manusia, misalnya dari limbah industry dan limbah laboratorium.


Selain itu dapat juga berasal dari oksidadi senyawa organic yang
mengandung sulfat adalah antara lain industry kertas, tekstil, dan industry logam. Ion
sulfat adalah salah satu anion yang penting dalam penyediaan air, dalam jumlah besar
dapat berfungsi sebagai pencuci perut (garam inggris) apalagi Mg++ dan Na++
merupakan kation yang bergabung dengan SO4 maka akan terbentuk Na2SO4 yang
menimbulkan rasa mual dan ingin muntah. Sumber alami sulfat adalah bravoite
[(Ni,Fe)S2], chalcopyrite (Cu2S), cubanite (CuFe2S3), gregite (Fe3S4), gypsum
(CaSO4. 2H2O), molybdenite (MoS2), dan pyrite (FeS2) (McNeely et al., 1979;
Moore, 1991). Sulfat banyak digunakan dalam industry tekstil, penyamakan kulit, kertas,
metalurgi, dan lain – lain.
Sulfat yang berikatan dengan hydrogen membentuk asam sulfat dan sulfat yang
berikatan dengan logam alkali merupakan bentuk sulfur yang paling banyak ditemukan
di danau dan sungai (Cole,1988). Reduksi (pengurangan oksigen dan penambahan
hydrogen) anion sulfat menjadi hydrogen sulfide pada kondisi anaerob dalam proses
dekomposisi bahan organic, menimbulkan bau yang kurang sedap dan meningkatkan
korosivitas logam. Proses reduksi yang dilakukan oleh bakteri heterotroph ini (misalnya
Desulfovibrio) banyak terjadi di dasar laut. Hydrogen sulfide yang dihasilkan kemudian
dilepas ke atmosfer.

SO42- + bahan organic S2- + H2O + CO2

S2- + 2H+ H2 S

Apabila di perairan tidak terdapat oksigen dan nitrat maka sulfat berperan
sebagai sumber oksigen dalam proses oksidasi yang dilakukan oleh bakteri anaerob. Pada
kondisi ini, ion sulfat direduksi menjadi ion sulfit yang membentuk kesetimbangan dengan ion
hydrogen untuk membentuk hydrogen sulfide.
Pada perairan alami yang mendapat cukup aerasi biasanya tidak ditemukan H2S karena telah
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 43dari 64 27 Februari 2017

teroksidasi menjadi sulfat. Kadar sulfat pada perairan tawar alami berkisar 2 – 80 mg/liter.
Kadar sulfat pada perairan yang melewati batuan gypsum dapat mencapai 1000 mg/liter
(Rump dan Krist, 1992). Di sekitar pembuangan limbah industry,kadar sulfat mencapai 1.000
mg/liter (UNESCO/ WHO/UNEP,1992). Kadar sulfat air minum sebaiknya tidak melebihi
400 mg/liter(WHO, 1984).
Kadar sulfat yang melebihi 500 mg/liter dapat mengakibatkan terjadinya gangguan
pada system pencernaan. Sulfide total (H2S, HS-, dan S2-) yang terdapat disekitar dasar
perairan yang banyak mengandung deposit lumpur (sludge) mencapai 0,7 mg/liter,
sedangkan pada kolom air biasanya berkisar antara 0,02 – 0,1 mg/liter. Kadar sulfide
total kurang dari 0,002 mg/liter dianggap tidak membahayakan bagi kelangsungan hidup
organisme akuatik (McNeely et al., 1979). WHO merekomendasikan kadar sulfat yang
diperkenankan pada air minum sekitar 400 mg/liter dan kadar nitrogen sulfide sekitar
0,005 mg/ liter (Moore, 1991).

b. Alat dan Bahan


Alat

• Tabung reaksi

• Pipet

• Gelas ukur

Bahan

• Sampel air 100 ml

• Barium Nitrat 10% (Ba(NO3)

• Buffer sulfat
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 44dari 64 27 Februari 2017

• Standar SO4

c. Pelaksanaan
Larutan Standar SO4
• Sediakan 6 tabung reaksi yang di dalamnya diisi dengan aquades
sebanyak 100 ml
• Teteskan larutan SO4 pada masing-masing tabung reaksi sebanyak 0, 1, 2, 3, 4,
dan 5
• Tambahkan 2 tetes barium nitrat dan 2 tetes buffer SO4 pada masing- masing tabung
reaksi kemudian dikocok hingga tercampur

Pelaksanaan Pengujian Sampel Air


• Ambil sampel air sebanyak 10 ml dengan gelas ukur, kemudian
masukan kedalam tabung reaksi
• Tambahkan 2 tetes barium nitrat dan 2 tetes buffer SO4, kocok agar merata
• Bandingkan hasil pengujian dengan standar SO4 dan catat hasilnya

d. Hitungan

Menurut Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 kandungan SO4 dalam air


bersih dan air minum sebesar 400 mg/l. Berdasarkan KEP-02/ MENKLH/I/1988 baku
mutu air digolongkan menjadi 4 (empat) dengan kandungan SO4 sebesar 200
sampai 400 mg/l.

6. Pengujian Detergen
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 45dari 64 27 Februari 2017

a. Pendahuluan
Deterjen merupakan contoh bahan zat organic yang tidak terurai secara biologis.
Nama kimianya adalah senyawa alkali benzena sulfonat. Dalam air, deterjen akan
menimbulkan busa sehingga air tidak layak digunakan.
Sedangkan detergen adalah juga bahan pembersih seperti halnya sabun, akan tetapi
dibuat dari senyaw petrokimia. Detergen mempunyai kelebihan dibandingkan dengan
sabun, karena dapat kerja pada air sadah. Bahan detergen yang umum digunakan adalah
Dodecylbenzensulfonat.
Detergen didalam air akan mengalami ionisasi membentuk komponen bipolar aktif
yang akan mengikat ion Cad dan/atau ion Mg pada air sadah. Komponen bipolar aktif
terbentuk pada ujung Dodecylbenzensulfonat. Untuk dapat membersihkan kotoran dengan
baik, detergen diberi bahan pembentuk yang bersifat alkalis adalah Natrium
tripoliposfat.
Bahan buangan berupa sabun dan detergen di dalam air lingkungan akan
mengganggu karena alasan sebagai berikut ini:
1. Larutan sabun akan menaikkan pH air sehingga dapat mengganggu kehidupan
organisme didalam air. Detergen yang menggunakan bahan non-fosfat akan
menaikkan pH air sampai sekitar 10,5 – 11.
2. Bahan antiseptic yang ditambahkan ke dalam sabun/detergen juga
mengganggu kehidupan mikroorganisme di dalam air, bahkan dapat mematikan.
3. Ada sebagian bahan sabun maupun detergen yang tidak dapat dipecah
(didegradasi) oleh mikroorganisme yang ada didalam air. Keadaan ini sudah
barang tentu akan merugikan lingkungan. Namun akhir – akhir ini mulai banyak
digunakan bahan sabun/detergen yang dapat didegradasi oleh mikroorganisme.

b. Alat dan Bahan


Alat
• Labu Elenmeyer
• Gelas ukur
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 46dari 64 27 Februari 2017

• Kulkas
• Alumuneium Voil

Bahan
• Sampel air 100 ml
• Metylin Blue

c. Pelaksanaan
• Isi labu elenmeyer dengan sampel air 100 ml
• Tetesidengan metylin blue sebanyak 3 tetes hingga warnanya berubah
menjadi biru
• Tutup labu elenmeyer dengan alumuneium voil sangat rapat
• Masukan kedalam kulkas ±24 jam hingga 5 hari
• Keluarkan sampel dari dalam kulkas dan amati apakah terjadi perubahan
warna dan bau, jika warna hilang dan bau menjadi busuk maka air
mengandung detergen.
e. Hitungan
Menurut Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 kandungan detergen
dalam air bersih dan air minum sebesar 0,01 mg/l. Menurut Depkes RI 1990 sebesar
0,0003 mg/l.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 47dari 64 27 Februari 2017

BAB III
PEMERIKSAAN KADAR PENCEMARAN UDARA

A. Pendahuluan
Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi
di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan
tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti. Pembangunan
dan pekerjaan di bidang teknik sipil akan terus berlangsung sepanjang kota
berkembang, selama manusia hidup dan membutuhkan tempat tinggal serta melakukan
aktivitas. Sebagai konsekuensi adalah adanya sejumlah lahan yang harus dikorbankan
menjadi bangunan ataupun jalan. Perubahan lahan pada akhirnya akan mengakibatkan
adanya pemanasan global yang ditandai dengan perubahan iklim dan peningkatan emisi
karbon di udara.
Menurut Kobayashi (2008), beberapa pendekatan telah dikembangkan untuk
mengurangi timbulnya emisi karbon di udara pada proses pra- konstruksi dan
konstruksi melalui pembentukan masyarakat “Zero-Emission” yang mengedepankan
gerakan hemat bahan bangunan melalui daur ulang material, penggunaan bahan
bangunan tahan lama, perbaikan sistem bahan dan konstruksi bangunan, serta melalui
optimalisasi sistem jaringan eksisting. Sementara itu pada tahap pascakonstruksi, upaya
reduksi emisi CO2 dapat dilakukan terutama melalui konsumsi energi listrik dan bahan
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 48dari 64 27 Februari 2017

bakar dari keperluan rumah tangga (Priemus 2005). Salah satu solusi untuk mencegah
atau mengurangi dampak tersebut adalah dengan penyediaan vegetasi.
Produksi emisi CO2 yang bersumber dari bangunan dapat direduksi dengan upaya

penghijauan di sekitar bangunan. Mekanisme penghijauan tersebut berupa penanaman


vegetasi penyerap CO2 di halaman atau pekarangan atau di tepi jalan kompleks. Setiap

vegetasi memiliki kemampuan untuk penyerapan CO 2 masing-masing. Untuk itu perlu

adanya perhitungan penyerapan CO2 oleh vegetasi dengan metode Takaoki.

Maksud dari pengujian metode takaoki adalah untuk mengetahui tingkat


serapan CO2 oleh vegetasi yang digunakan sebagai kompensasi terhadap produksi

CO2 yang dikeluarakan dari prapembangunan, proses pembangunan dan

pascapembangunan. Selain itu, maksud dari pengujian ini yaitu memberikan pembelajaran bagi
mahasiswa agar mahasiswa menyadari bahwa pentingnya keadaan lingkungan dalam
mendukung pembangunan berkelanjutan khususnya dibidang teknik sipil dan merupakan salah
satu cara untuk menangulangi dari maraknya pembangunan yang semakin tahun
semakin tinggi.
Tingginya emisi CO 2 yang dikeluarkan oleh aktivitas manusia

(anthoposentric emissions), baik secara statis ataupun dinamis memenuhi udara dan
atmosfer. Terjadinya penumpukan gas CO2 di udara berakibat pada terjadinya efek

rumah kaca dan pemanasan global yang akan diterangkan pada sub bab berikutnya. Untuk
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 49dari 64 27 Februari 2017

melakukan antisipasi akibat produksi CO2, terlebih dahulu dilakukan pengukuran berapa

kandungan CO2 sebenarnya di udara.

Pengukuran ini dilakukan melalui sejumlah perhitungan yang berdasarkan pada beberapa
teori lingkungan hingga penggunaan permodelan dan simulasi untuk mendapatkan hasil
yang lebih detail tentang kandungan emisi di udara. Perhitungan atau prediksi kandungan
emisi di udara merupakan suatu hal yang sangat kompleks karena kandungan emisi di
udara tidak hanya diukur dari sumber emisinya saja tetapi juga harus mempertimbangkan
aspek meteorologi (seperti arah dan kecepatan angin, curah hujan, kelembaban) dan
aspek alamiah lainnya (seperti topologi dan jenis tanah). Dalam melakukan prediksi
kandungan emisi di udara, harus diperhatikan langkah-langkah sebagai berikut (Canter,1996):

1. Identifikasi dampak kualitas udara akibat adanya suatu kegiatan, yaitu melakukan
kegiatan identifikasi jenis polutan apa saja yang mungkin teremisikan oleh suatu
kegiatan pembangunan ataupun operasional. Pendekatan yang digunakan dalam
tahap ini adalah Faktor Emisi (FE) yang merupakan jumlah rata-rata polutan yang
dikeluarkan ke atmosfer sebagai hasil dari suatu kegiatan seperti pembakaran,
produksi dan lain sebagainya, yang dibagi oleh level dari aktivitasnya.

2. Deskripsi kondisi udara eksisting, meliputi kegiatan pengumpulan data kualitas


udara, pengembangan inventori emisi, dan perolehan data meteorologi.
Pengumpulan data kualitas udara dan data meteorologi
dengan memanfaatkan data sekunder dari stasiun pengamat cuaca.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 50dari 64 27 Februari 2017

Sementara inventori emisi yang dimaksud di sini merupakan informasi tentang


besaran polusi udara dari seluruh sumber pada wilayah geografi yang masuk ke
atmosfer dalam periode waktu tertentu (biasanya selama satu tahun).

3. Penentuan standar atau baku mutu yang relevan.

4. Prediksi dampak pencemaran udara, beberapa pendekatan yang digunakan:

a. Keseimbangan massa, pendekatan yang berdasarkan pada


penggambaran keseimbangan massa dari total emisi pencemar udara yang
masuk ke atmosfer yang dilepaskan oleh semua sumber aktivitas pada fase
kegiatan konstruksi maupun operasional.

b. Model box, merupakan pendekatan yang digunakan untuk melakukan


prediksi emisi udara yang dikeluarkan oleh sumber polutan satu titik, lebih
dari satu titik, area, garis, dan hybrid type. Asumsi yang digunakan dalam
pendekatan model box ini adalah
(1) polutan yang diemisikan ke atmosfer dalam keadaan tercampur sempurna
dalam sebuah volume atau box udara; (2) dimensi waktu dan fisik dalam
kondisi steady state; (3) proses dilusi terjadi secara instan; dan (4) material yang
diemisikan mempunyaikestabilan kimia dan tetap tinggal diam di udara.

c. Model dispersi kualitas udara, merupakan pendekatan dengan melakukan


klasifikasi menurut jenis sumber, ground level, jenis polutan, waktu rata-
rata dan reaksi atmosferik.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 51dari 64 27 Februari 2017

d. Model pasquill, pendekatan ini untuk analisis dampak terhadap kualitas


udara untuk sumber titik.

e. Model untuk sumber titik pada ground level

f. Model untuk sumber area pada ground level atau sumber garis

g. Perhitungan dengan basis komputerisasi menggunakan software, seperti


SCREEN, FDM (Fugitive Dust Model), EDMS (Emission and Dispersion
Modeling System), SLAB dan lain sebagainya.
Prakiraan dampak penting identifikasi upaya kontrol pencemaran udara, untuk
meminimalkan dampak penting terhadap kualitas udara terkait pada aktivitas pembangunan
maupun kegiatan operasional yang sedang dilakukan. Pembangunan sebuah kota berikut
aktivitas yang berlangsung di dalamnya membutuhkan sejumlah energi. Sebagian besar
energi yang diperoleh berasal dari pembakaran karbon, atau dengan kata lain
mengeluarkan emisi CO 2. Beberapa elemen yang memproduksi CO2 secara aktif

dalam kehidupan perkotaan adalah sebagai berikut (Ali dan Nuranto, 2019):

1. Bangunan

2. Transportasi

3. Infrastruktur

4. Industri

Dalam IPCC (2006) Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 52dari 64 27 Februari 2017

disebutkan bahwa emisi gas rumah kaca ke atmosfer dilepaskan oleh pembakaran statis
(stationary combustion) dan pembakaran dinamis (mobile combustion). Pembakaran
yang dimaksud adalah pembakaran karbon. Kegiatan yang termasuk dalam stationary
combustion meliputi industri, kegiatan manufaktur, konstruksi, komersial, institusional,
permukiman, dan kegiatan pertanian.
Namun, produksi emisi CO2 yang bersumber dari bangunan rumah dapat direduksi

dengan upaya penghijauan di sekitar rumah. Mekanisme penghijauan tersebut berupa


penanaman vegetasi penyerap CO2 di halaman atau pekarangan atau di tepi jalan kompleks.

Pemilihan vegetasi untuk penghijauan pekarangan dipilih berdasar kriteria sebagai berikut
(Fandeli, dkk., 2004) :

1. Kecepatan tumbuhnya bervariasi

2. Pemeliharaan relatif mudah

3. Jenis tanaman tahunan

4. Berupa tanaman lokal dan tanaman budidaya

5. Jarak tanaman bervariasi, persentase area hijau disesuaikan dengan intensitas


kepadatan bangunan.

Jika bangunan perumahan tidak memiliki halaman yang cukup luas, penghijauan dapat
dilakukan dengan menggunakan metode penghijauan vertikal (vertical planting atau
vertical gardening). Emisi CO2 akan naik ke lapisan udara atas yang akan diserap oleh
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 53dari 64 27 Februari 2017

tanaman yang ada pada setiap lantai gedung bertingkat. Jenis tanaman yang ditanam pada
gedung tinggi adalah jenis semak yang tahan terpaan angin keras pada ketinggian
tertentu, tahan panas, sedikit air, dan banyak daun untuk meningkatkan daya serap
terhadap CO2 (Kwanda, 2003).

Menurut Ferial (2007), terdapat 3 (tiga) konsep penghijauan vertikal yang


dapat diterapkan pada bangunan tinggi, yaitu:

1. Penghijauan pada Dinding Luar (Fasade) Bangunan


Penghijauan pada dinding luar bangunan bisa dilakukan dengan menyediakan
balkon atau teras untuk ditanami pohon-pohon bunga. Jenis tanaman dipilih
berdasarkan keindahan bunga, tipe menjuntai atau merambat, serta perakaran tidak
merusak struktur bangunan, contohnya Bougenville, Scindapsus aureus, dan
Passiflora violace.

2. Penghijauan pada Lantai Tingkat-tingkat Tertentu di Atas Bangunan Konsep ini


memerlukan desain bangunan kreatif dengan penyediaan bagian terbuka dan
tertutup. Penyediaan ruang terbuka (ditanami pepohonan) sesuai untuk bangunan
tinggi yang memerlukan aliran masuk dan keluar angin yang mengalir ke kawasan
hijau di atas bangunan.

3. Penghijauan Ruang Publik (Atrium) dalam Bangunan


Selain fungsi lobby dan rekreasi, atrium dapat digunakan sebagai perangkap angin dan
penapis iklim yang optimal dengan melakukan penghijauan di area bangunan.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 54dari 64 27 Februari 2017

B. Alat dan Bahan

1. Alat
Alat untuk menghitung daun:

• Papan

• Alat tulis

Alat takaoki:

• Tabung reaksi Ө 0,4 cm

• Tabung kapiler Ө 0,2 cm

• Nampan

• Pincet Lancip

• Suntikan 3 cc

• Parameter pembaca

• Kertas Filter

• Gunting

• Penggaris

• Millimeter blok

• Cairan safranin
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 55dari 64 27 Februari 2017

• Cairan buffer carbonat

2. Bahan
Jenis vegetasi yang akan diuji

C. Pelaksanaan

1. Langkah perhitungan daun sebagai berikut:

• Pilih dan amati vegetasi yang akan di uji

• Hitung jumlah cabang vegetasi dalam satu pohon

• Hitung jumlah batang vegetasi dalam satu cabang

• Hitung jumlah sub batang vegetasi dalam tiga batang, kemudian


dirata-rata jumlah cabang

• Hitung jumlah ranting vegetasi dalam tiga sub batang, kemudian


dirata-rata jumlah sub batang

• Hitung jumlah sub ranting dalam tiga ranting, kemudian dirata-rata


jumlah ranting

• Hitung jumlah daun dalam tiga ranting, kemudian dirata-rata jumlah


ranting

• Tulis hasil perhitungan jumlah tersebut kemudian dikalikan keseluruhan


jumlah tersebut sehingga menghasilkan besaran jumlah daun
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 56dari 64 27 Februari 2017

2. Langkah serapan CO2 oleh vegetasi menggunakan metode takaoki sebagai berikut:

• Siapkan satu lembar daun vegetasi yang akan diuji dan sudah dihitung
jumlah daunnya dalam satu pohon.

• Blat daun di kertas millimeter blok sesuai dengan bentuknya, potong sesuai pola
blat kemudian timbang, setelah itu timbang kertas dengan ukuran 5 x 5 cm untuk
pembanding kertas.

• Potong daun dengan ukuran 0,4 x 4 cm, kemudian potong kerta


filter dengan ukuran yang sama.

• Masukan potongan daun dan kertas filter tersebut ke dalam cairan buffer
carbonat dengan menggunakan pincet lancip, kemudian masukan
kedalam tabung reaksi.

• Masukan cairan safranin secukupnya dengan menggunakan suntikan kedalam


tabung kapiller (diusahakan cairan berada di ujung tabung dan sedikit saja
sampai dapat terbaca)

• Sambungkan tabung reaksi dan kapiller dengan menggunakan selang hingga


rapat, usahakan ujung tabung kapiller tidak tertutup dan kenaikan cairan
safranin tidak terlalu tinggi.

• Siapkan nampan yang berisikan air di dalamnya dan ditaruh di bawah sinar matahari
langsung, kemudian masukan parameter pembaca dan tabung. Sesuaikan
pembacaan parameter setelah tabung dimasukan ke dalam nampan
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 57dari 64 27 Februari 2017

berisikan air.

• Tunggu selama 15-20 menit, catat kenaikan cairan safranin. Hitung


berapa besar serapan CO2.

• Lakukan kembali dengan benda uji lainnya

D. Hitungan

1. Perhitungan Produksi CO2 Listrik

Luas rumah (luas bangunan) : ... m2

Jumlah orang yang tinggal dalam satu rumah : … orang


Penggunaan Listrik Selama Satu Unit kWh Equivalent CO2
Bulan (kg CO2)
(1) (2) (3) (4)
1 Penerangan
2 AC
3 Komputer
4 Televisi
5 Kulkas
6 Mesin Cuci
7 Magic Jar/Rice Cooker
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 58dari 64 27 Februari 2017

8 Water heater/dispenser Pompa air


9 Setrika
10 Oven
11 Lainnya (sebutk
12 an):.....................................

Total penggunaan listrik selama 1 bulan ..................kgCO2


.......................kWh
Penggunaan bahan bakar untuk Volume Equivalent CO2
memasak selama 1 bulan Penggunaan (kg CO2)
1 Gas/LPG Kg
2 Minyak tanah Liters
Total cooking coal ..................kgCO2
TOTAL EMISSIONS ..................kgCO2
Note : Conversion factors used for :
a. Electricity 1 kWh consumed = 0,8409 kg CO2
b. LPG 1 kg LPG = 2,99 kg CO2
c. Kerosene (minyak tanah) 1 liter = 2,5359 kg CO
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 59dari 64 27 Februari 2017

2. Perhitungan Produksi Bermotor

Tipe kendaraan Total jarak tempuh (km) Kg CO2 Total kg


selama 1 bulan per unit CO2
(1) (2) (3) (4)
1. Petrol Car
(mobil dengan bahan bakar
bensin)
a. < 1.400 cc 0,179
8
b. 1.400 – 2.000 cc 0,212
8
c. > 2.000 cc 0,295
5
d. tidak diketahui 0,205
7
2. Diesel Car
(mobil dengan bahan bakar
solar)

Tipe kendaraan Total jarak tempuh (km) Kg CO2 Total kg


selama 1 bulan per unit CO2
(1) (2) (3) (4)
a. < 1.700 cc 0,151
0
b. 1.700 – 2.000 cc 0,187
6
c. > 2.000 cc 0,255
8
d. tidak diketahui 0,196
5
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 60dari 64 27 Februari 2017

3. Sepeda motor
a. < 125 cc 0,085
0
b. 125 – 500 cc 0,103
2
c. > 500 cc 0,137
2
d. tidak diketahui 0,116
1
4. Taxi 0,158
3
5. Bus 0,103
5
Total transport emission Kg
CO2

3. Perhitungan Serapan CO2


Pengujian serapan CO2 pada pohon dengan mengguakan metode takaoki dengan
mengambil 3 (tiga) sampel daun yang masing-masing diambil 3 (tiga) kali uji serapan. Hasil
dari rata-rata pegeseran tersebut sudah dikurangi dengan
parameter penguapan tabung kosong. Setelah mendapatkan hasil pergeseran rata-rata,
kemudian dapat menghitung volume serapan CO2nya sebagai berikut:
Volume Serapan CO2 1,6 cm2 (cm3/15 menit)
= Luas Pipa Kapiler x Pergeseran Rata 2
Setelah didapatkan hasil rata-rata volume serapan CO2 tersebut kemudian mencari
luasan daun dengan cara perbandingan berat sebagai berikut:
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 61dari 64 27 Februari 2017

Setelah itu, hasil perhitungan luas daun akan digunakan untuk perhitungan mencari
volume Serapan CO2 sebagai berikut:

Sesudah mendapatkan volume serapan CO2/ daun (cm3/15 menit) maka akan
didapatkan volume serapan pohon dengan perhitungan sebagai berikut:

Pada perhitungan tersebut volume O2 masih dalam satuan kg/15 menit, untuk

mendapatkan total serapan CO2 yang dapat pohon serap maka perlu dirubah menjadi

kg/tahun
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 103dari 64 27 Februari 2017

DAFTAR PUSTAKA
Ali, I. S., & Nuranto, I. S. (2019). Modul Praktikum Teknik Lingkungan. Absolute Media.
American Public Health Association (APHA).1976. Standard Methods for the

Examination of Water and Wastewater. 4th edition. American Public Health


Association, Washington DC. 1193 p.
Boyd, C.E. 1988. Water Quality in Warmwater Fish Ponds. Fourth Printing. Auburn
University Agricultural Experiment Station, Alabama, USA, 359 p.
Cole,G.A. 1998. Textbook of Limnology. Third edition. Waveland Press, Inc., Illinois,
USA. 401 p
Departemen Pekerjaan Umum. 1990. Kumpulan SNI (Standar Nasional
Indonesia) Bidang Pekerjaan Umum Mengenai Kualitas Air. Departemen
Pekerjaaan Umum, Jakarta.
Eckenfelder, W.W.1989. Industrial Water Pollution Control. Second edition.
McGraw-Hill, Inc., New York. 400 p.
Fandeli, C., Kaharuddin, & Mukhlison. (2004). Perhutanan kota. Fakultas Kehutanan,
Universitas Gadjah Mada.
Ferial, R. (2007). Bangunan Tinggi dan Lingkungan Kota. Teknik A, 28(1), 92-97..
Haslam, S.M. 1995. River Pollution and Ecological Perspective. John Wiley and Sons,
Chichester, UK. 253 p.
Kobayashi, S., Hasegawa, S., Kondo, Y., Fushimi, A., & Tanabe, K. (2008).
Nitrogen dioxide emission from diesel vehicles equipped with exhaust
aftertreatment systems. Review of automotive engineering, 29(2), 229-235.
Krist, H. and Rump, H.H. 1992. Laboratory Manual for the Examination of Water, Waste Water,
and Soil. Second edition. VCH VerslagsgesellschaftmbH, Germany. 190 p.

103
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 104dari 64 27 Februari 2017

Kwanda, T. (2003). Pembangunan permukiman yang berkelanjutan untuk mengurangi polusi


udara. DIMENSI (Journal of Architecture and Built Environment), 31(1).
Mackereth, F.J.H., Heron, J. and Talling, J.F. 1989. Water Analysis. Freshwater Biological
Association, Cumbria, UK. 120 p.
McNeely, R.N., Nelmanis, V.P, and Dwyer, L. 1979. Water Quality Source Book A Guide to
Water Quality Parameter. Inland Waters Directorate, Water Quality Branch,
Ottawa, Canada. 89 p.
Moore, J.W. 1991. Inorganic Contaminants of Surface Water. Springer-Verlag, New
York. 334 p.
Novotny, V. and Olem, H. 1994. Water Quality, Prevention, Identification, and
Management of Diffuse Pollution. Van Nostrans Reinhold, New York. 1054 p
Peavy, H. S., & Tchobanoglous, G. (1985). Environmental engineering (No. 628
P4)..
Sawyer, C. N., & McCarty, P. L. (1978). Chemistry for environmental engineering.
McGraw-Hill..
Tebbutt, T.H.Y. 1992. Principles of Water Quality Control. Fourth edition.
Pergamon Press, Oxford. 251 p.
UNESCO/WHO/UNEP. 1992. Water Quality Assessments. Edited by Chapman,
D. Chapman and Hall Ltd., London. 585.p

104
[Type here]

Anda mungkin juga menyukai